Anda di halaman 1dari 13

PEMBAHASAN

1. TINJAUAN ATAS TINGKAT KEYAKINAN DAN JASA-JASA LAIN


Pada umumnya akuntan publik dapat memberi empat tingkat keyakinan (level of assurance)
yang berkaitan dengan suatu penugasan. Dalam hal tertentu, akuntan publik bisa memberikan
keempat tingkat keyakinan untuk suatu jenis penugasan tertentu. Dalam hal lain, standar
profesional membatasi jenis tingkatan yang bisa diberikan untuk suatu jenis penugasan
tertentu guna mencegah timbulnya salah pengertian mengenai jasa yang diberikan. Keempat
tingkat jaminan tersebut adalah sebagai berikut :
a. Tingkat keyakinan audit atau pemeriksaan. Tujuan penugasan ini adalah memberikan
pernyataan positif berupa suatu pendapat akuntan publik tentang asersi yang dibuat
manajemen yang dilakukan berdasarkan standar profesional
b. Tingkat keyakinan review. Dimana tujuan dari penugasan ini bagi akuntan publik adalah
menyatakan keyakinan negatif (negative assurance) bahwa tidak ada yang menarik
perhatiannya yang menyebabkan akuntan publik berpendapat bahwa asersi oleh
manajemen yang diatur dalam standar profesional akan menyesatkan.
c. Prosedur yang disepakati bersama. Dalam penugasan ini akuntan publik menyampaikan
ringkasan temuan berdasarkan penerapan prosedur yang disepakati bersama atas asersi
manajemen yang diatur oleh standar professional. Tingkat jaminan bisa berbeda-beda
tergantung pada prosedur yang diterapkan atau aserssi tersebut
d. Tidak ada keyakian. Penugasan ini dimaksudkan untuk membantu manajemen dalam
menyiapkan informasi yang akan dimasukkan dalam suatu asersi yang diatur oleh standar
profesional. Akuntan publik akan menyampaikan secara eksplisit bahwa tidak ada
keyakinan yang diberikan dalam laporannya yag berkaitan dengan asersi manajemen
2. JENIS-JENIS PENUGASAN
Standar professional yang diterbitkan oleh IAI yang berkaitan dengan jasa-jasa ini adalah
sebagai berikut :
a. Pernyataan Standar Auditing (PSA), yang merupakan interpretasi atas standar auditing dan
biasanya berkaitan dengan asersi-asersi tentang elemen-elemen dalam laporan keuangan.
b. Pernyataan Standar Atestasi (SAT), yang merupakan kerangka umum untuk berbagai jasa
atestasi yang semakin banyak dilakukan profesi akuntansi.
c. Penyataan Standar Jasa Akuntansi dan review (SAR), SAR merumuskan jasa-jasa yang
berkaitan dengan review atau kompilasi laporan keuangan pada entitas nonpublik dan
memberikan pedoman bagi para akuntan tentang standard dan prosedur yang harus
diterapkan pada kedua jenis penugasan ini.
3. PENUGASAN-PENUGASAN PSA LAINNYA
Laporan khusus adalah laporan yang dihasilkan dari suatu audit, atau penerapan prosedur
yang disepakati bersama, atas data keuangan historis selain dari laporan keuangan yang
disusun sesuai prinsip akuntansi yang berlaku umum. Laporan khusus merupakan laporan
auditor tentang :
a. Laporan keuangan yag disusun sesuai dengan basis akuntansi komprehensif selain prinsip
akuntansi yang berlaku umum.
b. Unsur, akun, atau pos laporan keuangan.
c. Kepatuhan dengan aspek perjanjian kontrak atau persyaratan peraturan yang berkaitan
dengan laporan keuangan auditan.
d. Penyajian keuangan untuk mematuhi perjanjian kontrak atau ketentuan peraturan.
e. Informasi keuangan yang disajikan dalam bentuk yang telah ditetapkan sebelumnya atau
daftar yang memerlukan bentuk tertentu laporan auditor
Laporan khusus yang didasarkan pada hasil suatu audit mirip dengan standar laporan auditor
bentuk baku yang terdiri dari paragraf pendahuluan, paragraf lingkup, dan paragraf pendapat.
