Anda di halaman 1dari 5

Nama : Rohani Marchelin

NIM : 03031281621053
Shift : Jumat (13.30-16.30 WIB)
Kelompok :1

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI


PROSES REAKSI METIL ESTER

Metil ester atau dikenal juga dengan biodiesel merupakan bahan bakar
diesel yang terbuat dari bahan hayati terutama lemak nabati dan lemak hewani.
Minyak goreng bekas merupakan salah satu bahan baku yang memiliki peluang
untuk pembuatan biodiesel, karena minyak ini masih mengandung trigliserida, di
samping asam lemak bebas. Asam lemak dari minyak lemak nabati jika direaksikan
dengan alkohol menghasilkan ester yang merupakan senyawa utama pembuatan
biodiesel dan produk sampingan berupa gliserin. (Wahyuni, dkk, 2015)
Proses pembuatan biodiesel dapat dilakukan melalui tahap transesterifikasi
dan perlakuan fisis seperti pemberian suhu proses dan lama waktu pengendapan.
Perlakuan fisis yang diberikan pada saat proses pembuatan biodiesel dari minyak
jelantah sangat berpengaruh pada nilai guna dari minyak jelantah. Minyak jelantah
yang dibuang begitu saja akan lebih bernilai ekonomis bila diolah menjadi biodiesel
untuk bahan bakar alternatif. Berikut beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi
proses esterifikasi maupun proses transesterifikasi pada proses produksi biodiesel.

1. Homogenisasi Reaksi
Homogenisasi reaksi (pencampuran) dalam reaksi mempengaruhi efektifitas
reaksi karena tumbukan yang terjadi akan mempengaruhi laju reaksi, konstanta
reaksi, energi aktivasi dan juga lama reaksi. Proses transesterifikasi tidak akan
berlangsung baik bila campuran bahan tidak dihomogenisasi terutama selama tahap
awal proses. Pengadukan yang kuat merupakan salah satu metode homogenisasi
yang cukup berhasil untuk proses yang dilakukan secara batch dan kontinyu.

2. Rasio Molar
Rasio molar antara alkohol dengan minyak sangat mempengaruhi dengan
metil ester yang dihasilkan. Semakin banyak jumlah alkohol yang digunakan maka
konversi ester yang dihasilkan akan bertambah banyak. Perbandingan molar antara
alkohol dan minyak nabati yang biasa digunakan dalam proses industri untuk
mendapatkan produksi metil ester yang lebih besar dari 98% berat adalah 6:1.
Perbandingan rasio molar antara alkohol dan minyak 6:1 dari metanol terhadap
katalis basa bisa digunakan untuk mendapat rendemen ester yang maksimum atau
sekitar 20% methanol akan menghasilkan rendemen minyak biodiesel yang tinggi
pada reaksi transesterifikasi. Rasio molar antara alkohol dan minyak nabati juga
bergantung pada jenis katalis yang digunakan untuk menjamin reaksi metil ester
berlangsung ke arah kanan maka direkomendasikan menggunakan katalis berlebih.
Secara stoikiometri jumlah alkohol yang dibutuhkan untuk bereaksi adalah
3 mol untuk setiap 1 mol trigliserida untuk memperoleh 3 mol alkil ester dan 1 mol
gliserol. Metanol dapat menghasilkan ester lebih banyak dari pada etanol dan
butanol. Metanol merupakan jenis alkohol yang banyak digunakan untuk proses
transesterifikasi karena lebih reaktif dan dapat menghasilkan biodiesel yang sama
dengan penggunaan etanol yang 1,4 kali lebih banyak dibandingkan metanol.
4. Katalis
Katalis dalam proses produksi biodiesel merupakan suatu bahan yang
berfungsi untuk mempercepat reaksi dengan jalan menurunkan energi aktivasi
(activation energy). Proses produksi akan berlangsung sangat lambat dan
membutuhkan suhu dan tekanan yang tinggi tanpa menggunakan katalis. Jika
minyak mempunyai nilai FFA < 0,5 % maka bisa langsung diproses dengan
transesterifikasi dengan katalis basa, berbeda dengan minyak yang kandungan FFA
> 5 % maka proses harus dilakukan dengan es-trans (esterifikasi-transesterifikasi).
Katalis asam digunakan dalam rangka mensintesis minyak yang mempunyai
nilai FFA tinggi. Katalis asam seperti asam sulfat, asam phospat, asam klorida
cocok untuk reaksi yang mempunyai bilangan asam lemak bebas tinggi Reaksi
transesterifikasi menggunakan katalis basa dipengaruhi beberapa faktor yaitu
internal dan eksernal. Faktor internal yaitu kualitas bahan baku minyak itu sendiri
seperti kadar air serta asam lemak bebas yang sangat mempengaruhi reaksi.
Faktor eksternal yaitu rasio mol antara alkohol dan minyak, jenis katalis,
waktu reaksi, suhu, dan parameter-parameter lainnya pasca transesterifikasi. NaOH
adalah katalis basa yang banyak digunakan dibandingkan dengan katalis asam
seperti KOH, hal ini disebabkan karena logam natrium memiliki kereaktifan yang
lebih tinggi dibandingkan kalium. Persentase NaOH sebanyak 0,6% dengan
metanol 20% menghasilkan rendemen ester maksimum yaitu sebesar 87,3%.
Penggunaan katalis NaOH untuk minyak bekas sebanyak 1 liter adalah
sekitar 4,5 gram atau lebih, kelebihan penggunaan katalis ini diperlukan untuk
menetralkan asam lemak bebas pada minyak goreng bekas. Katalis juga berfungsi
untuk mengurangi tenaga aktivasi pada reaksi esterifikasi sehingga pada suhu
tertentu harga konstanta kecepatan reaksi semakin besar. Pada reaksi esterifikasi
konsentrasi katalis yang digunakan antara 1-4% berat sampai 10% berat campuran.

