Pemeriksaan obyektif
Perubahan warna, kontur, tekstur dan lesi – lesi jaringan keras (gigi) :
Apakah ada perubahan warna gigi.
Kedalaman karies.
Kebersihan mulut.
Derajat mobiliti.
1. Perkusi
Perkusi merupakan indikator yang baik keadaan periapikal. Respon yang
positif menandakan adanya inflamasi periodonsium. Bedakan intensitas rasa sakit
dengan melakukan perkusi gigi tetangganya yang normal atau respon positif yang
disebabkan inflamasi ligamen periodonsium, karena adanya peradangan pulpa
yang berlanjut ke apikal dan meluas mengenai jeringan penyangga.
2. Palpasi
Palpasi dilakukan jika dicurigai ada pembengakakan, dapat terjadi intra
oral atau ekstra oral. Abses dalam mulut terlihat sebagai pembengkakan dibagian
labial dari gigi yang biasanya sudah non vital.
Test Vitalitas
Test vitalitas baik secara termis maupun elektris sedikit manfaatnya dan
diragukan pada gigi sulung dalam memberi gambaran tentang tingkat keradangan
pulpa karena anak belum dapat membedakan rangsangan ditambah adanya rasa
takut dari si anak.
a. Test termis.
Test termis merupakan salah satu cara untuk mengevaluasi keadaan
pulpa. Sakit yang tidak hilang setelah rangsangan termal merupakan
indikasi keadaan patologi pulpa yang irreversibel.
Test termis :
Dengan guttapercha panas.
Dengan chlor-etil.
b. Test elektris.
Test pulpa elektris sulit dilakukan pada anak karena anak belum
Bahan
Kalsium Hidroksida
Pada dasarnya kalsium hidroksida merupakan powder yang lunak dan tidak berbau, namun kalsium
hidroksida juga tersedia dalam bentuk pasta, yaitu bila dicampur dengan champorated para
chlorophenol, metakresil asetat, metal selulosa, garam normal, atau hanya dengan air murni
Sterilisasi instrument
Sterilisasi adalah proses pemusnahan semua mikroorganisme. Disinfeksi bakteri berarti
menghilangkan organisme vegetative yang menyebabkan penyakit. Instrument yang digunakan
dalam perawatan endodontik memerlukan disinfeksi, tetapi hal ini tidak begitu memuaskan Karena
tiga alas an yaitu:
1. Metode disenfeksi yang digunakan tidak dapat bergantung pada eliminasi organisme yang dapat
menyebabkan penyakit.
2. Organsme yang secara normal adalah nonpatogenik dapat menimbulkan penyakit jika
memperoleh tambahan jaringan yang nekrosisatau rusak yang terdapat dalam ruang pulpa atau
region periapeks.
3. Instrument yang berkontak dengan cairan tubuh dapat memindahkan hepatitis Bdari satu pasien
kepada yang lainnya, kecuali dilakukan sterilisasi.
Oleh kerena itu, jika perawatan hendak dilakukan dalam keadaaan asepsis, semua instrument yang
digunakan dalam ruang pulpa harus disterilisasi terlebih dahulu. Selain itu, harus diingat bahwa
semua instrument yang hendak di sterilisasi harus digosok dan dibersihkan terlebih dahulu dengan
deterjen dan air karena jika terdapat sisa darah kering, jaringan, atau yang lainnya, dapat
menghambat jalannya sterilisasi.
Banyak cara untuk mensterilisasikan instrument dan bahan-bahan endodontik ini, seperti:
1. Autoklaf
2. Oven udara panas
3. Pemanas kering
4. Sterilisasi garam panas
Semen
Bermacam-macam bahan untuk basis dan pembalut (dressing), diantaranya :
semen oksida seng eugenol (ose), semen seng fosfat, semen polikarboksilat, semen ionomer kaca.
a. Semen Oksida Seng Eugenol
Merupakan semen tipe sedatif yang lembut. Biasanya disediakan dalam bentuk bubuk dan cairan,
berfungsi sebagai basis insulatif (penghambat). Semen ini sering dipakai karena bersifat paling
sedikit mengiritasi dan memiliki pH mendekati 7. Eugenol memiliki efek paliatif terhadap pulpa dan
dapat meminimalkan kebocoran mikro serta memberikan perlindungna terhadap pulpa.
