Anda di halaman 1dari 13

Profita: Komunikasi Ilmiah Akuntansi dan Perpajakan

Vol. ... No. ... | Desember 2018

PENGARUH PENGALAMAN AUDITOR, SKEPTISME PROFESIONAL,


DAN INDEPENDENSI TERHADAP KUALITAS AUDIT

Zulfikar Ali
e-mail: zulfikarali2797@gmail.com

ABSTRACT

The purpose of this study is to determine how much influence experience


auditor, sceptisme professional and independence auditor on audit quality. Data
collection used primary data with distribution questionnaires toward 100 sample
Auditors Public Accountant Office in West Jakarta with techniques purposive
sampling. Data analyst method in this research used multiple linear regression with
SPSS version 20. The results showed that experience auditor and independence
auditor affect positive and significant toward Audit Quality, while Sceptisme
professional auditor does not affect the Audit Quality.

Keywords: Experience auditor, Sceptisme Professional, independence auditor, and


audit quality

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh pengalaman auditor, skeptisme


professional dan independensi auditor terhadap kualitas audit. Pengumpulan data penelitian
menggunakan kuesioner yang diperoleh melalui kuesioner yang dibagikan kepada 100
Auditor pada Kantor Akuntan Publik di Jakarta Barat menggunakan metode purposive
sampling. Metode analisis data penelitian ini menggunakan uji analisis multiple regresi
dengan SPSS versi 20. Hasil penelitian menunjukkan bahwa pengalaman auditor dan
independensi auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit, namun
skeptisme professional tidak berpengaruh terhadap kualitas audit.

Kata Kunci: Pengalaman Auditor, Skeptisme Professional, Independensi Auditor dan


Kualitas Audit

PENDAHULUAN
Kualitas audit merupakan salah satu output penting dari proses audit yang dilakukan
auditor. Auditor dituntut untuk dapat bersikap objektif dan independen agar mampu
menghasilkan laporan audit yang berkualitas. Laporan audit yang berkualitas akan
menghindari pemakai informasi dari risiko kesalahan dalam pengambilan keputusan.
Audit dikatakan berkualitas adalah ketika auditor mampu mendeteksi dan
menemukan suatu pelanggaran sistem akuntansi klien dan adanya pelanggaran dalam
pencatatan (Ariningsih dan Merha, 2017).

1
2

Berdasarkan Standar Profesional Akuntan Publik (SPAP) bahwa auditor disyaratkan


memiliki pengalaman kerja yang cukup dalam profesi yang ditekuninya, serta dituntut
untuk memenuhi kualifikasi teknis dan berpengalaman dalam industri-industri yang
mereka audit. Pengalaman yang dimiliki auditor akan mempengaruhi kualitas
auditnya, semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai
dugaan dalam menjelaskan temuan audit (Rahayu dan Suryono, 2016). Selain
pengalaman, tindakan profesional auditor yang mencangkup perencanaan dan
pelaksanaan penugasan asurans harus dilakukan menggunakan sikap kewaspadaan
profesional dengan menyadari bahwa terdapat situasi-situasi yang menyebabkan
informasi pokok tugas (laporan keuangan, pengendalian internal, dan sebagainya)
memiliki salah saji material (Hayes at al., 2017:153).

Mengingat auditor memiliki peran yang sangat penting dalam dunia bisnis, maka
auditor harus memiliki sikap independensi. Independensi merupakan salah satu faktor
terpenting bagi auditor untuk menghasilkan kualitas audit. Independensi merupakan
hal yang penting selain kemampuan yang dimiliki seorang auditor, artinya auditor
harus memiliki pengetahuan dalam menjaring informasi yang dibutuhkan pada setiap
proses audit dalam pengambilan keputusan dimana hal tersebut harus didukung
dengan sikap independen (Ariningsih dan Merha, 2017).

Kasus terbaru yang menimpa Kantor Akuntan Publik (KAP) Purwantono, Suherman
& Surja di Indonesia adalah salah satu keprihatinan terhadap kualitas audit. Kantor
Akuntan Publik yang merupakan Mitra Ernst & Young’s (EY) tersebut telah divonis
dengan denda senilai US$ 1 juta (sekitar Rp 13,3 miliar) kepada regulator Amerika
Serikat, atas hasil audit pada perusahaan telekomunikasi yang tidak didukung dengan
data yang akurat (Tempo.co).

