PENDAHULUAN
hipertensi portal dengan segala penyulitnya. Salah satu komplikasi yang perlu
hati kronis dan secara luas didefiniskan sebagai perubahan status mental dan
fungsional kognitif yang terjadi pada kondisi gagal hati. HE jauh lebih sering
neuropsikiatri yang dapat terjadi pada penyakit hati akut dan kronik berat dengan
pasti karena sulitnya penegakan diagnosis, namun diperkirakan terjadi pada 30%-
84% pasien sirosis hepatis.3 Sebanyak 30% pasien yang menderita ensefalopati
mendapatkan prevalensi HE minimal sebesar 63,2% pada tahun 2009. Data pada
tahun 1999 mencatat prevalensi HE stadium 2-4 sebesar 14,9%. Angka kesintasan
1
1 tahun dan 3 tahun berkisar 42% dan 23% pada pasien yang tidak menjalani
transplantasi hati.2
mendasarinya; tipe A berhubungan dengan gagal hati akut dan ditemukan pada
hepatitis fulminan, tipe B berhubungan dengan jalur pintas portal dan sistemik
tanpa adanya kelainan intrinsik jaringan hati, dan tipe C yang berhubungan
dengan sirosis dan hipertensi portal, sekaligus paling sering ditemukan pada
persisten (terjadi secara progresif dengan gejala neurologis yang kian memberat).3
fungsi hati dan pintasan portosistemik. Amonia adalah neurotoksin yang pada
dosis tinggi menimbulkan kejang dan kematian. Kadar amonia dalam otak, cairan
2
mengatasi faktor pencetus koma hepatik, misalnya asupan protein dikurangi atau
3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
reversibel yang terjadi pada penyakit hati akut maupun kronik dengan beragam
gangguan intelektual, serta penurunan kesadaran tanpa adanya kelainan otak yang
mendasarinya.4
2.2 Etiologi
disebabkan oleh virus, obat-obatan atau racun, namun umumnya muncul pada
sirosis hati atau pada penyakit kronik lainnya saat terjadi hipertensi portal.4
2.3 Klasifikasi
Tipe A Tipe C
HE yang berhubungan
dengan Porto-systemic Episodik Persisten Minimal
shunts tanpa penyakit
hepatoselular interinsik
4
2.4 Patofisiologi
gangguan hati akut maupun kronik, seperti keseimbangan nitrogen positif dalam
tubuh (asupan protein yang tinggi, gangguan ginjal, perdarahan varises esofagus
(pneumonia, infeksi saluran kemih atau infeksi lain) dan lain-lain, seperti
pembedahan dan alkohol. Faktor tersering yang mencetuskan HE pada sirosis hati
esofagus.5
darah yang melewati sawar darah otak. Amonia merupakan molekul toksik
terhadap sel yang diyakini berperan penting dalam terjadinya HE karena kadarnya
meningkat pada pasien sirosis hati. Amonia diproduksi oleh berbagai organ.
Amonia merupakan hasil produksi koloni bakteri usus dengan aktivitas enzim
Clostridium. Enzim urease bakteri akan memecah urea menjadi amonia dan
karbondioksida. Amonia juga dihasilkan oleh usus halus dan usus besar melalui
glutamat dan amonia. Pada individu sehat, amonia juga diproduksi oleh otot dan
ginjal.5
di hati. Otot dan ginjal juga akan mendetoksifikasi amonia jika terjadi gagal hati
5
dimana otot rangka memegang peranan utama dalam metabolisme amonia melalui
berasal dari ginjal dikeluarkan melalui urin dalam bentuk ion amonium (NH4+)
dan urea ataupun diserap kembali ke dalam tubuh yang dipengaruhi oleh pH tubuh.
