Anda di halaman 1dari 41

PENYALAHGUNAAN DAN KETERGANTUNGAN ZAT

“SUBTANCE”

Di susun oleh:
KELOMPOK 9 – KELAS E
Pipit Krisnawati (201710230311269)
Imelda Pristaliona (201710230311281)
Muhammad Affan Musthofa (201710230311292)
Dian Permata Hati (201710230311312)
Inez Cyntiarani (201710230311313)

Dosen Pengampu:
Diana Savitri H., M.Psi

FAKULTAS PSIKOLOGI
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG
TAHUN 2018

1
KATA PENGANTAR

Segala puji kami panjatkan atas kehadirat Tuhan yang Maha


Esa. Karena berkat rahmat dan hidayat-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan tugas mata kuliah Biopsikologi dengan tema
Penyalahgunaan Dan Ketergantungan Zat (Substance). Dan tak lupa,
sholawat beserta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. Kepada keluarganya,
sahabatnya, dan hingga sampai kepada kita selaku umatnya.

Dalam penyusunan penulisan makalah ini kami ucapkan beribu


terima kasih kepada semua pihak yang telah terlibat hingga
terselesaikannya makalah ini. Kami menyadari bahwa makalah ini
jauh dari kata sempurna dan sebenar-benarnya, oleh karena itu kami
mengharapkan saran dan kritik dari para pembaca untuk dapat
membangun makalah ini menjadi lebih baik lagi.

Semoga kepenulisan makalah ini dapat bermanfaat untuk


semua umat. Khususnya untuk diri kami pribadi serta bagi semua
pembaca.

Malang, 16 April 2018

2
Daftar Isi
KATA PENGANTAR ....................................................................................................... 2
BAB I .................................................................................................................................... 4
PENDAHULUAN ................................................................................................................... 4
KATA PENGANTAR............................................................................................................... 4
1.2 Rumusan Masalah .................................................................................................... 5
2.2 Tujuan ....................................................................................................................... 6
BAB 2 ................................................................................................................................... 7
ISI......................................................................................................................................... 7
2.2 PENGARUH NARKOBA PADA SISTEM SYARAF ...................................................... 12
2.3 PRINSIP KERJA NIKOTIN ............................................................................... 16
2.4 MEKANISME OTAK ................................................................................................. 19
2.5 PENDEKATAN BIOPSIKOLOGIS ................................................................... 20
2.6 Pendekatan Farmakologis...................................................................................... 20
2.7 Pendekatan Psikologis ........................................................................................... 23
BAB III ................................................................................................................................ 38
PENUTUP ........................................................................................................................... 38
3.1 KESIMPULAN ..................................................................................................... 38
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................................. 41

3
BAB I

PENDAHULUAN

KATA PENGANTAR
Di beberapa negara tumbuhan ini tergolong narkotika, walau
tidak terbukti bahwa pemakainya menjadi kecanduan, berbeda dengan
obat-obatan terlarang yang berdasarkan bahan kimiawi dan merusak
sel-sel otak, yang sudah sangat jelas bahayanya bagi umat manusia. Di
antara pengguna ganja, beragam efek yang dihasilkan, terutama
euphoria (rasa gembira) yang berlebihan, serta hilangnya konsentrasi
untuk berpikir di antara para pengguna tertentu.

Efek negatif secara umum adalah bila sudah menghisap maka


pengguna akan menjadi malas dan otak akan lamban dalam berpikir.
Namun, hal ini masih menjadi kontroversi, karena tidak sepenuhnya
disepakati oleh beberapa kelompok tertentu yang mendukung medical
marijuana dan marijuana pada umumnya. Selain diklaim sebagai
pereda rasa sakit, dan pengobatan untuk penyakit tertentu (termasuk
kanker), banyak juga pihak yang menyatakan adanya lonjakan
kreatifitas dalam berfikir serta dalam berkarya (terutama pada para
seniman dan musisi.

Berdasarkan penelitian terakhir, hal ini (lonjakan kreatifitas),


juga di pengaruhi oleh jenis ganja yang digunakan. Salah satu jenis
ganja yang dianggap membantu kreatifitas adalah hasil silangan
modern “Cannabis indica” yang berasal dari India dengan “Cannabis
sativa” dari Barat, dimana jenis Marijuana silangan inilah yang
merupakan tipe yang tumbuh di Indonesia.

Efek yang dihasilkan juga beragam terhadap setiap individu,


dimana dalam golongan tertentu ada yang merasakan efek yang
membuat mereka menjadi malas, sementara ada kelompok yang
menjadi aktif, terutama dalam berfikir kreatif (bukan aktif secara fisik
seperti efek yang dihasilkan Methamphetamin). Marijuana, hingga

4
detik ini, tidak pernah terbukti sebagai penyebab kematian maupun
kecanduan. Bahkan, di masa lalu dianggap sebagai tanaman luar biasa,
dimana hampir semua unsur yang ada padanya dapat dimanfaatkan
untuk berbagai keperluan. Hal ini sangat bertolak belakang dan
berbeda dengan efek yang dihasilkan oleh obat-obatan terlarang dan
alkohol, yang menyebabkan penggunanya menjadi kecanduan hingga
tersiksa secara fisik, dan bahkan berbuat kekerasan maupun penipuan
(aksi kriminal) untuk mendapatkan obat-obatan kimia buatan manusia
itu.

1.2 Rumusan Masalah


 Apa itu subtance ?
 Apa pengertian dari Narkoba ?
 Apa yang dimaksud dengan Nikotin ?
 Bagaimana pengaruh narkoba pada sistem syaraf ?
 Bagaimana pengaruh subtance terhadap fungsi biologis
tubuh ?
 Dampak apa saja yang mungkin akan menyerang
pecandu narkoba / zat adiktif (substance) ?
 Bagaimana bentuk terapi dan pengobatan pada pecandu
narkoba / zat adiktif (substance) ?
 Apa itu kecanduan ?
 Apa saja dampak kecanduan pornografi dan kecanduan
gadged ?

5
2.2 Tujuan
 Untuk dapat mengetahui pengertian dari subtance.
 Untuk dapat mengetahui pengertian dari narkoba.
 Untuk dapat mengetahui penjelasan dari nikotin.
 Untuk dapat mengetahui pengaruh dari narkoba pada
sistem syaraf.
 Untuk dapat mengetahui pengaruh subtance terhadap
fungsi biologis tubuh.
 Untuk dapat mengetahui dampak-dampak yang
memungkinkan terjadi pada pecandu narkoba/zat
adiktif.
 Untuk dapat mengetahui bentuk terapi dan pengobatan
pada pecandu narkoba/zat adiktif.
 Untuk dapat mengetahui pengertian dari kecanduan
 Dan untuk dapat mengetahui dampak apa saja yang
akan dialami oleh para pecandu pornografi dan
pecandu gadged.

6
BAB 2

ISI

Pengertiaan Substance
Dewasa ini, makin banyak ditemukan zat-zat yang mampu
memberikan manfaat bagi manusia. Pengetahuan yang semakin
berkembang dan diimbangioleh majunya teknologi, membuat banyak
sekali inovasi yang berhubungan dengan kehidupan kita, salah satunya
di bidang kesehatan. Kita banyak menemukan obat ataupun zat yang
dapat membantu kita menjaga kesehatan, hingga menyembuhkan
gejala penyakit yang menyerang tubuh. Sudah berbagai
macam jenis zat yang telah ditemukan dan dikembangkan, baik secara
alami maupun sintetis. Penggunaannya pun mulai dipermudah dengan
berbagai inovasi. Akan tetapi, pada kenyataanya penggunaan zat-zat
itupun mulai disalahgunakan. Dimana, yang awalnya digunakan untuk
pengobatan namun saat ini justru malah disepelekan dan
disalahartikan. Penyalahgunaan obat merupakan perilaku maladaptif.
Penyalahgunaan obat ( substance abuse) adalah pola maladptif
penggunaan obat yang-terjadi
dalam periode 12 bulan yang mengarah pada kemunduran signifikan.