Penjelasan laporan khusus hanya dibatasi pada tiga hal pertama, yaitu :
1. Basis Komprehensif Akuntansi Lainnya.
Ada 4 basis komprehensif akuntansi selain dari prinsip akuntansi yang berlaku umum yang
diakui dalam SA 623.04, yaitu :
a. Basis akuntannsi yang digunakan oleh satuan usaha yang melaporkan untuk memenuhi
persyaratan atau mematuhi ketentuan pelaporan keuangan suatu badan pemerintahan yang
berwenang untuk mengatur satuan usaha tersebut.
b. Basis akuntansi yang digunakan atau diharapkan akan digunakan oleh satuan usaha untuk
mengisi Surat Pemberitahuan Pajak Tahunan (SPT) Pajak Penghasilan untuk periode yang
dicakup oleh laporan keuangan .
c. Basis akuntansi penerimaan dan Pengeluaran Kas, dan modifikasi basis kas yang memiliki
dukungan kuat, seperti pencatatan depresiasi atas aktiva tetap atau accruing income taxes..
d. Rangkaian kriteria pasti yang memiliki dukungan kuat yang diterapkan ke semua pos
material yang tampak dalam laporan keuangan, seperti basis akuntansi tingkat harga (price-
level basis of accounting).
Laporan khusus auditor tentang laporan keuangan yang disusun berdasarkan basis
komprehensif akuntansi lain yang harus berisi paragraph:
a. Paragraf pendahuluan yang sama dengan laporan auditor berbentuk baku, kecuali judul-
judul laporan keuangan yang berbeda, seperti laporan aktiva, dan kewajiban yang timbul
dari transaksi kas.
b. Paragraf lingkup yang persis sama dengan laporan auditor bentuk baku.
c. Paragraf penjelasan setelah paragraf lingkup yang menyatakan tentang basis penyajian
yang merujuk ke catatan atas laporan keuangan yang menjelaskan dasar akuntansi
komprehensif selain prinsip akuntansi yang berlaku umum.
d. Paragraf pendapat yang menyatakan pendapat auditor (atau pernyataan menolak memberi
pendapat) tentang apakah laporan keuangan disajikan secara wajar, dalam segala hal yang
material, sesuai dengan basis akuntansi yang disebutkan.
Laporan khusus auditor tentang laporan yang disusun berdasarkan basis akuntansi
komprehensif lain bisa berisi tambahan paragraf penjelasan apabila (1) auditor tidak bisa
memberi pernyataan wajar dengan pengecualian atau (2) keadaan menuntut adanya paragraf
penjelasan dengan pendapat wajar tanpa pengecualian.
2. Unsur, Akun, Atau Pos Tertentu Laporan Keuangan .
Data ini biasanya meliputi sewa, royalty, partisipasi laba, atau penyisihan untuk pajak
penghasilan. Laporan khusus tentang data ini mungkin diterbitkan sebagai hasil suatu audit
atau hasil penerapan prosedur yang disepakati bersama.
a. Audit
Suatu audit diakhiri dengan pemberian pernyataan suatu pendapat mengenai kewajaran
penyajian elemen, akun, atau unsur tertentu.
Penugasan untuk menyatakan suatu pendapat atas elemen, akun, atau pos tertentu bisa
dilakukan bersamaan dengan penugasan audit atas laporan keuangan, atau bisa juga
dilaksanakan sebagai suatu penugasan terpisah.
