Anda di halaman 1dari 2

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah
desakan berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula
saat kehidupan itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Sebab ketentuan
yang demikian itu, akan sangat erat kaitannya dengan kontribusi yang hendak
diberikannya kepada peradilan khususnya dalam menentukan adanya tindak pidana
“Aborsi”.1

Negara-negara di Eropa barat umumnya mengancam perbuatan pengguguran


kandungan dengan hukuman, kecuali bila atas indikasi medis (bahaya maut atau bahaya
kesehatan yang parah bagi si ibu, yang bila dilanjutkan akan membahayakan diri si ibu,
atau bahaya kelainan kongenital yang hebat). Amerika melarang penguguran kandungan
yang ilegal, yaitu selain yang dilakukan dokter di Rumah Sakit dengan prosedur tertentu.
Sedangkan Jepang membolehkan abortus tanpa pembatasan tertentu. Bahkan di negara-
negara Eropa Timur, abortus diperbolehkan bila dilakukan oleh dokter di Rumah Sakit
tanpa keharusan membayar biayanya. Di Jerman Barat, pengguguran kandungan usia 14
hari hingga 3 bulan, dengan izin si wanita, atas anjuran dokter dan dilakukan oleh dokter,
tidak diancam hukuman. 1

Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si ibu yang
merupakan korban juga sebagai ‘pelaku’ sehingga sukar diharapkan adanya laporan
abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya bila terjadi komplikasi (si
ibu sakit berat/mati) atau bila ada pengaduan dari si ibu atau suaminya (dalam hal izin).
Abortus atau pengguguran kandungan selalu menjadi permasalahan dari masa ke masa.
Dari segi kesehatan secara alami terjadi keguguran pada 10 – 15 % kehamilan. Di lain pihak
ada keadaan yang memaksa pengguguran kandungan yang harus ditempuh (provokasi)
untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil, tetapi banyak pula pengguguran dilakukan bukan
untuk tujuan ini. Yang terakhir inilah yang menjadi permasalahan karena dalam
pandangan masyarakat, hukum dan agama tindakan abortus bertentangan dengan kaidah
yang baik. 1

Dikatakan klasik karena dari dahulu sampai sekarang kehadiran kehidupan baru ini
tetap menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai, yaitu antara insan yang
didambakan dengan yang tidak. Ini sama klasiknya dengan euthanasia yaitu permasalahan
yang dihadapi di akhir kehidupan.2

Dalam KUHP tidak terdapat ketentuan yang membolehkan tindakan abortus,


termasuk untuk menyelamatkan jiwa si ibu. Yang ada hanya ketentuan yang melarang
dilakukan pengguguran kandungan seperti diatur dalam KUHP pasal 299, 346, 347 dan
348. baru sejak tahun 1992 dalam Undang-Undang no. 23 tahun 1992 tentang Kesehatan
dijelaskan bahwa pengguguran kandungan dapat dilakukan untuk menyelamatkan ibu
dan bayi, tetapi sampai sekarang petunjuk pelaksanaan dan petunjuk tehnis berupa
Peraturan Pemerintah dan peraturan lain masih belum diterbitkan. 2

Permasalahan abortus tidak hanya berkaitan dengan bidang kedokteran forensik,


tetapi juga berkaitan dengan hukum kesehatan. Perbedaan intinya adalah dalam hukum
kesehatan lebih tertuju pada ketentuan hukum yang mengatur dalam keadaan apa,
dimana, oleh siapa pengguguran dapat dilakukan, sementara dalam bidang kedokteran
forensik tertuju kepada pemeriksaan dan pembuktian bagaimana pengguguran
kandungan dilakukan, kapan, berapa umur bayi dan lain-lain. 2

1.2 Tujuan dan Manfaat

Laporan kasus ini diselesaikan guna melengkapi tugas dalam menjalani program
pendidikan profesi dokter di Departemen Ilmu Forensik, selain itu untuk memberikan
pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai Abortus terutama yang berkaitan
dengan dunia forensik.

Anda mungkin juga menyukai