TINJAUAN PUSTAKA
1) Eustres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat sehat, positif, dan konstruktif
(bersifat membangun). Hal tersebut termasuk kesejahteraan individu dan juga organisasi
yang diasosiasikan dengan pertumbuhan, fleksibilitas, kemampuan adaptasi, dan tingkat
performance yang tinggi.
2) Distres, yaitu hasil dari respon terhadap stres yang bersifat tidak sehat, negatif, dan
destruktif (bersifat merusak). Hal tersebut termasuk konsekuensi individu dan juga
organisasi seperti penyakit kardiovaskular dan tingkat ketidakhadiran (absenteeism) yang
tinggi, yang diasosiasikan dengan keadaan sakit, penurunan, dan kematian.
Kemangkiran
Kemenduaan peran
Perputaran
Tanggung jawab
Kecelakaan
Jenjang kelompok Penyalahgunaan obat
Perilaku manajerial
Teknologi Phisiologis
Gaya manajemen Tekanan darah meningkat
Desain Organisasional Kolesterol tinggi
2.3.1 Stresor
Stresor adalah faktor-faktor lingkungan yang menimbulkan stres. Dengan kata lain,
stresor adalah suatu prasyarat untuk mengalami respon stres. Gambar di atas menunjukkan
empat jenis utama stresor yaitu individual, kelompok, organisasi dan diluar organisasi.
1) Jenjang Individual
Stresor tingkat individual adalah stresor yang berkaitan secara langsung dengan tugas-
tugas kerja seseorang. Contoh stresor yang paling umum adalah beban peran berlebihan,
konflik peran, kemenduaan peran, dan tanggung jawab.
Para manajer dapat membantu mengurangi stresor ini dengan memberikan arahan dan
dukungan dan secara adil mengalokasikan penugasan pekerjaan di dalam unit kerja.
Akhirnya, keamanan kerja adalah stresor tingkat individual yang penting untuk dikelola
karena berkaitan dengan meningkatnya kepuasan kerja, komitmen organisasi, dan kinerja,
dan hal ini sedang mengalami penurunan.
2) Jenjang Kelompok
Stresor tingkat kelompok disebabkan oleh dinamika kelompok dan perilaku
manajerial. Para manajer menciptakan stres pada karyawan dengan:
Menunjukkan perilaku yang tidak konsisten.
Gagal memberikan dukungan.
Menunjukkan kekurangpedulian.
Memberikan arahan yang tidak memadai.
Menciptakan suatu lingkungan dengan produktivitas yang tinggi.
Memfokuskan pada hal-hal negatif sementara itu mengabaikan kinerja yang baik.
3) Jenjang Organisasional
Stresor organisasi mempengaruhi sebagian besar karyawan. Sebagai contoh, sebuah
lingkungan dengan tekanan yang tinggi menempatkan permintaan kerja yang terus-
menerus pada karyawan akan menyalakan respon stres. Sebaliknya penelitian
menyediakan dukungan awal untuk gagasan bahwa manajemen partisipatif dapat
mengurangi stres organisasional. Meningkatnya penggunaan teknologi informasi
merupakan suatu sumber lain dari stres organisasional.
Sebagai tambahan atas beberapa jenis stresor ini, sebagian orang juga fobia terhadap
teknoligi. Akhirnya, desain kantor dan lingkungan umum kantor merupakan stresor
tingkat organisasional yang penting. Penelitian menunjukkan bahwa penerangan yang
buruk, suara yang bising, penempatan perabot yang tidak tepat, dan suatu lingkungan kotor
atau bau akan menciptakan stres.
4) Ekstraorganisasional
Stresor diluar organisasi (extra organizational stresors) adalah stresor yang disebabkan
oleh faktor di luar organisasi. Sebagai contoh, konflik yang berkaitan dengan
penyeimbangan kehidupan karier dan keluarga seseorang sangatlah membuat stres. Status
sosial ekonomi adalah stresor ekstra organisasional yang lain. Stres yang lebih tinggi
terjadi pada orang-orang dengan status sosial ekonomi lebih rendah, yang menggambarkan
suatu kombinasi dari:
Status ekonomi, sebagaimana diukur dengan pendapatan.
Status sosial, yang dinilai dengan tingkat pendidikan.
Status kerja, sebagaimana diindekskan oleh pekerjaan.
2.3.2 Stres
Stres yang dirasakan menggambarkan persepsi keseluruhan seseorang individu
mengenai bagaimana berbagai stresor mempengaruhi kehidupannya. Persepsi terhadap
stresor ini merupakan suatu komponen yang penting di dalam proses stres karena orang
menginterprestasikan stresor yang sama secara berlainan.
2.3.3 Hasil
Para ahli teori menyatakan bahwa stres memiliki konsekuensi atau hasil psikologis
yang berkaitan dengan sikap, keprilakuan, kognitif, dan kesehatan fisik. Sebuah badan
penelitian yang besar mendukung dampak negatif dari stres yang dirasakan pada banyak
aspek kehidupan kita. Stres berkaitan secara negatif dengan kepuasan kerja, komitmen
organisasional, emosi positif, dan kinerja yang berhubungan secara positif dengan tingkat
perputaran yang disebabkan oleh kepenatan.
