PENDAHULUAN
Pada proses pemesinan khususnya pada mesin bubut digunakan di tahap akhir
pembuatan produk karena mampu mencapai keakuratan dimensi dan kehalusan
permukaaan yang tinggi. Dengan meggunakan mesin bubut konvensional,
memiliki berbagai kendala mulai dari yang disebabkan oleh faktor luar ataupun
dalam mesin tersebut, selain itu penanganan terhadap pembuatan benda kerja
harus cermat dan teliti sehingga dapat mengurangi kesalahan dalam proses
produksi. Oleh karena itu untuk menghasilkan produk dengan hasil yang
maksimal dan efisien yang tinggi salah satunya dengan menggunakan daya yang
sekecil mungkin pada prosesnya. Untuk itu peneitian ini diakukan sebagai
pembanding dari beberapa variasi material. [3]
λ
tebal geram (¿¿ h) , selain dipengaruhi oleh jenis proses pemesinan yang
¿
digunakan juga merupakan pengaruh dari material benda kerja yang dipakai.
Gaya yang besar serta temperatur tinggi yang dialami pada variasi material uji
yang digunakan akan diteliti dan diharapkan hasilnya dapat dijadikan acuan
λ
dalam memilih material dengan parameter (¿¿ h) yang terbaik.
¿
1
1.2 Perumusan Masalah
Tujuan dari penulisan tugas akhir ini adalah membuat metoda yang lebih
cepat dalam penentuan niai λh terhadap variasi material benda kerja (Baja
VCL, Baja VCN, ST41, S45C dan Stainless Steel) di Jurusan Teknik Mesin,
Fakultas Teknologi Industri, Universitas Trisakti untuk memperoleh data
pemesinan dengan λh yang terbaik dari kombinasi Material benda kerja dan
pahat Karbida.
Dari data pemesinan dengan λh yang terbaik dari kombinasi Material benda
kerja dan pahat Karbida, akan meningkatkan efisien yang tinggi salah satunya
dengan menggunakan daya yang sekecil mungkin pada proses pembubutan.
2
1.4 Pembatasan Masalah
Batasan masalah dibuat agar penulisan Tugas Akhir ini lebih terarah dan
mempunyai lingkup permasalahan yang jelas, maka perlu dibuat batasan masalah.
Adapun batasan masalah pada penulisan tugas akhir ini yaitu:
Penulisan Tugas Akhir ini tersusun dalam 5 (lima) bab dengan sistematika
penulisan sebagai berikut :
BAB I PENDAHULUAN
Bab ini berisi latar belakang masalah, perumusan masalah, tujuan dan manfaat
penulisan, pembatasan masalah, dan sistematika penulisan.
Bab ini berisi tentang beberapa konsep dasar teori yang mendasari penyusunan tugas
akhir ini. Dasar teori tersebut meliputi beberapa pembahasan pendukung mengenai
λ
Rasio Pemapatan Tebal Geram (¿¿ h) yang bersmber dari bebarapa Buku maupun
¿
jural yang didalamnya berisi Dasar perhitungan teoritis.
3
λ
Bab ini menjelaskan urutan penelitian Rasio Pemapatan Tebal Geram (¿¿ h) dengan
¿
metode percbaan secara lagsung di laboratrium produksi manufaktur dan Laboratorium
Metalurgi Universitas Trisakti mulai dari step awal sampai ke step akhir. Serta berisi
alat-alat dan software pendukung yang dgunakan untuk proses pemindaian pembacaan
data secara linier.
Bab ini berisi tentang penjelasan material uji yang dipakai, penggunaan alat uji di
laboratorium, metode pengambilan data sampel yang dilakukan, perhitungan dari data
sampel yang didapat, Analisa hasil erhitunan dan pembuatan Tabel dan Grafik dari data
λ
sampel yang diperoleh dan perbandingan nilai (¿¿ h) .