Ketergantungan obat (substance dependence) adalah pola


maladaptif dari penggunaan zat yang dimanifestasikan dengan gejala-
gejala kognitif, perilaku, dan piskologis selama periode 12 bulan dan
disebabkan oleh penggunaan zat tersebut secara terus-menerus. Hal ini
akan berawal dari substance intoxication yaitu perilaku maladaptif
yang terjadi sementara atau perubahan psikologis karena akumulasi

7
suatu zat tertentu di dalam tubuh. Kondisi tersebut terjadi
sampaidengan periode ketika zat tersebut secara biologis berpengaruh
dalam tubuh.Perilaku orang yang intoksikasi menjadi maladaptif yang
berarti bahwa seseorangmengalami kemunduran signifikan dalam
performansinya. Setelah itu, orang akanmempunyai toleransi terhadap
zat tersebut. Toleransi terjadi saat seorang individumembutuhkan zat
dalam jumlah yang terus bertambah besar untuk memenuhihasrat atau
ketika seseorang kurang mendapat pengaruh zat dalam jumlah
kadaryang sama. toleransi dapat disebabkan oleh metabolisme tubuh
pada penggunaanobat; hal lain, yaitu obat akan memengaruhi sistem
saraf.

Pengertian Narkoba
Narkotika adalah zat atau obat yang berasal dari tanaman atau
bukan tanaman, baik sintetis maupun semi sintetis yang dapat
menyebabkan penurunan atau perubahan kesadaran, hilangnya rasa
nyeri dan dapat menimbulkan ketergantungan (Undang-Undang No.
35 tahun 2009). Narkotika digolongkan menjadi tiga golongan
sebagaimana tertuang dalam lampiran 1 undang-undang tersebut.
Yang termasuk jenis narkotika adalah:

 Tanaman papaver, opium mentah, opium masak (candu, jicing,


jicingko), opium obat, morfina, kokaina, ekgonina, tanaman ganja,
dan damar ganja.
 Garam-garam dan turunan-turunan dari morfina dan kokaina, serta
campuran-campuran dan sediaan-sediaan yang mengandung bahan
tersebut di atas.
Psikotropika adalah zat atau obat, baik alamiah maupun sintetis
bukan narkotika, yang berkhasiat psikoaktif melalui pengaruh selektif
pada susunan saraf pusat yang menyebabkan perubahan pada aktivitas
mental dan perilaku (Undang-Undang No. 5/1997). Terdapat empat
golongan psikotropika menurut undang-undang tersebut, namun

8
setelah diundangkannya UU No. 35 tahun 2009 tentang narkotika,
maka psikotropika golongan I dan II dimasukkan ke dalam golongan
narkotika. Dengan demikian saat ini apabila bicara masalah
psikotropika hanya menyangkut psikotropika golongan III dan IV
sesuai Undang-Undang No. 5/1997. Zat yang termasuk psikotropika
antara lain:

 Sedatin (Pil BK), Rohypnol, Magadon, Valium, Mandrax,


Amfetamine, Fensiklidin, Metakualon, Metifenidat, Fenobarbital,
Flunitrazepam, Ekstasi, Shabu-shabu, LSD (Lycergic Syntetic
Diethylamide) dan sebagainya.

Bahan Adiktif berbahaya lainnya adalah bahan-bahan alamiah,


semi sintetis maupun sintetis yang dapat dipakai sebagai pengganti
morfina atau kokaina yang dapat mengganggu sistem saraf pusat,
seperti:
• Alkohol yang mengandung ethyl etanol, inhalen/sniffing (bahan
pelarut) berupa zat organik (karbon) yang menghasilkan efek yang
sama dengan yang dihasilkan oleh minuman yang beralkohol atau
obat anaestetik jika aromanya dihisap. Contoh: lem/perekat, aceton,
ether dan sebagainya.

9
Pengertian Nikotin

Nikotin merupakan senyawa organikspesifik yang terkandung


dalam daun tembakau. Nikotin, merupakan komponen aktif
farmakologis yang utama dari tembakau, Nikotiana tabacum.
Ditemukan juga dalam jumlah banyak pada spesies laindalam famili
solanaceae seperti tomat, kentang, aubergin dan lada hijau
(Sarker,2007). Berdasarkan letak atom N termasuk true alkaloid.
Apabila diisap senyawaini akan menimbulkan rangsangan psikologis
bagi perokok dan membuatnyamenjadi ketagihan. Dalam asap, nikotin
berpengaruh terhadap beratnya rasa isap.Semakin tinggi kadar nikotin
rasa isapnya semakin berat, sebaliknya tembakauyang berkadar
nikotin rendah rasanya enteng (hambar).Menurut Dewi Susanna
(2003) Nikotin dihasilkan dari daun tembakau(kadar nikotin tertinggi),
yang dapat berupa cairan alkaloid alami tak berwarna,dengan Ph > 7
(bersifat alkalis, mempunyai ukuran molekul yang sangat keciltetapi
larut dalam air dan lemak sehingga nikotin diabsorpsi secara cepat
masukke dalam darah. Nikotin juga bersifat poten karena 5-10 kali
lebih kuatmenimbulkan efek psikoaktif pada manusia daripada kokain
dan morfin.Penghantaran nikotin ke dalam darah dan jaringan tubuh
melalui paru-paru danatau dinding mulut dan tenggorokan, atau darah.
Penghantaran nikotin melalui beberapa macam yaitu:

 Penghantaran nikotin melalui asap.Ketika rokok dibakar,


nikotin tersebar ke udara dalam bentuk butiran-
butiran kecil tar bersama komponen-
komponen asap tembakau lainnya.Setelah dihisap, nikotin
memadat dengan cepat di alveoli masuk kedalam vena

10
pulmonalis kemudian ke ventrikel kiri dan dipompa ke arteri-
arteri seluruh tubuh hingga ke otak dll .
 Penghantaran Nikotin Melalui Tembakau Tanpa
AsapTembakau tanpa asap (seperti tembakau kunyah atau
snuff)menghantarkan nikotin ke dalam tubuh melalui dinding
mulut dantenggorokan, atau hidung kemudian nikotin akan
menembus
membran biologis dan masuk ke aliran darah untuk didistribusik
an ke berbagai jaringan tubuh
 Cara Penghantaran Nikotin Non Tembakau Nikotin juga
dihantarkan melalui produk non tembakau seperti terapisulih
nikotin (nicotine replacement therapy / NRT), biasanya
digunakanoleh perokok yang sedang berusaha untuk berhenti
merokok. Absorpsinikotin lebih lambat dan kadar nikotin dalam
darah yang lebih rendahkecuali bila menggunakan dosis yang
sangat tinggi sehingga NRTmemiliki tingkat keberhasilan yang
rendah pada terapi berhenti merokok.

11
2.2 PENGARUH NARKOBA PADA SISTEM SYARAF

Neurotransmiter adalah zat kimia yang memberikan informasi


dan mengkomunikasikan dari otak ke tubuh.
Cara kerjanya adalah dengan me-relay signal antara neuron, otak
menggunakan neurotransmitter untuk memerintah jantung untuk
berdetak, paru-paru untuk bernafas dan perut untuk mencerna. Juga
dapat menciptakan efek mood, tidur, konsentrasi, berat, dan dapat
menyeimbangkan diri saat tidak stabil.
Stress, diet yang salah, toxin neuron, penyakit genetic, obat-
obatan, alcohol, dan penggunaan kopi dapat menurunkan ke
optimalannya.
Neurotransmiter terdapat dua bagian :
1. Inhibitory: penyeimbang mood, dan mudah terpengaruh jika
terlalu aktif.
2. Excitatory: tidak terlihat namun dapat menstimulasi otak
terdiri dari: Dopamine – hasrat, norepinephrine – penurunan
focus dan masalah tidur, epinephrine – gejala saat ini seperti
stress yang lama dan insomnia.

