A. Anamnesis
A.1. Identitas
Nama : Tn. X
Usia : 56 tahun
Alamat : Mempawah
Sesak napas
Pasien datang ke IGD RSUD dr. Rubini dengan keluhan sesak napas yang
dirasa memberat sejak sekitar 2 hari SMRS. Saat dibawa ke IGD, pasien sadar dan
komunikasi adekuat. Pasien juga mengeluhkan adanya keringat dingin, nyeri dada
kiri (-), nyeri kepala (+), mual (+),sesak nafas (+), Batuk (+) tidak berdahak,
Keluhan seperti ini baru pertama kali dikeluhkan pasien.
Dirumah, pasien biasa tidur dengan 1 bantal. Sesak pada malam hari (-).
Pasien mengaku tidak bisa terlalu beraktifitas berat. Pasien sudah berhenti bekerja
sejak 2 tahun yang lalu. Untuk aktifitas sehari-hari (mandi, makan, menggosok gigi)
masih bisa dilakukan sendiri. Saat berjalan kekamar mandi, pasien tidak merasa
capek.
B. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik dilakukan pada tanggal 30 November 2017
Status generalis :
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
THT : Faring tidak hiperemis, tonsil T1/T1
Leher : Pembesaran KGB (-)
Paru-paru :
Inspeksi : Pergerakan dinding dada simetris, retraksi sela iga (-),
penggunaan otot bantu pernapasan (+)
Palpasi : Vokal fremitus sinistra = dekstra
Perkusi : sonor pada kedua lapang paru
Auskultasi : Suara napas dasar vesikular (+/+), Rhonki (+/+) pada 1/3
basal paru, Wheezing (-/-)
Jantung :
Inspeksi : Iktus kordis tidak terlihat
Palpasi : iktus cordis linea aksilaris anterior SIC VI
Perkusi : batas apeks jantung linea aksilaris anterior
Auskultasi : S1S2 regular, murmur (-), gallop (-)
Abdomen :
Inspeksi : Permukaan abdomen tampak datar
Palpasi : Hepar, lien tidak teraba, suepel
Perkusi : Timpani
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Ekstremitas : Akral lembab, CRT > 2’’, edema (-)
C. Pemeriksaan Laboratorium
Hematokrit 38 37-43%
MCV 86 82-92 fl
MCH 28 27-31 pg
SGOT 85 <35 IU
SGPT 37 <35 IU
Kesan : Kardiomegali,
pulmonary oedema
EKG
Follow Up
Waktu S O A P
(23.00) Lemah, Kes : CM, Edema paru akut - O2 Nasal Canl 4 lpm Urin :
13/7/18 nyeri dada komunikasi dengan CHF FC - IVFD RL 400 cc/2
(-), sesak adekuat IV - Drip Furosemide 5 jam
(+) TD : 120/73
mg/jam
HR : 103x/m
- ISDN 5 mg SL per
RR : 30 x/m
15 menit 3 kali
SpO2 : 97%
ulang
- Aspilet 1 x 81 mg
- Atorvastatin 1 x 40
mg
- Lansoprazole 1 x 30
mg
(01.00) Lemah, Kes : CM, Edema paru akut - O2 Nasal Canl 4 lpm Urin :
14/7/18 nyeri dada komunikasi dengan CHF FC - IVFD RL 600 cc/4
(-), sesak adekuat IV - Drip Furosemide 10 jam
(+) TD : 150/98
mg/jam
berkurang HR : 104x/m
- ISDN 5 mg SL per
RR : 28 x/m
15 menit 3 kali
SpO2 : 99%
ulang
- Aspilet 1 x 81 mg
- Atorvastatin 1 x 40
mg
- Lansoprazole 1 x 30
mg
(06.00) Lemah, Kes : CM, Edema paru akut - O2 Nasal Canl 4 lpm Urin :
nyeri dada komunikasi dengan CHF FC - IVFD RL 3000 cc
(-), sesak adekuat IV - Drip Furosemide 3 /9 jam
