Anda di halaman 1dari 17

Gangren pada Jari

Tangan Pasca Operasi


TUTOR D3 DR. JUDIN PURBA TANJUNG, M.KES.
FALLENTINO CHRISTMAN LEUHERY 102015038
CLEMENT PANDUWINATA 102015081
AGUSTINUS PRIO NUGROHO 102015185
JOIS BRIGITA SOMBO 102013547
SANCIA NATHANIA LEGENIE BANUANG 102014169
FRANSISKA ELVIANA ARLY 102015063
NYDIA DESIDERIA KUANTAMA 102015094
PRIMA FELICIA ALYA 102015154
RAHMAH MUNAWWARAH BINTI MOHAMAD SAFIR 102015224
Skenario 6

Seorang wanita berusia 38 tahun datang ke RS dengan keluhan kaku pada jari
tengah dan jari manis tangan kanan. Untuk mengatasi keluhannya tersebut,
maka harus dilakukan operasi. Setelah dilakukan operasi, tangan pasien
diletakkan pada suatuRUMUSAN MASALAH:
papan, kemudian dibebat dengan kain kasa. Tetapi
Wanita 38bebatan kain kasa
tahun setelah terlalumengalami
operasi kuat, sehingga darah tidak
gangrene mampu jarinya
di keempat mengalirkarena
ke
tangan tersebuut. Setelah 2 hari,yang
bebatan bebatterlalu
dibuka, dan ternyata keempat jari pasien
kuat.
menghitam (gangrene).
Anatomi
Tangan

Pengaturan
Tindak
Pidana Malpraktek
Malpraktek Wanita 38
Menurut tahun, keempat
KUHP jari tangan
kanan menjadi
gangrene
setelah
dilakukan
tindakan operasi

Kelalaian Unforeseeable
Medik risk
Anatomi

GANGREN

Sumber: Netter’s Clinical Anatomy. Ed 2


MALPRAKTEK
“mal” = “salah” |“praktek” = “pelaksanaan” atau
“tindakan”, sehingga berarti “pelaksanaan atau tindakan
yang salah”.

Definisi malpraktek menurut WMA(World Medical


Associations)
Kelalaian dari seseorang dokter atau perawat untuk
mempergunakan tingkat kepandaian dan ilmu
pengetahuan dalam mengobati dan merawat
pasien, yang lazim dipergunakan terhadap pasien
atau orang yang terluka menurut ukuran
dilingkungan yang sama.
MALPRAKTEK (2)
Black Law Dictionary
Perbuatan jahat dari seorang ahli, kekurangan dalam
keterampilan yang dibawah standar atau tidak
cermatnya seorang ahli dalam menjalankan
kewajibannya secara hukum, praktek yang jelek atau
illegal atau perbuatan yang tidak bermoral.