¿
Bab ini berisi kesimpulan dan saran dari proses percobaan dan hasil data Rasio
λ
Pemapatan Tebal Geram (¿¿ h)
¿
4
BAB II
LANDASAN TEORI
d −d (4)
a= 0 m
2
4.
l Waktu pemotongan (cutting time) = t c (min)
t c= t
Vf
(5)
5
Benda Kerja :
Pahat :
γ0 = sudut geram ( 0 )
Gambar 2. 1 Proses Bubut (Turning)
∂ Fv
=0
∂
Sehingga diperoleh :
2 γ o = 90 °
Maka :
γo ❑
= 45 ° + - 2
2
Menurut Merchant persamaan diatas ternyata hanya untuk pemotongan sejenis plastik
sintetik yang mempunyai kristal tunggal dan tidak berlaku pada logam yang mempunyai
6
struktur poli kristal. Meskipun demikian dari rumus tersebut dan berdasarkan logika
dapat ditarik kesimpulan:
7
1. Sudut geser ( ) ditentukan oleh sudut geram ( γ o ). Semakin besar sudut geram
maka sudut geser akan membesar dan menyebabkan penurunan luas bidang geser,
sehingga menurunkan gaya potong.
2. Koefisien gesek tidak mungkin sama dengan nol. Dengan demikian, berdasarkan
analisis geomatrik gaya (lingkaran merchant) maka sudut geser tidak mungkin melebihi
suatu harga yaitu:
γo
< 450 +
2
Tebal geram sebelumnya terpotong (h) hanya mungkin sama besar dengan tebal geram
(he) bila:
γo
= 450 +
2
Oleh sebab itu, berdasarkan hal diatas dan kenyataan dalam praktek maka:
he > h
Jadi, seolah-olah geram dimampatkan maka hasil bagi antara tebal geram dengan tebal
geram sebelum terpotong disebut sebagai rasio pemampatan tebal geram (Cutting
Ratio).
h=¿ he (7)
¿1
γ¿ h
Dalam setiap keadaan pada proses pemesinan menginginkan h yang sekecil mungkin
(mendekati satu) karena dapat memberikan keuntungan bertahap sebagai berikut
Gambar 2.2:
a. h kecil menaikkan
8
Gambar 2. 2 Sudut Geser sebagai fungsi dari rasio pemapatan tebal Geram λh
Karena adanya pemapatan tebal geram , kecepatan aliran geram selalu lebih rendah dari
kecepatan potong lihat Gambar 2.3.
V
λh = (8)
Vc
Proses Mekanisme
Pembentukan Geram pada Mein
Bubut di universitas Trisakti pada
dasarnya memiliki beberapa
tahapan. Dalam prosesnya,
pembentukan geram terjadi akibat
adanya gaya yang memotong benda
kerja atau material.
9
Gambar 2. 4 Teori yang menerangkan terjadinya geram
• Dari retak mikro yang timbul pada benda kerja tepat diujung pahat pada saat
pemotong, dengan bertambahnya tekanan pada pahat retak tsb menjalar kedepan
sehingga terjadi geram. (gambar 2.4 a)
• Logam pada umumnya bersifat ulet (ductile), apabila mendapat tekanan akan
timbul tegangan (stress) yang maksimum. Apabila tegangan geser ini melebihi
kekuatan logam yg bersangkutan, maka akan terjadi deformasi plastis
(perubahan bentuk) yg menggeser dan memutuskan benda kerja diujung pahat
pada suatu bidang geser (shear pane). Gambar 2.4 b)
10
Gambar 2. 5 Proses terjadinya Geram menurut Teori analogi kartu
Baja ringan ringan / rendah ST41 memiliki kemampuan las yang sangat baik
dan menghasilkan kasus yang seragam dan lebih keras dan baja ini dianggap terbaik
untuk bagian campuran. Baja ringan ringan ST41 menawarkan keseimbangan
ketangguhan, kekuatan dan keuletan yang baik. Disediakan dengan sifat mekanik yang
lebih tinggi, baja ST41 juga mencakup karakteristik permesinan yang mudah diperbaiki
dan kekerasan Brinell tinggi.
Size Availability:
11
Equivalent:
ST41, SS400, AISI 1018, DIN 17100, ST 44-2, ASTM A36, ASTM A283 Grade D, EN
S275/ BS 43A, JIS 3101
C : 0.1 – 0.18,
Si: 0.15-0.25,
Mn : 0.60-0.90,
Cr : 0.90-1.20,
S\P : 0.035,
Weldability
Baja ringan ringan / rendah ST41 dapat langsung dilas dengan semua proses pengelasan
konvensional. Pengelasan tidak direkomendasikan untuk baja ringan ringan / rendah
ST41 bila diberi karbonitrida dan karburator.