Campuran konvensional dari oksida seng dan eugenol masih lemah. Oleh karena itu produk OSE
diperkuat dengan menambahkan polimer sebagai penguat.
Prosedur basis. Untuk mencampur semen ini lebih sering digunakan kertas pad dibanding glass lab.
Bubuk dalam jumlah secukupnya ditambah kebeberapa tetes eugenol dan diaduk sampai mencapai
suatu tekstur yang seperti kental yang bila dipegang jari tidak lengket. Sebagian kecil kira-kira
seukuran biji wijen dilengketkan pada ujung eksplorer dan dioleskan dengan hati-hati kedalam
kavitas. Hindari mengenai tepi-tepi kavitas.
Kapas yang sangat kecil dijepit dengan pinset dan digunakan sebagai alat untuk ”menekan” bahan
tersebut dan membentuknya di dalam kavitas. Semen yang baru diaduk cenderung lengket ke
instrument logam atau plastik, karena itu kapas harus kering. Penambahan bahan sisa dilakukan
berulangkali dengan cara yang sama sampai diperoleh ketebalan yang cukup.
b. Semen Seng Fosfat (ZP)
Semen seng fosfat umumnya yang kuat dan keras tetapi mengititasi pulpa. Terdiri atas bahan bubuk-
cair, bubuknya biasanya adalah oksida seng dan cairannya adalah asam ortho phosporik, garam-
garam logam dan air. Pemakaian utama dan tradisional dari bahan ini adalah untuk merekatkan
restorasi-restorasi pengecoran gigi dan juga sebagai bahan basis bila diperlukan kekuatan compresi
yang besar. Semen posphat yang baru diaduk sangat mengiritasi pulpa dan tanpa perlindungan
varnish atau jenis bahan basis lainnya dapat menyebabkan kerusakan pulpa yang irreversible.
Sifat semen ini mudah dimanipulasi memiliki kekuatan yang besar dari suatu basis, dapat menahan
dari trauma mekanis dan memberi perlindungan yang baik dari rangsangan panas tetapi semen ini
mudah pecah dan tidak baik untuk tambalan sementara.
c. Semen Polikarboksilat
Merupakan semen gigi yang baru dan memberi perlekatan yang baik pada komponen kalsium dari
struktur gigi. Walaupun sulit dimanipulasi, memiliki potensi untuk adhesi klinis ke ion kalsium pada
email dan dentin. Karena bahan ini cenderung cepat mengeras, tidak dilakukan upaya mengaduk
semen hingga menyerupai konsisten pasta pada semen zinc phospat. Bubuk semen ini sama dengan
semen seng phospat bubuk mengandung oksida seng dan sejumlah kecil oksida magnesium. Pada
saat ini oksida magnesium sering digantikan dengan oksida stanic dan stanius flourida untuk
memodifikasi waktu pengerasan dan meningkatkan kekuatan dan karakteristik manipulasinya.
Cairannya adalah asam poliakrilik dan air. pH semen polikarboksilat, pada awalnya mirip dengan pH
semen seng fosfat tetapi respon pulpanya mirip dengan semen ESO. Suatu penjelasan yang mungkin
untuk tingkat iritasi yang rendah adalah ukuran molekul poliakrilik yang besar membatasi penetrasi
melalui dentin dan penarikannya terhadap protein yang dapat membatasi difusinya melalui tubulus
dentin.
d. semen silikophospat
semen ini merupakan hibrid kombinasi dari semen sing fosfat dan semen silikat, sering disebut
sebagai semen silikofosfat. Semen ini terdiri dari 90% semen silikat dan 10 % semen seng fosfat.