Dalam kondisi asidosis, ginjal akan mengeluarkan ion amonium dan urea melalui
urin, sedangkan dalam kondisi alkalosis, penurunan laju filtrasi glomerulus dan
penurunan perfusi perifer ginjal akan menahan ion amonium dalam tubuh
Amonia akan masuk ke dalam hati melalui vena porta untuk proses
detoksifiaksi. Metabolisme oleh hati dilakukan di dua tempat, yaitu sel hati
Henseleit dan sel hati yang terletak dekat vena sentral dimana urea akan
permebialitas sawar darah otak untuk amonia pada pasien sirosis menyebabkan
6
Disfungsi neurologis yang ditimbulkan pada HE terjadi akibat edema
oksidasi RNA dan aktivasi protein kinase untuk mitogenesis yang bertanggung
gangguan pada tes psikometrik terkait dengan atensi, memori jangka pendek dan
iritabilitas dan disinhibisi serta perubahan kesadaran dan fungsi motorik yang
nyata. Selain itu, gangguan pola tidur semakin sering ditemukan. Pasien dapat
memperlihatkan disorientasi waktu dan ruang yang progresif, tingkah laku yang
tidak sesuai dan fase kebingungan akut dengan agitasi atau somnolen, stupor, dan
hingga 4, dengan derajat 0 dan 1 masuk dalam HE covert serta derajat 2-4 masuk
dalam HE overt.5
7
Tabel 1. Stadium ensefalopati hepatik sesuai kriteria West Haven5
2.6 Diagnosis
yang jelas. Namun, pasien memiliki tes psikometrik abnormal dan perubahan
sementara asterixis adalah temuan penting pada HE. HE bersifat reversible dan
penelitian terbaru mengarah pada penurunan respon pasien terhadap memori kerja
dan pembelajaran.7
8
menunjukkan spesifik dan sensitive untuk menentukan MHE. PHES terdiri dari
lima tes: the digit symbol test (DST), the number connection test A (NCTA), the
number connection test B (NCTB), the serial dotting test (SDT) the line drawing
test (LDT). Tes neuropsikologis ini dilakukan secara individu. Beberapa tes
memiliki waktu yang lebih lama dan tingkat reaksi tidak tepat. Sebuah tes
cahaya pada pasien MHE. Sementara West Haven Criteria (WHC) telah
perdarahan saluran pencernaan atau kerusakan hati. Evaluasi awal dilihat dari
faktor pencetus. Selain itu OHE harus dibedakan dengan stroke atau penyebab
neuralgia lainnya. Kriteria WHC sering dipakai untuk menilai OHE.26,27 Kriteria
ini untuk menilai deficit neurologis yang terlihat pada pasien OHE, termasuk
dan grade 4 koma. Tidak ada tes laboratorium untuk mendiagnosa OHE.
meningkat pada penelitian, secara individu tingkat serum ammonia tidak akurat
9
2.7 Penatalaksanaan
Nutrisi
protein hewani, terutama protein yang berasal dari daging merah. Penurunan
memperburuk HE.8
dapat mengurangi produksi ammonia usus dan mencegah eksaserbasi HE. Asupan
energi harian yang optimal harus 35-40kkal/kgBB dengan asupan protein harian
1,2g sampai 1,5g/kgBB Ideal dan asupan serat 25 sampai 45g sehari. Jika pasien
tidak toleran terhadap protein makanan, suplemen Branched Chain Amino Acid
Obat pencahar
disakarida yang tidak dapat diserap, terdegradasi oleh flora normal usus menjadi
menjadi asam laktat dan asam asetat menghasilkan pengasaman lumen usus. Hal
diserap, sehingga tetap terdapat dilumen kolon dan terjadi pengurangan ammonia
diplasma. Laktulosa juga berfungsi sebagai obat pencahar dan mengurangi beban
10
kolon bakteri. Dosis awal laktulosa 30ml per hari atau 2 kali sehari. Dosis dapat
ditingkatkan jika terjadi toleransi. Dosis dapat diturunkan jika terjadi diare, kram
ileus, diare berat, gangguan elektrolit dan hipovolemia. Hipovolemia yang cukup
Dosis laktulosa dosis tinggi dapat diberikan secara oral atau melalui
berat. Laktulosa dapat diberikan sebagai enema pada pasien koma dan tidak dapat
diberikan obat melalui mulut. Dosis yang dianjurkan adalah 300ml laktulosa pada
Antibiotik
dikolon. Dosis neomisin awal adalah 250mg per oral 2-4 kali sehari dengan dosis
maksimal 4000mg per hari. Neomisin biasanya digunakan sebagai pengobata lini
dengan dosis 400mg yang diminum secara oral 3 kali sehari efeektif untuk
11
Pengobatan kombinasi rifaximin dan laktulosa lebih baik jika hanya
dengan dosis 400mg yang diminum secara oral 3 kali sehari efeektif untuk
L-ornitin L-aspartat