5. Pengaruh Suhu
Suhu selama proses reaksi transesterifikasi dapat dilakukan pada rentang
suhu 30-65°C dan harus dijaga selama proses, tergantung dari jenis minyak yang
digunakan. Dalam proses transesterifikasi perubahan suhu reaksi menyebabkan
gerakan molekul semakin cepat dimana tumbukan antara molekul pereaksi
meningkat atau energi yang dimiliki molekul bisa mengatasi energi aktivasi
sehingga perubahan suhu akan mempengaruhi probabilitas atau peluang molekul
dengan energi yang sama atau lebih tinggi dari energi aktivasi. Suhu
mempengahuhi viskositas dan densitas karena viskositas dan densitas merupakan
dua parameter fisis penting yang mempengaruhi pemanfaatan biodiesel.
Viskositas merupakan suatu angka yang menyatakan besarnya perlawanan
dari suatu bahan cair untuk mengalir atau ukuran besarnya tahanan geser dari suatu
bahan cair. Makin tinggi viskositasnya, makin kental dan semakin sukar mengalir.
Pengukuran viskositas biodiesel disebut dengan viskositas kinematik. Satuan
viskositas kinematik adalah centistoke. Nilai viskositas biodiesel menurut SNI
7182:2015 yaitu 2,3-6,0 cSt. Pengukuran viskositas kinematik dilakukan dengan
metode ASTM D-445 yang menggunakan viskometer kapiler dan penangas.
Densitas adalah jumlah zat yang terkandung dalam suatu unit volume.
Densitas suatu bahan tidak sama pada setiap bagiannya tergantung pada faktor
lingkungan seperti suhu dan tekanan. Satuan densitas adalah kg/m3. Nilai densitas
dari biodiesel yang memenuhi syarat mutu biodiesel menurut SNI 7182:2015
adalah 850-890 kg/m3 dimana metode yang digunakan untuk mengukur densitas
biodiesel adalah ASTM D 1298. Semakin tinggi suhu menyebabkan gerakan
molekul semakin cepat atau energi kinetik yang dimiliki molekul-molekul pereaksi
semakin besar sehingga tumbukan antara molekul pereaksi juga meningkat.
6. Lama Waktu Pengendapan dan Waktu Reaksi
Pada proses esterifikasi maupun transesterifikasi semakin lama waktu reaksi
maka kemungkinan kontak antar zat semakin besar sehingga akan menghasilkan
konversi yang besar. Semakin lama waktu reaksi semakin banyak produk yang
dihasilkan karena keadaan ini akan memberikan kesempatan terhadap molekul-
molekul reaktan untuk bertumbukan satu sama lain, namun setelah kesetimbangan
tercapai tambahan waktu reaksi tidak mempengaruhi reaksi, melainkan dapat
menyebabkan produk berkurang karena adanya reaksi balik, dimana metil ester
menjadi trigliserida kembali. Lama waktu pengendapan berpengaruh pada proses
tranesterifikasi dengan 2 tahap yaitu melakukan dua kali proses transesterifikasi.
Pengendapan bertujuan untuk memisahkan gliserol dan biodiesel. Waktu
pengendapan metil ester mempengaruhi bilangan asam. Pengendapan yang lebih
lama meningkatkan oksidasi pada proses dua tahap dari pada proses satu tahap
sehingga mengakibatkan bilangan asam menjadi lebih tinggi juga. Biodiesel
cenderung mudah mengalami kerusakan oleh proses oksidasi dan hidrolisis pada
waktu penyimpanan karena adanya asam lemak tak jenuh. (Faizal, dkk, 2013)