Dengan adanya kandungan florida dalam bagian silikat dari bubuk tersebut, semen ini memberikan
pencegahan karies sekunder. Dari titik pandang sifat anti kariesnya, seng siliko fosfat sering
merupakan bahan semen pilihan untuk mulut kariesnya tinggi. Aksi untuk perlindungan pulpa adalah
sama dengan seng fosfat.
e. semen ionomer kaca (GI)
karena sifat biologis dari GI yang baik dan memiliki potensi perlekatan kekalsium yang ada didialam
gigi, ionomer kaca terutama digunakan sebagai bahan restoratif untuk perawatan daerah erosi dan
sebagai bahan penyemenan. Selain itu GI digunakan sebagai basis walaupun bahan tersebut sangat
sensitif terhadap air dan membutuhkan daerah yang kering.
Komposisi
GIC terdiri dari dua macam bahan di dalamnya yaitu likuid (cairan) dan bubuk.
Bubuk
Bubuk untuk GIC pada umumnya terdiri dari :
• Silica 41.9%
• Alumina 28.6%
• Aluminium Fluoride 1.6%
• Calcium Fluoride 15.7%
• Sodium Fluoride 9.3%
• Aluminium Phosphate 3.8%
Likuid
Cairan yang digunakan pada GIC adalah asam poliakrilik dengan konsentrasi antara 40-50%. Pelapik
ionomer kaca ada 2 tipe yang pertama adalah sistem bubuk-cairan konvensional serupa dengan
semen tipe 2. tipe 2 adalah ionomer kaca yang dikeraskan dengan sinar, bagian bubuknya berisi
unsur partikel kaca konvensional yang larut asam ditambah aselerator foto- aktivasi. Cairannya dalah
larutan cair asam poliakrilat atau kopolimer, gugusan grup metakrilat. Kedua unsur tersebut
dicampur, dimasukkan ke kavitas, dan kemudian disinari dengan sinar pengeras resin. Sinar
mengaktifkan akselerator, menghasilkan radikal bebas dan gugusan grup metakrilat akan mengeras
dengan cara saling menempel. Kegunaan utama dari pelapik ionomer adalah, untuk perekat
perantara antara gigi dengan tambalan komposit. Pada dasarnya semen ini sebagai bonding
terhadap dentin.
Contoh : pemberian base Zn PO4
6. Penumpatan sementaraa
Tujuan Restorasi Sementara
Keutuhan struktur berperan amat penting dalam mempertahankan seal hermetik yang baik di atas
pulpa. Penempatan restorasi sementara yang stabil tanpa mengganggu bagian oklusal dan
periodontal gigi tidak selalu mudah dicapai. Restorasi sementara harus protektif, rapat, dan bagus
estetik serta fungsinya.
Tujuan restorasi sementara :
• Menutupi dentin yang terbuka dan mencegah kerusakan pulpa dan sakit atau ketidaknyamanan
bagi pasien. Jadi semen sementara juga harus non-iritasi sehingga menjaga kenyamanan pasien
selama periode waktu yang singkat.
• Mencegah kontaminasi kavitas dari saliva dan benda asing lainnya.
• Mencegah pergerakan gigi atau gigi-gigi sekitarnya baik ke lateral, dengan cara merestorasi titik
kontak, atau ke oklusal dengan merestorasi stop sentrik.
• Memungkinkan kelanjutan fungsi gigi.
• Mempertahankan kondisi periodontal dan kebersihan mulut. Tidak mempersulit pembersihan
mulut dengan menutupi kavitas gigi. Jika kavitas dibiarkan terbuka akan timbul masalah gingiva
akibat sulit menjaga kebersihan mulut.
