Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

KARAKTERISTIK PESERTA DIDIK

Disusun untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Magang I


Dosen Mata Kuliah : Febrian, S.Pd.,M.Sc

Oleh,
Kelas 4A:

1. RABIATUL MARDIAH
NIM.170384202029
2. SURANI
NIM.170384202032
3. MONDA JUWITA HARMONIS
NIM. 170384202010
4. RIKA APRILLIA SARI
NIM.170384202013
5. ANGEL CHRISTINA BR.TARIHORAN
NIM 170384202035
6. MILA SAMILA
NIM 170384202050

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN


PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA
TAHUN AJARAN 2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan Tuhan Yang Maha Esa karena dengan limpahan rahmat,karunia,
serta taufik dan hidaya-Nya lah sehingga kami mampu menyelesaikan makalah yang berjudul
“Karakteristik peserta didik”. Dan kami berterima kasih kepada dosen mata kuliah Pengelolaan
Pendidikan yaitu bapak Febrian, S.Pd.,M.Sc dan kepada semua pihak yang telah berpartisipasi
baik moril maupun materil dalam pembuatan makalah ini.

Makalah ini dibuat untuk memenuhi tugas mata kuliah Magang I dan sebagai kajian
terhadap pemahaman pembaca mengenai Karakteristik peserta didik.

Semoga makalah sederhana ini dapat berguna bagi siapapun yang membacanya.
Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata dan penulisan yang kurang
berkenan.

Tanjung Pinang, 26 Februari 2019

Penulis

I
DAFTAR ISI

Hal

KATA PENGANTAR ................................................................................. i

DAFTAR ISI ............................................................................................... ii

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang Masalah .......................................................................... 1


1.2.Rumusan Masalah ................................................................................... 1
1.3.Tujuan .................................................................................................... 1
1.4.Manfaat .................................................................................................. 1

BAB II PEMBAHASAN

2.1. Pengertian karakteristik peserta didik ..................................................... 2


2.2. Karakteristik umum peserta didik dari segi usia ...................................... 2
2.3. Karakteristik umum peserta didik dari segi gender .................................. .6
2.4. Karakteristik umum peserta didik dari segi latar belakang ...................... .8
2.5. Implikasi terhadap penyelenggaraan pendidikan ..................................... .9

BAB III PENUTUP


3.1.Kesimpulan ............................................................................................. 11
3.2.Saran ....................................................................................................... 11

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................. 12

II
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Dalam proses pembelajaran terdapat beberapa komponen, salah satu nya terdapat pendidik dan
peserta didik serta tujuan yang ingin di capai pada proses pembelajaran tertentu. Untuk
menjalankan proses pembelajaran yang optimal pendidik harus menganalisis peserta didiknya
terlebih dahulu yang meliputi karakteristik umum, karakteristik akademik, maupun karakteristik
uniknya yang dapat mempengaruhi kemampuan, intelektual, dan proses belajarnya.
Dengan memahami karakteristik umum peserta didik, pendidik akan dapat merancang
pembelajaran yang kondusif yang akan dilaksanakan. Rancangan pembelajaran yang kondusif
akan mampu meningkatkan motivasi belajar siswa sehingga mampu meningkatkan proses dan
hasil pembelajaran yang diinginkan.
Dalam pembahasan ini kita membahas tentang karakteristik umum peserta didik yang
mencakup usia, gender dan latar belakang peserta didik.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa karakteristik umum peserta didik dari segi usia, segi gender dan segi latar belakang?
2. Bagaimana mengimplikasinya dalam proses pembelajaran?

