Anda di halaman 1dari 18

Hydrops Fetalis et causa Thalasemia Alfa

Jois Brigita Sombo


102013547
Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana
Jl. Arjuna Utara No. 6 Jakarta Barat 11510
Email: Jobrigita@yahoo.com

Abstrak
Anemia hemolitik adalah anemia yang terjadi karena meningkatnya penghancuran sel darah
merah. Dalam keadaan normal, sel darah merah mempunyai waktu hidup 120 hari. Jika suatu
penyakit menghancurkan sel darah merah sebelum waktunya (hemolisis). Talasemia adalah
gangguan darah yang diturunkan ditandai oleh defisiensi produk rantai globulin pada
hemoglobin. Penyakit genetik ini diakibatkan oleh ketidakmampuan sumsum tulang membentuk
protein yang dibutuhkan untuk memproduksi haemoglobin. Gejala awal yang muncul pada
penderita talasemia antara lain pucat, lemas, dan tidak nafsu makan. Pada kasus yang lebih berat
pasien talasemia menunjukkan gejala klinis berupa hepatomegali, kerapuhan, penipisan tulang
dan anemia. Anemia pada pasien talasemia terjadi akibat gangguan produksi haemoglobin.
Terapi kelasi besi dikombinasi dengan transfusi, terapi kelasi dapat menunda onset dari kelainan
jantung dan pada beberapa pasien, bahkan dapat mencegah kelainan jantung
Kata kunci: Anemia hemolitik, thalassemia, kelasi besi.

Abstract
Hemolytic anemia is anemia that occurs due to increased destruction of red blood cells. Under
normal circumstances, red blood cells have a life time of 120 days. If a disease destroys red
blood cells prematurely (hemolysis). Thalassemia is an inherited blood disorder characterized
by a deficiency of globulin chain products in hemoglobin. This genetic disease is caused by the
inability of the bone marrow to form the proteins needed to produce haemoglobin. Early
symptoms that appear in patients with thalassemia include pale, weak, and no appetite. In more
severe cases thalassemia patients show clinical symptoms of hepatomegaly, brittleness, bone
thinning and anemia. Anemia in thalassemia patients occurs due to haemoglobin production
interruption. Sailor iron therapy combined with transfusion, sailor therapy may delay the onset
of cardiac abnormalities and, in some patients, may even prevent cardiac abnormalities
Keywords: haemolytic anemia, thalassemia, iron chelation.
Pendahuluan
Talasemia merupakan sindrom kelainan yang diwariskan (inherited) dan masuk ke dalam
kelompok hemoglobinopati, yakni kelainan yang disebabkan oleh gangguan sintesis hemoglobin
akibat mutasi di dalam atau dekat gen globin. Mutasi gen globin ini dapat menimbulkan dua
perubahan rantai globin yakni perubahan struktur rangkaian asam amino (amino acid sequence)
rantai globin tertentu, disebut hemoglobinopati struktural atau kemampuan produksi rantai
globin tertentu, disebut talasemia. Hemoglobinopati yang ditemukan secara klinis, baik pada
anak-anak atau orang dewasa, disebabkan oleh mutasi gen globin α atau β.1
Pada penderita talasemia, kelainan genetik terdapat pada pembentukan rantai globin yang salah
sehingga eritrosit lebih cepat lisis. Akibatnya penderita harus menjalani transfusi darah seumur
hidup. Selain transfusi darah rutin, juga dibutuhkan agent pengikat besi (Iron Chelating Agent)
yang harganya cukup mahal untuk membuang kelebihan besi dalam tubuh. Jika tindakan ini
tidak dilakukan maka besi akan menumpuk pada berbagai jaringan dan organ vital seperti
jantung, otak, hati dan ginjal yang merupakan komplikasi kematian dini.1 Talasemia penyakit
bawaan yang diturunkan dari orang tuanya secara autosomal resesive. Jika pasangan suami istri
adalah pembawa gen talasemia, maka kemungkinan anaknya akan menderita talasemia sebesar
25%, pembawa gen talasemia 50% dan normal 25%.1