Ada tiga prinsip praktis agar restorasi dapat berfungsi dengan baik dan bertahan lama, yakni :
1. Mempertahankan struktur gigi. Struktur gigi yang memerlukan perawatan biasanya sudah tidak
lebih baik lagi sehingga pengambilan dentin lebih lanjut sebaiknya diminimalkan. Sebaliknya, kuspa
mungkin perlu dikurangi dan diberi pelindung (capping).
2. Retensi. Restorasi korona memperoleh retensi dari inti dan sisa dentin yang masih ada. Jika intinya
memerlukan retensi, maka yang dimanfaatkan adalah sistem saluran akarnya dengan memakai
pasak. Namun pasak ini akan melemahkan dan mungkin menyebabkan operforasi sehingga
hendaknya dipakai jika diperlukan untuk retensi inti.
3. Proteksi sisa struktur gigi. Pada gigi posterior, hal ini diaplikasikan untuk memproteksi kuspa yang
tidak terdukung supaya bisa menghindari terjadinya fleksur dan fraktur. Restorasi didesain demikian
rupa sehingga beban fungsional dapat ditransmisikan melalui gigi ke jaringan penyangga.
Kebutuhan bahan restorasi sementara bervariasi tergantung pada lama, tekanan oklusal dan
keausan, kompeksitas kavitas akses dan banyaknya jaringan gigi yang hilang.Restorasi sementara
harus bertahan satu sampai beberapa minggu.
Adapun contoh-contoh tumpatan sementara antaralain:
Bahan pertama yaitu cavit G( ESPE /premier USE) merupakan bahan yang mengandung calcium
sulfat polifynil chlorida asetat .Bahan ini bersifat ekspansiv waktu mengeras, karena penggunaanya
mudah dan mempunyai kerapatan yang baik dengan dinding kavitas, digunakan untuk waktu antar
kunjungan yang singkat, kekuatan komprehensifnya yang rendah dan mudah hilang oleh pemakaian.
Cara meletakkan kekavitas adalah sebagaian demi sebagian pada dinding kavitas dengan instrument
plastis (system incremental), kelebihan bahan dibuang dan permukaan tumpatan dihaluskan dengan
kapas basah. Setelah penumpatan sebaiknya gigi tidak dipakai untuk mengunyah paling tidak selama
1 jam. Menurut Wilrdman (1971). Kualitas penutupan cavit G kelihatannya berdasarkan kemampuan
bahan untuk mengembang saat mengeras. Cavit G adalah suatu komponen hidrofilik yang dapat
mengeras dalam susasana lembab. Karena itulah, hendaknya jangan digunakan pada gigi vital karena
dapat mengeringkan dentin dan dengan demikian dapat menyebabkan sensitivitas pada gigi (cit.
Grossman,dkk,1995)
Bahan kedua adalah IRM (Caulk/densply,USA) merupakan bahan tumpatan sementara yang
mengandung semen zinc oxide yang diperkaya dengan resin. Bahan ini cukup untuk baik digunakan
walaupun kerapatannya kurang bila dibandingkan dengan cavit G. teknik peletakkannya sama
dengan bahan pertama. Semen ini diindikasikan diregio yang sukar diisolasi seperti karies
interproksimal subgingiva tetapi yang tidak memerlukan pemanjangan mahkota atau gingivektomi.
Semen ini harus tetap mempertahankan kontak proksimal atau jika struktur gigi hanya tersisa
sedikit, semen harus dikontur sedemikian rupa sehingga tidak menyebabkan impaksi makanan.