Selain itu, auditor juga tidak boleh menyatakan suatu pendapat atas data tertentu, apabila ia
menyatakan pendapat tidak wajar atau menyatakan menolak memberi pendapat atas laporan
keuangan, kecuali apabila data hanya mencerminkan suatu bagian dari laporan keuangan yang
tidak signifikan.
b. Prosedur Yang Disepakati
Laporan khusus – penerapan prosedur yang disepakati atas Unsur , Akun, atau Pos Suatu
Laporan Keuangan (PSA No. 51), menyatakan bahwa akuntan independen bisa menerima
penugasan untuk menerapkan prosedur yang disepakati atas elemen, akun, atau pos tertentu
dalam suatu laporan keuangan di bawah kondisi – kondisi berikut:

 Akuntan adalah independen


 Akuntan dan pihak- pihak yang bersangkutan sepakat dengan prosedur- prosedur yang
dilakukan atau akan dilakukan oleh akuntan.
 Pihak – pihak yang bersangkutan bertanggungjawab atas kecukupan prosedur – prosedur
yang disepakati untuk tujuan mereka.
 Prosedur – prosedur yang akan dilakukan diperkirakan akan menghasilkan temuan
konsisten yang masuk akal.
 Basis akuntansi untuk elemen, akun, atau pos laporan keuangan tertentu cukup jelas bagi
semua pihak dan akuntan.
 Hal – hal spesifik tertentu yang padanya akan diterapkan prosedur yang telah disepakati,
perlu diestimasi dan diukur secara konsisten dan masuk akal.
 Bukti – bukti yang berkaitan dengan hal – hal spesifikasi yang padanya akan diterapkan
prosedur yang telah disepakati diperkirakan akan ada untuk memberikan dasar yang layak
untuk menyatakan hasil temuan dalam laporan akuntan.
 Apabila dilaksanakan, akuntan dan pihak – pihak yang bersangkutan sepakat mengenai
batas materialitas untuk tujuan pelaporan.
 Penggunaan laporan dibatasi pada pihak – pihak tertentu.
c. Kompilasi.
Penugasan kompilasi dimaksudkan untuk membantu manajemen dalam menyiapakan suatu
perkiraan atau suatu proyeksi, tetapi tidak dimaksudkan untuk memberikan jaminan atas
laporan keuangan prospektif atau asumsi-asumsi yang mendasari laporan tersebut. Prosedur-
prosedur yang harus dilakukan akuntan dalam kompilasi suatu perkiraan atau proyeksi
meliputi hal-hal berikut:
 Membubuhkan pengertian dengan klien, sebaiknya dalam bentuk tertulis, mengenai jasa
yang dilaksanakan.
 Mengajukan pertanyaan tentang prinsip akuntansi yang digunakan daam penyusunan
laporan keuangan prospektif.
 Menanyakan bagaimana pihak yang bertanggungjawab mengidentifikasi faktor-faktor
kunci dan pengembangan asumsi.
 Membuat daftar, atau meminta daftar asimsi signifikan pihak yang bertanggungjawab yang
menjadi dasar bagi laporan keuang prospektif dan mempertimbangkan apakah terdapat
faktor penghilang yang nyata faktor-faktor kunci yang dipakai sebagai faktor penentuan
hasi prospektif.
 Mempertimbangkan apakah ada ketidakonsistenan internal yang nyata dalam asumsi yang
dibuat oleh pihak yang bertanggungjawab.
 Melaksanakan, atau menguji kecermatan matematis perhitungan yang menterjemahkan
asumsi dalam laporan keuangan prospektif.
 Membaca lapoean keuangan prospektif, termasuk ringkasan asumsi sigmifikan, dan
mempertimbangkan apakah:
- Laporan, termasuk pengungkapan asumsi atau kebijakan akuntansi, tidak disajikan
sesuai dengan pedoman penyajian laporan keuangan prospektif yang ditetapkan Ikatan
Akuntansi Indonesia.
- Laporan, termasuk signifikan, nyata tidak semestinya dalam hubungan pengetahuan
akuntan tentang satuan usaha tersebut dan industrinya, serta kondisi yang diperkirakan
dalam periode prospektif.
Laporan keuangan bentuk baku untuk kompilasi laporan keuangan prospektif harus
mencakup:
 Identifikasi laporan keuangan prospektif yang dompilasikan isajikan oleh pihak yang
bertanggunjawab.