LOLA terdiri dari 2 asam amino. L-ornitin dan L-aspartat adalah subtrat untuk
transaminase glutamate yang berperan dalam perubahan amonia menjadi urea dan
12
Gambar 1. Algoritme Tatalaksana HE
melalui NGT. Diberikan 15-300cc setiap 1-2jam melalui NGT sampai buang air
13
besar. Jika tidak dapat diberikan dengan NGT dapat diberikan sebagai enema
(300cc laktulosa 15ml dalam 700cc air steril. Rifaximin diberikan bersamaan
2.8 Prognosis
Namun, prognosisnya tak selalu sama dan tergantung pada penyakit hati yang
14
BAB 3
LAPORAN KASUS
ANAMNESA PRIBADI
Nama : Mr. L
Umur : 66 tahun
Pekerjaan : Petani
Suku : Jawa
Agama : Islam
ANAMNESIS PENYAKIT
15
dijumpai. Hal ini dirasakan os + 2 hari. BAB normal
BPH
ANAMNESIS ORGAN
Jantung
Lain-lain :(-)
Saluran Pernapasan
Saluran Pencernaan
16
Saluran Urogenital
Tulang
Endokrin
Saraf Pusat
Lain-lain :(-)
Lain-lain :(-)
Sirkulasi Perifer
17
Claudicatio Intermitten :(-) Lain-lain :(-)
STATUS PRESENS
Keadaan Umum :
Keadaan Penyakit
Temperatur : 36 ºC
Berat Badan : 75 kg
STATUS LOKALISATA
KEPALA
18
Indirek (+)
LEHER
Leher : Simetris
Trakea : Medial, pembesaran KGB (-), Struma (-), TVJ : 5-2 cmH2O, Kaku kuduk
( - ), lain-lain (-)
THORAKS DEPAN
Inspeksi
Palpasi :
Perkusi
19
Peranjakan : ICS VI dextra ± 1cm
Jantung
Auskultasi
Paru
Jantung
THORAKS BELAKANG
Perkusi : Sonor
ABDOMEN
Inspeksi
Bentuk : Simetris
20
Vena kolateral : (-)
Lain-lain : (-)
Palpasi
HATI
Konsistensi : Soepel
Ukuran : Normal
LIEN
GINJAL
Ballotement :(-)
TUMOR :(-)
PERKUSI
Pekak Beralih :-
AUSKULTASI
21
Lain-lain :(-)
PINGGANG
SUPRAPUBIK
INGUINAL :(-)
Lokasi :(-)
Sianosis :(-)
Lain-lain :(-)
22
ANGGOTA GERAK BAWAH Kiri Kanan
Edema - -
Arteri femoralis + +
Refleks KPR + +
Refleks APR + +
Refleks fisiologis + +
Refleks patologis - -
Lain-lain - -
23
RESUME
24
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri,
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan
paru
Auskultasi :
Suara Pernafasan = Vesikuler
Suara Tambahan = (-)
Abdomen:
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Soepel
Hepar: dalam batas normal
Limpa: Pembesaran (+)
Renal: dalam batas normal
Suprapubik: Nyeri tekan suprapubik (-
)
Ekstremitas atas : Dalam batas normal
Ekstremitas bawah : Dalam batas
normal
LABORATORIUM RUTIN Darah : Eritrosit Normokrom
Normositer
Kimia klinik:
Creatinin: 1,4 mg/dL
Asam urat: 6,6 mg/dL
Bilirubin total: 3,43 mg/dL
Bilirubin direk: 1,10 mg/dL
Elektrolit
Natrium: 125 mEq/L
Kalium: 3,8 mEq/L
Chlorida: 108 mmol/L
LABORATORIUM Tdp
MIKROBIOLOGI
DIAGNOSIS BANDING - Hepatic encephalopathy grade I
- Hipoglikemia
- Perdarahan subdural
DIAGOSIS SEMENTARA - Hepatic encephalopathy grade I
PENATALAKSANAAN Non Farmakologis :
- Tirah baring
- Diet hati II
Farmakologis :
- IVFD NACL 0,9% 20 gtt/i
25
makro
- Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj Ondansentron 4 mg/8 jam
- Sucralfat syr 3x10cc
- Propanolol 3x10 mg
1 . USG Abdomen
26
BAB 4
FOLLOW UP
Tanggal S O A P
25 November 2017 Lemas dan o Sensorium : o HE grade I o Tirah baring
mual Compos Mentis o Diet hati II
berkurang o TD : 140/80 o IVFD NACL
mmHg 0,9% 20 gtt/i
o HR : 64 x/i makro
o RR : 24 x/i o Inf
o Temp : 37,2 ˚C Aminoleban 1
fls/hari
o Inj Cefotaxim
1 gr/8 jam
o Inj Ranitidine
50 mg/12 jam
o Inj
Ondansentron
4 mg/8 jam
o Sucralfat syr
3x10cc
o Propanolol
3x10 mg
27
26 November 2017 Lemas dan o Sensorium : o HE grade I o Tirah baring
mual Compos Mentis o Diet hati II
berkurang o TD : 140/80 o IVFD NACL
mmHg 0,9% 20 gtt/i
o HR : 62 x/i makro
o RR : 22 x/i o Inf
o Temp : 37 ˚C Aminoleban 1
fls/hari
o Inj Cefotaxim
1 gr/8 jam
o Inj Ranitidine
50 mg/12 jam
o Inj
Ondansentron
4 mg/8 jam
o Sucralfat syr
3x10cc
o Propanolol
3x10 mg
28
BAB 5
DISKUSI KASUS
Teori Pasien
Definisi
Hepatic encepalopathy (HE) adalah suatu Seorang laki-laki usia 66 tahun
sindrom neuropsikiatri bersifat reversibel yang terjadi datang dengan penurunan kesadaran
pada penyakit hati akut maupun kronik dengan beragam yang dialami sejak + 3 hari sebelum
manifestasi, mulai dari ringan hingga berat, mencakup masuk rumah sakit.