Berdasarkan uraian di atas, menunjukkan terdapat beberapa factor penting yang


diduga mempengaruhi kualitas audit sepert; pengalaman auditor, skeptisme
profesional, dan independensi. Penelitian yang dilakukan oleh Iskandar (2015), dapat
dikatakan bahwa pengalaman memiliki pengaruh terhadap kualitas audit. Hal itu juga
dikatakan pada hasil penelitian yang dilakukan oleh Rahayu dan Suryono (2016),
pengalaman auditor berpengaruh positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
Kemudian hasil penelitian Anugerah dan Akbar (2014) menyatakan bahwa skeptisme
profesional berpengaruh terhadap kualitas audit. Skeptisme profesional juga diteliti
oleh Alfiati (2017), penelitian tersebut menunjukan adanya pengaruh signifikan
positif terhadap kualitas hasil audit. Independensi dalam penelitian Rahayu dan
Suryono (2016), menunjukan adanya positif dan signifikan terhadap kualitas audit.
Begitupula dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Ariningsih dan Mertha (2017)
yang menyatakan bahwa semakin tinggi tingkat independensi yang dimilikiseorang
auditor, maka akan semakin tinggi pula kualitas audit yang dihasilkan auditor
tersebut.
3

Berdasarkan permasalahan yang telah diuraikan di atas, maka tujuan yang hendak
dicapai dalam penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh pengalaman auditor,
skeptisme profesional dan independensi auditor terhadap kualitas audit.

KAJIAN PUSTAKA

Agency Theory (Teori Keagenan)


Agency theory merupakan implementasi dalam organisasi modern. Teori Agency
menekankan pentingnya pentingnya pemilik perusahaan (pemegang saham)
menyerahkan pengelolaan perusahaan kepada tenaga-tenaga profesional yang disebut
agen yang lebih mengerti menjalankan bisnis sehari-hari (Tandiontong, 2016:5).
Teori keagenan (agency theory) diperlukan dalam penelitian ini. Teori keagenan
(agency theory) menyatakan perlunya jasa independen auditor dapat dijelaskan
dengan teori keagenan (agency theory), yaitu hubungan antara pemilik (principal)
dengan manajemen (agen). Manajemen memiliki kepentingan pribadi yang
bertentangan dengan kepentingan perusahaan sehingga muncul masalah yang disebut
dengan masalah agensi (agency problem) akibat adanya asymmetric information.
Untuk mengurangi adanya masalah agensi ini, diperlukan adanya pihak independen
yang dapat menjadi pihak penengah dalam menangani konflik tersebut yang dikenal
sebagai auditor (Auditor’s Independent) (Tandiontong, 2016:6).

Kualitas Audit
Kualitas audit (quality audit), merupakan probabilitas seorang auditor dalam
menemukan dan melaporkan suatu kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi dalam
suatu sistem klien. Kualitas audit diukur dengan menggunakan indikator kualitas
yang seimbang (keuangan dan non keuangan) dari empa kategori: input, proses hasil
dan konteks (Tandiontong, 2016:80). Kualitas audit tercermin dari (Tandiontong,
2016:80) : (1) Orientasi masukan (Input Orientation), meliputi penugasan personel
oleh KAP untuk melaksanakan perjanjian, konsultasi, supervise, pengangkatan
pengembangan profesi, promosi dan inspeksi. (2). Orientasi Proses (Processes
Orientation), meliputi: independensi, kepatuhan pada standar audit, pengendalian
audit dan kompetensi auditor (3). Orientasi Keluaran (Output Orientation), meliputi:
kinerja auditor, penerimaan dan kelangsungan kerja sama dengan klien, dan due
professional care. (4). Tindak Lanjut atas Rekomendasi Audit, meliputi jajaran
manajemen klien, peraturan internal klien, sistem perusahaan, budaya di perusahaan
klien dan fasilitas fisik di persahaan klien memungkinkan untuk
mengimplementasikan rekomendasi dari auditor.

Pengalaman Auditor
Inspektorat Jenderal Kementerian Agama RI (2010:11) menjelaskan bahwa
pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan audit laporan
keuangan atau laporan dibidang yang lain baik dari segi lamanya waktu maupun
4

banyaknya penugasan yang pernah ditangani, semakin banyak pengalaman auditor


semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan
audit (Safitri, 2017). Seorang auditor yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi
akan memiliki keunggulan dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan dan
mencari penyebab munculnya kesalahan (Iskandar, 2015). Pengalaman dapat
menggali kemampuan auditor dalam melaksanakan tugasnya sehingga mencapai hasil
kerja yang berkualitas. Pada umumnya publik berasumsi bahwa pengalaman akan
mempengaruhi hasil kerja auditor. Semakin banyak pengalaman kerja auditor,
semakin baik pula kualitas hasil kerjanya. Menurut Prinsip kesatu dalam Prinsip Etika
Profesi Ikatan Akuntan Indonesia tahun 1998, “Dalam melaksanakan tugasnya
sebagai profesional, setiap anggota harus senantiasa menggunakan pertimbangan
moral dan profesional dalam semua kegiatan yang dilakukannya (Wardhani, 2015).