Anamnesis
Penderita thalassemia sering sekali bergejala sebagai anemia, beberapa pertanyaan yang
penting kita tanyakan dalam keadaan pasien anemia adalah usia pasien, pada kasus anak
terutama penting untuk mengetahui bagaimana riwayat kehamilan, riwayat proses partus dan
postpartum apakah ada komplikasi atau ada masalah dalam proses tersebut. Nutrisi baik sesudah
dilahirkan juga penting untuk ditanyakan apakah mendapatkan nutrisi yang cukup. Riwayat
penderita dan keluarga sangat penting untuk ditanyakan juga dalam kasus anemia, hal ini lebih
penting lagi dalam kasus thalassemia, karena pada populasi dengan ras dan etnik tertentu
terdapat frekuensi yang tinggi untuk jenis abnormalitas gen thalassemia yang spesifik. Untuk
orang dewasa atau anak yang lebih besar juga penting untuk ditanyakan apakah menggunakan
obat-obatan tertentu. Bila terdapat riwayat aborsi spontan dapat pula ditanyakan.
Penyelidikan pada kemungkinan penderita kelainan genetik dimulai dengan riwayat keluarga
.Langkah pertama untuk memperoleh informasi tertentu pada propositus (pasien dengan kelainan
herediter) atau kasus indeks (misalnya orang yang menderita secara klinis sehingga menarik
perhatian keluarga) dan pada tiap-tiap keluarga tingkat pertama (misalnya, orang tua, saudara
kandung, dan keturunan dari propositus). Keterangan ini meliputi nama panggilan, nama
keluarga, tanggal lahir atau usia kini, usia waktu meninggal, penyebab kematian, dan nama atau
penjelasan tentang penyakit atau cacat apapun.
Langkah kedua adalah menanyakan pertenayaan-pertanyaan yang dirancang untuk
menyelidiki keluarga akan adanya penyakit atau cacat. (1) Apakah ada keluarga yang
mempunyai trait indentik atau yang mirip? (2) Adakah keluarga yang mempunyai trait yang
tidak ada pada propositus walaupun diketahui terdapat pada beberapa penderita dengan penyakit
yang sama? Pertanyaan ini membutuhkan dokter yang memiliki pengetahuan tentang gejala-
gejala penyakit yang ditanyakan. (3). Adakah keluarga yang menderita trait yang diketahui
ditentukan secara genetik? Tujuan pertanyaan ini adalah untuk memastikan adanya penyakit
herediter dalam keluarga walaupun penderita tertentu tidak diserang. (4). Adakah keluarga yang
mengalami penyakit luar biasa, atau mempunyai keluarga yang meninggal akibat keadaan yang
langka? Tujuan pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasikan keadaan yang ditentukan secara
genetik walaupun tidak diketahui oleh pemberi informasi. Di samping itu, pertanyaan ini dapat
membantu mengidentifikasi keadaan dalam keluarga yang secara etiologik terkait dengan
masalah penderita. (5). Adakah konsanguinitas dalam keluarga? Penyelidikan ini harus dilakukan
langsung. Di samping itu, seseorang harus menanyakan nama keluarga yang umum terdapat
dalam keluarga pasangan suami dan istri. Perkawinan dalam keluarga dapat menjadi sumber
sindrom autosom resesif yang langka, dan kadang-kadang terdapat dalam keluarga yang tidak
diketahui oleh propositus. (6). Apakah asal etnik keluarga? Orang yang berasal dari etnik
tertentu, misalnya kulit hitam, Yahudi, dan Yunani, mempunyai kemungkinan yang tinggi untuk
penyakit gentik tertentu.
Pada wanita hamil, dari anamnesis dapat ditanyakan adanya gejala anemia seperti pusing,
lemah, mudah lelah. Ada atau tidaknya riwayat splenomegali, batu empedu, trombosis,
kardiomiopati, penyakit hati kronis serta kelainan endokrin seperti diabetes melitus. Gejala
talasemia sering muncul pada usia >18-67 tahun (dapat terjadi pada usia 2-8 tahun). Pada
beberapa wanita gejala anemia akan bertambah berat karena ekspansi volume plasma yang
disertai sedikit peningkatan eritropoiesis. Dapat ditanyakan juga adanya riwayat transfusi,
apakah sejak sebelum atau setelah kehamilan, karena stress fisiologis kehamilan dapat
mengeksaserbasi gejala talasemia.2

Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik yang dilakukan adalah keadaan umum dan tanda-tanda vital seperti suhu, nadi,
tekanan darah, dan frekuensi pernapasan. Selain itu pemeriksaan fisik yang mengarahkan ke
diagnosis thalasemia bila dijumpai gejala dan tanda pucat yang menunjukkan anemia, ikterus
yang menunjukkan hemolitik, splenomegali yang menunjukkan adanya penumpukan (pooling)
sel abnormal, dan deformitas skeletal, terutama pada thalasemia beta.3