 Pernyataan bahwa akuntan telah mengompilasikan laporan keuangan prospektif sesuai
standar yang ditetapkan Ikatan Akuntansi Indonesia mengenai kompilasi proyeksi
keuangan.
 Pernyataan bahwa kompilasi terbattas lingkupnya dan tidak memungkinkan akuntan untuk
memberikan pendapat atau bentuk keyakinan lain apapun atas laporan keuangan prospektif
atau asumsi yang bersangkutan.
 Catatan bahwa hasil prospektif mungkin tidak dapat dicapai.
 Penyataan bahwa akuntan tidak bertanggungjawab untuk memutahirkan laporan dengan
adanya peristiwa dan keadaan yang terjadi setelah tanggal laporan.
3. Kepatuhan terhadap aspek perjanjian kontrak atau persyaratan peraturan yang
berkaitan dengan laporan keuangan.
Perusahaan mungkin diharuskan oleh perjanjian kontrak atau badan pengatur untuk
menyampaikan laporan kepatuhan yang diterbitkan auditor independen. Sebagai contoh ,
perjanjian obligasi (bond indentures) sering memuat berbagai kewajiban bagi peminjam
(dalam hal ini penerbit obligasi) untuk membentuk sinking fund, menjaga rasio lancar
minimum tertentu, pembatasan pembayaran deviden tunai, dan sebagainya. Auditor
independen dapat memenuhi permintaan ini dengan memberikan keyakinan negative yang
bersangkutan dengan ketentuan yang berlaku berdasarkan audit atas laporan keuangan. SA
623.19 menyatakan bahwa keyakinan (jaminan) ini tidak harus diberikan kecuali jika auditor
telah mengaudit laporan keuangan tersebut yang bersangkutan dengan perjanjian kontrak atau
persyaratan peraturan dan harus tidak memperluas ke ketentuan perjanjian yang berkaitan
dengan masalah yang tidak tercakup dalam prosedur audit yang dilaksanakan dalam audit atas
laporan keuangan.
4. JASA ATESTASI.
Audit atas laporan keuangan yang disusun berdasarkan prinsip akuntansi yang berterima
umum merupakan satu diantara jasa atestasi yang dapat disediakan oleh kantor akuntan publik
kepada masyarakat. Dalam tahun ini, permintaan jasa atestasi oleh klien, lembaga pemerintah,
dan pihak lain telah meluas, tidak hanya terbatas pada audit lapran keuangan historis, namun
mencakup jasa profesi akuntan publik yang memberikan tingkat keyakinan dibawah tingkat
keyakinan yang diberikan oleh auditor dalam audit atas laporan keuangan historis. Sebagai
contoh, bank meminta jasa akuntan publik untuk memberikan pernyataan tertulis apakah
nasabah tersebut mematuhi persyaratan perjanjian kredit. Untuk menyediakan pedoman dan
untuk mengembangkan rerangka yang lebih luas bagi akuntan publik dalam melaksanakan
dan melaporkan jasa atestasi, Komite Norma Pemeriksaan Akuntan menerbitkan serangkaian
Pernyataan Standar Atestasi (PSAT).
1. Penugasan Atestasi
Suatu penugasan atestasi adalah penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk
menerbitkan komunikasi tertulis yang menyatakan suatu kesimpulan tentang keandalan asersi
tertulis yang menjadi tanggung jawab pihak lain.