Skeptisme Profesional
ISA mensyaratkan bahwa tidakan profesional auditor yang mencangkup perencanaan
dan pelakssanaan penugasan asurans harus dilakukan menggunakan sikap
kewaspadaan profesional dengan menyadari bahwa terdapat situasi-situasi yang
menyebabkan informasi pokok tugas (laporan keuangan, pengendalian internal, dsb)
memiliki salah saji material. Kewaspadaan profesional (professional sceptism)
merupakan suatu sikap yang menyertakan pemikiran selalu ingin tahu, waspada
terhadap kondisi yang mungkin mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji
karena kesalahan atau kecurangan, dan penilaian penting atas bukti audit (Hayes, et
al., 2017:153). Seorang auditor perlu menerapkan sikap skeptisme profesionalnya
selama pemeriksaan, untuk mendapat keyakinan yang memadai bahwa salah saji
material atau ketidak akuratan yang signifikan dalam data akan terdeteksi, baik
karena kesalahan, kecurangan, tindakan melanggar hukum atau pelanggaran
peraturan. Penerapan skeptisme professional oleh auditor secara memadai dalam
setiap pemeriksakan membawa dampak tercapainya hasil audit yang berkualitas
(Anugerah & Akbar, 2014).

Independensi
Independensi merupakan sikap dimana auditor tidak dapat dipengaruhi oleh klien
atau pihak lain yang memiliki kepentingan pribadi. Seorang auditor tidak boleh
berpihak kepada siapapun dan harus mampu menghadapi tekanan apa pun dari klien
(Rahayu dan Suryono, 2016). Auditor tidak dibenarkan untuk memihak kepada
kepentingan siapapun, sebab bagaimanapun sempurnanya keahlian teknis yang
dimiliki auditor, jika auditor kehilangan sikap independensi yang justru sangat
penting maka secara langsung auditor akan kehilangan sikap untuk mempertahankan
kebebasan pendapatnya (Ariningsihdan Mertha, 2017). Selain itu, auditor harus
bersikap independen terhadap informasi bukannya independen terhadap klien yang
menyusun informasi. Artinya, auditor tidak akan bisa independen terhadap klien yang
menyewa dan memberi penghasilan kepada mereka, termasuk jika penghasilan itu
selain daripada jasa non audit. Sebaliknya, justru auditor bisa independen terhadap
5

informasi yang disampaikan. Misalnya, auditor tidak boleh menetapkan atau mau
menetapkan fee audit berdasarkan presentase tertentu dari laba perusahaan
(Tandiontong, 2016:171).

Kajian Riset Terdahulu


Penelitian yang dilakukan oleh Safitri et al., (2018) mengenai pengetahuan tentang
pengelolaan keuangan, objektivitas, pengalaman kerja, integritas, dan motivasi
sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen
dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan
Pengalaman kerja tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Penelitian yang
dilakukan oleh Alfiati, (2017) mengenai etika auditor, skeptisme profesional, dan
kompetensi auditor sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai
variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian
ini menyatakan skeptisme profesional tidak berpengaruh terhadap kualitas hasil audit.

Penelitian yang dilakukan oleh Ariningsih & Mertha, (2017) mengenai independensi,
tekanan anggaran waktu, resiko audit, dan gender sebagai variabel independen
terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen dengan menggunakan analisis
regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan independensi berpengaruh
signifikan positif terhadap kualitas hasil audit. Penelitian yang dilakukan oleh
Rahayu, & Suryono, (2016) mengenai independensi auditor, etika auditor, dan
pengalaman auditor sebagai variabel independen terhadap kualitas audit sebagai
variabel dependen dengan menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian
ini menyatakan independensi auditor dan pengalaman auditor berpengaruh terhadap
kualitas audit. Penelitian yang dilakukan oleh Trihapsari & Anisykurlillah, (2016)
mengenai etika, independensi, pengalaman audit dan premature sign off sebagai
variabel independen terhadap kualitas audit sebagai variabel dependen dengan
menggunakan analisis regresi berganda. Hasil penelitian ini menyatakan independensi
auditor tidak berpengaruh dan pengalaman audit berpengaruh positif terhadap kualitas
audit.

Rerangka Pemikiran
Berdasarkan uraian penelitian terdahulu di atas, maka dapat digambarkan kerangka
paradigma penelitian yang disusun dengan melihat masalah dan tujuan penelitian.