Pemeriksaan Penunjang
1.Pemeriksaan Darah
Pemeriksaan darah yang dilakukan pada pasien yang dicurigai menderita talasemia
adalah :2
a. Darah rutin
Kunci mendiagnosis talasemia adalah anemia hipokromik mikrositik dengan mean
corpuscular volume (MCV) < 80 fl dan mean corpuscular haemoglobin (MCH) < 27 pg.
Pemeriksaan kombinasi MCV dan MCH ini lebih baik daripada hanya MCV saja atau
MCH saja. Anemia hipokromik mikrositik juga ditemukan pada anemia defisiensi besi
namun biasanya disertai penurunan kadar red blood cell (RBC) dan peningkatan red cell
distribution width (RDW). Dapat juga ditemukan penurunan jumlah eritrosit, peningkatan
jumlah lekosit dan ditemukan pula peningkatan dari sel PMN. Bila terjadi hipersplenisme
akan terjadi penurunan dari jumlah trombosit.2
b. Hitung retikulosit
Pada talassemia meningkat antara 2-8 %.2
c. Gambaran darah tepi
Anemia pada talasemia mayor mempunyai sifat mikrositik hipokrom. Pada gambaran
sediaan darah tepi akan ditemukan retikulosit, poikilositosis, basophilic stippling, sel tear
drops dan sel target.2
d.Feritin, Serum Iron (SI) dan Total Iron Binding Capacity (TIBC)
Pemeriksaan ini dilakukan untuk menyingkirkan kemungkinan anemia terjadi karena
defisiensi besi. Pada anemia defisiensi besi SI akan menurun, sedangkan TIBC akan
meningkat.2
2. Elektroforesis Hb
Diagnosis definitif ditegakkan dengan pemeriksaan elektroforesis hemoglobin. Pemeriksaan ini
tidak hanya ditujukan pada penderita thalassemia saja, namun juga pada orang tua,dan saudara
sekandung jika ada. Pemeriksaan ini untuk melihat jenis hemoglobin dan kadar Hb A2. Petunjuk
adanya thalassemia α adalah ditemukannya Hb Barts dan Hb H. Pada thalassemia β kadar Hb F
bervariasi antara 10-90%, sedangkan dalam keadaan normal kadarnya tidak melebihi 1%.2
3.Pemeriksaan sumsum tulang
Pada sumsum tulang akan tampak suatu proses eritropoesis yang sangat aktif sekali. Ratio rata-
rata antara myeloid dan eritroid adalah 0,8 sedangkan pada keadaan normal biasanya
memiliki nilai perbandingan 10 : 3.2
4. Diagnosis Prenatal
Bertujuan untuk mengetahui sedini mungkin apakah janin yang dikandung menderita talasemia
mayor. Diagnosis ini terutama ditujukan pada janin dari pasangan baru yang sama-pengemban
sifat talasemia serta janin dari pasangan yang telah mendapat bayi talasemia sebelumnya.1
Diagnosis prenatal meliputi:
1. Fetal sampling, dengan teknik
a. Chorionic Villus Sampling (CVS)
Teknik ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 10-14 minggu. Korion frondosum dilihat
dengan USG kemudian diambil sedikit dengan forcep biopsy atau syringe berisi media
dengan tekanan negatif yang dihubungkan dengan jarum spinal secara steril. Korion ini
berasal dari zigot sehingga dianggap mewakili sel fetus. Setelah dibersihkan dari darah
dan desidua ibu kemudian dilakukan tes laboratorium. Hasilnya kemudian dibandingkan
dengan hasil analisa karakter dan mutasi DNA orangtua.CVS berisiko 0,5-1%
menimbulkan kematian janin.1
b. Amniosentesis
Teknik ini dapat dilakukan pada usia kehamilan 16-20 minggu. Dengan USG dilihat
kantong cairan amnion kemudian diambil dengan syringe yang dihubungkan dengan
jarum spinal dengan steril. Cairan amnion mengandungamniosit yang merupakan sel
deskuamasi dari kulit, saluran pernafasan, gastrointestinal dan genitourinaria janin.
Ekstraksi dan analisa DNA kemudian dapat dilakukan dari amniosit ini. Amniosentesis
berisiko 0,5% menimbulkan kematian janin.1
c. Fetal blood sampling atau kordosentesis atau percutaneous umbilical cord
sampling (PUBS)
Dapat dilakukan pada usia kehamilan 18-22 minggu. Dengan panduan USG dicari tali
pusat kemudian diambil 1-2 ml darah janin sehingga memungkinkan untuk dilakukan
hemoglobin typing dan analisa DNA. Prosedur ini lebih menguntungkan CVS dan
amniosentesis karena hemoglobin typing hanya memerlukan waktu singkat untuk
mendapatkan hasil tes. Kordosentesis berisiko 2-3% menimbulkan kematian janin.
Pemilihan teknik tergantung pada umur kehamilan, kesediaan orangtua dan kemampuan
operator untuk melakukan tindakan.Pada orangtua yang berisiko janinnya terkena Hb
Bart’s hydrops fetalis dapat ditawarkan terlebih dahulu fetal scanning untuk melihat
kardiomegali janin yang merupakan marker sensitif dan dapat dideteksi secara dini.1
2. Diagnosis laboratorium meliputi hemoglobin typing dan analisa DNA
3. Konseling
Seorang konselor harus dapat menyampaikan informasi sebanyak dan selengkap mungkin
ada pada keluarga yang dikonseling (klien). Informasi itu menyangkut 3 hal pokok, yaitu:
Tentang penyakit thalassemia itu sendiri, bagaimana cara penurunannya, dan masalah
masalah yang akan dihadapi oleh seorang penderita thalassemia mayor. Konselor juga
terlebih dahulu harus mengumpulkan data medis dari kliennya terutama riwayat keluarga
sang klien sebelum memulai konseling, agar informasi yang disampaikan tepat dan
bersifat khusus untuk pasangan tersebut. Memberi jalan keluar cara mengatasi masalah
yang sedang dihadapi oleh sang klien dan membiarkan mereka yang membuat keputusan
sendiri sehubungan dengan tindakan yang akan dilakukan. Seorang konselor tidak
selayaknya memberikan jalan keluar yang kira kira tidak mungkin terjangkau atau dapat
dilakukan olenh sang klien. Membantu mereka agar keputusan yang telah diambil dapat
dilaksanakan dengan baik dan lancar. Secara umum sasaran konseling genetic adalah
pasangan pranikah, terutama yang berasal dari populasi atau etnik yang berpotensial
tinggi menderita thalassemia, atau kepada mereka yang mempunyai anggota keluarga
yang berpenyakit thalassemia. Kepada pasangan tersebut perlu dianjurkan untuk
melakukan pemeriksaan indeks hematologis (full blood count) terlebih dahulu sebelum
menikah untuk memastikan apakah mereka mengemban cacat genetic thalassemia. Pada
pasangan yang menderita talasemia yang sudah terlanjur menikah perlu dijelaskan semua
resika resiko yang mungkin terjadi dan informasi lain untuk membuat pasangan tersebut
memiliki wawasan tentang hal yang mungkin terjadi. Salah satu yang penting dijelaskan
adalah kemungkinan terjadinya talasemia pada keturunan mereka. Seperti pada kasus,
Jika kedua orangtua mendetita talasemia alfa minor (--/αα) maka resiko memiliki anak
dengan HB Barts Hydrop fetalis adalah 25%, talasemia minor 50%, dan normal 25%.
Sedangkan jika satu dari pasangan menderita talasemia minor sedangkan satunya karier (-
α/αα) resiko keturunan dengan HbH disease adalah 25 %..1