12
Narkoba adalah akronim dari Narkotika dan obat-obat berbahaya
yang berbe ntuk zat kimia. Dalam bidang pengobatan medis, dikenal
zat-zat kimia yang mampu mengurangi atau menghilangkan rasa sakit,
namun tidak memiliki efek penyembuhan. Zat kimia itulah yang
sering disalahgunakan karena pemakaian dengan dosis yang
berlebihan akan berakibat buruk bagi kesehatan. Zat-zat kimia
tersebut dapat menimbulkan kerusakan pada sistem saraf.
Ada empat macam obat yang berpengaruh terhadap sistem saraf,
yaitu:
1. Sedatif, yaitu golongan obat yang dapat mengakibatkan
menurunnya aktivitas normal otak. Contohnya valium.
2. Stimulans, yaitu golongan obat yang dapat mempercepat kerja
otak. Contohnya kokain.
3. Halusinogen, yaitu golongan obat yang mengakibatkan timbulnya
penghayalan pada si pemakai. Contohnya ganja, ekstasi, dan sabu-
sabu.
4. Painkiller, yaitu golongan obat yang menekan bagian otak yang
bertanggung jawab sebagai rasa sakit. Contohnya morfin dan heroin.
Penggunaan obat-obatan ini memiliki pengaruh terhadap kerja
sistem saraf, misalnya hilangnya koordinasi tubuh, karena di dalam
tubuh pemakai, kekurangan dopamin. Dopamin merupakan
neurotransmitter yang terdapat di otak dan berperan penting dalam
merambatkan impuls saraf ke sel saraf lainnya. Hal ini menyebabkan
dopamin tidak dihasilkan. Apabila impuls saraf sampai pada bongkol
sinapsis, maka gelembung-gelembung sinapsis akan mendekati
membran presinapsis.
Namun karena dopamin tidak dihasilkan, neurotransmitter tidak
dapat melepaskan isinya ke celah sinapsis sehingga impuls saraf yang
dibawa tidak dapat menyebrang ke membran post sinapsis. Kondisi
tersebut menyebabkan tidak terjadinya depolarisasi pada membran
post sinapsis dan tidak terjadi potensial kerja karena impuls saraf tidak
bisa merambat ke sel saraf berikutnya.

13
Efek lain dari penggunaan obat-obatan terlarang adalah
hilangnya kendali otot gerak, kesadaran, denyut jantung melemah,
hilangnya nafsu makan, terjadi kerusakan hati dan lambung,
kerusakan alat respirasi, gemetar terus-menerus, terjadi kram perut
dan bahkan mengakibatkan kematian.

Ini adalah salah satu perbandingan antara otak yang normal/sehat


dengan pengguna narkoba

Peran dopamine
Hampir semua obat adiktif, secara langsung atau tidak
langsung, menyerangsistem imbalan otak dengan membanjiri
sirkuit dengan dopamin. Sebagai orang yang terus overstimulate di
"sirkuit hadiah", menyesuaikan otak ke besar lonjakan
dopamindengan memproduksi kurang dari hormon atau dengan
mengurangi jumlah reseptor disirkuit pahala.
Akibatnya, dampak kimia di sirkuit pahala berkurang,
mengurangikemampuan pelaku untuk menikmati hal-hal yang
sebelumnya membawa kesenangan. Penurunan ini memaksa
mereka kecanduan dopamin untuk meningkatkan
konsumsiobat dalam rangka upaya untuk membawa hormon
"merasa-baik" mereka ke tingkat n o r ma l - e f e k ya n g
dikenal sebagai toleransi.

14
P e n g e mb a n g a n t o l e r a n s i d o p a mi n akhirnya dapat
mengakibatkan perubahan mendasar dalam neuron dan sirkuit
otak, dengan potensi untuk sangat membahayakan kesehatan
jangka panjang dari otak. A n t i p s i ko t i k mo d e r n d i r a n c a n g
untuk me mb l o k i r fungsi d o pa mi n .
S a ya n g n ya , p e m b l o k i r a n ini juga bisa
menyebabkan kambuh dalam depresi,dan dapat
meningkatkan perilaku adiktif.
Respon Stress
Selain rangkaian pahala, ada hipotesis bahwa mekanisme stres
juga memainkan p e r a n d a l a m k e c a n d u a n . K o o b d a n
K r e e k m e m i l i k i h i p o t e s i s b a h w a s e l a m a penggunaan
narkoba, faktor kortikotropin-releasing (PKR) mengaktifkan
sumbu h i p o t a l a mu s - h i p o f i s i s - a d r e n a l ( HP A) d a n si s t e m
s t r e s l a i n n ya d a l a m a mi g d a l a d i pe r p a n ja n g . Ak t i va s i i n i
me mp e n g a r u h i keadaan e mo s i d ys r e g u l a t e d
b e r k a i t a n dengan kecanduan narkoba. Mereka telah
menemukan bahwa penggunaan narkoba meningkat, demikian
juga kehadiran CRF dalam cairan cerebrospinal manusia (CSF). Pada
model tikus, penggunaan terpisah antagonis CRF dan
antagonis reseptor CRF b a i k menurun diri
pemberian obat studi. Penelitian lain dalam
t i n j a u a n i n i menunjukkan disregulasi hormon lain yang
terkait dengan sumbu HPA, termasuk enkephalin yang
merupakan peptida opioid endogen yang mengatur rasa sakit. Hal
ini juga muncul bahwa sistem reseptor μ-opioid, yang enkephalin
bertindak atas, adalah berpengaruh dalam sistem reward dan dapat
mengatur ekspresi hormon stres.
Neuroplastisitas
Neuroplastisitas adalah mekanisme putatif balik belajar
dan memori. Hal ini melibatkan perubahan fisik dalam sinaps
antara dua neuron berkomunikasi, ditandai dengan
peningkatan ekspresi gen, sel diubah sinyal, dan pembentukan
sinapsis baruantara neuron berkomunikasi. Ketika obat adiktif
yang hadir dalam sistem, mereka muncul untuk membajak
mekanisme ini dalam sistem penghargaan sehingga motivasidiarahkan
untuk pengadaan obat, dan bukan manfaat alami. Tergantung pada
sejarah penggunaan narkoba, sinapsis rangsang dalam nucleus

15
accumbens (NAC) mengalamid u a je n i s n e u r o p l a s t i s i t a s:
p o t e n s i a s i j a n g ka p a n ja n g ( L TP ) d a n d e p r e s i ja n g k a
panjang (LTD). Dengan menggunakan tikus
s e b a g a i m o d e l , K o u r r i c h e t a l . menunjukkan bahwa
paparan kronis kokain meningkatkan kekuatan sinapsis
dalam NAC setelah periode penarikan 10-14 hari, sementara
Synapses tampaknya tidak d i p e r k u a t dalam waktu
p e n a r i k a n 2 4 ja m s e t e l a h p a p a r a n k o k a i n b e r u l a n g .
D o s i s tunggal kokain tidak menimbulkan apapun atribut dari sinaps
diperkuat. Ketika tikus obat- berpengalaman ditantang dengan satu
dosis kokain, depresi synaptic terjadi. Oleh k a r e n a i t u ,
tampaknya sejarah paparan kokain bersama dengan
k a l i p e n a r i k a n mempengaruhi arah plastisitas glutamatergic di
NAC.