1.3. Tujuan
1. Dapat memahami karakteristik umum peserta didik dari segi usia
2. Dapat memahami karakteristik umum peserta didik dari segi gender
3. Dapat memahami karakteristik umum peserta didik dari segi latar belakang
4. Dan dapat mengetahui implikasinya dalam proses pembelajaran

1.4. Manfaat
1. Bagi mahasiswa, makalah ini dapat dijadikan wawasan dasar dalam
pengelolaan pendidikan menyangkut Karakteristik Peserta didik.
2. Bagi dosen, makalah ini dapat digunakan sebagai bahan ajar tambahan dalam proses belajar
mengajar.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Pengertian Karakteristik Peserta Didik

Menurut Piuas Partanto, Dahlan (1994) Karakteristik berasal dari kata karakter dengan
arti tabiat/watak, pembawaan atau kebiasaan yang dimiliki oleh individu yang relatif tetap.
Menurut Moh. Uzer Usman (1989) Karakteristik adalah mengacu kepada karakter dan
gaya hidup seseorang serta nilai-nilai yang berkembang secara teratur sehingga tingkah
laku menjadi lebih konsisten dan mudah di perhatikan.
Menurut Sudirman (1990) Karakteristik siswa adalah keseluruhan pola kelakuan dan
kemampuan yang ada pada siswa sebagai hasil dari pembawaan dari lingkungan sosialnya
sehingga menentukan pola aktivitas dalam meraih cita-citanya.
Menurut Hamzah. B. Uno (2007) Karakteristik siswa adalah aspek-aspek atau kualitas
perseorangan siswa yang terdiri dari minat, sikap, motivasi belajar, gaya belajar
kemampuan berfikir, dan kemampuan awal yang dimiliki.
Siswa atau anak didik adalah setiap orang yang menerima pengaruh dari seseorang atau
sekelompok orang yang menjalankan pendidikan. Anak didik adalah unsur penting dalam
kegiatan interaksi edukatif karena sebagai pokok persoalan dalam semua aktifitas
pembelajaran (Saiful Bahri Djamarah, 2000)
Menurut kelompok kami karakteristik umum peserta didik ialah karakter/gaya hidup
individu secara umum (yang dipengaruhi oleh usia, gender, latar belakang) yang telah
dibawa sejak lahir dan dari lingkungan sosialnya untuk menantukan kualitas hidupnya.

2.2. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Usia

Fase- Fase Perkembangan Manusia


1. Permulaan kehidupan (konsepsi)
2. Fase prenatal (dalam kandungan)
3. Proses kelahiran (± 0-9 bulan)
4. Masa bayi/anak balita (± 0-1 tahun)
5. Masa kanak-kanak (± 1-5 tahun)
6. Masa anak-anak (± 5-12 tahun)

2
7. Masa remaja (± 12-18 tahun)
8. Masa dewasa awal (± 18-25 tahun)
9. Masa dewasa (± 25-45)
10. Masa dewasa akhir (± 45- 55)
11. Masa akhir kehidupan (± 55 tagu ke atas)
Pada pembahasan ini, kami hanya membahas materi sejak masa kanak-kanak
masa dewasa awal saja sesuai usia pendidikan.
Ada beberapa aspek yang dipengaruhi oleh usia :
1. Aspek Fisik
 Secara Anatomis
- Perubahan kuantitatif struktur tulang
- Indeks tinggi dan berat badan
- Proporsi antar bagian
 Secara Fisiologi
- Pada masa bayi (± 0-1 tahun) tulangnya masih lentur dan berpori, persambungannya
masih longgar) dengan BB : 2-4 kg, TB : 50-60 cm
- Masa kanak-kanak, BB : 12-15 kg TB : 90-120 cm
- Masa remaja awal, BB : 30-40 kg TB : 140-160 cm
Selanjutnya keceptan berangsur menurun bahkan menjadi mapan. Proporsi tinggi
kepala, badan bayi dan anak sekita 1:4 menjelang dewasa menjadi 1:8 atau 0.
2. Aspek Intelektual
Menurut John dan Conrad :
- Laju perkembangan intelegensi berlangsung sangat pesat sampai masa remaja awal,
setelah itu kepesatannya langsung menurun.
- Puncak perkembangan pada umumnya dicapai dipenghujung masa remaja akhir
(sekitar usia 20-an), selanjutnya perubahan-perubahan masa tipis berlangsung sampai
dengan usia 50 tahun. Setelah itu terjadi plateau (mapan)sampai usia 60 tahun untuk
selanjutnya berangsur-angsur turun (deklinasi).
- Terdapat variasi dalam waktu dan laju kecepatan deklinasi menurut jenis-jenis
kecakapan tertentu.

