PENDAHULUAN
Salah satu masalah yang dikemukakan dalam lapangan ilmu kedokteran adalah
desakan berbagai pihak agar masalah saat kapan dimulainya sebuah kehidupan dan pula
saat kehidupan itu dianggap tidak ada, dapat diagendakan secepatnya. Sebab ketentuan
yang demikian itu, akan sangat erat kaitannya dengan kontribusi yang hendak
diberikannya kepada peradilan khususnya dalam menentukan adanya tindak pidana
“Aborsi”.1
Kasus abortus di Indonesia jarang diajukan ke pengadilan, karena pihak si ibu yang
merupakan korban juga sebagai ‘pelaku’ sehingga sukar diharapkan adanya laporan
abortus. Umumnya kasus abortus diajukan ke pengadilan hanya bila terjadi komplikasi (si
ibu sakit berat/mati) atau bila ada pengaduan dari si ibu atau suaminya (dalam hal izin).
Abortus atau pengguguran kandungan selalu menjadi permasalahan dari masa ke masa.
Dari segi kesehatan secara alami terjadi keguguran pada 10 – 15 % kehamilan. Di lain pihak
ada keadaan yang memaksa pengguguran kandungan yang harus ditempuh (provokasi)
untuk menyelamatkan nyawa ibu hamil, tetapi banyak pula pengguguran dilakukan bukan
untuk tujuan ini. Yang terakhir inilah yang menjadi permasalahan karena dalam
pandangan masyarakat, hukum dan agama tindakan abortus bertentangan dengan kaidah
yang baik. 1
Dikatakan klasik karena dari dahulu sampai sekarang kehadiran kehidupan baru ini
tetap menjadi permasalahan yang tak kunjung selesai, yaitu antara insan yang
didambakan dengan yang tidak. Ini sama klasiknya dengan euthanasia yaitu permasalahan
yang dihadapi di akhir kehidupan.2
Laporan kasus ini diselesaikan guna melengkapi tugas dalam menjalani program
pendidikan profesi dokter di Departemen Ilmu Forensik, selain itu untuk memberikan
pengetahuan kepada penulis dan pembaca mengenai Abortus terutama yang berkaitan
dengan dunia forensik.