Dapat ditarik kesimpulan bahwa


penggunaan Narkoba dapat merusak
sistem syaraf dan kerjanya yang akan
mempengaruhi kerja seluruh fungsi
tubuh.
2.3 PRINSIP KERJA NIKOTIN
Hal ini merupakan jelas bahwa
Absorpsi nikotin melalui membran sel bergantung pH. Nikotin
narkoba harus dihindari.
tidak dapat menembus membran pada lingkungan asam karena pada
lingkungan tersebut nikotin akan terionisasi. Nikotin dapat cepat
menembus membran pada pH darah fisiologis karena pada pH
tersebut 31% nikotin tidak terionisasi. Nikotin paling mudah
diabsorpsi pada lingkungan basa terutama melalui membran mukosa
oral dan nasal karena epitel daerah tersebut tipis dan kaya suplai

16
darah. Nikotin juga mudah diserap melalui kulit. Melalui tiga jalur
absorpsi tersebut, kadar nikotin darah akan meningkat bermakna
karena nikotin tidak melewati metabolisme dihati. Nikotin yang
ditelan diabsorpsi melalui usus halus, melalui sirkulasi vena portal
mengalamimetabolisme presistemik oleh hati. Keadaan ini menyebabk
an bioavailabilitas nikotin per oral sekitar 30-40% . Nikotin
didistribusikan cepat dan ekstensif ke seluruh jaringan tubuh.
Konsentrasi nikotin darah arteri dan otak akan meningkat tajam
setelah pajanan,turun setelah 20-30 menit karena nikotin terdistribusi
ke jaringan lain.

Kadar Nikotin tertinggi dalam organ hati, ginjal, limpa, dan


paru; dan paling rendahdalam jaringan lemak. Dalam beberapa menit
setelah absorpsi, kadar nikotin lebihtinggi di arteri daripada vena.
Konsentrasi nikotin dalam vena akan menurun
lebih perlahan. Hal ini menggambarkan redistribusidari jaringan tubuh
dan kecepataneliminasi. Rasio konsentrasi nikotin di otak terhadap
konsentrasi dalam vena tertinggi selama dan pada akhir periode
pajanan dan akan menurun secara perlahan karena
memasuki fase eliminasi. Absorpsi melalui oral, nasal atautransder-
mal menghasilkan peningkatan konsen- trasi nikotin dalam otak
secara bertahap dengan rasio terhadap dalam
vena relatif rendah dengan disekuilibriumarterio- venosa yang
kecil.Sebagian besar nikotin dimetabolisme di hati dan sebagian
kecildimetabolisme di paru dan ginjal. Metabolit utamanya adalah
kotinin (70%) dannikotin-N-oksida (4%). Kotinin dibentuk di hati
dalam dua tahap yang melibatkansitokrom P450 dan enzim aldehid

17
oksidase. Sitokrom P450 yang
terutama berperan adalah CYP2A6. Isoen-
zim lain yang juga memetabolisme nikotinadalah CYP2B6, CYP2D6,
dan CYP2E1. Waktu paruh kotinin yang panjang (16 jam)
menyebabkan
metabolit ini dapat dijadikan penanda biokimia penggunaannikotin.
Se- bagian kecil nikotin diekskresikan melalui urin, yaitu sekitar 5-
10%dari eliminasi total. Waktu paruh eliminasi nikotin rata-rata 2
jam.Pada seseorang yang merokok secara regular, kadar nikotin dalam
darah akanmeningkat dalam 6-8 jam. Kadar nikotin dalam darah yang
diambil pada sianghari (dalam keadaan kadar mantap) berkisar antara
10- 50 ng/mL. Tiap batangrokok akan meng- hasilkan konsentrasi
nikotin dalam darah sekitar 5-30 ng/mL,tergantung cara rokok dihisap.
Pada malam hari kadar nikotin akan menurun danhanya tersisa sedikit
di dalam darah ketika bangun pada pagi harinya.Efek nikotin yang
dapat menimbulkan kecanduan adalah efeknya padareseptor
kolinergik nikotinik di otak. Nikotin diserap dari asap rokok ke
sirkulasidalam paru, lalu melalui arteri karotis internal akan mencapai
otak.

Di dalam otak, nikotin akan bekerja pada reseptor kolinergik


nikotinik dalam waktu 10-15 detiksetelah menghisap rokok. Ikatan
antara nikotin dengan reseptor nikotiniknya diarea tegmental
ventral otak menyebabkan pelepasan dopamin di nukleus akumbens,
yang akan menimbulkan perasaan nyaman (pleasure). Timbulnya
rasanyaman akibat nikotin dalam hitungan detik inilah yang
menyebabkanketergantungan pada rokok. Selain itu, nikotin juga

18
menyebabkan pelepasanneurotransmiter lain seperti norepinefrin, β
endorfin, asetilkolin dan serotoninyang akan meningkatkan
kemampuan kognitif, kewaspadaan dan memori sertamenurunkan
ketegangan dan kecemasan.Penggunaan nikotin, baik akut maupun
kronik, dapat menimbulkan toleransi.Toleransi akut terjadi akibat
desensitisasi reseptor.

Ketika nikotin berikatan dengan reseptor nikotinik, akan terjadi


perubahan alosterik dan reseptor menjaditidak sensitif terhadap
nikotin untuk beberapa waktu. Penggunaan kronik akanmeningkatkan
jumlah reseptor nikotinik hingga 50% yang mungkin merupakanakibat
dari desensiti- sasi reseptor. Pada keadaan tersebut jika nikotin
tidaktersedia, maka pelepasan dopamin dan neurotransmiter lainnya
akan menurun di bawah kadar normal, sehingga akan
menimbulkan efek putus zat. Beberapa gejalayang akan timbul pada
putus nikotin adalah rasa
cemas,iritabilitas,sulit berkonsentrasi, sulit beristirahat, peningkatan n
afsu makan, gangguan tidur dan depresi.

2.4 MEKANISME OTAK


Nikotin bekerja pada reseptor kolinergik nikotinik di otak,gangl
ia autonom,medula adrenal dan sambungan neuromuskuler. Reseptor
kolinergik nikotinik memiliki dua subunit yaitu subunit α dan subunit
β . Nikotin akan berikatan dengan reseptor nikotinik yang terdapat di
badan sel, pada terminal saraf danakson. Respons terhadap stimulasi
reseptor nikotinik melibatkan sistem sarafsimpatis dan parasimpatis.
Efek simpatis terutama dimediasi oleh stimulasireseptor nikotinik di
medula adrenal yang menyebabkan pelepasan epinefrin

19
dannorepinefrin. Efek simpatis dominan pada sistem kardiovaskuler
yaitu hipertensi, takikardi dan vasokontriksi perifer . Efek
parasimpatis terutama pada sistemsaluran cerna dan saluran kemih
yaitu menimbulkan gejala mual, muntah, diare dan pening- katan
pembentukan urin. Efek muntah juga dapat disebabkan olehstimulasi
chemoreceptor trigger zone di area postrema medula oblongata.

2.5 PENDEKATAN BIOPSIKOLOGIS


Saat ini, masyarakat sudah semakin sadar akan bahayanya
nikotin
yang biasanya terdapat pada rokok. Banyak cara yang bisa digunakan
untuk perlahanmengurangi ketergantungan rokok, dalam hal ini
nikotin. Ada beberapa pendekatan, yaitu pendekatan
biologis,famakologis dan psikologis.

2.6 Pendekatan Farmakologis


Mengurangi ketagihan terhadap nikotin melalui pemberian nikotin
dengan cara berbeda merupakan salah satu penanganan secara
biologis. Nikotin dapat tersedia dalam permen karet, plester atau alat
penghirup. Tujuannya adalah membuat para perokok dapat
mempertahankan putus zat nikotin yang menyertai usaha berhenti
merokok.