Elektroda pengelasan karbon rendah harus digunakan dalam prosedur pengelasan, dan
pemanasan sebelum pemanasan awal tidak diperlukan. Pre-heating dapat dilakukan
untuk bagian lebih dari 50 mm. Pengosongan post-weld relieving juga memiliki aspek
menguntungkan tersendiri seperti proses pra pemanasan.
12
Heat Treatment (Anneling)
Perlakuan panas untuk baja ringan ringan / ringan ST41 percobaan adalah dengan cara
Annealing. Annealing Baja ringan / rendah ST41 dipanaskan pada suhu 870 ° C - 910 °
C dan dibiarkan dingin di tungku
Size Availability:
Equivalent:
S45C, ST60, AISI 1045, DIN C45, CK45, CF45, CQ45,ASTM A29 , ASTM A510 ,
ASTM A519 , ASTM A576 , ASTM A682, SAE J403 , SAE J412 , SAE J414, EN-8 /
BS 970 080M40
C : 0.42 – 0.48,
Si: 0.15-0.35,
Mn : 0.60-0.90,
Cr : 0.90-1.20,
13
S\P : 0.03,
Si :0.13-0.35
Aplikasi S45C
Gears, Pins, Rams, Poros, Rolls, Sockets, Axles, Spindles, Worms, Baut, Ratchets,
Light gear, Crankshafts, Penghubungu batang, Torsi bar dan Klem hidrolik
Machining
Baja S45C memiliki sifat machinability yang baik dalam kondisi normal dan juga
kondisi hot rolled. Berdasarkan rekomendasi yang diberikan oleh produsen mesin,
operasi seperti penyadapan, penggilingan, pembulatan, pengeboran, pengereman dan
penggergajian dll dapat dilakukan pada baja S45C dengan menggunakan suitable feeds,
jenis alat dan kecepatan yang sesuai.
Weldability
Elektroda hidrogen rendah lebih disukai untuk pengelasan baja S45C. Baja pengelasan
S45C dalam kondisi pengerasan, pengerasan dan nyala api yang ketat, tidak dianjurkan
Size Availability:
Round bar
Diameter : 20mm – 390mm
Standar Length : 6010mm
Equivalent:
Thyssen 6582, DIN 34NiCrMo6, ASSAB 705, VCN 150, JIS SNCM 439, ST90, Atlas
Ultimo 200
14
Chemical Composition (%)
C : 0.38 – 0.43
Mn : 0.60 – 0.80
P : 0.40 (Max)
S : 0.040 (Max)
Si : 0.20 – 0.35
Ni : 1.65 – 2.00
Cr : 0.70 – 0.90
Mo : 0.20 -0.30
Aplikasi VCN
Poros otomotif dan poros poros belakang, poros engkol pesawat, batang penghubung,
hub propeller, roda gigi, poros penggerak, bagian arahan dan bagian tugas berat dari
batu bor
Weldability
Dapat dilas menggunakan metode pengelasan fusi atau resistansi. Prosedur las panas
dan pasca panas diikuti saat pengelasan baja ini dengan metode yang sudah ditetapkan.
Baja paduan VCN di anil pada suhu 844 ° C (1550 ° F) diikuti dengan pendinginan
tungku.
Size Availability:
Equivalent:
AISI 4140, SCM440, VCL140, Thyssen 7225, DIN 42CrMo4, ASSAB 709, BOHLER
V320
C : 0.38-0.45,
Si: 0.15-0.40,
Mn: 0.60-0.90,
Cr: 0.90-1.20,
Mo: 0.15-0.30
S\P=0.035,
Ni\Cu=0.030
Aplikasi VCL
Terutama digunakan untuk pembuatan berbagai jenis mesin, mobil, suku cadang
pertambangan, roda gigi mesin, perlengkapan penggerak supercharger, abckshaft,
conncetingrob dan cubitan di bawah tekanan tinggi. Bagian untuk aplikasi power train,
komponen pengikat yang terbentuk dingin, poros, roda gigi, kerah bor untuk eksplorasi
minyak, dll.
Machining
Baja paduan ini memiliki sifat machinability yang baik dalam kondisi anil.
Weldability
Baja paduan bisa dilas menggunakan semua teknik konvensional. Namun, sifat mekanik
baja ini akan terpengaruh jika dilas dalam kondisi perlakuan panas, dan penanganan
panas las harus dilakukan.