3
3. Aspek Sosial
- Masa kanak-kanak awal (0-3 tahun) : subjektif
- Masa krisis (3-4 tahun) : trotz alter
- Masa kanak-kanak akhir (4-6 tahun) : subjektif menuju objktif
- Masa anak sekolah (6-12 tahun) : objektif
- Masa kritis II (12-13 tahun) : pre-puber (anak tanggung)
4. Aspek Psikososial
Menurut Eric Erikson :
- Anak adalah makhluk yang aktif dan penjelajah yang adaptif
- Ego berfungsi untuk memahami realitas dunia sosial
- Secara mendasar manusia adalah makhluk yang rasional, pikiran, perasaan, dan
tindakannya sebagian besar dikontrol ole ego
- Prinsip epigenetik
Delapan tahap perkembangan psikososial :
- Basic trust Vs Mistrust (± sejak lahir – 1 tahun)
- Autonomy Vs Shame Doubt (± 2-3 tahun)
- Initiative Vs Guilt (± 4-5 tahun)
- Industry Vs Inferiority (± 6 tahun – pubertas)
- Identity & Repudiation Vs Identity Diffusion (masa remaja)
- Intimacy % Solidarity Vs Isolation (masa muda)
- Generativity Vs Stagnation & Self Absorption (masa dewasa)
- Integrity Vs Despair (masa tua)
5. Aspek Perspektif Kognitif
Menurut Jean Piaget :
- Suatu fungsi kehidupan yang mendasar yang membantu organisme untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungannya.
- Tujuan aktivitas intelektual adalah untuk mencapai keseimbangan.
- Lingkungan adalah suatu tempat yang menarik 7 penuh dengan berbagai rangsangan
baru yang tidak segera dapat dipahami anak yang aktif dengan penuh rasa ingin tahu.
- Sutu atribut yang sangat majemuk, yang terdiri dari 3 komponen yang saling
berhubungan yaitu isi intelegensi, struktur kognitif, dan fungsi intelektual.

4
Tingkat perkembangan Kognitif :
- Periode sensori motor (± sejak lahir – 2 tahun)
- Periode praoperasional (± 2-7 tahun)
- Periode operasional konkret (± 7-11 tahun)
- Periode operasional formal (± 11-15 tahun)
Menurut Kurnia (2007) :
Karakteristik atau kepribadian seseorang dapat berkembang secara bertahap.
Berikut
ini adalah krakteristik perkembangan pada masa anak samapai masa puber.
 Krakteristik perkembangan masa anak awal (2-6 tahun)
Masa anak awal berlangsung dari usia 2-6 tahun, yaitu setelah anak meninggalkan
masa bayi dan mulai mengikuti pendidikan formal di SD. Tekanan dan harapan social
untuk mengikuti pendidikan sekolah menyebabkan perubahan perilaku, minat, dan
nilai pada diri anak. Pada masa ini, anak sedang dalam proses pengembangan
kepribadian yang unik dan menuntut kebebasan. Perilaku anak sulit diatur, bandel,
keras kepala, dan sering membantah dan melawan orang tua. Hal ini memang sangat
menyulitkan para pendidik. Tak heran, apabila para guru Playgroup sampai SD harus
lebih bersabar dalam melangsungkan pembelajaran atau mendidik siswa. Disiplin
mulai bisa diterapkan pada anak sehingga anak dapat mulai belajar hidup secara
tertib. Dan sikap para pedidik sangat berpengaruh terhadap perkembangan anak.
 Karakteristik perkembangan masa anak akhir (6-12 tahun)
Karakteristik atau ciri-ciri periode masa anak akhir, sama halnya dengan ciri-ciri
periode masa anak awal dengan memperhatikan sebutan atau label yang digunakan
pendidik. Orang tua atau pendidik menyebut masa anak akhir sebagai masa yang
menyulitkan karena pada masa ini anak lebih banyak dipengaruhi oleh teman-teman
sebaya daripada oleh orang tuanya. Kebanyakan anak pada masa ini juga kurang
memperhatikan dan tidak bertanggung jawab terhadap pakaian dan benda-benda
miliknya. Para pendidik memberi sebutan anak usia sekolah dasar, karena pada
rentang usia ini (6-12 tahun) anak bersekolah di sekolah dasar. Di sekolah dasar, anak
diharapkan memperoleh dasar-dasar pengetahuan dan keterampilan yang dianggap