 Permen Karet Nikotin Nikotin yang dikemas dalam


permen karet diserap jauh lebih lambat dan lebih stabil bila
dibandingkan dengan tembakau. Permen karet nikotin
mengandung nikotin yang terikat pada kompleks resin. Nikotin

20
permen karettersedia dalam dua dosis yaitu 2 mg dan 4 mg.
Bagi orang yang merokok lebihdari 20 batang per hari dapat
menggunakan sediaan 4 mg dan bagi orang yangmerokok
kurang dari 20 batang per hari dapat menggunakan sediaan 2
mg.Pengguna sediaan ini diinstruksikan untuk menggunakan
permen karet tiap 1-2 jam pada 6 minggu
pertama, lalu dikurangi tiap 2-4 jam selama 3 minggu, dantiap
4-8 jam selama 3 minggu. Tujuan jangka
panjangnya adalah agar dapatmengurangi penggunaan permen
karet tersebut, dan akhirnya menghilangkanketergantungan
terhadap nikotin.
 Tablet Hisap Nikotin Tablet hisap nikotin tersedia dalam
formulasi 1 mg, 2 mg dan 4 mg. Bagi perokok yang merokok
lebih dari 20 batang sehari dapat menggunakan sediaan 4 mg
dan bagi yang merokok kurang dari 20 batang per hari dapat
menggunakansediaan 2 mg.11 Beberapa ahli menetapkan
formulasi yang akan
digunakan berdasarkan pada seberapa cepat setelah bangun tidu
r di pagi hari seseorangmerokok. Waktu pertama kali merokok
di pagi hari merupakan indeks yang kuat untuk menentu- kan
ketergantungan terhadap nikotin dan merupakan cara yangdapat
digunakan untuk mengukur kebutuhan nikotin tiap perokok.
Bagi perokok yang mulai merokok dalam waktu 30 menit
disarankan menggunakan sediaan 4mg dan bagi perokok yang
mulai merokok dalam waktu lebih dari 30 menitdisarankan
menggunakan sediaan 2 mg. Sediaan tablet hisap dapat

21
digunakan tiap1-2 jam. Nikotin tablet hisap diabsorpsi secara
perlahan (dalam waktu 30 menit) melalui mukosa bukal.
Tablet ini tidak boleh dikunyah. Jumlah nikotin yangdiserap
dari sediaan tablet hisap lebih besar daripada permen karet.
Pada suatustudi dosis tunggal, diperoleh kadar maksimum
sediaan tablet hisap 8-10% lebihtinggi daripada bentuk permen
karet. Dari studi lain didapatkan bahwa potensinikotin tablet
hisap 1 mg sama dengan permen karet nikotin 2 mg. Selain itu,
jikadibandingkan dengan permen karet, nikotin tablet hisap
memiliki beberapakeunggulan yaitu dapat digunakan walaupun
terdapat keterbatasan kesehatanmulut, penerimaan sosial yang
lebih baik, dan tidak perlu dikunyah
seperti permen karet. Sediaan tablet hisap dapat memenuhi kebu
tuhan dosis akut jika pasien tiba-tiba ingin sekali merokok.
 Inhaler nikotin atau alat hirup nikotin ini terdiri dari
mouthpiece dan cartridge plastik berisi nikotin. Ketika in-
haler disemprotkan, nikotin akan melaluimouthpiece masuk ke
dalam mulut. Tiap cartridge inhaler mengandung nikotin 10mg.
Dari 10 mg tersebut, 4 mg akan masuk ke dalam mulut dan 2
mg akandiabsorpsi.Sediaan ini bukan inhaler sebenarnya karena
nikotin yang disem-
protkan tidak masuk ke dalam bronkus atau paru, tapi terdeposi
t dan diabsorpsimelalui mulut. Sebagian besar nikotin akan
masuk ke dalam kavitas oral (36%),esofagus dan lambung
(36%), serta sebagian kecil (4%) mencapai paru.1Jumlahnikotin
yang diabsorpsi dari inhaler bergantung pada suhu-suhu

22
lingkungan yang tinggi akan meningkatkan absorpsi, sedangkan
suhu rendah akan menurunkanabsorpsi. Efek terbaik diperoleh
jika digunakan selama 20 menitt Penggunaan bentuk ini
direkomendasikan selama 3 bulan, setelah itu dosis dapat dituru
nkansecara bertahap selama 6-12 minggu.10 Jumlah nikotin
yang diperoleh melaluisediaan ini paling kecil
dibandingkan sediaan lainnya. Bentuk ini
terutama berguna untuk perokok dengan tingkat ketergantungan
rendah, sebagai terapitambahan pada nikotin transdermal untuk
menangani keinginan merokok tiba-tibaatau dalam kombinasi
dengan bupropion.

2.7 Pendekatan Psikologis


Pendekatan psikologis biasanya dilakukan dengan merokokok
dengan menggunakan jadwal, bertujuan mengurangi jatah konsumsi
nikotin secara bertahap,misal bila sehari bisa sampai
50 mg, maka dikurangi dalam minggu pertama maksimal mengkonsu
msi 45mg, lalu minggu kedua 40 mg, danseterusnya, sesuai dengan
anjuran dokter. Selain itu, mengajari pengguna untuk
mengembangkan dan menggunakan berbagai keterampilan
coping ,seperti relaksasi dan monolog positif, jugasedikit membantu,
bila dilihat alasan-alasan orang menggunakan nikotin(biasanya lewat
rokok) adalah kurangnya keterampilan coping . Pengguna tidak hanya
mampu melakukan terapi secara individu, namun bisa juga dilakukan
secara berkelompok. Terapi keluarga, ataupun bergabungdengan
grup sesama pengguna, diharapkan menstabilkan kondisi
psikologis pengguna.

23
24
Dampak Penggunaan Narkoba
Pengaruh penggunaan narkoba berbeda pada setiap orang,
selain tergantung dengan beberapa takaran yang digunakan, cara
pemakaian berapa sering menggunakan jenis obat apa yang
dikonsumsi, juga dipengaruhi oleh kondisi badan pemakai.
Sementara pengaruh yang bisa ditimbulkan dalam jangka pendek
adalah hanya merupakan kenikmatan sesaat seperti dapat
menghilangkan stress, perasaan gembira dan merasa bebas dan juga
dapat menghilangkan rasa sakit. Pengaruh buruknya adalah sulit
bernafas, tekanan darah melemah pupil mata mengecil dan sering
merasa ngantuk. Dosis yang tinggi dapat menyebabkan mabuk
bahkan bisa menghentikan fungsi alat-alat tubuh yang dapat
berakibat fatal yaitu kematian. Jenis narkotika dapat mengakibatkan
kekebalan tubuh menurun, pikiran menjadi lamban dan menganggu
perkembangan janin bila sedang hamil. Jenis alkohol bisa
mengakibatkan denyut jantung tidak teratur, pendarahan otak dan
dapat terserang stroke.

Secara khusus diuraikan bahwa penyalahgunaan narkoba


dalam dosis tinggi beresiko pada kerusakan pada susunan syaraf otak
secara permanen. Lebih bahaya lagi jika pengunaan tidak disertai
dengan resep dokter yang bisa berdampak pada kematian. Kerusakan
pada syaraf otak yang disebabkan oleh penyalahgunaan obat karena
zat aktif dan merusak susunan syaraf. Susunan syaraf merupakan
bagian tubuh yang dipakai untuk berfikir, bereaksi dan mengatur
gerak beberpa bagian tubuh lainya. Apalagi beberapa zat
psikotropika dapat menimbulkan ketergantungan secara fisik dikenal
dengan istilah adiksi dan ketergantungan psikis yang disebut
habituasi (Soekedy, 2002: 93).

25
Menurut Lydia H. martono dan Satya Joewana (2006: 11), ada
beberapa macam pengaruh Narkoba pada kerja otak sebagai
berikut:

1) Nakoba yang menghambat kerja otak, yang disebut depresansia,


yang menyebabkan kesadaran menurun dan timbul kantuk.Contohnya
opoida (candu, morfin, heroin, petidin), obat penenang/tidur (sedative,
dan henotika) seperti pil KB, Lexo, Rohyp, MG dan sebagainya serta
alkohol.

2) Narkoba yang memacu kerja otak yang disebut stimulansia, yang


menimbulkan rasa segar dan semangat, percaya diri meningkat,
hubungan dengan orang lain menjadi akrab, akan tetapi menyebabkan
tidak bisa tidur, gelisah, jantung berdebar lebih cepat dan tekanan
darah meningkat. Contohnya amfetamin, ekstasi, shabu, kokain, dan
nikotin yang terdapat dalam tembakau.

3) Narkoba yang menyebabkan khayal yang disebut halusinogenetika.