Working Diagnosa
Kata thalasemia pertama kali digunakan pada anemia yang sering ditemukan pada orang
Itali dan Yunani, pada tepi pantai dan pulau sekitaran. Kata ini sekarang mengarah pada
sekelompok penyakit yang diturunkan karena kelaianan sintesis rantai globin. Thalasemia
termasuk dalam bentuk hemoglobinopati, yang dimana di klasifikasi berdasarkan rantai globin
spesifik (α atau β) yang dimana sintesisnya mengalami gangguan. Sehingga sesuai namanya,
thalasemia alfa dan beta adalah kelainan pembentukan rantai alfa dan beta secara berurutan.1
Tipe penurunan sifat thalasemia adalah autosomal resesif. Pada thalasemia alfa, perlu dimengerti
bahwa sintesis rantai globin alfa diatur oleh 4 buah gen alfa yang terletak 2 pada setiap
kromosom 16. Yang terjadi pada thalasemia alfa adalah hilangnya gen alfa pada kromosom, bisa
satu ataupun lebih dari satu gen. Thalasemia alfa-2/silent carrier adalah hilangnya 1 buah gen
globin alfa, thalasemia alfa-1/trait adalah hilangnya 2 buah gen globin alfa, penyakit Hb H
adalah hilangnya 3 buah gen globin alfa, dan terakhir Hb Bart’s/ Hydrops Fetalis adalah hasil
dari hilangnya semua gen globin alfa.1
Pada thalasemia α homozigot (-/-) tidak ada rantai α yang diproduksi. Pasiennya hanya memiliki
Hb Bart’s yang tinggi dengan Hb embrionik. Meskipun kadar Hb nya tinggi tapi hampir
semuanya adalah HbBart’s sehingga sangat hipoksik yang menyebabkan sebagian besar pasien
lahir mati dengan tanda hipoksia intrauterin. Bentuk thalasemia α heterozigot (α0 dan -α+)
menghasilkan ketidakseimbangan jumlah rantainya tetapi pasiennya dapat mampu bertahan
dengan HbH dimana kelainan ini ditandai dengan adanya anemia hemolitik karena HbH tidak
bisa berfungsi sebagai pembawa oksigen.

Klasifikasi Thalasemia Alfa


Talasemia diwariskan secara autosomal resesif, berdasarkan penurunan sifatnya genotif
talasemia dibedakan menjadi :
1. Talasemia homozigot, terjadi kerusakan pada kedua kromosom homolog sehingga
kehilangan rantai globin ganda. Pada talasemia β rantai β tidak diproduksi sama sekali
sehingga hemoglobin A tidak dapat diproduksi. Pada talasemia α rantai α sama sekali
tidak diproduksi sehingga terbentuk rantai globin γ4 yang disebut Hb Bart’s.
2. Talasemia heterozigot, kerusakan terjadi pada salah satu kromosom homolog.
Kelainan genetik pada talasemia-α Talasemia α dapat dibagi menjadi dua kelompok
yaitu:1
1. Talasemia -α tipe delesi. Ditandai oleh delesi (kehilangan) gen α. Delesi gen α dapat
terjadi karena persilangan yang tak seimbang (unequal cross-over) yang dapat
menghilangkan satu atau bahkan dua gen α dengan halotip -/ dan --/. Gejala klinis yang
timbul tergantung pada jumlah gen α yang utuh (intact), mulai dari yang paling ringan
(hampir normal) pada α-Thal-2 sampai yang paling berat pada hydrops fetalis, dimana
bayi lahir mati atau sesaat sesudah lahir.1
2. Talasemia-α tipe nondelesi. Pada bentuk ini tidak dijumpai delesi gen α, namun terjadi
mutasi pada gen tersebut yang menyebabkan gangguan pada rantai globin α. Gen α
abnormal yang menyebabkan gangguan pada sinteis rantai globin α tersebut di tulis
sebagai: αT sehingga terdapat halotip αTαT/, αT-/, dan ααT/. Gangguan yang
menyebabkan timbulnya gen αT bervariasi, tetapi pada dasarnya dapat berupa gangguan
pada mRNA atau pada protein.1

Differential Diagnosa
Sindrom talasemia beta jauh lebih beragam dibandingkan sindroma talasemia alfa karena
keragaman mutasi yang menghasilkan cacat pada gen globin beta. Tidak seperti penghapusan
yang merupakan sebagian besar sindroma talasemia alfa, beta thalassemia disebabkan oleh
mutasi pada kromosom 11 yang mempengaruhi semua aspek produksi beta globin: transkripsi,
translasi, dan stabilitas produk globin beta. Kebanyakan ahli hematologi merasa ada tiga kategori
umum talasemia beta: beta thalassemia trait, beta thalassemia intermedia dan beta thalassemia
major. Mutasi situs sambatan juga terjadi dan merupakan konsekuensi klinis, ketika
dikombinasikan dengan mutasi thalassemia. Tiga mutasi situs sambatan terjadi pada ekson 1 gen
beta globin. Mutasi ini menghasilkan tiga hemoglobin abnormal yang berbeda: Melayu, E, dan
Knossos. Hemoglobin E adalah hemoglobin abnormal yang sangat umum pada populasi Asia
Tenggara, dan ketika dipasangkan dengan mutasi thalassemia b0, dapat menghasilkan talasemia
yang bergantung pada transfusi berat (Eb0). Hemoglobin E dijelaskan di bagian pada
hemoglobin varian.1