7. Kandungan Air dan Asam Lemak Bebas


Kandungan asam lemak bebas atau bisa disebut dengan Free Fatty Acid
(FFA) dan air merupakan parameter kunci untuk menentukan keberlangsungan
proses esterifikasi maupun transesterifikasi dari minyak nabati. FFA harus lebih
rendah dari 3% untuk proses reaksi transesterifikasi dengan katalis basa. Tingginya
angka asam akan menyebabkan rendahnya konversi pada ester karena adanya FFA,
basa dan air akan terjadi pembentukan reaksi sabun. (Wahyuni, dkk, 2015)
Minyak nabati yang akan ditransesterifikasi harus memiliki angka asam
yang lebih kecil dari 1. Semua bahan yang akan digunakan harus bebas dari air. Air
akan bereaksi dengan katalis, sehingga jumlah katalis menjadi berkurang. Katalis
harus terhindar dari kontak dengan udara agar tidak mengalami reaksi dengan uap
air dan karbon dioksida. Keberadaan air yang berlebihan dapat menyebabkan
sebagian reaksi dapat berubah menjadi reaksi sabun atau saponifikasi yang akan
menghasilkan sabun, sehingga meningkatkan viskositas, terbentuknya gel dan
dapat menyulitkan pemisahan antara gliserol dan biodiesel. (Ketaren. S, 1986)
8. Putaran Pengadukan
Keberhasilan proses pembuatan biodiesel dipengaruhi oleh putaran
pengadukan. Pengadukan bisa dilakukan menggunakan tangan serta alat seperti
mixer. Peningkatan kecepatan pengadukan reaksi berpengaruh sangat signifikan
terhadap rendemen biodiesel yang dihasilkan, sedangkan kualitas biodiesel
dipengaruhi secara signifikan oleh jenis pereaksi yang digunakan dan suhu reaksi.

Tabel 1. Karakteristik Biodiesel Berdasarkan SNI 7182:2015


Parameter Satuan Nilai
Massa jenis pada 40℃ Kg/m3 850-890
Viskositas kinematik pada 40℃ Mm2/s(cSt) 2,3-6,0
Angka setana Min. 51
Titik nyala (mangkok tertutup) ℃ Min. 100
Titik kabut ℃ Maks. 18
Korosi lempeng tembaga (3 jam
Nomor 1
pada 50℃)
Residu karbon
- dalam contoh asli %-massa Maks. 0,05
- dalam 10% ampas distilasi (maks. 0,3)
Air dan sedimen %-vol Maks. 0,05
Temperatur distilasi 90% ℃ Maks. 360
Abu tersulfaktan %-massa Maks. 0,02
Belerang Ppm-m(mg/kg) Maks. 100
Fosfor Ppm-m(mg/kg Maks. 10
Angka asam Mg-KOH g Maks. 0,5
Gliserol bebas %-massa Maks. 0,02
Gliserol total %-massa Maks. 0,24
Kadar ester alkil %-massa Min. 96,5
Angka iodium %-massa Maks. 115
Kadar monogliserida %-massa Maks. 0,8
Kestabilan oksidasi Menit 360 atau 27
(Sumber: Badan Standarisasi Nasional, 2015)

Anda mungkin juga menyukai