Contohnya LSD, ganja, yang menimbulkan berbagai pengaruh seperti
berubahnya persepsi waktu dan ruang serta meningkatnya daya
khayal. Karena itulah ganja dapat digolongkan sebagai
halusinogenetika.

Sel otak pada manusia terdapat macam-macam zat kimia yang disebut
neurotransmitter, Zat kimia ini bekerja pada sambungan sel saraf yang
satu dengan sel saraf yang lainnya (sinaps). Beberapa diantara
neurotransmitter itu mirip dengan beberapa jenis Narkoba. Semua zat
psikoaktif (Narkotika, psikotropika dan bahan aditif lainnya) dapat
mengubah prilaku, perasaan dan pikiran seseorang melalui
pengaruhnya terhadap salah satu atau beberapa neurotransmitter. (Esti
Susanti H, 2005 : 4 )

26
Bentuk Terapi & Pengobatan pada Pecandu Narkoba

Adapun model terapi rehabilitasi yang dapat digunakan untuk


dapat membantu seseorang melepaskan diri dari kecanduan dan untuk
dapat merubah perilakunya menjadi lebih baik, ialah sebagai berikut :

a) Model Terapi Moral

Model ini sangat umum dikenal oleh masyarakat serta biasanya


dilakukan dengan pendekatan dari segi agama/moral yang lebih
menekankan pada dosa dan kelemahan individu. Model terapi seperti
ini sangat tepat diterapkan pada lingkungan masyarakat yang masih
memegang teguh nilai-nilai keagamaan dan moralitas dalam
daereahnya. Karena model ini berjalan bersamaan dengan konsep baik
dan buruk yang diajarkan oleh agama, maka tidak mengherankan
apabila model terapi moral inilah yang menjadi landasan utama
pembenaran kekuatan hukum untuk berpegang teguh melawan
penyalahgunaan narkoba.

b) Model Terapi Sosial

Model ini memakai konsep dan program terapi komunitas. Dimana,


adiksi terhadap obat-obatan dipandang sebagai fenomena
penyimpangan sosial (social disorder). Tujuan dari terapi model ini
adalah untuk mengarahkan perilaku yang awalnya menyimpang
menjadi perilaku sosial yang lebih layak atau membaik. Hal ini
didasarkan pada kesadaran bahwa kebanyakan pecandu narkoba
hampir selalu terlibat dalam tindakan a-sosial termasuk tindakan
kriminal. Kelebihan dari model ini adalah perhatiannya pada perilaku

27
adiksi pecandu narkoba yang bersangkutan. Bukan pada obat-obatan
yang disalahgunakan.

c) Model Terapi Medis

Model ini berakar dari bebrapa konsep dalam teori fisiologis atau
metabolisme, yang memandang bahwa perilaku adiksi obat sebagai
sesuatu yang terjadi kerena faktor etiologis (keturunan). Ada dua
macam model terapi berdasarkan model ini. Yakni :

Pertama, yaitu konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan


menggunakan obat lain.

Kedua, ialah konsep menyembuhkan kecanduan obat dengan cara


memandang adiksi obat sebagai suatu penyakit.

d) Model Terapi Psikologis

Model ini diadaptasi dari teori psikologis Mc.Leilin,dkk yang


menyebutkan bahwa perilaku adiksi obat adalah buah dari emosi yang
tidak berfungsi selayaknya karena terjadi konflik. Sehingga, pecandu
memakai obat pilihannya untuk dapat meringankan atau melepaskan
beban psikologis yang dideritanya. Model terapi ini mementingkan
pada penyembuhan emosional dari pecandu narkoba yang
bersangkutan. Jenis dan terapi model psikologis ini biasanya banyak
dilakukan pada konseling pribadi. Baik dalam pusat rehabilitasi
maupun dalam terapi pribadi.

28
e) Model Terapi Budaya

Model ini menyatakan bahwa perilaku adiksi obat adalah hasil dari
sosialisasi seumur hidup dalam lingkungan sosial atau kebudayaan
tertentu.

Pengobatan

Setiap Rumah Sakit Rehabilitasi Narkoba memiliki program


khusus bagi korban narkotika, zat adiktif, dan psikotropika. Adapun
beberapa metode yang umum diterapkan di RS Rehabilitasi. Yakni :

1. Analisa Tingkat Ketergantungan


Menganalisa tingkat ketergantungan korban pada narkotika, zat
adiktif, dan psikotropika terlebih dahulu untuk dapat
menentukan tingkat pengobatan dan tingkat pembinaan bagi si
korban. Sehingga, terapi dan metode pengobatan dapat diukur
dan ditentukan.
2. Pembersihan Racun / Detoksifikasi
Fase pembersihan darah dan sirkulasi organ-organ tubuh
lainnya pada tubuh pecandu dari narkotika, psikotropika, atau
zat adiktif lainnya. Sehingga, darah menjadi bersih dan sistem
metabolisme tubuh dapat kembali normal.
3. Deteksi Sekunder Infeksi
Pada tahap ini, biasanya dilakukan dengan pemeriksaan
laboratorium lengkap dengan tes penunjang untuk mendeteksi
penyakit, atau kelainan yang menyertai para pecandu narkoba.
4. Tahap Rehabilitasi

29
Prinsip perawatan setiap Rumah Sakit Rehabilitasi narkoba
yang ada di Indonesia sangatlah beragam. Ada RS Rehabilitasi
yang menekankan pengobatan hanya pada prinsip medis, pun
adapula yang lebih menekankan pada prinsip rohani korban.
Atau memadukan kedua pendekatan tersebut dengan komposisi
yang seimbang.
5. Pembinaan Mental (Aftercare)
Sebelum kembali ke masyarakat, para penderita yang baru
sembuh biasanya ditampung di sebuah lingkungan khusus
selama beberapa waktu sampai pasien dapat dikatakan siap
secara mental dan rohani. Hal ini terjadi karena sebagian besar
para penderita umumnya putus sekolah dan tidak mempunyai
kemampuan intelejesia yang memadai.
Pada fase ini memegang peranan yang sangat vital, dimana para
penderita mulai ditumbuhkan kembali rasa kepercayaan dirinya.
Menumbuhkan semangat, dan keyakinan bahwa dia akan
sembuh dan dapat kembali normal seperti manusia sehat yang
lainnya dalam bersosialisasi di masyarakat. Yang paling utama
adalah pembinaan mental spiritual, keimanan dan ketaqwaan,
serta kepekaan sosial kemasyarakatan.

30
KECANDUAN
Kecanduan dapat di artikan sebagai suatu kondisi dimana
individu merasakan ketergantungan terhadap suatu hal yang disenangi
pada berbagai kesempatan yang ada akibat kurangnya kontrol
terhadap perilaku sehingga merasa terhukum apabila tidak memenuhi
hasrat dan kebiasaannya

Jenis Kecanduan

Menurut Lance Dodes dalam bukunya yang berjudul “The heart


of Addiction” (dalam Yee, 2006) ada dua jenis kecanduan, yaitu:

1. Physical addiction, Yaitu jenis kecanduan yang berhubungan


dengan alkohol atau kokain.
2. Nonphysical addiction, Yaitu jenis kecanduan yang tidak
melibatkan dua hal di atas (alcohol dan kokain)

Penyebab Kecanduan
Yuwanto (2010) dalam penelitiannya mengenai mobile phone
addict mengemukakan beberapa faktor penyebab kecanduan telepon
genggam yaitu:

1. Faktor Internal
Faktor ini terdiri atas faktor-faktor yang menggambarkan
karakteristik individu. Pertama, tingkat sensation seeking yang
tinggi, individu yang memiliki tingkat sensation seeking yang
tinggi cenderung lebih mudah mengalami kebosanan dalam
aktivitas yang sifatnya rutin. Kedua, self-esteem yang rendah,
individu dengan self esteem rendah menilai negatif dirinya dan
cenderung merasa tidak aman saat berinteraksi secara langsung
dengan orang lain. Menggunakan telepon genggam akan
membuat merasa nyaman saat berinteraksi dengan orang lain.
Ketiga, kepribadian ekstraversi yang tinggi. Keempat, kontrol
diri yang rendah, kebiasaan menggunakan telepon genggam
yang tinggi, dan kesenangan pribadi yang tinggi dapat menjadi
prediksi kerentanan individu mengalami kecanduan telepon
genggam.