Epidemiologi
Sebaran talasemia terentang lebar dari Mediterania, Timur Tengah, Afrika, Asia Selatan, Asia
Timur dan Asia Tenggara. Saat ini talasemia didapatkan hampir di semua belahan dunia, akibat
terjadinya migrasi populasi hingga ke Eropa, Amerika dan Australia.2 Talasemia α ditemukan di
Asia Timur, Asia Tenggara, Cyprus, Yunani, Turki dan Sardinia. Sedangkan talasemia β banyak
ditemukan di Mediterania, Timur Tengah, India, Pakistan, Asia Tenggara, Rusia Selatan dan
Cina.2 Di Cyprus dan Yunani lebih banyak varian β+, sedangkan di Asia Tenggara lebih banyak
varian βo. Talasemia α sering dijumpai di Asia Tenggara, lebih sering daripada talasemia β.
Frekuensi pembawa atau carrier penyakit ini (mempunyai gen terganggu tapi penyakitnya tidak
nampak) di masyarakat Indonesia cukup tinggi yaitu sekitar 5%. Penderita talasemia akan lahir
dari suami istri yang keduanya carrier talasemia, sehingga timbul ide pre-marital screening
(pemeriksaan sebelum nikah) untuk mendeteksi talasemia. Berdasarkan angka ini, diperkirakan
lebih 2000 penderita baru dilahirkan setiap tahunnya di Indonesia. Biasanya lebih dari 30%
penderita mengandung kadar HbF yang tinggi dan 45% juga mempunyai HbE. Kadang-kadang
ditemukan hemoglobin patologi.1

Etiologi
Talasemia merupakan penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif dimana semua
perubahan genetik yang terjadi diturunkan dari ibu maupun ayah. Talasemia terjadi bila sintesis
salah satu rantai polipeptida menurun.4 Sebagian besar kelainan hemoglobin dan jenis talasemia
merupakan hasil kelainan mutasi pada gamet yang terjadi pada replikasi DNA. Pada replikasi
DNA dapat terjadi pergantian urutan asam basa dalam DNA dan perubahan kode genetik akan
diteruskan pada penurunan gen berikutnya. Mutasi ini dapat memperpendek rantai asam amino
maupun memperpanjangnya. Kelainan mutasi dapat pula terjadi pada kesalahan berpasangan
kromosom pada proses meiosis yang mengakibatkan perubahan susunan material genetik. Bila
terjadi crossing over pada kesalahan berpasangan itu, sebagai hasil akhir peristiwa tadi akan
terjadi apa yang disebut duplikasi, delesi, translokasi dan inversi.2
Pada talasemia α, mutasi gen yang terjadi berbentuk:
1. Delesi, mencakup satu gen (-α) atau kedua (--) gen globin α. Pada talasemia -α°, terdapat
14 delesi yang mengenai gen α, sehingga produksi rantai α hilang sama sekali dari
kromosom abnormal. Bentuk umum –α+ yang paling umum (-α dan -α) mencakup delesi
satu atau duplikasi gen globin α lainnya.
2. Non delesi, kedua haplotip gen α utuh (αα).ekspresi gen– α2 lebih kuat 2-3 kali dari
ekspresi gen –α1 sehingga sebagian besar mutasi non delesi ditemukan predominasi pada
ekspresi gen -α2

Patofisiologi
Patofisiologi thalasemia-α umumnya sama dengan yang dijumpai pada thalasemia-β kecuali
beberapa perbedaan utama akibat delesi (-) atau mutasi (T) rantai globin-α. Hilangnya gen
globin-α tunggal (-α / αα atau αTα / αα) tidak berdampak pada fenotip. Sedangkan thalasemia-2a-
α homozigot (-α/-α) atau thalasemia-1a-α heterozigot (αα/- -) memberi fenotip seperti thalasemia-
β carrier. Kehilangan 3 dari 4 gen globin-α memberikan fenotip tingkat penyakit berat
menengah (moderat), yang dikatakan sebagai HbH disease. Sedangkan thalasemia-α0 homozigot
(- - / - -) tidak dapat bertahan hidup, disebut sebagai Hb-Bart’s hydrops syndrome.4
Kelainan dasar thalasemia alfa sama dengan thalasemia beta, yakni ketidakseimbangan sintesis
rantai globin. Namun ada perbedaan besar dalam hal patofisiologi kedua jenis thalasemia ini,
yaitu karena rantai-α dimiliki bersama oleh hemoglobin fetus ataupun dewasa (tidak seperti
thalasemia beta), maka thalasemia alfa bermanifestasi pada masa fetus dan sifat-sifat yang
ditimbulkan akibat produksi secara berlebihan rantai globin alfa dan beta yang disebabkan oleh
defek produksi rantai globin alfa sangat berbeda dibandingkan dengan akibat produksi
berlebihan rantai alfa pada talasemia beta. Bila kelebihan rantai alfa tersebut menyebabkan
presipitasi pada prekursel eritrosit, maka talasemia alfa menimbulkan tetramer yang larut.4
Pola Penurunan Penyakit
Talasemia adalah penyakit genetik yang diturunkan secara autosomal resesif menurut hukum
Mendel dari orang tua kepada anak-anaknya. Penyakit talasemia meliputi suatu keadaan penyakit
dari gejala klinis yang paling ringan (bentuk heterozigot) yang disebut talasemia minor atau
talasemia trait (carrier/pengemban sifat) hingga yang paling berat (bentuk homozigot) yang
disebut talasemia mayor. Bentuk heterozigot diturunkan oleh salah satu orang tuanya yang
mengidap penyakit talasemia, sedangkan bentuk homozigot diturunkan oleh kedua orang tuanya
yang mengidap penyakit talasemia.1
Permasalahan talasemia akan muncul jika talasemia trait kawin dengan sesamanya sehingga
kemungkinan yang bisa terjadi adalah 25% dari keturunannya menurunkan talasemia mayor,
50% anak mereka menderita talasemi atrait dan hanya 25% anak mempunyai darah normal.
Umumnya penderita talasemia minor tidak merasakan gejala apapun. Hanya kadang-kadang
mengalami anemia kekurangan zat besi ringan. Berbeda dengan talasemia minor, anak yang
menderita talasemiamayor perlu mendapat perhatian juga perawatan khusus karena di dalam
tubuhnya tidak tersedia hemoglobin dalam jumlah cukup diakibatkan sumsum tulangnya tidak
dapat memproduksi sel darah merah dalam kadar yang dibutuhkan.1