John D. Blum
Malpraktek medis merupakan bentuk kelalaian profesi
dalam bentuk luka atau cacat yang dapat diukur
terjadinya pada pasien yang mengajukan gugatan
sebagai akibat langsung dari tindakan dokter.
MALPRAKTEK (3)
Malpraktek terbagi menjadi 3 :
1. Criminal Malpractice
2. Civil Malpractice
3. Administrative Malpractice
MALPRAKTEK (4)
1. Criminal Malpractice
 Sengaja
Euthanasia.
 Bersifat Ceroboh (Recklessness)
Melakukan tindakan medis tanpa persetujuan pasien
informed consent.
 Bersifat Negligence (Lalai)
Kurang hati-hati mengakibatkan luka, cacat atau
meninggalnya pasien.
 Lack of Skill
Melakukan tindakan medis tetapi diluar kompetensinya
atau kurang kompetensinya.
MALPRAKTEK (5)
2. Civil Malpractice
Tidak melaksanakan kewajiban atau tidak memberikan
prestasinya sebagaimana yang telah disepakati (ingkar
janji):
 Tidak melakukan apa yang menurut kesepakatannya
wajib dilakukan.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan tetapi terlambat melakukannya.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya wajib
dilakukan tetapi tidak sempurna.
 Melakukan apa yang menurut kesepakatannya tidak
seharusnya dilakukan.
MALPRAKTEK (6)
3. Administrative Malpractice
Melanggar Hukum Administrasi
• Persyaratan bagi tenaga perawatan untuk menjalankan
profesinya.
Contoh : (Surat Ijin Kerja, Surat Ijin Praktek)
• Batas kewenangan serta kewajiban tenaga perawatan.
PEMBUKTIAN SEORANG DOKTER MALPRAKTEK
Cara Langsung (4 D) :
• Duty (Kewajiban)
– Adanya indikasi medis
– Bertindak secara hati-hati dan teliti.
• Dereliction of Duty (Penyimpangan dari kewajiban)
– Dokter melakukan tindakan menyimpang dari apa yang seharusnya
atau tidak melakukan apa yang seharusnya dilakukan menurut
standar profesinya.
• Direct Cause (Penyebab Langsung)
– Perlu ada hubungan antara sebab-akibat antar penyimpangan
kewajiban dengan kerugian yang setidaknya merupakan “proximate
cause”.
• Damage (Kerugian)
– Ada hubungan langsung antara penyebab (causal) dan kerugian
(damage) yang diderita.
PEMBUKTIAN SEORANG DOKTER MALPRAKTEK (2)
Cara Tidak Langsung
• Dengan mengajukan fakta-fakta yang diderita
(doktrin res ipsa loquitur).
• Fakta-fakta yang ada memenuhi kriteria :
– Fakta tidak mungkin ada/terjadi apabila dokter tidak lalai.
– Fakta itu terjadi memang berada dalam tanggung jawab dokter.
– Fakta itu terjadi tanpa ada kontribusi dari pasien dengan
perkataan lain tidak ada contributory negligence.
BENTUK KELALAIAN MEDIK
 Intentional (Professional Misconduct)
 Negligence
 Malfeasance
 Melakukan tindakan yang melanggar hukum atau
tidak tepat/layak/tidak ada indikasi.
 Misfeasance
 Melakukan pilihan tindakan medis yang tepat tetapi
dilaksanakan dengan tidak tepat.
 Nonfeasance
 Tidak melakukan tindakan medis yang merupakan
kewajiban baginya.
 Lack of skill (Tidak melakukan tindakan medis yang
merupakan kewajiban baginya.)
UNFORESEEABLE RISK
Menurut World Medical Association (WMA)  tidak
semua kegagalan medis adalah akibat malpraktek
medis. Peristiwa yang tidak dapat diduga
sebelumnya (unforeseeable) yang terjadi saat
dilakukan tindakan medis yang sesuai standar tetapi
mengakibatkan cidera pada pasien tidak termasuk
ke dalam pengertian malpraktek atau kelalaian
medik.
Pengaturan Tindak Pidana Malpraktek
Menurut KUHP

 Pasal 359 = “Barang siapa karena kesalahannya (kealpaannya)


menyebabkan orang lain mati, diancam dengan pidana penjara paling lama
lima tahun atau pidana kurungan paling lama satu tahun”.

 Pasal 360 ayat 1 = “Barang siapa karena kesalahannya menyebabkan orang


luka berat dihukum dengan penjara selama-lamanya lima tahun atau
hukuman kurungan selama-lamanya satu tahun”

 Pasal 361 = “Jika kejahatan yang diterangkan dalam bab ini dilakukan
dalam melakukan suatu jabatan atau pekerjaan, maka hukuman dapat
ditambah dengan sepertiganya dan si tergugat (yang bersalah) dapat
dipecat dari pekerjaannya, dalam waktu mana kejahatan itu dilakukan dan
hakim dapat memerintahkan supaya keputusannya itu diumumkan”
Kesimpulan
Dalam pelayanan kesehatan meskipun dokter telah berusaha sebaik
mungkin, terkadang dapat timbul kejadian tidak diinginkan yang akan
merugikan pasien. Apabila dokter sebenarnya dapat mencegah kejadian
tersebut tetapi tidak dilakukan, maka dokter dapat dikatakan
melakukan malpraktek. Malpraktek medik merupakan kelalaian yang
berat dan merupakan pelayanan kedokteran dibawah standar.
Malpraktek dapat terjadi karena tindakan yang disenganja (intetional)
seperti professional misconduct tertentu, tindakan kelalaian (negligence),
ataupun suatu kekurang-mahiran/ketidak-kompetenan yang beralasan.
Berdasarkan skenario 6, dokter tersebut diduga melakukan malpraktek
karena ia melakukan tindakan operasi dan membebat tangan dengan
kain kasa terlalu kuat sehingga menjelang dua hari dan bebatan pada
tangan pasien di buka, keempat jari pasien sudah gangrene.

Anda mungkin juga menyukai