31
2. Faktor Situasional
Faktor ini terdiri atas faktor-faktor penyebab yang mengarah
pada penggunaan telepon genggam sebagai sarana membuat
individu merasa nyaman secara psikologis ketika menghadapi
situasi yang tidak nyaman, seperti pada saat stres, mengalami
kesedihan, merasa kesepian, mengalami kecemasan, mengalami
kejenuhan belajar, dan leisure boredom (tidak adanya kegiatan
saat waktu luang) dapat menjadi penyebab kecanduan telepon
genggam.
3. Faktor Sosial
Terdiri atas faktor penyebab kecanduan telepon genggam
sebagai sarana berinteraksi dan menjaga kontak dengan orang
lain. Faktor ini terdiri atas mandatory behavior dan connected
presence yang tinggi. Mandatory behavior mengarah pada
perilaku yang harus dilakukan untuk memuaskan kebutuhan
berinteraksi yang distimulasi atau didorong dari orang lain.
Connected presence lebih didasarkan pada perilaku berinteraksi
dengan orang lain yang berasal dari dalam diri.
4. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang berasal dari luar diri individu. Faktor ini
terkait dengan tingginya paparan media tentang telepon
genggam dan berbagai fasilitasnya.

Dampak Kecanduan
Beberapa dampak dari kecanduan telepon genggam menurut Yuwanto
(2010) antara lain:

1. Konsumtif, penggunaan telepon genggam dengan berbagai


fasilitas yang ditawarkan penyedia jasa layanan telepon
genggam (operator) sehingga membuat individu harus
mengeluarkan biaya untuk memanfaatkan fasilitas yang
digunakan.
2. Psikologis, individu merasa tidak nyaman atau gelisah ketika
tidak menggunakan atau tidak membawa telepon genggam.
3. Fisik, terjadi gangguan seperti gangguan atau pola tidur yang
berubah
4. Relasi sosial, berkurangnya kontak fisik secara langsung
dengan orang lain.

32
5. Akademis/pekerjaan, berkurangnya waktu untuk mengerjakan
sesuatu yang penting dengan kata lain berkurangnya
produktivitas sehingga mengganggu akademis atau pekerjaan.
6. Hukum, keinginan untuk menggunakan telepon genggam yang
tidak terkontrol menyebabkan menggunakan telepon genggam
saat mengemudi dan membahayakan bagi diri sendiri dan
pengendara lain.

33
Dampak Kecanduan Pornografi

Menurut Menurut Elly Risman (Psikolog)

Kerusakan otak akibat pengaruh pornografi di mesin Magnetic


Resonance Imaging (MRI), hasilnya sama dengan kerusakan pada
mobil saat tabrakan keras.

Pre Frontal Cortex (PFC) akan rusak ketika anak melihat pornografi.
Padahal PFC adalah pusat nilai, moral, tempat di mana merencanakan
masa depan, tempat mengatur manajemen diri. Bagian otak alis kanan
atas inilah yang menentukan jadi apa seorang anak nantinya. Karena
itulah PFC juga disebut direktur yang mengarahkan kita.

“Nah pada saat anak kecil dan melihat pornografi si direkturnya belum
bisa melarangnya karena belum matang, maka orangtuanya lah yang
harus menjadi direktur bagi si anak, tapi mengapa sekarang orangtua
malah memberikan anak gadget, HP, dan akses internet secara
bebas?”ucap Elly Risman dalam acara seminar parenting bertema
“Tantangan Mendidik Anak di Era Digital” yang diselenggarakan SD
Integal Luqman Al Hakim Surabaya belum lama ini.

“Setelah melihat pornografi, maka gambar visual pornografi itu akan


dikirim ke otak bagian belakang, disebut juga respondent.

Jika respondent tersenggol maka dia akan mengeluarkan hormon


dopamin. Dopamin itu akan mengeluarkan zat yang akan membuat
anak merasa senang, nikmat,bahagia, dan membuat anak kecanduan,
ungkapkanya.

Karena itu, menurutnya candu pornografi itu membuat orang menjadi


dissensitifisasi. Gambar porno yang sudah dilihat tidak akan dilihat
ulang karena sudah tidak berpengaruh lagi, yang ingin dilihat lagi
adalah gambar porno yang lebih dari gambar sebelumnya, karena rasa
senstifnya hilang.

Oleh karena itu para pencandu pornografi akan selalu meningkat


candunya seperti menaiki tangga, ia ingin lebih, lebih dan lebih lagi.

34
“Ketika melihat satu kali pornografi maka dia ingin dua, tiga, empat
kali lagi,” ujar Elly Risman. Ketika gambar pornografi sering
melewati PFC, maka bagian yang menyimpan moral dan nilai,
membuat perencanaan hidup ini, akan menciut, mengecil dan
akibatnya dorongan seks akan tidak terkendali , karena mata tidak bisa
ditahan, otak menjadi rusak dan ketagihan seks.

“Proses melihat pornografi dengan bersetubuh sama, jadi anak yang


melihat pornografi mereka bersetubuh dengan gambar –gambar.

Menurutnya selain hormon dopamin yang berproduksi hormon


norepinephrine juga akan keluar. Hormon norepinephrine berfungsi
sebagai pembeku memori kenangan yang detail.

Seperti seorang istri dengan bagian-bagian-bagian tertentu suaminya,


begitu pun sebaliknya. Hormon norepinephrine biasanya keluar
setelah bersetubuh. Selain norepinephrine, otak juga akan
mengeluarkan hormon oksitosin. Ini adalah adalah Hormon yang
mengikat antara suami dan istri.

”Nah setelah mencapai klimaks, maka akan keluar hormon serotonin,


hormon ini yang membuat relax dari ujung rambut sampai ujung
kaki,” ujarnya.

Karena itu, harapan pada orangtua menjaga anak-anak agar otak


mereka tidak rusak sebelum kesiapan peran seksual yang telah
diciptakan Allah Subhanahu Wata’ala untuk mereka telah siap dan
halal.

Menurutnya, begitulah jahatnya bisnis pornografi menjadikan anak


sebagai sasaran tembak empuk, karena mereka ingin anak itu rusak
dan menjadi pelanggan pornografi seumur hidup.

Aktivitas Pacaran

Selain pornografi yang mengaktifkan hormon seksual, termasuk di


dalamnya adalah aktivitas pacaran. Karena itu, ia sangat
menyayangkan film-film remaja saat ini begitu vulgar mengajak anak

35
untuk berpacaran dan berhubungan seks secara bebas. Karena itu,
kewaspadaan orangtua terhadap serangan pornografi sangat di
harapkan.

”Jangan hanya mengaharap kepada sekolah yang mengajari nilai-nilai


agama pada anak, namun orangtua harus berperan aktif membangun
moral agama pada diri anaknya sendiri, ” ucapnya.

Kembalikan peran Ibu dan Ayah pada tempatnya. Dan para orangtua
harus lebih dulu hadir dalam kehidupan anaknya, bukan mereka yang
punya kepentingan bisnis pornografi yang hadir dalam kehidupan
anak-anaknya. Sebab anak-anak yang jiwanya selalu merasa sendiri,
booring, stress, dan lelah akan sangat gampang dimasuki oleh industri
pornografi.

Dampak Kecanduan Gadged

Gadget tidak hanya mengubah gaya hidup seseorang yang


berhubungan dengan kebiasaan, produktivitas, psikologi serta
keuangan, melainkan juga soal urusan kesehatan.