Gambar.1. autosomal resesif


Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala dari penyakit thalassemia disebabkan oleh kekurangan oksigen di dalam aliran
darah. Hal ini terjadi karena tubuh tidak cukup membuat sel-sel darah merah dan
hemoglobin.Temuan klinis tergantung pada nomor dari delesi gen α –globin yaitu delesi pada
empat rantai alpha ( hydrops fetalis ), delesi pada tiga rantai alpha ( HbH disease ), delesi pada
dua rantai alpha serta delesi pada satu rantai alpha atau yang disebut dengan silent carrier :1
a) Silent Carrier
Pada keadaan ini tidak akan timbul gejala sama sekali pada penderita atau hanya terjadi
sedikit kelainan berupa sel darah merah yang tampak lebih pucat (hipokrom). Pembawa sifat
thalassaemia alpha jenis ringan artinya mempunyai kelainan pada gen globin alpha tetapi
tidak menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya ada sedikit perubahan pada
gambaran sel darah merahnya. Gambaran sel darah merahnya hampir sulit dibedakan dengan
orang normal, kecuali ukuran sel darah merahnya (MCV) sedikit lebih kecil dan jumlah
hemoglobin per sel darah merah (MCH) yang sedikit lebih rendah dari ukuran normal.
Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ini hanya mempunyai 3 globin alpha karena
hilangnya 1 gen globin alpha. Pembawa sifat ini tidak akan mengalami kesehatan yang
berarti, dapat melakukan aktivitas fisik atau mental yang sarna dengan orang yang tidak
mempunyai kelainan ini.
b) Alpha Thalassemia Trait
Penderita hanya mengalami anemia kronis yang ringan dengan sel darah merah yang tampak
pucat (hipokrom) dan lebih kecil dari ukuran normal (mikrositer). Pembawa sifat
thalassaemia alpha jenis berat artinya mempunyai kelainan pada gen globin alpha tetapi tidak
menyebabkan kelainan atau gangguan fisik, hanya ada perubahan pada gambaran sel darah
merah yang sangat jelas yaitu ukuran sel darah merahnya (MCV) lebih kecil dari ukuran
normal dan jumlah hemoglobin per sel darah merah (MCH) lebih rendah dari jumlah normal.
Pembawa sifat thalassaemia alpha jenis ini hanya mempunyai 2 gen globin alpha yang
berfungsi. Kedua gen globin alpha ini terletak pada satu belah kromosom dan yang
sebelahnya tidak mempunyai gen globin alpha sama sekali atau pada setiap belah kromosom
hanya ada 1 gen globin alpha. Pembawa sifat jenis ini tidak mengalami masalah kesehatan
yang berarti, dapat melakukan aktivitas fisik atau mental yang sama dengan orang yang tidak
mempunyai kelainan ini, tetapi dapat mengalami anemia ringan pada saat hamil atau saat
menderita infeksi berat.5
c) HbH Disease
Gambaran klinis penderta dapat bervariasi dari tidak menunjukkan adanya gejala sama
sekali, hingga anemia yang berat yang disertai dengan perbesaran limpa
(splenomegali). Ditandai dengan hanya 1 gen globin yang berfungsi. Penderita ini dilahirkan
dari pasangan yang salah satunya pembawa sifat thalassaemia alpha berat sedangkan yang
lainnya pembawa sifat thalassaemia alpha ringan. Penyakit ini harus dicurigai pada bayi baru
lahir yang semua sel darah merahnya pucat dan mempunyai Hb Bart yang tinggi. Hb Bart
dibentuk dari 4 buah rantai globin gama. Hemoglobin ini tidak dapat berfungsi sebagaimana
mestinya. Pada anak yang lebih besar penyakit HbH ditandai dengan anemia sedang kadar
(kadar Hb antara 8 sid 10 g/dl), sel darah merahnya kecil dan pucat serta ditemukan adanya
HbH. HbH dibentuk dari 4 rantai globin beta dan tidak berfungsi seperti Hb yang normal.
Kadar Hb pada penderita HbH relatif stabil, tetapi kadar Hb dapat turun dengan drastis pada
saat menderita infeksi virus, dan terekspos atau mengkonsumsi obat-obat, zat kimia atau
makanan yang bersifat oksidan seperti obat jenis sulfa, "benzene" (terdapat dalam bensin,
batubara, bahan kimia untuk pembuatan plastik). Walaupun jarang, dapat terjadi anemia
berat, batu empedu, tukak pada kulit, dan pembesaran limpa yang hebat sampai memerlukan
pengangkatan limpa.5
d) Alpha Thalassemia Major
Merupakan kondisi yang paling berbahaya pada thalassemia tipe alpha. Pada kondisi ini tidak
ada rantai globin yang dibentuk (sama sekali tidak mempunyai gen globin alpha) sehingga
