Anda di halaman 1dari 3

Beberapa waktu kemudian, seminar pun dimulai.

Seperti biasa, Akhi Taufik yang


menjadi moderator. Tak terasa, sudah 90 menit Ustadz Nazmi dan aku menyampaikan materi
tentang problematika umat muslim. Sekarang tiba saatnya memasuki sesi Tanya jawab. Akhi
Taufik selaku moderator mempersilakan setiap peserta untuk mengajukan satu pertanyaan,
dan ternyata yang mengangkat tangan cukup banyak. Aku pun mempersilakan Ustadz Nazmi
untuk menjawab beberapa pertanyaan.

Sekarang giliranku menjawab pertanyaan seorang mahasiswi yang tidak berjilbab. Dia
menanyakan tentang MENGAPA SEORANG MUSLIMAH WAJIB MEMAKAI JILBAB. Sepertinya,
aku harus segera menjawab pertanyaan itu.

“Untuk saudariku yang dirahmati Allah ta’ala. Seorang wanita muslimah diperintahkan
untuk menutup auratnya ketika keluar rumah, yaitu dengan mengenakan pakaian syar’i yang
dikenal sebagai jilbab. Namun kenyataannya masih banyak muslimah yang belum bersedia
mengenakannya. Ada beberapa hal yang akan saya kemukakan tentang masalah ini.

“PERTAMA, seorang wanita yang tidak berjilbab karena BELUM SIAP. Namaun demikian,
keyakinan dan kesungguhan dalam memeluk islam seharusnya membuatnya meyakini dan
menerima apapun perintah Allah dan Rasulullah. Bagaimanapun, sesungguhnya jilbab adalah
salah satu syari’at Islam yang hukumnya wajib bagi muslimah.

“KEDUA, wanita yang ingin berjilbab, namun orang tuanya melarang. Wanita itupun
takut masuk neraka jika tidak menaati orang tuanya. Tentang hal tersebut, orang tuanya
memiliki kedudukan yang tinggi dan mulia. Kita diperintahkan untuk berbakti kepada mereka .
Namun, ketaatan tersebut diperbolehkan sepanjang tidak mengandung maksiat kepada Allah,
sebagaimana terangkum didalam firman-Nya: ‘Dan, jika keduanya memaksamu untuk
mempersekutukan Aku dengan sesuatu yang tidak ada pengetahuanmu tentang itu, maka
janganlah kamu mengikuti keduanya……’ (QS. Luqman [31]: 15)

“KETIGA, wanita itu menyatakan bahwa ia tidak memiliki uang untuk membeli jilbab.
Ada dua kemungkinan ketika seorang muslimah berkata demikian, yaitu mungkin dia berdusta
dan mungkin juga dia jujur. Jika dalam keseharian dia mampu membeli berbagai macam
pakaian, dengan model beraneka ragam, berarti dia telah berbohong. Dia memang tidak
berniat untuk membeli pakaian yang sesuai tuntunan syariat. Adapun jika memang dia adalah
wanita jujur dan berniat untuk berjilbab, maka Allah ta’ala akan memberikan jalan keluar Allah
ta’ala, pun telah berfirman : '..... Barang siapa bertakwa kepada Allah, niscaya Dia akan
mengadakan baginya jalan keluar. Dan, memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-
sangka ( QS. Ath- Thalaaq [65] : 2-3)

“KEEMPAT, wanita yang enggan berjilbab dengan alas an cuaca yang panas. Kalau
memakai jilbab akan merasa gerah, maka dia hendaklah agar selalu mengingat firman Allah
ta’ala :’ …… Katakanlah, api Neraka Jahannam itu lebih sangat panas (nya) jika mereka
mengetahui.’ (QS. At Taubah [9]: 8)

“Wahai saudariku, ketahuilah bahwa neraka itu diliputi berbagai kesusahan dan dihiasi
segala yang disenangi hawa nafsu. Jadi, Saudariku kau lebih baik kepanasan di dunia daripada di
akhirat. Insya Allah, dengan berjilbab, kau akan merasa nyaman dan tenang. Memang, awalnya
akan terasa gerah sehingga banyak berkeringat. Tetapi, seiring berjalannya waktu, insya Allah,
kau pun akan terbiasa.

“KELIMA, Saudariku kau harus bersyukur atas nikmat kecantikan dan kesempurnaan fisik
dari Allah. Adapun caranya adalah dengan berjilbab, seperti yang dapat kit abaca dalam firman-
Nya: ‘……Dan, hendaklah mereka menutupkan kain kudung ke dadanya …..’(QS. An Nuur [24]:
31)

“KEENAM, seorang wanita yang mengatakan bahwa dirinya belum mendapatkan


hidayah, sehingga enggan mengenakan jilbab. Satu hal yang harus dipahami, hidayah itu ada
sebabnya, sebagaimana sakit yang akan sembuh dengan berobat. Jika saudariku ingin
ditunjukkan Allah ke jalan yang lurus, maka kau pun juga harus berusaha. Di antaranya
saudariku, hendaklah kau bergaul dengan wanita baik-baik.

“TERAKHIR, wanita yang mengkhawatirkan keteguhan hatinya manakala sudah


berjilbab. Ia merasa tak cukup kuat untuk terus mengenakan jilbabnya. Maka sadarilah,
Saudariku. Seaantainya seseorang berpikiran seperti saudari, bisa-bisa dia meninggalkan
sebagian, bahkan seluruh ajaran agamanya. Itu semua tidak lain merupakan tipu daya setan.
Maka Saudariku, hendaklah kau mencari sebab-sebab yang dapat menjadikan dirimu selalu
istiqomah. Di antaranya, banyak berdoa agar diberikan ketetapan hati atas agama, bersabar,
dan mendirikan shalat dengan khusyuk.

“Berjilbab adalah bentuk ibadah yang mulia. Jangan kau sejajarkan itu dengan ocehan
manusia rendahan. Dia di syari’atkan oleh Sang Pencipta. Saudariku jika kau taat kepada
manusia dalam rangka bermaksiat kepada Allah, maka sungguh kau akan binasa dan merugi.
Namun Saudariku jika kau memegang teguh hidayah, dan telah merasakan manisnya iman,
maka kau pasti tidak akan meninggalkan perinth Allah. Dengan begitu Saudariku, kau akan
merasa tenang ……”

Seketika, entah mengapa, ruanganpun menjadi hening. Tiba-tiba, sudari yang tadi
bertanya tentang jilbab itu berdiri. Wajahnya merah. Terlihat jelas dimatanya ada sebening
embun bening. Pelan namun pasti, air mata itu menuruni pipi sang mahasiswi.

“Ustadz, terima kasih atas jawabannya. Hati saya telah terketuk. Insya Allah, mulai saat
ini saya akan memakai jilbab,” katanya sambil berurai air mata.
Mendengar kalimat itu, aku pun terdiam sembari bersyukur di dalam hati. Kulihat ada
banyak peserta wanita yang juga meneteskan air matanya. Ukhti Shopia yang menjadi panitia
seminar segera berdiri seraya mengeluarkan bungkusan dari dalam tasnya. Ia pun melangkah
menuju mahasiswi itu dan menyerahkan sesuatu. Subhanallah !! Ternyata, itu jilbab putih yang
masih terbungkus rapi. Sungguh aku tidak menyangka akan terjadi hal yang mengharukan
seperti ini.

Anda mungkin juga menyukai