Bahan yang ketiga adalah dentorit (dentoria laboratories Pharmatique, Jerman) merupakan bahan
tumpatan sementara dengan basis synthetic resin bebas. Pada saat bentuknya cair, sewaktu
mengaplikasikannya harus dihindarkan dari tekanan. Biasanya langsung mengeras apabila terkena
saliva. Bahan ini mempunyai stabilitas yang sangat baik didalam mulut dan juga sangat rapat dalam
menutup kavitas terutama bagian tepinya. Bahan ini terdiri dari tiga bentuk variasi warna yaitu
warna gading untuk pemakaian normal, warna merah jambu untuk pemakaian yang keras dan warna
biru untuk kasus yang membutuhkan campuran arsenik
7. Melakukan control seminggu kemudian
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan sementara
a. Tes termal panas
Tes termal digunakan untuk melihat apakah gigi masih dalam keadaan vital atau tidak. Rangsangan
yang menyebabkan ekspansi pulpa panas dapat diperoleh dari guta perca yang dipanaskan. Lokasi
yang diperiksa adalah daerah servikal gigi, karena tubuli dentin lebih banyak dan lapisan enamel
lebih tipis sehingga rangsangan mudah dihantarkan. Bila timbul reaksi nyeri nyeri hebat akibat tes
termal, maka dapat dikurangi dengan melakukan tes termal yang berlawanan.
b. Tes termal dingin
Tes termal dingin akan menyebabkan vaso kontriksi. Rangsangan yang dapat menyebabkan kontraksi
pulpa diperoleh dari bulatan kapas kecil yang disemprot etil klorida atau es berbentuk batang kecil.
Bulatan kapas yang disemprot klor etil akan diletakkan didaerah servikal.
c. Perkusi
Mengetuk mahkota gigi dengan menggunakan pangkal kaca mulut untuk mengetahui nyeri dengan
melihat ekspresi penderita.
d. Druk
Mengetahui penjalanan keradangan dengan cara meletakan pangkal kaca mulut di atas mahkota gigi
kemudian penderita di minta menggigit perlahan-lahan untuk mengetahui nyeri dengan melihat
ekspresi penderita (Bila gigi lawan tidak cukup ditekan dengan pangkal kaca mulut).
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan penderita,
apabila sudah tidak ada keluhan maka langsung dilanjutkan dengan tumpatan tetap sesuai dengan
lesi kariesnya.
Kunjungan II:
1. Melakukan Tes vitalitas, tes perkusi dan tes tekan setelah membuka tumpatan sementara
2. Menanyakan Keluhan penderita
Setelah melakukan tes termal dan tes tekan serta tes perkusi lalu tanyakan keluhan penderita,
apabila tidak ada keluhan maka subbase dan base dibuang dan diganti yang baru setelah itu baru
dilakukan penumpatan tetap.
KONSELING
Menjelaskan kepada pasien/pengantar setelah pencabutan
untuk:
Menggigit tampon+_ 1 jam, boleh meludah tapi tampon
tidak dibuang/tetap digigit.
Tidak menyentuh bekas pencabutan dengan lidah karena
bisa menyebabkan infeksi
Tidak menghisap-hisap karena bisa menyebabkan infeksi
Tidak berkumur-kumur terlalu keras selama +_ 24 jam,
menghindari perdarahan dan infeksi
Mengajukan kepada pasien/pengantar untuk menjaga kebersihan
mulut dengan cara menyikat gigi sesudah makan dan sebelum
tidur dengan memperagakan cara menyikat gigi yang benar
Menganjurkan pasien menyikat gigi setelah makan makanan
manis dan asam, dan makanan yang lengket di gigi
Membiasakan memakan makanan yang berserat masalnya sayur
dan buah
Menganjurkan pada pasien/pengantar untuk segera kontrol bila
ada keluhan atau bila ada lagi gigi yang berlubang
III. 5 Perbedaan Antara Indirect Pulp Capping Dan Direct Pulp Capping
Perbedaan pulp capping direct dan pulp capping indirect
Pulp Caping Direct Pulp Caping Indirect
1. Seluruh dentin karies dihilangkan