2.3.4 Perbedaan Individual
Orang tidak mengalami tingkat stres yang sama atau menunjukkan hasil yang
serupa untuk suatu jenis stresor tertentu. Sebagai contoh, jenis stresor yang dialami di
tempat kerja bervariasi menurut pekerjaan dan jenis kelamin. Stresor untuk pengendalian
yang rendah adalah lebih tinggi pada pekerjaan klerikal tingkat rendah daripada pekerjaan
profesional, dan konflik antar pribadi merupakan suatu sumber stres yang lebih besar bagi
kaum wanita daripada kaum pria. Pengendalian yang dirasakan juga merupakan suatu
moderator yang signifikan dari proses stres. Orang merasakan tingkat stres yang lebih
rendah dan mengalami konsekuensi yang lebih mendukung pada saat mereka percaya
bahwa mereka dapat mengendalikan stresor yang mempengaruhi kehidupan mereka.
Akhirnya, ciri kepribadian kekerasan atau sisinme yang kronis juga memoderatkan
stres. Penelitian menunjukan bahwa orang yang secara terus-menerus marah, ingin tahu,
tidak mudah percaya akan memiliki kemungkin dua kali lipat lebih besar untuk mengalami
penutupan ateri koroner. Walaupun para peneliti telah mampu mengidentifikasi beberapa
moderator yang penting, masih terdapat suatu jurang yang lebar dalam mengidentifikasi
perbedaan individual yang relevan.
b. Stres Peran
Dalam kesempatan, Kahn dkk. (1964) telah melakukan penelitian tentang konflik
peran dan ketidakjelasan peran dalam suatu organisasi. Tujuan mereka melakukan
penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan tingkat ketegangan peran dan
penyesuain diri. Penelitian ini didasarkan pada premis bahwa individu-individu lebih
efektif dalam memainkan perannya ketika ia memahami tentang peran yang
dimainkannya, sehingga mereka tidak mengalami stres/tekanan-tekanan peran yang
menimbulkan konflik peran yang tinggi.
Contoh yang dapat menggambarkan konflik peran adalah seorang manajer
mengharapkan dukungan dari bawahannya untuk meningkatkan produktivitas kerjanya.
Namun, mereka tidak diberi tambahan sumber-sumber agar lebih produktif. Sering kali
manajer dalam mencapai tujuannya memerlukan dukungan dari bawahannya tetapi
sebaliknya ia harus membuat perencanaan agar dapat mengendalikan program secara
efektif dan efisien. Tipe yang lain dari ketegangan peran adalah ketidakpastian terhadap
hasil pengalaman yang diperoleh individu tentang pengharapan-pengharapan yang lain,
yang tampak dalam tipe 1 dan tipe 2.
Tipe 1, ketidakjelasan peran yang dikerjakan individu dapat menyebabkan
ketidakpastian tentang persyaratan kerja mereka sendiri karena hal ini bersifat umum.
Contoh, ketika individu mendapat posisi baru, maka individu tersebut mencoba
mempelajari bagaimana cara mengerjakan tugas, karena tugas tersebut menunjukkan
ketidakjelasan tanggung jawabnya. Selain itu, deskripsinya samar-samar dan instruksi-
instruksinya juga tidak jelas. Tipe 2, merupakan tipe yang berhubungan dengan
ketidakjelasan emosi dan sosial, ketidakpastian tentang bagaimana prestasi kerja
individu dinilai oleh orang lain. Situasi ini muncul ketika ukuran kerja untuk
melaksanakan penilaian prestasi tidak jelas dan pertimbangan penilaiannya subjektif.
Situasi tersebut dapat menyebabkan timbulnya masalah apabila orang yang dapat
dinilai prestasi kerjanya merasa tidak puas dan menerima kenyataan tersebut.
c. Peluang Partisipasi
Ada beberapa manajer dilaporkan bahwa apabila tingkat partisipasi mereka dalam
mengambil keputusan dirasakan lebih banyak akan mengalami stres yang lebih rendah.
Sebaliknya, tingkat kecemasan terhadap tugas dan ancaman terhadap tugas dirasakan
rendah oleh manajer yang partisipasinya terhadap tugasnya rendah (Tosi, 1971).
Partisipasi adalah penting untuk dua alas an, yaitu: (1) partisipasi dihubungkan dengan
konflik peran yang rendah dan ketidakjelasan peran yang rendah (Kahn et al., 1964,
Tosi, 1971); (2) partisipasi yang tinggi (keputusan-keputusannya lebih berpengaruh)
dapat membuat seseorang merasa dapat mengendalikan lingkungan sekitarnya.
d. Tanggung Jawab
Tanggung jawab yang lain mungkin dapat mempengaruhi stres yang sedang bekerja
(Cooper dan Marshall, 1976). Sebagai seorang manajer keefektifannya tergantung pada
siapa yang bekerja untuknya, seandainya manajer mempunyai alasan bahwa dirinya
tidak mempunyai kepercayaan terhadap mereka, atau kemampuannya kurang dapat
mengendalikan mereka, maka manajer aka mengalami stres karena diriya tidak dapat
mengendalikan situasi tersebut.
e. Faktor-Faktor Organisasi
Organisasi itu sendiri dapat menyebabkan stres. Contohnya, banyak yang percaya
bahwa birokrasi (atau mekanis) merupakan bentuk organisasi yang mengarah dan tidak
memaksimalkan potensi individu, sedangkan struktur organisasi lebih memungkinkan
untuk mewujudkan potensi dan produktivitasnya individu (Argyris, 1964; Presthus,
1978). Di bawah ini ada empat cirri-ciri organisasi yang dapat menyebabkan stres yaitu:
1. Tingkat organisasi
2. Keadaan yang sulit dalam organisasi
3. Taraf perubahan organisasi
4. Batas peran