Larry D. Rosen, Ph, psikolog, mengemukakan kondisi 4


gangguan saraf akibat terlalu menggunakan ponsel yang membuat
Anda harus segera beristirahat sejenak.
Profesor psikologi di California State University tersebut mengatakan,
ada 4 tanda di mana ponsel sudah mulai membuat Anda lelah dan
mulai mengganggu kinerja saraf, sehingga Anda perlu beristirahat
sejenak. Yakni :

1. Low Battery Anxiety (LBA) Syndrome


Sembilan puluh persen dari pengguna ponsel pernah mengalami
sindrom kecemasan ini akibat baterai ponsel yang akan segera habis,
menurut sebuah survei terbaru dari 2.000 pengguna smartphone di AS.
"LBA menyebabkan seseorang mengalami serangan panik," kata
Rosen.

36
"Pikiran menjadi tidak realistis, Anda berpikir bahwa Anda akan
kehilangan komunikasi saat ponsel mati, sehingga secara obsesif
meminta orang asing untuk meminjamkan charger mereka. Bila
sindrom ini kerap datang, tandanya Anda perlu rehat sejenak dari
ponsel, sebab tingkat kecemasan Anda dapat menjadi tak terkendali.”

2. Phantom Vibration Syndrome


Anda kerap merasa getaran di saku Anda dan berpikir bahwa itu
adalah getaran ponsel, padahal itu hanyalah “produk” dari imajinasi.

Menurut Rosen, perlahan tapi pasti, sindrom ini bisa mengambil alih
fokus Anda. Penelitian terbaru menunjukkan, saat Anda sudah terlalu
fokus pada pesan-pesan yang masuk di ponsel, semakin besar
kemungkinan Anda mengalami sindrom ini.

3. Nomophobia
Anda menjadi begitu takut dan merasa hampa tanpa ponsel. Sebuah
studi 2015 mengembangkan kuesioner nomophobia untuk mengukur
ketakutan tersebut.

Peneliti melaporkan, saat Anda sudah merasa bahwa ponsel adalah


bagian terpenting dari “hidup” Anda, maka Anda akan lebih mudah
merasakan kecemasan, detak jantung dan tekanan darah meningkat,
ketika ponsel tertinggal di rumah.

4. FOMO (Fear of Missing Out)


Sindrom ini paling sering dipicu oleh kehadiran media sosial. FOMO
membuat Anda seakan menjadi orang yang tidak update atau
tertinggal berita bila tidak melihat media sosial.

37
BAB III

PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Ketergantungan obat (substance dependence) adalah
polamaladaptif dari penggunaan zat yang dimanifestasikan dengan
gejala-gejala kognitif, perilaku, dan piskologis selama periode 12
bulan dandisebabkan oleh penggunaan zat tersebut secara terus-
menerus. Nikotin (β -pyridil-α-N-methyl pyrrolidine) merupakan
senyawaorganik spesifik yang terkandung dalam daun tembakau.
Nikotindihasilkan dari daun tembakau (kadar nikotin tertinggi), yang
dapat
berupa cairan alkaloid alami tak berwarna, dengan Ph > 7 (bersifatalka
lis, mempunyai ukuran molekul yang sangat kecil tetapi larut dalamair
dan lemak sehingga nikotin diabsorpsi secara cepat masuk ke
dalamdarah. Nikotin juga bersifat poten karena 5-10 kali lebih kuat
menimbulkan efek psikoaktif pada manusia daripada kokain dan
morfin.Penghantaran nikotin ke dalam darah dan jaringan tubuh
melalui paru- paru dan atau dinding mulut dan tenggorokan,
atau darah. Penghantarannikotin melalui asap.Ketika rokok dibakar,
nikotin tersebar ke udara dalam bentuk butiran-
butiran kecil tar bersama komponen komponen asap tembakaulainnya.
Setelah dihisap, nikotin memadat dengan cepat di alveoli masukke
dalam vena pulmonalis kemudian ke ventrikel kiri dan dipompa
kearteri-arteri seluruh tubuh hingga ke otak dll . cara nikotin masuk
ketubuh :

38
 Penghantaran Nikotin Melalui Tembakau Tanpa Asap
 Cara Penghantaran Nikotin Non-Tembakau

Efek nikotin yang dapat menimbulkan kecanduan adalah


efeknya padareseptor kolinergik nikotinik di otak. Nikotin
diserap dari asap rokok kesirkulasi dalam paru, lalu melalui
arteri karotis internal akan mencapai otak.Di dalam otak,
nikotin akan bekerja pada reseptor kolinergik nikotinik
dalamwaktu 10-15 detik setelah menghisap rokok. Ikatan antara
nikotin denganreseptor nikotiniknya di area tegmental
ventral otak menyebabkan pelepasandopamin di nukleus
akumbens, yang akan menimbulkan perasaan
nyaman( pleasure). Timbulnya rasa nyaman akibat nikotin
dalam hitungan detik inilahyang menyebabkan ketergantungan
pada rokok. Selain itu, nikotin juga menyebabkan pelepasan
neurotransmiter lain seperti norepinefrin, β endorfin,asetilkolin
dan serotonin yang akan meningkatkan kemampuan
kognitif,kewaspadaan dan memori serta menurunkan
ketegangan dan kecemasan.Penggunaan nikotin, baik akut
maupun kronik, dapat menimbulkantoleransi.

Toleransi akut terjadi akibat desensitisasi reseptor. Ketika


nikotin berikatan dengan reseptor nikotinik, akan terjadi peruba
han alosterik dan reseptor menjadi tidak sensitif terhadap
nikotin untuk beberapa waktu.Penggunaan kronik akan
meningkatkan jumlah reseptor nikotinik hingga 50%yang
mungkin merupakan akibat dari desensiti- sasi reseptor. Pada
keadaantersebut jika nikotin tidak tersedia, maka pelepasan

39
dopamin danneurotransmiter lainnya akan menurun di bawah
kadar normal, sehingga akanmenimbulkan efek putus zat.
Beberapa gejala yang akan timbul pada putusnikotin adalah rasa
cemas, iritabilitas, sulit berkonsentrasi, sulit beristirahat,
peningkatan nafsu makan, gangguan tidur dan
depresi.Pendekatan biopsikologi yang dapat dilakukan adalah
denganfarmakologis dan psikologis. Pendekatan farmakologis
yaitu denganmengurangi kadar nikotin secara perlahan dengan
metode lain, misal permen karet nikotin,alat hirup,permen dan
sebagainya. Pendekatan psikologis adalahdengan mengurangi
intensitas penggunaan nikotin secara terjadwal, terapikeluarga,
dan terapi kelompok.

40
DAFTAR PUSTAKA

Davidson, Gerald C.; Neale, John M.; Kring,Ann M.(2010).


Psikologi Abnormal
. Edisi ke-9. Jakarta : Rajawali Pers.Halgin, Richard P;
Whitbourne,Susan Krauss.(2010).
Psikologi Abnormal : Perspektif Klinis pada Gangguan Psikologis
Edisi ke-6.Jakarta : Salemba Humanika.
http://abdulmalik99.files.wordpress.com/2011/05/abd-malik-ms-alk-
nikotin.pdfhttp://farmasi.ugm.ac.id/tinymcpuk/gambar/File/2_Nikotin
%20farmakologi.pdfhttp://balittas.litbang.deptan.go.id/ind/images/pdf
/vol2133.pdf
http://www.kalbemed.com/Portals/6/09_189Nicotine%20Replacement
%20Therapy.pdf
http://kliniknarkoba.blogspot.co.id/2011/05/pengobatan-dan-terapi-
narkoba.html

https://www.kaskus.co.id/thread/53575bd5f7ca17fb088b47a5/ini-gan-
gambar-kerusakan-otak-akibat-kecanduan-pornografi/

http://nova.grid.id/Kesehatan/Umum/4-Gangguan-Kesehatan-Saraf-
Akut-Karena-Gadget

http://doeniasehat.blogspot.co.id/2014/01/kecanduan-adalah.html

41

Anda mungkin juga menyukai