2. Pulpa terbuka
3. Perawatannya hanya satu kali kunjungan
4. Bahan basis yang digunakan adalah Ca(OH)2 1. Hanya dentin tepi yang karies disingkirkan
2. Pulpa tidak terbuka
3. Perawatannya lebih dari dua kali kunjungan
4. Bahan basis yang digunakan adalah seng fosfat eugenol (OSE)
Perbedaan Prosedur Pulp Capping Direct dan Pulp Capping Indirect
Keputusan apakah digunakan prosedur direct atau indirect tergantung pada faktor-faktor lain selain
keadaan pulpa yang sehat.Memilih perawatan pilihan diperjelaskan pada gambar di bawah ini
Perbedaan Prosedur Pulp Capping Direct dan Pulp Capping Indirect
Keputusan apakah digunakan prosedur direct atau indirect tergantung pada faktor-faktor lain selain
keadaan pulpa yang sehat.Memilih perawatan pilihan diperjelaskan pada gambar di bawah ini
Dentin Reparatif
Dentin reparatif, juga dikenal sebagai dentin iregular atau dentin tersier, disusun oleh pulpa sebagai
suatu respon protektif terhadap rangsangan yang membahayakan. Rangsangan ini dapat diakibatkan
karies, prosedur operatif, bahan restoratif, abrasi, erosi, atau trauma. Dentin reparatif ditumpuk
pada daerah yang dipengaruhi dengan rata-rata kecepatan yang meningkat dengan rata-rata 1,5 µm
tiap hari. Kecepatan, kualitas, dan kuantitas dentin reparatif yang ditumpuk tergantung dari
keparahan dan lamanya injuri pada odontoblas dan biasanya dihasilkan oleh odontoblas
“pengganti”.
Jika suatu rangsangan ringan dikenakan pada odontoblas untuk periode waktu yang panajang,
seperti abrasi, dentin reparatif mungkin ditumpuk pada suatu kecepatan lambat. Jaringan ini
ditandai oleh tubuli yang agak tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu
rangsangan mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih
sedikit dan lebih tidak teratur. Sebaliknya, suatu lesi karies yang agresif atau suatu rangsangan
mendadak lain akan merangsang produksi dentin reparatif dengan tubuli yang lebih sedikit dan lebih
tidak teratur. Bila odontoblas terkena injuri yang tidak dapat diperbaharui, odontoblas yang hancur
akan meninggalkan tubuli kosong, yang disebut dead tract kecuali kalau pulpa terlalu atrofik. Karena
dentin reparatif mempunyai lebih sedikit tubuli, meskipun kurang bermineral, dentin reparatif
mampu berfungsi sebagai lapisan yang akan merintangi masuknya produk atau zat yang
membahayakan ke dalam pulpa. Bila karies berkembang dan bila lebih banyak odontoblast terkena
injuri yang tidak dapat di perbaiki, lapisan dentin reparatif akan menjadi lebih lebih atubular dan
dapat mempunyai inklusi ( inclusion) sel, yaitu odontoblast yang terjebak. Inklusi selular tidak umum
pada gigi manusia. Pada penghilangan karies, sel mesenkim daerah kaya sel akan berkembang
menjadi odontoblast untuk mengganti yang mengalami nekrosis. Odontoblast yang baru terbentuk
ini dapat menghasilkan dentin yang teratur atau suatu dentin amorfus, pengapurannya jelek dan
permebel. Daerah demarkasi antara dentin sekunder dan dentin reparatif disebut garis
kalsiotraumatik.
Sepanjang hidup dentin akan dipengaruhi oleh perubahan lingkungan, termasuk keausan normal,
karies, prosedur operatif, dan restorasi. Perubahan ini seringkali menyebabkan timbulnya respons
protektif melalui terdepositnya dentin reparatif, tetapi pembentukan dentin ini akan terbatas pada
tubulus yang berkaitan dengan daerah iritasi. Komposisi dentin reparatif dan dentin sekunder adalah
sama, dan keduanya hanya berbeda pada lokasi deposisinya.