Gambar 1 Pradigma Penelitian

Pengalaman Auditor
(X1) H1

Skeptisme Profesional H2 Kualitas Audit


(X2) (Y)
H3
Independensi
(X3)
6

Pengembangan Hipotesis
Seorang auditor yang memiliki pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki
keunggulan dalam mendeteksi kesalahan, memahami kesalahan dan mencari
penyebab munculnya kesalahan (Iskandar, 2015). Pengalaman dapat menggali
kemampuan auditor dalam melaksanakan tugasnya sehingga mencapai hasil kerja
yang berkualitas. Pada umumnya publik berasumsi bahwa pengalaman akan
mempengaruhi hasil kerja auditor. Semakin banyak pengalaman kerja auditor,
semakin baik pula kualitas hasil kerjanya (Wardhani, 2015). Pengalaman juga mampu
memberikan dampak pada setiap keputusan yang diambil dalam pelaksanaan audit
sehingga diharapkan setiap keputusan yang diambil merupakan keputusan yang tepat.
Hal ini dapat mendasari pemikiran bahwa pengalaman auditor diduga berpengaruh
terhadap kualitas audit.
H1: Terdapat pengaruh positif Pengalaman auditor terhadap kualitas audit

Skeptisme profesional sangat penting untuk dimiliki oleh auditor guna mendapatkan
informasi yang kuat, yang akan dijadikan dasar bukti audit yang relevan yang dapat
mendukung pemberian opini atas kewajaran laporan keuangan (Alfiati, 2017).
Penerapan skeptisme professional oleh auditor secara memadai dalam setiap
pemeriksakan membawa dampak tercapainya hasil audit yang berkualitas (Anugerah,
& Akbar, 2014). Kewaspadaan profesional yang akan dipertahankan selama audit
merupakan suatu kebutuhan jika auditor ingin mengurangi resiko-resiko, seperti
situasi-situasi tidak biasa yang mungkin diabaikan, lebih menggeneralisasikan saat
menarik keimpulan dari observsi-observasi audit yang dilakukan, dan menggunakan
asumsi yang tidak tepat dalam menentukan sifat dasar, waktu dan cakupan prosedur-
prosedur audit (Hayes et al., 2017).

H2: Terdapat pengaruh positif Skeptisme profesional auditor terhadap kualitas audit
Independensi adalah standar pengauditan yang esensial untuk menunjukan
kredibillitas laporan keuangan yang menjadi tanggung jawab manajemen. Jika
akuntan tidak bersikap independen, maka opini yang diberikannya tidak akan
memberikan tambahan nilai apapun (Tandiontong, 2016:171). AICPA mengusulkan
definisi yang mengatakan bahwa auditor harus bersikap independen terhadap
informasi bukannya independen terhadap klien yang menyusun informasi. Auditor
bisa independen terhadap informasi yang disampaikan. Misalnya, auditor tidak boleh
menetapkan atau mau menetapkan fee audit berdasarkan presentase tertentu dari laba
perusahaan (Tandiontong, 2016:171). Dalam teori keagenan menyatakan perlunya
jasa independen auditor dapat dijelaskan dengan teori keagenan (agency theory),
yaitu hubungan antara pemilik (principal) dengan manajemen (agen) (Tandiontong
2016:6). Dari penjelasan tersebut, dapat mendasari pemikiran bahwa diduga
independensi memiliki pengaruh terhadap kualitas audit.
H3 : Tedapat pengaruh positif Independensi auditor terhadap kualitas audit.
7

DESAIN DAN METODE PENELITIAN

Desain Penelitian
Desain penelitian ini menggunakan studi kausal karena untuk menguji hipotesis.
Maksud penelitian menggunakan studi kausal adalah agar mampu menyatakan bahwa
variabel X menyebabkan variable Y (Sekaran dan Bougie, 2017:112). Penelitian ini
menggunakan variabel bebas seperti pengalaman auditor, skeptisme profesional, dan
independensi terhadap variabel terkait, yaitu kualitas audit. Penelitian ini merupakan
penelitian kuantitatif dimana data yang diolah diperoleh dari kuesioner.