5
penting untuk keberhasilan melanjutkan studi dan penyesuaian diri dalam
kehidupannya kelak.
 Karakteristik perkembangan masa puber (11/12 – 14/15 tahun)
Masa puber adalah suatu periode tumpang tindih antara masa anak akhir dan masa
remaja awal. Periode ini terbagi atas tiga tahap, yaitu tahap: prapuber, puber, dan
pascapuber. Tahap prapuber bertumpang tindih dengan dua tahun terakhir masa anak
akhir. Tahap puber terjadi pada batas antara periode anak dan remaja, di mana ciri
kematangan seksual semakin jelas (haid dan mimpi basah). Tahap pascapuber
bertumpang tindih dengan dua tahun pertama masa remaja. Waktu masa puber relatif
singkat (2-4 tahun) ini terjadi pertumbuhan dan perubahan yang sangat pesat dan
mencolok dalam proporsi tubuh, sehingga menimbulkan keraguan dan perasaan tidak
aman pada anak puber. Peubahan fisik dan sikap puber ini berakibat pula pada
menurunnya prestasi belajar, permasalahan yang terkait dengan penerimaan konsep
diri, serta persoalan dalam berhubungan dengan orang di sekitarnya. Orang dewasa
maupun pendidik perlu memahami sikap perilaku anak puber yang kadang menaik
diri, emosional, perilaku negative dan lain-lain, serta membantunya agar anak dapat
menerima peran seks dalam kehidupan bersosialisasi dengan orang atau masyarakat
di sekitarnya.

2.3. Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Gender


Beberapa para ahli mengatakan bahwa perbedaan gender dalam kaitannya dengan
kognisi dan prestasi mungkin bersifat situasional. Perbedaan itu bervariasi menurut waktu
dan tempat (Biklen &Pollard, 2001) dan mungkin berinteraksi dengan ras dan kelas sosial
(Pollard, 1998). Penulis Boys and Girls Learn Differently mengatakan bahwa perbedaan
antara anak laki-laki dan anak perempuan memang ada akibat perbedaan dalam otak
mereka.
o Perbedaan Anak Perempuan dengan Anak Laki-Laki
Menurut Diane (1995, 1996), ada beberapa perbedaan anak perempuan dan anak laki-
laki, anak perempuan menunjukkan kinerja yang lebih baik di bidang seni bahasa,
pemahaman bacaan, dan komunikasi tertulis dan lisan. Sedangkan anak laki-laki terlihat
sedikit unggul di bidang matematika dan penalaran matematis.

6
Menurut Ormrod (2000) :
Fitur Anak Perempuan Anak Laki-Laki Implikasi untuk
Pendidikan
Kemampuan Lebih baik dalam Lebih baik dalam Berharap anak laki-laki dan
Kognitif tugas-tugas verbal keterampilan perempuan memiliki
visual-spasial kemampuan kognitif yang
sama
Fisik Sebelum pubertas Setelah pubertas, Mengasusmsikan kedua
kapabilitasnya lebih unggul dalam gender memiliki potendi
sama hal tinggi badan dan untuk mengembangkan
kekuatan otot berbagai keterampilan fisik
dan motorik
Motivasi Peduli pada Usaha yang besar di Mendorong kedua gender
prestasi sekolah, subjek-subjek unggul disemua subjek.
tetapi kurang “stereotipikal laki- Menghindari stereotip
berani mengambil laki”
resiko
Self-Esteem Cenderung Lebih memiliki rasa Menunjukkan kepada semua
melihat diriny percaya diri untuk siswa bahwa mereka bisa
sendiri lebih mrngrndalikan dan berhasil di bidang-bidang
kompeten di mengatasi masalah. yang kontrastereotip
bidang hubungan Lebih menilai
interpersonal kinerjanya sendiri
secara positif