tidak ada HbA atau HbE yang diproduksi. Biasanya fetus (janin) yang menderita alpha
thalassemia major mengalami anemia pada awal kehamilan, kemudian membengkak karena
kelebihan cairan (hydrops fetalis), lalu terjadi pembesaran hati dan limpa. Fetus (janin) yang
menderita kelainan ini biasanya mengalami keguguran atau meninggal tidak lama setelah
dilahirkan. Penderita ini dilahirkan dari pasangan yang keduanya pembawa sifat thalassaemia
alpha jenis berat. Pada keadaan ini terjadi kematian janin karena janin mengalami
kekurangan oksigen berat. Ibu dari janin ini dapat mengalami penyakit yang berat.4
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pada talasemia alfa tergantung dari tipe talasemia yang diderita pasien. Pada
talasemia alfa yang sifat, maka tidak perlu melakukan terapi apapun, hanya perlu menghindari
paparan dari obat yang yang bisa menginduksi terjadinya hemolisis sel darah merah. Harus
diperhatikan tatalaksana secara lebih dini untuk pencegahan infeksi yang terjadi setelah operasi
splenektomi.6 Bila pasien mengidap penyakit Hb H, maka harus diberikan suplemen folat 1
mg/hari peroral, terapi transfusi jangka panjang dengan dosis PRC 15-20 ml/kg setiap 4-5
minggu, dan perlu diperhatikan untuk disertai dengan melakukan iron-chelation therapy untuk
menghindari terjadinya kelebihan besi didalam darah, misalnya deferasiroks oral 20-30
mg/kgBB/hari. Perlu dilakukan splenektomi pada kasus yang jarang berupa hipersplenisme.
Mungkin perlu dilakukan transplantasi sumsum tulang belakang yang tidak dilakukan pada
semua pasien, hanya dilakukan pada pasien yang sangat berat keadaanya. Bila seorang pasien
mengkonsultasikan mengenai kematian bayi dan terjadinya hydrops foetalis ditambah dengan
riwayat keluarga dengan talasemia maka kemungkinan bayi yang meninggal tersebut menderita
Hb Bart (globin α) yang akan meninggal in utero dan menunjukkan gambaran hidrops fetalis
nonimmune. Hal ini dapat diatasi dengan mentransfusi fetus pada kehamilan ke 25, 26, dan 32
minggu dan membalikkan keadaan asitesnya.5
Perlunya dilakukan konsul kepada dokter spesialis penyakit dalam yang mengambil sub
spesalisasi dibidang hematologi pada kasus yang berat sekali. Semua pasien yang kita dapati
dengan anemia mikrositik yang tidak jelas harus di konsulkan untuk mengetahui diagnosa yang
pasti. Pasien dengan talasemia minor dan intermedia harus di konsulkan kepada dokter spesialis
genetika klinik untuk dilakukan konseling genetik dikarenakan anak atau keturunan mereka bisa
dalam risiko menurunkan talasemia mayor.6
Penatalaksaan talasemia ada beberapa hal yang harus diperhatikan, yaitu:6
a. Transfusi darah teratur yang perlu dilakukan untuk mempertahankan Hb diatas 10
gr/dL tiap saat. Hal ini biasanya membutuhkan 2-3 unit tiap 4-6 minggu. Darah
segar yang telah disaring untuk memisahkan leukosit, menghasilkan eritrosit
dengan ketahanan yang terbaik dan reaksi paling sedikit. Pasien harus diperiksa
genotipnya pada permulaan program transfuse untuk mengantisipasi bila timbul
antibody eritrosit terhadap eritrosit yang ditransfusikan
b. Asam folat diberikan secara teratur (5 mg/hari) jika asupan diet buruk
c. Terapi kelasi besi digunakan untuk mengatasi kelebihan besi. Desferioksamin
dapat diberikan melalui kantung infuse terpisah sebanyak 1-2 gr untuk tiap unit
darah yang ditransfusikan dan melalui infuse subkutan 20-40 mg/kg dalam 8-12
jam, 5-7 hari seminggu. Bila terapi dilanjutkan saat kehamilan berisiko kelainan
tulang pada janin.Sebaiknya kelasi besi dioptimalkan sebelum kehamilan
kemudian saat kehamilan tidak dilakukan terapi kelasi besi terutama pada trimester
pertama
d. Vitamin C 200 mg perhari meningkatkan ekskresi besi yang disebabkan oleh
desferioksamin
e. Vitamin E 200-400 IU setiap hari sebagai antioksidan dapat memperpanjang umur
sel darah merah.
Resiko apabila gagal dalam diagnosis, maka selain munculnya komplikasi yang lebih serius pada
pasien tersebut, apabila pasien sedang merencanakan kehamilannya maka dapat terjadi
keguguran dalam kandungan atau janin lahir mati karena hydrops fetalis yang berat.15