(+) TD : 132/87
mg/jam
berkurang HR : 102x/m
- ISDN 5 mg SL per
RR : 26 x/m
15 menit 3 kali
SpO2 : 99%
ulang
Rh : (-/-), wh
- Aspilet 1 x 81 mg
(-/-) - Atorvastatin 1 x 40
mg
- Lansoprazole 1 x 30
mg
- Bisoprolol 1 x 1,25
mg
- Cek UR/CR, jika
hasil bagus,
tambahkan KSR 600
mg
15/7/18 Lemah, Kes : CM, Edema paru akut - O2 Aff
nyeri dada komunikasi dengan CHF FC - IVFD RL 250
(-), sesak(-) adekuat IV cc/hari
TD : 130/80
- Furosemide 3 x 60
HR : 78 x/m
Perbaikan mg IV
RR : 22 x/m
- ISDN 5 mg SL per
SpO2 : 99%
15 menit 3 kali
Rh : (-/-), wh
ulang
(-/-) - Aspilet 1 x 81 mg
- Atorvastatin 1 x 40
mg
- Lansoprazole 1 x 30
mg
- Bisoprolol 1 x 1,25
mg
- KSR 1 x 600 mg
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Edem paru akut adalah akumulasi cairan di interstisial dan alveoulus paru yang
terjadi secara mendadak. Hal ini dapat disebabkan oleh tekanan intravaskular yang
tinggi (edem paru kardiak) atau karena peningkatan permeabilitas membran kapiler
(edem paru non kardiogenik) yang mengakibatkan terjadinya ekstravasasi cairan
secara cepaat sehingga terjadi gangguan pertukaran udara di alveoli secara progresif
dan mengakibatkan hipoksia.
Edem paru didefinisikan sebagai akumulasi cairan di interstisial dan alveolus.
Penyebab edem paru:
1. Kardiogenik atau edem paru hidrostatik atau edem hemodinamik. Kausa:
infark miokars, hipertensi, penyakit jantung katup, eksaserbasi gagal
jantung sistolik/ diastolik dan lainnya.
2. Nonkardiogenik/ edem paru permeabilitas meningkat. Kausa: ALI dan
ARDS.
Inhalasi asap dan luka bakar saluran napas. Kerusakan saluran napas
telah lama diketahui menjadi penyebab mortalitas utama pada penderita
luka bakar dan sekarang jelas bahwa inhalasi asap tanpa luka bakar
termis juga menjadi penyebab kematian utama. Jenis kerusakan saluran
napas tergantung dari jenis bahan yang terbakar dan zat kimia yang
terkandung di dalam asap yang ditimbulkan.
C. MANIFESTASI KLINIS
Gejala paling umum dari pulmonary edem adalah sesak nafas. Ini
mungkin adalah penimbulan yang berangsur-angsur jika prosesnya
berkembang secara perlahan, atau ia dapat mempunyai penimbulan yang tiba-
tiba pada kasus dari pulmonary edem akut. Gejala-gejala umum lain mungkin
termasuk mudah lelah, lebih cepat mengembangkan sesak nafas daripada
normal dengan aktivitas yang biasa (dyspnea on exertion), nafas yang cepat
(takipnea), kepeningan atau kelemahan
1. Anamnesis
Anamnesis dapat menjadi petunjuk ke arah kausa edem paru, misalnya
adanya riwayat sakit jantung, riwayat gejala yang sesuai dengan gagal
jantung kronik. Edem paru akut kardiak, kejadiannya sangat cepat dan
terjadi hipertensi pada kapiler paru secara ekstrim. Keadaan ini merupakan
pengalaman yang yang menakutkan bagi pasien karena mereka batuk-batuk
dan seperti seseorang yang akan tenggelam.