7
Aspirasi Cenderung Memiliki Menunjukkan otang-orang
Karier melihat dirinya ekspektasi jangka yang sukses dalam karier di
lebih collage- panjang yang lebih semua bidang sekaligus
bound. tinggi untuk dirinya dalam keluarga
Cenderung sendiri
melihat
karier yang tidak
akan mengganggu
peran mereka di
masa depan.
Hubungan Cenderung lebih Cenderung Mengajari kedua gender cara-
Interpersonal afiliatif dan lebih menunjukkan agresi cara berinteraksi dengan baik
banyak fisik yang lebih dan memeberikan lingkungan
membentuk tinggi yang kooperatif untuk
hubungan dekat. mengakomodasi
Nyaman berada di kecenderungan afiliatif anak
situasi yang pe
kompetitif dan
menyukai
lingkungan yang
kooperatif

2.4 Karakteristik Umum Peserta Didik dari Segi Latar Belakang


 Budaya, Etnis, Ras
Budaya mengacu pada bagaimana anggota-anggota suatu kelompok memikirkan
tentang tidakan sosial dan resolusi masalah. Sedangkan etnismengacu pada kelompok-
kelompok yang memiliki warisan budaya yang sama.Ras mengacu pada kelompok-
kelompok yang memiliki ciri-ciri sifat biologis yang sama.
Budaya menggambarkan istilah way of life kelompok secara keseluruhan termasuk
sejarah, tradisi, sikap dan nilai-nilai. Budaya adalah bagiamana anggota-anggota suatu

8
kelompok berpikir dan cara yang mereka lakukan untuk mengatasi masalah dalam
kehidupan kolektif. Budaya adalah sesuatu yang dipelajari dan selalu berubah, tidak
pernah statis.
Etnis mengacu pada kelompok yang memiliki bahasa dan identitas yang sama.
Misalnya orang-orang yang memiliki suku yang sama, keturunan jawa, padang,
melayu, batak, dll meskipun dalam satu kebangsaan Indonesia. Ras adalah istilah yang
diberikan kepada kelompok-kelompok yang memilki ciri-ciri biologis yang sama.

Dalam proses pembelajaran, banyak siswa yang beragam budaya, etnis dan ras,
dengan demikian terjadilah proses akulturasi antar siswa. Untuk menangani siswa yang
beragam guru harus mengembangkan kondisi kelas dengan strategi pembelajaran yang
dapat merespon beragam kebutuhan siswa, terlepas dari latar belakang rasial atau
etniknya dan memastikan bahwa kurikulumnya adil dan relean secara kultural. Guru
harus peka terhadap dasar perbedaan budaya yang dapat mempengaruhi siswa dikelas.
 Perbedaan Kelas Sosial
Beberapa karakteristik yang menentukan identifikasi kelas sosial seseorang adalah
pekerjaan, penghasilan, kekuasaan politis, dll. Hal ini mempengaruhi proses belajar siswa.
Ada beberapa contoh efek dari perbedaan kelas sosial yaitu, pengelompokkan berdasarkan
kelas sosial, ini cenderung akan mempengaruhi psikis siswa yang kelas sosialnya rendah.
Sehingga dapat terjadi perbedaan prestasi antara kelas sosial tingga dengan kelas sosial
rendah. NamunThe Culture of Education (1996) menunjukkan bagaimana belajar bersifat
sosial dan bagaimana intelegensi tumbuh selama orang saling berinteraksi di masyarakat.

2.5. Implikasi Terhadap Penyelenggaraan Pendidikan


 Faktor Fisik
Dalam penyelenggaraan pendidikan, perlu diperhatikn sarana dan prasarana yang
ada jangan sampai menimbulkan gangguan pada peserta didik. Misalnya: tempat didik
yang kurang seuai, ruangan yang gelap dan terlalu sempit yang dapat menimbulkan
gangguan kesehatan. Disamping itu juga perlu diperhatikan waktu istirahat yang cukup.
Penting juga untuk menjaga supaya fisik tetap sehat adanya jam-jam olah raga bagi peserta
didik di luar jam pelajaran. Misalnya: melalui kegiatan ekstra kurikuler kelompok olah
raga, bela diri, dan sejenisnya.