Variabel, Definisi Operasional dan Pengukuran Variabel


Variabel terikat (Y) dalam penelitian ini yaitu Kualitas Audit. Kualitas audit (quality
audit) merupakan probabilitas seorang auditor dalam menemukan dan melaporkan
suatu kekeliruan atau penyelewengan yang terjadi dalam suatu sistem klien
(Tandiontong, 2016:79). Variabel ini diadopsi dari Kristianto (2017) dengan
menggunakan 6 item pernyataan. Sedangkan Variabel Bebas (X) dalam penelitian ini
adalah Pengalaman Auditor, Skeptisme Profesional, dan Independensi Auditor.
Pengalaman Auditor (X1) merupakan kemampuan seorang auditor yang memiliki
pengalaman kerja yang tinggi akan memiliki keunggulan dalam mendeteksi
kesalahan, memahami kesalahan dan mencari penyebab munculnya kesalahan
(Iskandar, 2015). Variabel ini diadopsi dari Rahayu dam Suryono (2017) dengan
menggunakan 6 item pernyataan. Skeptisme Profesional (X2) merupakan
kewaspadaan profesional (professional sceptism) merupakan suatu sikap yang
menyertakan pemikiran selalu ingin tahu, waspada terhadap kondisi yang mungkin
mengindikasikan adanya kemungkinan salah saji karena kesalahan atau kecurangan,
dan penilaian penting atas bukti audit (Hayes. et al, 2017:153). Variabel ini diadopsi
dari Triarini & Latrini, (2016) dengan menggunakan 6 item pernyataan. Sedangkan
Independensi (X3) merupakan sikap auditor yang tidak berpihak kepada siapapun dan
mampu menghadapi tekanan apa pun dari klien (Rahayu dan Suryono, 2016).
Variabel ini diadopsi dari Ariningsih dan Mertha (2017) dengan menggunakan 6 item
pernyataan. Seluruh variabel bebas dan terikat dalam penelitian ini diukur dengan
skala likert 5 poin, mulai dari “Sangat Tidak Setuju” sampai dengan “Sangat Setuju”.

Populasi dan Sampel Penelitian


Populasi pada penelitian ini adalah keseluruhan auditor yang bekerja di 25 Kantor
Akuntan Publik (KAP) yang berada di wilayah Jakarta Barat. Sedangkan sapel
penelitian ini adalah sebagian dari 25 KAP di wilayah Jakarta Barat. Jika 1 Kantor
Akuntan Publik mempunyai 20 auditor maka total populasi auditor adalah 500
auditor. Teknik pengambilan sampel yang dilakukan pada penelitian ini adalah
nonrandom sampling, dengan menggunakan metode purposive sampling, yang
merupakan penentuan sampel dengan pertimbangan, yaitu pemilihan anggota yang
dapat mewakili sifat populasi. Tidak seluruh auditor yang bekerja di Kantor Akuntan
8

Publik di wilayah Jakarta Barat dapat menjadi objek dalam penelitian ini. Jumlah
sampel dapat ditentukan dengan rumus Slovin, yang diperoleh sampel 100 responden.

Metode Analisis Data


Analisis yang dipakai dalam menguji hipotesis penelitian ini adalah dengan
menggunakan multiple regression analysis (analisis regresi berganda). Teknik ini
dipakai untuk menganalisis pengaruh beberapa variabel independen terhadap variabel
dependen. Dengan persamaan regresi sebagai berikut:

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 + c

Keterangan
Y = Kualitas Audit
α = Konstanta
β1 - β3 = Koefisien regresi
X1 = Pengalaman auditor
X2 = Skeptisme profesional
X3 = Independensi
c = Eror

HASIL DAN PEMBAHASAN

Uji Kualitas Data


Uji Validitas dan Reliabilitas
Uji validitas dilakukan dengan melakukan korelasi antar skor butir pertanyaan dengan
total skor konstruk variabel. Uji validitas dikatakan vailid. Jika r hitung lebih besar
dari r tabel. Nilai r tabel yang didapat adalah 0,197 (didapat dari tabel r dengan nilai
df = 100-2 = 98, dan α = 0,05). Sedangkan uji reliabilitas dinyatakan relialibel jika
memiliki nilai Cronbach’s Alpha yang lebih besar daripada 0,60.

Tabel 1 Hasil Uji Validitas dan Reliabilitas

Uji Validitas Uji Reliabilitas


Rentang hasil Cronbach
Variabel Kepu Kepu
Item Corrected Item- r tabel Alpha
tusan tusan
Total Correlation > 0,6
Pengalaman Auditor 6 0,490 - 0,635 0,197 Valid 0,811 Relialibel
Skeptisme Profesional 6 0,519 - 0,624 0,197 Valid 0,775 Relialibel
Independensi 6 0,309 - 0,632 0,197 Valid 0,822 Relialibel
Kualitas Audit 6 0,505- 0,665 0,197 Valid 0,817 Relialibel
Sumber: Hasil Olahan SPSS 20 (diolah)
9