Contoh jasa professional yang dapat diberikan oleh para praktisi yang tidak termasuk dalam
penugasan atestasi adalah :
a. Penugasan konsultasi manajemen yang di dalam penugasan tersebut praktisi dikontrak
untuk memberikan nasihat atau rekomendasi kepada kliennya
b. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk membela kepentingan klien. Sebagai
contoh, dalam masalah pemeriksaan/verifikasi pajak yang sedang ditangani oleh aparat
Direktorat Jendral Pajak
c. Penugasan pajak yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk mengisi Surat Pemberitahuan
Tahunan Pajak Penghasilan atau untuk memberikan nasihat perpajakan
d. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk melakukan kompilasi laporan
keuangan, karena ia tidak diminta untuk memeriksa atau me-review bukti yang mendukung
informasi yang diserahkan oleh klien dan tidak menyatakan kesimpulan apapun atas
keandalannya
e. Penugasan yang di dalamnya praktisi berperan terutama hanya membantu klien. Sebagai
contoh, bertindak sebagai akuntan perusahaan dalam pembuatan informasi selain laporan
keuangan
f. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk bertindak sebagai saksi ahli dalam
bidang akuntansi, auditing, perpajakan atau hal lain berdasarkan fakta-fakta tertentu yang
disepakati dalam kontrak
g. Penugasan yang di dalamnya praktisi dikontrak untuk memberikan suatu pendapat sebagai
seorang ahli mengenai suatu prinsip tertentu, seperti penerapan undang-undang pajak atau
prinsip akuntansi, berdasarkan fakta khusus yang disediakan oleh pihak lain, sepanjang
pendapat sebagai ahli tidak menyatakan kesimpulan mengenai keandalan fakta yang
diberikan oleh pihak lain tersebut
2. Standar Atestasi.
Standar atestasi membagi tiga tipe penugasan atestasi, yaitu :
a. Pemeriksaan (Examination)
Pada waktu menyatakan suatu pendapat positif, praktisi harus secara jelas menyatakan
apakah, menurut pendapatnya, asersi disajikan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan
atau telah dinyatakan. Namun laporan yang menyatakan pendapat positif atas suatu penyajian
asersi sebagai keseluruhan, dapat dimodifikasikan atau berisi suatu pengecualian untuk
beberapa aspek penyajian atau penugasan. Sebagai tambahan, laporan tersebut dapat
memberikan penekanan atas masalah tertentu yang bersangkutan dengan penugasan atestasi
atau penyajian asersi
Bila penyajian asersi disusun sesuai dengan kriteria yang dibuat yang telah disepakati
bersama oleh pembuat asersi dan pemakainya, laporan praktisi harus berisi :
 Suatu pernyataan mengenai pembatasan penggunaan laporan tersebut karena laporan
tersebut hanya diperuntukkan khusus bagi pihak yang sudah ditentukan
 Suatu petunjuk, jika dapat diterapkan bahwa penyajian asersi akan berbeda secara material
dari yang disajikan sekarang, jika kriteria yang dipakai untuk penyajian asersi tersebut
dimaksudkan untuk dibagikan secara umum
b. Prosedur yang Disepakati Bersama (Agreed-upon Procedure)
Kesimpulan yang dibuat oleh praktisi sebagai hasil penerapan prosedur yang disepakati
bersama atas suatu penyajian asersi harus berbentuk ringkasan temuan, keyakinan, atau
keduanya. Laporan praktisi harus berisi :
 Suatu pernyataan tentang pembatasan penggunaan laporan karena laporan tersebut hanya
ditujukan untuk penggunaan oleh pihak yang telah disebutkan
 Suatu daftar atau ringkasan prosedur khusus yang dilaksanakan untuk memberitahu
pembaca laporan tentang dasar yang digunakan dalam melaporkan temuan atau keyakinan
negatif.
Jika penyajian asersi telah dilakukan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan bersama
oleh penyaji asersi dan pemakainya, laporan praktis harus berisi petunjuk, jika hal ini berlaku,
bahwa penyajian asersi berbeda secara material dari asersi yang disajikan berdasarkan kriteria
untuk kepentingan distribusi secara umum.
4. Asersi, Kriteria, Dan Bukti.
Suatu jasa atestasi dapat mencakup asersi tertulis, evaluasi terhadap kriteria, atau bukti
atestasi yang dikembangkan selama atau sebelum penugasan JKM. Asersi tertulis yang dibuat
oleh pihak lain yang dikembangkan atas dasar nasihat dan bantuan praktisi sebagai hasil
penugasan JKM dapat merupakan subyek penugasan atestasi, sepanjang asersi tersebut
tergantung atas tindakan, rencana, atau asumsi pihak lain, yang berada dalam posisi untuk
mempertimbangkan kecermatan informasi.