9
 Faktor Psikososial
Perkembangan emosi peserta didik sengat erat kaitannya dengan faktor-faktor:
perubahan jasmani, perubahan dalam hubungannya dengan orang tua, perubahan dalam
hubungannya dalam teman-teman, perubahan pandangan luar (dunia luar) dan perubahan
dalam hubungannya dengan sekolah. Oleh karena itu perbedaan individual dalam
perkembangan emosi sangat dimungkinkan terjadi, bahkan diramalkan pasti dapat terjadi.
Dalam rangka menghadapi luapan emosi remaja, sebaiknya ditangani dengan sikap
yang tenang dan santai. Orang tua dan pendidik harus bersikap tenang, bersuasana hati baik
dan penuh pengertian. Orang tua dan pendidik sedapat mungkin tidak memperlihatkan
kegelisahannya maupun ikut terbawa emosinya dalam menghadapi emosi remaja.
Dengan singkat dapat dikatakan bahwa untuk mengurangi luapan emosi peserta
didik perlu dihindari larangan yang tidak terlalu penting. Mengurangi pembatasan dan
tututan terhadap remaja harus disesuaikan dengan kemampuan mereka. Sebaiknya
memberi tugas yang dapat diselesaikan dan jangan memberi tugas dan peraturan yang tidak
mungkin di lakukan.
 Faktor Sosial-Kulture
Usia remaja adalah usia yang sedang tumbuh dan berkembang baik secara
kuantitatif maupun secara kualitatif, baik fisik maupun psikisnya. Menganggap dirinya
bukan anak-anak lagi, tetapi sekelilingnya menganggap mereka belum dewasa. Dengan
beberapa problem yang dialaminya pada masa ini, akibatnya mereka melepaskan diri dari
orang tau dan mengarahkan perhatiannya pada lingkuan di luar keluarganya untuk
bergabung dengan teman sekebudayaannya, guru dan sebagainya. Lingkungan teman
memgang peranan dalam kehidupan remaja.
Selanjutnya sekolah sebagai lembaga pendidikan formal yang diserahi tugas untuk
mendidik, tidak kecil peranannya dalam rangka mengembangkan hubungan sosial peserta
didik. Jika dalam hal ini guru tetap berpegang sebagai tokoh intelektual dan tokoh otoritas
yang memegang kekuasaan penuh sepeerti ketika anak-anak belum menginjak remaja,
maka sikap sosial atau hubungan sosial anak akan sulit untuk dikembangkan.

10
BAB III

PENUTUP

3.1. Kesimpulan
Dalam pengelolaan proses pembelajaran guru harus memiliki kemampuan
mendesain program, menguasai materi pelajaran, mampu menciptakan kondisi kelas yang
kondusif, terampil memanfaatkan media dan memilih sumber, memahami cara atau metode
yang digunakan sesuai kebutuhan dari karakteristik anak.
Berdasarkan pembahasan diatas dapat kami simpulkan bahwa memahami
karakteristik umum peserta didik khususnya dari segi usia, gender dan latar belakang
sangatlah penting bagi pendidik yang mengajar dengan beragam karakateristik siswa. Guru
akan dapat mengetahui bagaimana mengatasi karakteristik siswa pada usianya, menangani
adanya perbedaan gender pada siswa serta perbedaan latar belakang siswa (budaya, etnik,
ras, kelas sosial) sehingga guru dapat menyelenggarakan pendidikan secara optimal.

3.2. Saran
Semoga dengan adanya makalah ini, para pembaca bisa lebih mengetahui tentang
karakteristik peserta didik. Terlebih khusus lagi bagi calon guru, semoga bisa menjadi
bahan pelajaran yang baik,dan semoga bisa diterapkan nantik ketika sudah bekerja menjadi
seorang guru.

11
DAFTAR PUSTAKA

Modul Psikologi Perkembangan, Universitas Negeri Jakarta, 2004


Richard I. Arends, Learning To Teach, Pustaka Pelajar, Yogyakarta, 2008
http://www.scribd.com/doc/86538676/Karakteristik-Peserta-Didik-Dalam-Proses-Pembelajaran
http://guru-ina.blogspot.com/2012/03/karakteristik-siswa.html
http://onnyrudianto.wordpress.com/2011/07/24/beberapa-karakter-peserta-didik/

12

Anda mungkin juga menyukai