Berdasarkan tabel di atas maka dapat di simpulkan semua data pernyataan dalam
variable Pengalaman Auditor, Skeptisme Profesional, Independensi dan Kualitas
Audit telah dinyatakan valid karena hasil keseluruhan r hitung melebihi r tabel, (r
tabel = 0,197). Setelah data diuji validitas selanjutnya pengujian reliabilitas
menggunakan metode Cronbach’s Alpha. Hasil uji sebagaimana terlihat dalam tabel
diatas nilai Cronbach’s Alpha variabel Pengalaman Auditor, Skeptisme Profesional,
Independensi dan Kualitas Audit seluruhnya menunjukkan nilai Cronbach’s Alpha
yang melebihi 0,6 sehingga disimpulkan seluruh variable dalam penelitian ini
dinyatakan Valid dan Relialibel.

Uji Asumsi Klasik

Uji Normalitas
Uji normalitas Penelitian ini menggunakan metode I – Sample Kolmogorov Smirnov,
sebagaimana terlihat pada tabel. Berdasarkan uji Normalitas Rumus Kolmogrov –
Smirnov test diperoleh nilai KSZ sebesar ,714 dan Asymp Sig sebesar 0,687 lebih
besar dari 0,05 maka dapat disimpulkkan data berdistribusi normal.

Uji multikolinearitas
Dalam uji multikolinearitas, metode pengambilan keputusan yaitu jika semakin kecil
nilai Tolerance dan semakin besar nilai VIF maka semakin mendekati terjadinya
masalah multikolinearitas. Jika nilai Tolerance lebih dari 0,1 dan VIF kurang dari 10
maka tidak terjadi multikolinearitas. Dari tabel hasil uji Multikolinearitas dapat
diketahui bahwa tidak ditemukan adanya masalah multikolinearitas karena nilai
Tolerance pada variabel – variabel independen di atas 0,1 dan nilai VIF-nya kurang
dari 10.

Uji Heteroskedastisitas
Pada hasil Uji Heteroskedastisitas disimpulkan tidak terjadi heterokedastisitas.Karena
titik-titik tidak membentuk pola tertentu dan menyebar di atas maupun di bawah
angka 0 pada sumbu Y.

Uji Hipotesis
Pada analisis regresi ini Kualitas Auditor (Y) sebagai variabel dependen, dan variabel
independennya adalah Pengalaman (X1), Skeptisme Profesional (X2), Independensi
(X3). Adapun persamaan regresi berdasarkan model regresi tersebut adalah sebagai
berikut :

Y = α + β1X1 + β2X2 + β3X3 +e


Kualitas = 10,483+ 0,386 P + 0,068 S + 0,204 I + e
10

Dalam hasil pengujian dengan SPSS 20, pada penelitian ini diperoleh nilai konstanta
sebesar 10,483 jadi, jika seluruh variabel independen penelitian ini sebesar 0 dapat
dikatakan kualias audit sebesar 10,483. Dimana setiap terjadi perubahan kenaikan 1%
dari pengalaman auditor, skeptisme professional, dan Independensi maka akan
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Hal ini berarti bahawa semakin banyak
pengalaman auditor skeptisme professional, dan Independensi dalam menangani klien
maka, kualitas audit semakin baik.
Tabel 2 Hasil Hipotesis

Model Unstandardized Standardized T Sig.


Coefficients Coefficients
B Std. Beta
Error
(Constant) 10,483 2,336 4,487 ,000
Pengalaman ,386 064 ,498 5,991 ,000
1
Skeptisme ,068 ,146 ,038 ,463 ,645
Independensi ,204 066 ,256 3,082 ,003
a. Dependent Variable: Kualitas Audit
Sumber: Hasil Olahan SPSS 20

Pembahasan Hasil

Pengaruh Pengalaman Auditor Terhadap Kualitas Audit


Hasil penelitian variabel pengalaman auditor mempunyai nilai signifikansi 0,000 atau
lebih kecil dari 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan 0,386. Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis H1 terdukung sehingga dapat dikatakan bahwa pengalaman auditor
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Hal ini juga menunjukkan
bahwa semakin besar pengalaman auditor maka semakin bagus juga kualitas audit.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh
beberapa peneliti terdahulu, yaitu Rahayu, & Suryono, (2016), Trihapsari, &
Anisykurlillah, (2016), serta Wardhani, (2015) Penelitian terdahulu tersebut
menunjukkan bahwa pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas audit
tetapi penelitian ini tidak didukung oleh penelitian yang dilakukan oleh Safitri, et al
(2018), Sari, & Ramantha, (2015), serta Iskandar, & Indarto, (2014). Penelitian
terdahulu tersebut menunjukkan bahwa pengalaman auditor tidak berpengaruh
terhadap kualitas audit