perubahan perilaku, gangguan intelektual, serta
penurunan kesadaran tanpa adanya kelainan otak yang
mendasarinya.
Etiologi
- Hepatitis fulminan - Sirosis hati
- Obat-obatan
- Sirosis hati
Manifestasi Klinis
1. Perubahan tingkah laku dan kepribadian Os tampak gelisah dan seperti
2. Perubahan kesadaran kebingungan dengan lingkungan
3. Perubahan fungsi motorik sekitar. Os juga mengeluhkan sulit
4. Gangguan pola tidur tidur 2 hari ini.
5. Disorientasi waktu dan ruang
Anamnesa
HE dapat ditandai dengan manifestasi Os mengalami penurunan kesadaran
neurokognitif yang luas. Dalam kasus Minimal Hepatik sejak + 3 hari sebelum masuk rumah
Ensefalopati mungkin tidak terdapat perubahan klinis sakit, penurunan kesadaran dialami
yang jelas. Namun, pasien memiliki tes psikometrik os secara tiba-tiba. Os tampak
abnormal dan perubahan kepribadian. Seiring dengan gelisah dan seperti kebingungan
perkembangannya, pasien akan mengalami gangguan dengan lingkungan sekitar. Os juga
mengeluhkan sulit tidur 2 hari ini. Os
kognisi yang menyebabkan perubahan kepribadian
mempunyai riwayat sirosis hepatis
drastis, iritabilitas dan keterhambatan. Kelainan motorik
(10 tahun), varises esofagus,
seperti hypertonia dan hiperfleksia serta disfungsi nefrolithiasis dan BPH.
ekstrapiramidal seperti kekakuan, bradikinesia,
dyskinesia, hipokinesia dan keterlambatan bicara.
Gangguan tidur dengan mengantuk pada siang hari
yang berlebihan merupakan manifestasi umum pada HE.
Asterixis tidak spesifik untuk HE sementara asterixis
adalah temuan penting pada HE. HE bersifat reversible
29
Pemeriksaan Fisik
VITAL SIGN
Sensorium : Apatis
Tekanan darah : 130/90 mmHg
Nadi : 96 x/ mnt
Pernafasan : 24 x/ mnt
Temperatur : 36 °C
STATUS LOKALISATA
Kepala :
Mata: Konjungtiva anemis (-/-),
sklera ikterik (+/+)
T/H/M : Dalam batas normal
Trakea : TVJ 5-2 cmH20
Leher :
Trakea medial, pembesaran KGB (-),
Struma (-)
Thorax:
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Stem fremitus kanan=kiri,
Perkusi : Sonor pada kedua lapangan
paru
Auskultasi :
Suara Pernafasan = Vesikuler
Suara Tambahan = (-)
Abdomen:
Inspeksi : Simetris fusiformis
Palpasi : Soepel
Hepar: dalam batas normal
Limpa: Pembesaran (+)
Renal: dalam batas normal
Suprapubik: Nyeri tekan suprapubik
(-)
Ekstremitas atas : Dalam batas
normal
Ekstremitas bawah : Dalam batas
normal
Penatalaksanaan
- Diet rendah protein Non Farmakologis :
- Obat pencahar
- Antibiotik - Tirah baring
- L-ornitin L-aspartat - Diet hati II
Farmakologis :
30
- IVFD NACL 0,9% 20 gtt/i
makro
- Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam
- Inj Ranitidine 50 mg/12 jam
- Inj Ondansentron 4 mg/8 jam
- Sucralfat syr 3x10cc
Propanolol 3x10 mg
31
BAB 6
KESIMPULAN
dialami sejak + 3 hari sebelum masuk rumah sakit. Penurunan kesadaran dialami
berupa tirah baring, diet hati II dan terapi farmakologis berupa IVFD NACL 0,9%
20 gtt/i makro, Inj Cefotaxim 1 gr/8 jam, Inj Ranitidine 50 mg/12 jam, Inj
32
DAFTAR PUSTAKA
33