Khas pada edem paru non kardiogenik didapatkan bahwa awitan penyakit
ini berbeda-beda, tetapi umumnya akan terjadi secara cepat. Penderita
sering sekali mengeluh tentang kesulitan bernapas atau perasaan tertekan
atau perasaan nyeri pada dada. Biasanya terdapat batuk yang sering
menghasilkan riak berbusa dan berwarna merah muda. Terdapat takipnue
serta denyut nadi yang cepat dan lemah, biasanya penderita tampak sangat
pucat dan mungkin sianosis.
2. Pemeriksaan Fisik
Terdapat takipnea, ortopnea (menifestasi lanjutan). Takikardia, hipotensi
atau teknan darah bisa meningkat. Pasien biasanya dalam posisi duduk agar
dapat mempergunakan otot-otot bantu nafas dengan lebih baik saat respirasi
atau sedikit membungkuk ke depan, akan terlihat retraksi inspirasi pada sela
interkostal dan fossa supraklavikula yang menunjukan tekanan negatif
intrapleural yang besar dibutuhkan pada saat inpsirasi, batuk dengan sputuk
yang berwarna kemerahan (pink frothy sputum) serta JVP meningkat. Pada
pemeriksaan paru akan terdengar ronki basah setengah lapangan paru atau
lebih dan terdapat wheezing. Pemeriksaan jantung dapat ditemukan
ditemukan gallop, bunyi jantung 3 dan 4. Terdapat juga edem perifer, akral
dingin dengan sianosis. Dan pada edem paru non kardiogenik didapatkan
khas bahwa Pada pemeriksaan fisik, pada perkusi terdengar keredupan dan
pada pemeriksaan auskultasi di dapat ronki basah dan bergelembung pada
bagian bawah dada.
3. Pemeriksaan penunjang
- Pemeriksaan Laboratorium
Pemeriksaan laboratorim yang relevan diperlukan untuk mengkaji
etiologi edem paru, diantaranya pemeriksaan hematologi/ darah rutin,
fungsi ginjal, elektrolit, kadar protein, urinalisa gas darah, enzim jantung
(CK-MB, troponin I) dan Brain Natriuretic Peptide (BNP). BNP dan
prekursornya pro BNP dapat digunakan sebagai rapid test untuk menilai
edem paru kardiogenik pada kondisi gawat darurat. Kadar BNP plasma
berhubungan dengan pulmonary artery occlusion pressure, left
ventricular end-diastolic pressure dan left ventricular ejection fraction.
- Radiologi
Pada foto thorax menunjukan jantung membesar, hilus yang melebar,
pedikel vaskuler dan vena azygos yang melebar serta sebagai tambahan
adanya garis kerley A, B dan C akibat edema instrestisial atau alveolar
seperti pada gambaran ilustrasi. Lebar pedikel vaskuler < 60 mm pada
foto thorax postero-anterior terlihat pada 90% foto thorax normal dan
lebar pedikel vaskuler > 85% ditemukan 80% pada kasus edem paru.
Sedangkan vena azygos dengan diameter > 7 mm dicurigai adanya
kelainan dan dengan diameter > 10 mm sudah pasti terdapat kelainan,
namun pada posisi foto thorax telentang dikatakan abnormal jika
diameternya > 15 mm. Peningkatan diameter vena azygos > 3 mm jika
dibandingkan dengan foto thorax sebelumnya terkesan menggambarkan
adanay overload cairan.
Garis kerley A merupakan garis linier panjang yang membentang dari
perifer menuju hilus yang disebabkan oleh distensi saluran anastomose
antara limfatik perifer dengan sentral. Garis kerley B terlihat sebagai
garis pendek dengan arah horizontal 1-2 cm yang terletak dekat sudut
kostofrenikus yang menggambarkan adanya edem septum interlobuler.
Garis kerley C berupa garis pendek, bercabang pada lobus inferior
namun perlu pengalaman untuk melihatnya karena terlihat hampir sama
dengan pembuluh darah.