Bila gangguan lingkungan cukup kuat, odontoblas dan prosesus tubularnya akan mati, sehingga
tubulus akan menjadi kosong. Bila terjadi pengumpulan tubulus-tubulus yang kosong, tubulus akan
kelihatan gelap pada gambaran mikroskopis dan disebut sebagai saluran yang mati. Ujung pulpa dari
tubulus biasanya tertutup oleh dentin reparatif, dan setelah waktu tertentu tubulus akan
terkalsifikasi dan pola tubular pada dentin yang terpotong akan tersumbat. Istilah lain yang
digunakan untuk menyebut tubulus yang mengalami kalsifikasi adalah dentin sklerotik.
Pertahanan terhadap karies yeng dalam berlanjut terjadi dalam bentuk dentin reparatif yang
terdeposit dalam kamar pulpa dan tubulus dentin. Jika proses karies melebihi kecepatan dari
respons pulpa, dasar dentin keras tidak akan terbentuk. Atau jika kondisi ini parah, dentin lunak
berhubungan langsung dengan pulpa itu sendiri.
Gigi dengan kavitas yang dalam pada ekskavasi dari dentin yang nekrosis, akan menunjukkan daerah
dentin yang mengalami dekalsifikasi (tebal 0,5 mm) dan lunak, tetapi tetap utuh. Jika lapisan dentin
semi-solid ini disingkirkan dan bila pulpa berhasil menahan serangan proses karies yang hebat,
biasanya akan dijumpai selapis dentin yang keras dengan permukaan licin dan mengkilap. Meskipun
demikian, semua karies dentin yang berbatasan dengan pulpa tidak harus disingkirkan.
Penuaan Gigi
Gigi menjadi tua, sesuai dengan meningkatnya umur seseorang. Tanda yang paling nyarta dari
adanya proses penuaan adalah menurunnya aktivitas sistem penghantaran cairan karena
terbentuknya dentin reparatif. Keadaan ini kelihatannya berlangsung dengan adanya iritasi dan
termanifestasi berupa deposisi dentin reparatif, pada kamar pulpa dan di dalam tubulus dentin yang
bersangkutan.
Tanda-tanda klinis dari dentin reparatif bisa dilihat dengan mengekskavasi dentin yang karies
menggunakan bur bulat yang berkecepatan rendah. Tanpa anastesi, akan menarik bahwa respons
pasien terhadap rasa sakit di bagian tengah kavitas lebih sedikit daripada di daerah perifer lesi,
khususnya pada daerah yang akan dibuat alur (groove) retentif. Berdasarkan penjelasan di atas,
kelihatannya bagian tengah dari kavitas adalah tempat yang sering teriritasi sehingga pada daerah
ini telah terbentuk dentin reparatif yang lebih besar dibandingkan dengan bagian pinggirnya. Pada
rangsangan panas dan dingin tidak dirasakan pasien, diperkirakan disebabkan oleh adanya dentin
reparatif pada tubulus dan kamar pulpa.
DAFTAR PUSTAKA
F.J. Harty dan R Ogston. 1995. Kamus Kedokteran Gigi. Jakarta : EGC
Tarigan, Rasinta. 2006. Perawatan Pulpa Gigi (Endodonti). Jakarta : EGC.
E. Walton, Richard, dan Mahmoud Torabinejad. 2008. Prinsip dan Praktik Ilmu Endodonsia Adisi 3.
Jakarta : EGC
Ahmad Fauzi M. 2002. Bahan – Bahan Pembentuk Dentin Sekunder Dalam Bidang Kedokteran Gigi.
USU e-Repository © 2008
Baum, Lloyd. Buku Ajar Ilmu Konservasi Gigi / Baum Philips Lund; alih bahasa, Rasinta Tarigan;
editor, Lilian Yuwono. - Ed. 3 – Jakarta: EGC, 1997
Maidiyana Hazrina : Perawatan Fraktur Klas III Ellys Dan Davey Pada Anak Dengan Pulp Capping
Direct, 2007. USU e-Repository © 2008
http://resources.unpad.ac.id/unpadcontent/uploads/publikasi_dosen/PENATALAKSANAAN%20N
URSING%20MOUTH%20CARIES.pdf
http://www.scribd.com/