Penatalaksanaan thalasemia pada kehamilan:6


Sebelum persalinan:
- Tidak ada pengobatan untuk fetal hidrops (tidak dapat hidup)
- Saat kehamilan dan persalinan: kesulitan persalinan karena bayi besar
- Setelah persalinan : konseling mengenai kejadian saat ini dan perencanaan kehamilan
berikutnya
- Dapat dirujuk pada bagian obsgyn dengan subspesialis yaitu feto maternal dimana
dokter dengan subspesialis ini memiliki hak untuk memeriksa kandungan dan janin
dengan lebih spesifik. Salah satunya dengan screening 4D. pemeriksaan ini dapat
mendeteksi adanya kelainan pada janin misalnya pertumbuhan organ dalam yang tidak
normal atau sempurna dan berbagai kelainan genetik.

Komplikasi
Anemia yang berat dan lama sering mengakibatkan terjadinya gagal jantung. Transfusi darah
yang berulang-ulang dan adanya proses hemolisis menyebabkan kadar besi dalam darah sangat
tinggi, sehingga ditimbun dalam berbagai jaringan tubuh seperti hepar, limpa, kulit, jantung, dan
lain-lain. Hal ini dapat mengakibatkan gangguan fungsi organ-organ tersebut (hemokromatosis).
Limpa yang besar mudah mengalami ruptur dengan trauma yang ringan. Kadang-kadang
talasemia disertai oleh tanda hipersplenisme seperti leucopenia dan trombopenia. Kematian
terutama disebabkan oleh infeksi dan gagal jantung.1

Prognosis
Prognosis bergantung kepada tipe dan tingkat keparahan dari thalassemia. Kondisi klinis
penderita sangat bervariasi dari ringan bahkan asimptomatik hingga berat dan mengancam jiwa.
Bayi dengan thalassemia α mayor kebanyakan lahir mati atau lahir hidup dan meninggal dalam
beberapa jam. Anak thalassemia dengan transfusi darah biasanya hanya bertahan sampai usia 20
tahun, biasanya meninggal karena penimbunan besi.1

Pencegahan
Dalam menangani pasien pasangan suami istri yang ingin mempunyai anak dengan riwayat
mereka menderita talasemia alfa minor membutuhkan penanganan dengan genetika konseling.
Dimana genetika konseling adalah proses dimana pasien atau keluarga yang berisiko kelainan
tertentu yang mungkin herediter menerima saran dan konsekuensi dari kelainan tersebut,
probabilitas perkembangan penyakit dan bagaimana kelainan tersebut diteruskan dalam keluarga
dan bagaimana prevensinya. Istilah konseling genetic pertama kali diperkenalkan oleh Dr.
Sheldon Redd 1947 dari Dight Institute fo Human Genetics, University of Minnesota. Konseling
genetic diartikan sebagai memberi informasi atau pengertian kepada masyarakat tentang masalah
genetika yang ada dalam keluarganya. Kerja dalam konseling genetic ini dalam tim yang terdiri
dari spesialis ataupun konselor genetic yang handal, sehingga tim dapat menyampaikan
informasi sebanyak dan selengkap mungkin tentang penyakit yang diderita. Ada 3 hal pokok
yang penting ada dalam informasi tersebut, yaitu:1
1. Tentang penyakit talasemia itu sendiri, bagaimana cara penurunannya, dan masalah-
masalah yang akan dihadapi oleh seorang penderita talasemia mayor. Informasi dan
riwayat keluarga dari pasien juga harus dikumpulkan dengan baik agar informasinya
disampaikan tepat dan bersifat khusus untuk pasangan tersebut.
2. Memberi jalan keluar cara mengatasi masalah yang sedang dihadapi oleh sang klien dan
membiarkan mereka yang membuat keputusan sendiri sehubungan dengan tindakan yang
dilakukan.
3. Membantu mereka agar keputusan yang telah diambil dapat terlaksana dengan baik dan
lancar
Konseling genetic sasaran umumnya adalah pasangan pranikah yang berasal dari populasi atau
etnik dengan potensi tinggi menderita talasemia atau anggota keluarga yang menderita talasemia.
Pada pasangan yang salah satunya carrier atau ke duanya adalah carrier dari talasemia minor.
Konseling genetika sebagian besar dilakukan dengan anamnesis pada pasangan tersebut. Indikasi
dilakukannya konseling genetika adalah:1
- Kelainan genetic atau cacat bawaan dan keturunan keluarga
- Wanita hamil lebih dari 35 tahun
- Gangguan perkembangan pada anak
- Pernikahan di atau dengan suku atau ras tertentu
- Melahirkan janin mati
- Keguguran berulang tanpa diketahui penyebabnya
- Mental retardasi pada anak sebelumnya tanpa penyebab yang jelas
- Penggunaan obat-obatan atau bahan yang bersifat teratogen
Dan biasanya pasien bila ingin mempunyai anak, dapat dilakukan konseling prakonsepsi dan
apabila dalam sudah dalam proses kehamilan, dapat dipastikan diagnosa anak dalam kandungan
apakah membawa kelainan herediter atau tidak dengan prenatal diagnosis. Prenatal diagnosis
sendiri dapat dilakukan mulai dari USG, CVS, amniocentesis, dan cordocentesis. Apabila
diagnosa anak sudah diketahui, keputusan tindakan selanjutnya diserahkan kepada pasien dan
dokter jangan memberikan intervensi dalam pengambilan keputusan tersebut.

Kesimpulan
Talasemia adalah sekelompok penyakit genetik yang diakibatkan ketidakseimbangan pembuatan
salah satu rantai asam amino yang membentuk hemoglobin.Talasemia digolongkan berdasarkan
penurunan sintesis rantai asam amino yang terkena, dengan dua jenis utama yaitu talasemia α
dan talasemia ß. Semua penderita talasemia akan mengalami gejala anemia tetapi berat
ringannya anemia bervariasi, tergantung tingkat keparahan talasemia.
Daftar Pustaka

1. Regar J. Aspek genetik talasemia. J Biomed. 2009 Nov 3;1(3):151-8.


2. Wiradnyana A G G P. Skrining dan diagnosis thalsemia dalam kehamilan.
Denpasar:Fakultas Kedokteran Universitas Udayana;2013.
3. Bickley LS. Buku ajar pemeriksaan fisik & riwayat kesehatan bates. Edisi 8. Jakarta:
Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2009.h.453-69.
4. Sudoyo AW, Setiyohadi B, Alwi I, Simadibrata M, Setiati S, editor. Buku ajar ilmu
penyakit dalam. Edisi 5. Jakarta: InternaPublishing; 2009.h.1379-93.
5. Effendi SH, Indrasanto E. Kelainan kongenital. Dalam: Kosim MS, Yunanto A, Dewi R,
Sarosa GI, Usman A, penyunting. Buku ajar neonatologi. Edisi ke-1. Jakarta: Badan
Penerbit IDAI;2008.h.63-9.
6. Papadakis MA, McPhee SJ. Current medical diagnosis & treatment 2013. 52nd Edition.
Canada: The McGraw Hill Companies; 2013.p.494-5.

Anda mungkin juga menyukai