Auditor yang memiliki pengalaman audit yang lebih dapat menghasilkan kualitas
audit yang lebih baik. Pengalaman yang lebih banyak akan lebih memudahkan
auditor dengan apa yang harus dilakukannya untuk dapat menyelesaikan proses audit,
hasil penelitian tersebut juga didukung oleh teori yang menyatakan bahwa semakin
tinggi tingkat pengalaman seorang auditor, semakin baik pula pandangan dan
11

tanggapan tentang informasi yang terdapat dalam laporan keuangan, karena auditor
telah banyak melakukan tugasnya atau telah banyak memeriksa laporan keuangan
dari berbagai jenis industri.

Pengaruh Skeptisme Profesional terhadap Kualitas Audit


Hasil penelitian yang dilakukan menunjukan bahwa variabel skeptisme profesional
tidak berpengaruh terhadap kualitas audit. Hal ini didasari oleh hasil uji statistik (t)
menunjukkan nilai probabilitas signifikansi (sig t) variabel skeptisme profesional
adalah sebesar 0,645 atau lebih besar dari 0,05. Hal ini terjadi karena dalam
melaksanakan tugas sebagai auditor, tidak boleh meragukan data atau laporan
keuangan yang ada. Harus percaya dan melaksanakan audit sesuai dengan ketentuan
yang berlaku. Sikap skeptisme profesional atau meragukan data dapat berdampak
buruk karena klien jadi tidak percaya terhadap auditor tersebut. Hal ini dikarenakan
auditor saja meragukan data mereka, bagaimana mau memeriksa data mereka.

Hasil penelitian ini sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Alfiati (2017)
yang menyatakan bahwa skeptisme profesional tidak berpengaruh terhadap kualitas
audit. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan
oleh Triarini, & Latrini, (2016), Sari, & Ramantha, (2015), Anugerah dan Akbar
(2014) yang menyatakan bahwa skeptisme profesional berpengaruh signifikan
terhadap kualitas audit.

Pengaruh Independensi terhadap Kualitas Audit


Hasil penelitian variabel independensi mempunyai nilai signifikansi 0,03 atau lebih
kecil dari 0,05. Nilai koefisien beta yang dihasilkan 0,204. Hal ini menunjukkan
bahwa hipotesis H3 terdukung, maka dapat dikatakan bahwa independensi
berpengaruh positif signifikan terhadap kualitas audit. Hasil penelitian ini sejalan
dengan penelitian sebelumnya yang dilakukan oleh beberapa peneliti terdahulu, yaitu
Ariningsih, & Mertha, (2017), Rahayu, & Suryono, (2016), Sari, & Ramantha,
(2015), Iskandar, & Indarto, (2014 yang menyatakan bahwa independensi
berpengaruh positif terhadap kualitas audit. Namun hasil penelitian ini tidak sejalan
dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Trihapsari, & Aniykurlillah, (2016) yang
menyatakan bahwa independensi tidak berpengaruh terhadap kualitas audit

Hal ini dikarenakan dalam melaksanakan tugas sebagai pelaksana auditor, auditor
harus memiliki sifat independensi atau dalam arti tidak mudah dipengaruhi oleh orang
lain, termasuk pimpinan. Maka dari itu independensi sangat penting bagi auditor,
terlebih lagi bagi ukuran kualitas auditor. Hal ini dikarenakan agar tidak terjadi
permainan data atau terjadi kecurangan dalam melakukan audit. Semakin independen
seorang auditor maka semakin bagus terhadap kualitas audit.
12

PENUTUP

Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang dilakukan, maka dapat
disimpulkan bahwa: 1). Pengalaman auditor berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin lama auditor bekerja maka semakin
baik pula kualitas audit. Maka dengan demikian variabel pengalaman audit dapat
dijadikan tolak ukur untuk variabel kualitas audit. 2). Skeptisme profesional tidak
berpengaruh terhadap kualitas audit. Hasil ini menunjukkan bahwa sikap skeptis atau
skeptisme profesional tidak akan mempengaruhi kualitas audit yang dihasilkan. Maka
dengan demikian variabel skeptisme profesional tidak dapat dijadikan tolak ukur
untuk variabel kualitas audit. 3). Independensi berpengaruh positif terhadap kualitas
audit. Hasil ini menunjukkan bahwa semakin independent seorang auditor atau dalam
kata lain tidak mudah dipengaruhi oleh orang lain maka kualitas audit yang dilakukan
akan semakin baik. Maka dengan demikian variabel independensi dapat dijadikan
tolak ukur untuk variabel kualitas audit.