16
Heat Treatment (Anneling)
Equivalent:
AISI 4140, SCM440, VCL140, Thyssen 7225, DIN 42CrMo4, ASSAB 709, BOHLER
V320
C : 0.08,
Si: 1,
Mn: 1,
Cr: 0.16-0.18,
Mo: 0.15-0.30
S\P : 0.03,
Ni\Cu : 10-13
Aplikasi VCL
Terutama digunakan untuk pembuatan berbagai jenis mesin, mobil, suku cadang
pertambangan, roda gigi mesin, perlengkapan penggerak supercharger, abckshaft,
conncetingrob dan cubitan di bawah tekanan tinggi. Bagian untuk aplikasi power train,
komponen pengikat yang terbentuk dingin, poros, roda gigi, kerah bor untuk eksplorasi
minyak, dll.
17
Machinability
Tepi pemotongan harus dijaga tetap tajam. Tepi kusam menyebabkan pengerasan kerja
berlebih. Potongan harus ringan tapi cukup dalam untuk mencegah pengerasan kerja
dengan mengendarai di permukaan material. Chip breaker harus digunakan untuk
membantu memastikan swarf tetap bersih dari pekerjaan Konduktivitas termal rendah
paduan austenitik menghasilkan panas yang berkonsentrasi pada tepi pemotongan. Ini
berarti pendingin dan pelumas diperlukan dan harus digunakan dalam jumlah banyak.
Weldability
Fusion welding stainless steel sangat baik baik dengan dan tanpa pengisi. Batang
pengisi dan elektroda yang direkomendasikan untuk baja tahan karat. Bagian las yang
berat mungkin memerlukan anil pengelasan pasca-las.
Annealing biasanya dilakukan pada suhu 1900 ° F atau lebih, kira-kira satu jam diikuti
dengan pendinginan perlahan di tungku.
18
2.5 Karakteristik Pahat Bubut
Pahat bubut merupakan salah satu alat potong yang sangat diperlukan pada proses
pembubutan, karena pahat bubut dengan berbagai jenisnya dapat membuat benda kerja
dengan berbagai bentuk sesuai tututan pekerjaan misalanya, dapat digunakan untuk
membubut permukaan/ facing, rata, bertingkat, alur, champer, tirus, memperbesar
lubang, ulir dan memotong. Kemampuan/performa pahat bubut dalam melakukan
pemotongan sangat dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya, jenis bahan/ material
yang digunakan, geometris pahat bubut, sudut potong pahat bubut dan bagaimana
apakah teknik penggunaanya sudah sesuai petunjuk dalam katalog.
Pahat Karbida
Pahat ini dibuat dari campuran antara karbida dan kobalt. Karbida mendapatkan
kekerasan mereka dari biji-bijian tungsten dan ketangguhan mereka dari ikatan ketat
yang dihasilkan oleh aksi penyemenan dari logam tersebut. Kekerasannya sekitar 90
HRC. Ketahanan aus dan ketangguhan (resistensi shock) dari karbida dapat diubah
dengan memvariasikan jumlah kekerasan kobalt. Pahat jenis ini lebih unggul
dibandingkan dengan pahat HSS, karena pahat ini memiliki ketangguhan dan ketahanan
terhadap abrasi serta keausan. Selain itu, resistensi terhadap deformasi
termal/perubahan bentuk karena panas, juga cukup baik. Oleh karena itu, harga pahat
jenis ini juga relatif mahal.
19
2. Sudut bebas, bersama-sama dengan orientasi dudukan sisipan pada pemegang
pahat menentukan sudut bebas pasif.
6. Tebal sisipan
C N M G 12 04 08 TN
1 2 3 4 5 6 7 89
20
Gambar 2. 7 Kodifikasi pahat sisipan
21
Gambar 2. 8 Kodifikasi pahat sisipan lanjutan
Pahat atau pemegang sisipan-pahat dipasang pada mesin perkakas dengan cara
tertentu sesuai dengan sistem pemegang pahat pada tool-post atau spindle mesin
perkakas. Bentuk pemegang pahat yang paling sederhana adalah pahat bubut luar,
dimana pada bagian ujungnya merupakan tempat sisipan-pahat dipasangkan. Karena
bentuk dan ukuran sisipan-pahat bermacam-macam serta penggunaannya yang
berbagai ragam, bentuk dan dimensi pemegang pahat ini dapat menjadi bermacam-
macam. Untuk mencegah kesimpang siuran bentuk pemegang pahat maka ISO
mengeluarkan standard klasifikasi dan kondifikasi pemegang pahat. Gambar 2.9.