Gambar foto thorax dapat dipakai untuk membedakan edem paru
kardiogenik dan edem paru non krdiogenik. Walaupun tetap ada
keterbatasan yaitu antara lain bahwa edem tidak akan tampak secara
radiologi sampai jumlah air di paru meningkat 30%. Beberapa masalah
teknik juga dapat mengurangi sensitivitas dan spesifitas rontgen paru,
seperti rotasi, inspirasi, ventilator, posisi pasien dan posisi film.
4. Ekhokardiografi
Pemeriksaan ini merupakan baku emas untuk mendeteksi disfungsi
ventrikel kiri. Ekhokardiografi dapat mengevaluasi fungsi miokard dan
fungsi katup sehingga dapat dipakai dalam mendiagnosis penyebab edem
paru.
5. EKG
Pemeriksaan EKG biasanya normal atau seringkali didapatkan tanda-tanda
iskemik atau infark miokard akut dengan edema paru. Pasien dengan krisis
hipertensi gambaran EKG biasanya menunjukan gambaran hipertrofi
ventrikel kiri. Pasien dengan edem paru kardiogenik tetapi yang non
iskemik biasanya menunjukan gambaran gelombang T negative yang
melebar dengan QT memanjang yang khas, dimana akan membaik dalam
24 jam setelah klinis stabil dan menghilang dalam 1 minggu. Penyebab dari
non iskemik ini belum diketahui.
D. PENATALAKSANAAN
Berikut adalah algoritma penatalaksanaan edem paru akut kardiogenik
berdasarkan ESC 2012. Sistematikanya yakni sebagai berikut:
Jika langkah 17 dan 18 tidak menghasilkan diuresis yang adekuat dan pasien
tetap terjadi edem paru maka ultrafiltasi terisolasi venovenous harus
dipertimbangkan.
E. PROGNOSIS
Prognosis tergantung pada penyakit dasar dan faktor
penyebab/pencetus yang dapat diobati. Walaupun banyak penelitian telah
dilakukan untuk mengetahui mekanisme terjadinya edema paru
nonkardiogenik akibat peningkatan permeabilitas kapiler paru, perbaikan
pengobatan, dan teknik ventilator tetapi angka mortalitas pasien masih cukup
tinggi yaitu > 50%. Beberapa pasien yang bertahan hidup akan didapatkan
fibrosis pada parunya dan disfungsi pada proses difusi gas/udara. Sebagian
pasien dapat pulih kembali dengan cukup baik walaupun setelah sakit berat dan
perawatan ICU yang lama.
ANALISA KASUS
Edema Paru
Kondisi edema paru pada pasien terjadi akibat adanya kegagalan aktivitas
pompa di ventrikel kiri, sehingga darah menumpuk di ventrikel kiri, akibatnya
tekanan di atrium kiri juga meningkat, dan menyebabkan sirkulasi darah dari vena
pulmonalis juga terhambat yang menyebabkan volume dan tekanan di pembuluh
darah paru meningkat juga. Kondisi ini pula yang memicu sesak napas pada pasien,
oleh karena tidak efektifnya pola napas akibat perubahan tekanan tersebut. Efek
akhirnya adalah akumulasi cairan di kapiler paru akibat tidak berjalannya sirkulasi
ke seluruh tubuh dengan baik.
Medikamentosa
Harun S dan Sally N. Edem Paru Akut. 2009. In: Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi
I, Simadibrata M, SetiatiS,editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam 5th ed.
Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia. p. 1651-3.
Maria I. 2010. Penatalaksanaan Edem Paru pada Kasus VSD dan Sepsis VAP.
Anestesia & Critical Care. Vol 28 No.2 Mei 2010 p.52.
Wilson LM. Penyakit Kardiovaskuler dan Paru-Paru. Dalam: Price SA, Wilson
LM. Patofisiologi (Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit). Edisi Bahasa
Indonesia: Alih Bahasa: Anugerah P. Edisi IV. Buku I. EGC. Jakarta. 1995;
722-3.