Saran
Dari hasil pembahasan dan kesimpulan yang telah jabarkan sebelumnya, adapun
saran yang dapat diberikan yang diharapkan dapat menjadi bahan masukan dan
pertimbangan bagi pihak-pihak yang berkepentingan. Saran untuk Kantor Akuntan
Publik, diharapkan dapat memberikan pelatihan – pelatihan yang dapat meningkatkan
pengalaman, wawasan, dan keilmuan audit para stafnya, dan agar selalu mengetahui
informasi terbaru mengenai peraturan standar dan prosedur yang berlaku umum di
Indonesia, sedangkan saran untuk penelitian selanjutnya diharapkan untuk
memperluas sampel penelitian, menambah variabel independent yang berkaitan
dengan kualitas audit dan lebih memperhatikan waktu dalam melakukan penelitian.
13

DAFTAR PUSTAKA

Alfiati, R. (2017). Pengaruh Etika Auditor, Skeptisme Profesional dan Kompetensi


Auditor Terhadap Kualitas (Studi Empiris pada Kantor Inspektorat Provinsi
Sumatera Barat). Jurnal Akuntansi, 5(1).
Anugerah, R., & Akbar, S. H. (2014). Pengaruh Kompetensi, Kompleksitas Tugas
dan Skeptisme Profesional terhadap Kualitas Audit. Jurnal Akuntansi (Media
Riset Akuntansi & Keuangan), 2(2), 139-148.
Ariningsih, P. S., & Mertha, I. M. (2017). Pengaruh Independensi, Tekanan Anggaran
Waktu, Resiko Audit, dan Gender pada Kualitas Audit. E-Jurnal Akuntansi,
1545-1574.
Hays. R, Wiliage. P, Gortemaker. H. (2017). Prinsip-Prinsip Pengauditan.
International Standards On Auditing. Edisi Ke Tiga. Jakarta: Salemba Empat.
Iskandar, M., & Indarto, S. L. (2014). Interaksi Independensi, Pengalaman,
Pengetahuan, Due Professional Care, Akuntabilitas Dan Kepuasan Kerja
Terhadap Kualitas Audit.
Purwanto Erwan Agus, Ph.D, dan Sulistyastuti Dyah Ratih, M.Si. 2017. Metode
Penelitian Kuanitatif Untuk Administradi Publik dan Masalah-Masalah Sosial.
Edisi Kedua. Yogyakarta: Penerbit Gava Media Anggota IKAPI DIY.
Rahayu, T., & Suryono, B. (2016). Pengaruh independensi auditor, etika auditor, dan
pengalaman auditor terhadap kualitas audit. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi,
5(4).
Safitri, M., Azlina, N., & Hanif, R. A. (2018). Pengaruh Pengetahuan Tentang
Pengelolaan Keuangan, Objektivitas, Pengalaman Kerja, Integritas dan
Motivasi Terhadap Kualitas Audit (Studi Pada Inspektorat Di Kabupaten/kota
Di Provinsi Riau). Jurnal Online Mahasiswa (JOM) Bidang Ilmu Ekonomi,
4(1), 1-14.
Sari, N. P. P. F., & Ramantha, I. W. (2015). Pengaruh Sikap Skeptisme, Pengalaman
Audit, Kompetensi, dan Independensi Auditor pada Kualitas Audit. E-Jurnal
Akuntansi, 470-482.
Sekaran Uma, dan Bougie Roger. 2017. Metode Penelitian untuk Bisnis Pendekatan
Pengembangan-Kehalian. Edisi 6, buku 1. Jakarta:Salemba Empat
Tandiontong Mathius (2016). Kualitas Audit dan Pengukurannya. Bandung: Alfabeta
Bandung
Triarini, D. A. W., & Latrini, M. Y. (2016). Pengaruh Kompetensi, Skeptisme
Profesional, Motivasi, dan Disiplin Terhadap Kualitas Audit Kantor
Inspektorat Kabupaten/Kota Di Bali. E-Jurnal Akuntansi, 1092-1119.
Trihapsari, D. A., & Anisykurlillah, I. (2016). Pengaruh Etika, Independensi,
Pengalaman Audit dan Premature Sign Off Terhadap Kualitas
Audit. Accounting Analysis Journal, 5(1).
Wardhani, P. K. (2015). Pengaruh Akuntabilitas, Pengalaman, dan Due Professional
Care Auditor Terhadap Kualitas Audit. Jurnal Ilmu dan Riset Akuntansi, 2(1).

Anda mungkin juga menyukai