22
Merupakan kodifikasi pemegang pahat untuk proses bubut dengan perincian sebagai
berikut :
a
sin κ r ¿2 Karena sudut potong utama ( κ r ) 900, maka δ= f
f¿
b a
δ =¿ = ¿
h
23
20 atau pada keadaan tertentu dapat dipilih harga terkecil δ=1 dan terbesar 50
(jarang ditemuka n). Harga δ dicapai, karena pemilihan a dan f pemotongan
baja atau metal lain yang ulet (ductile) yang pada umumnya mempunyai bentuk geram
pada daerah yang kontinu. Gambar 2.10 memperlihatkan berbagai bentuk geram pada
daerah tertentu dari a dan f . Ditinjau dari kemudahan pengumpulan dan
pembuangan geram dari mesin perkakas, maka bentuk geram yang berupa serpihan
lebih diinginkan
Gambar 2. 10 Pengaruh Rasio kerampingan Pemotongan δ pada bentuk geram yang dihasilkan
• Harga δ = 5, terbaik
24
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
Start
Tahap Persiapan
Tidak
Ya
24
Finish
Data Rasio Ketebalan Geram
Annealing
Finish
Material benda kerja yang dilakukan pada proses pengujian terdiri dari
(VCN, VCL, ST41, S45C & Stainless Steel) berbentuk silindris. Adapun dimensi
dari material yang digunakan adalah sebgai berikut Gambar 4.3 dan 4.4 :
25
Gambar 3. 2 Spesifikasi Dimensi Material
26
3.1.2 Mesin Bubut
Spesifikasi Mesin bubut adalah sebagai berikut Gambar 3.4 dan 3.5 :
27
3.1.3 Pahat
28
Gambar 3. 7 Tampilan Pahat karbida yang digunakan
29
3.2 Tahapan Pembuatan Alur Menggunakan Mesin Freis
30
Tahapan-tahapan keseluruhan pada proses Pembuatan Alur sebagai berikut :
6. Hasil benda kerja proses freis dapat dilihat pada Gambar 3.10
31
3.3 Pengujian Proses Pembubutan
• Dipilih satu jenis material pahat karbida dan variasi material tertentu
Diketahui : a=¿ 1 mm
mm
f = 0,21
put
Ditanyakan : δ =?
a 1
Jawab : δ= = =0,476 ≈ 5 Jadi nilai δ mendekati harga terbaik
f 0,21
1. Atur kecepatan putaran mesin bubut sebesar 600 rpm dan nyalakan mesinnya
32
mm
4. Atur gerak makan ( f ¿ sebsar 0,21
put
5. Jalankan mesin bubut sampai didapat geram yang akan dijadikan sampel
Hasil bentuk geram keseluruhan yang terjadi berupa spiral dengan panjang
dan dimensi yang berbeda-beda dengan perlakuan kecepatan putaran
n=600 rpm kedalaman potong ( a ) sebesar 1 mm dan gerak makan (
mm
f¿ sebsar 0,21 . Untuk lebih jelasnya bentuk geram yang terjadi pada
put
variasi material percobaan akan diperlihatkan oleh gambar berikut.
1. Material VCN
mm
- Kecepatan Potong ( V ¿ = 126
min
33
2. Material VCL
mm
- Kecepatan Potong ( V ¿ = 126
min
3. Material S45C
mm
- Kecepatan Potong ( V ¿ = 126
min
34
Gambar 3. 13 Geram S45C
4. Material ST41
mm
- Kecepatan Potong ( V ¿ = 126
min
35
Keterangan : - Diameter Benda Kerja ( D ) = 40 mm
mm
- Kecepatan Potong ( V ¿ = 126
min
36
3.3.4 Perlakuan Annelaing Geram
1. Posisikan benda uji di atas tatakan semen atur jaraknya agar tidak berdempetan
Gambar 3.16. Masukkan ke dalam dapur pemanasan
2. Atur suhu Dapur Pemanasan sampai 8000C, setelah suhu mencapai 8000C
stabilkan selama 1 jam. Kemudian mesin dimatikan dan didiamkan dalam
tungku pemanasan selama waktu tertentu. Gambar 3.17
37
Gambar 3. 17 Perlakuan Anneling sampai suhu 8000C
4. Selanjutnya dilakukan proses Pelurusan geram yang berbentuk spiral agar dapat
dihitung panjangnya dengan menggunakan alat ukur. Pelurusan geram dilakukan
dengan menggunakan tang dengan hati-hati agar geram yang diluruskan tidak
patah Gambar 3.19
38
Gambar 3. 19 Pelurusan Geram setelah Anneling
5. Hasil Geram setelah pelurusan dapat dilihat pada Gambar 3.20 Berikut
39
Gambar 3. 21 Pengukuran Menggunakan Jangka Sorong
40
Dik :Tali Busur =Diameter Pahat Freis=8 mm
Dit : Busur =?
θ 23.58
Busur = .2. π .r = .2 . π .20=8,23 mm
360 360
¿ π . D−8,23=π .40−8,23=117.37 mm
41
BAB IV
Dari beberapa pengujian yang dilakukan, yaitu pengukuran rasio pemampatan tebal
geram untuk pahat Karbida dengan variasi material benda kerja didapat hasil sebagai
berikut tabel hasil pengukuran yang dilakukan :
Karena pemilihan a dan f pemotongan beberapa baja dan baja tahan karat
didapat nilai Panjang Geram (Lc ) setelah pelurusan yang berbeda-beda, hal ini
dipengaruhi oleh karakteristik keuletan (ductile) yang pada umumnya dimiliki oleh
setiap material sehingga mempunyai bentuk geram yang bervariasi walaupun dalam
kondisi pemotongan yang sama.
42
60
51
50
41.5
40 36.5
35
29.5
30
mm
Lc
20
10
0
VCN VCL S45C ST41 Stai nl es s Steel
Material Uji
L
Dilihat dari tabel, bisa dikatakan jika Panjang Geram (¿¿ c ) Stainless Steel
¿
lebih panjang dibandingkan maetrial lainnya, perbedaan persentase panjang dengan
panjang geram terpendek VCN mencapai 57.8 %. Hal tersebut tentu akan berpengaruh
tehadap nilai Rasio Pemampatan Tebal Geram.
Berikut adalah tabel hasil Perhitungan dan Praktek nilai Panjang Geram / Lc
Tabel 4. 2 Panjang Geram/Lc (mm) dan Panjang Geram sebelum Terpotong/L (mm).
43
140
117.37 117.37 117.37 117.37 117.37
120
100
80 L
mm
L
60 51 c
41.5
40 35 36.5
29.5
20
0
VCN VCL S45C ST41 Stai nl es s Steel
Material Uji
Dari Tabel dan Grafik yang diperoleh didapat nilai L > Lc , sehingga nilai Rasio
Pemempatan tebal Geram dapat dihitung dengan Rumus:
L
λh = >1
Lc
1) Material VCN
117,37
λh = =3.97
29.5
2) Material VCL
117,37
λh = =3.97
35
3) Material S45C
117,37
λh = =3.21
36.5
4) Material ST41
117,37
λh = =2,82
29.5
44
Berikut adalah Tabel Data Hasil Rasio Pemampatan Tebal Geram :
4.5
3.97
4
Rasio Pemampatan Tebal Geram
3.5 3.35
3.21
3 2.82 λh
2.5 2.3
1.5
0.5
0
VCN VCL S45C ST41 Stai nl es s Steel
Material Uji
Gambar 4. 3 Grafik Pengaruh Beberapa Jenis Material Benda Kerja Terhadap Rasio Pemapatan tebal Geram
Pengaruh nilai panjang Geram Stainless Steel yang paling tinggi pada Tabel 4.2
membuat perbandingan nilai rasio pemampatan tebal geram semakin rendah. Untuk itu
dalam penelitian yang dilakukan dengan kondisi pemotongan dan jenis mata pahat yang
sama tanpa adanya penambahan cairan pendingin, material Stainless Steel merupakan
material terbaik karena memiliki nilai rasio pemampatan tebal geram paling kecil.
45
BAB V
5.1 Kesimpulan
mm
kedalaman potong ( a ) 1 mm dan gerak makan ( f ¿ 0,21 pada
put
jenis material yang bervariasi didapat nilai λh untuk
Stainless Steel ( λ h=2.39 ) < ST 41 ( λ h=2.82 ) < S 45 C ( λh=3.21 ) <VCL ( λh =3.35 ) <VCN ( λh=3.91 )
. Sehingga Stainess Steel paling baik digunakan pada kondisi pemotongan
tersebut.
5.2 Saran-saran
44