5. Evaluasi Non Atestasi Atas Asersi Tertulis
Evaluasi atas pernyataan yang terdapat dalam asersi tertulis pihak lain dalam pelaksanaan
JKM tidak dengan sendirinya merupakan pelaksanaan atestasi. Beberapa atau semua
informasi yang disediakan oleh pemasok dan informasi lain, akan dievaluasi oleh praktisi
untuk memberikan rekomendasi sistem komputer yang sesuai dengan kebutuhan klien.
Penilaian ini diperlukan untuk memungkinkan praktisi mencapai tujuan yang ditetapkan
dalam penugasan JKM..
5. JASA AKUNTANSI DAN REVIEW.
Standar jasa akuntansi dan riview memberikan kerangka untuk fungsi non atestasi yang
mencakup jasa akuntansi dan rivew.
SAR 100.04 merumuskan satuan usaha non publik sebagai satuan usaha yang tidak
merupakan :
a. Satuan usaha yang sekuritasnya diperdagangkan dalam suatu pasar publik, baik bursa
utama (domestic atau asing) atau pada bursa parallel.
b. Satuan usaha yang mendaftar pada suatu instansi yang berwenang dalam rangka persiapan
untuk menjual suatu jenis surat berharga di pasar umum,
c. Suatu anak perusahaan, corporate joint venture, konsorium, atau satuan usaha lainnya yang
dikendalikan oleh satuan usaha.
SAR juga memberikan pedoman tentang pelaporan untuk laporan keuangan perorangan ,
termasuk pula suatu pengecualian untuk pembuatan laporan keuangan perorangan yang
dimasukkan dalam neraca keuangan tertulis laporan perorangan yang disusun oleh akuntan.
Dalam setiap penugasan yang dilaksanakan berdasarkan PSAR, akuntan harus memberikan
pengetian kepada perusahaan (entitas), sebaiknya secara tertulis, tentang jasa yang akan
dilakukannya. Hal ini meliputi penjelasan tentang laporan yang diharapkan akan diberikan
oleh akuntan. Jasa ini jauh lebih sedikit bila dibandingkan dengan audit.
Sebagai akibat dari hal tersebut maka:
a. Penugasan tidak dapat diandalkan untuk bisa mengungkapkan adanya kekeliruan, atau
tindakan melawan hukum.
b. Akuntan akan memberikan informasi kepada manajemen pada tingkat yang sesuai bila ia
menemukan kekeliruan material, dan kecurangan serta tindakan melawan hokum yang
diketahui.
1. Review atas Laporan Keuangan .
Tujuan penugasan riview atas laporan keuangan perusahaan nonpublic adalah untuk
melakukan prosedur pengujian pertanyaan dan prosedur analitis yang menghsilkan dasar
memadai baggi akuntan untuk memberikan jaminan (keyakinan) terbatas bahwa tidak terdapat
modifikasi material yang harus dilakukan atas laporan berlaku umum, atau sesuai dengan
basis komprehensif akuntansi yang lain.
Dalam memberikan keyakinan negatif, kesimpulan praktisi harus menyatakan apakah
informasi yang diperoleh praktisi dari pekerjaan yang dilakukan menunjukkan bahwa asersi
tersebut tidak disajikan, dalam segala hal yang material, sesuai dengan kriteria yang telah
ditetapkan atau yang telah dinyatakan.
Laporan praktisi yang berisi keyakinan negative juga dapat berisi komentar atas atau
penekanan terhadap hal-hal tertentu yang bersangkutan dengan penugasan atestasi atau
penyajian asersi. Lebih lanjut, laporan praktisi harus :
• Menunjukkan bahwa pekerjaan dilaksanakan dengan luas yang lebih terbatas dibandingkan
dengan suatu pemeriksaan
• Menolak untuk memberikan keyakinan positif atas asersi tersebut
Tujuan review sangat berbeda dengan tujuan kompilasi maupun audit. Hasil review yang
dilaksanakan melalui prosedur pengajuan pertanyaan dan analisis harus menjadi dasar yang
memadai bagi akuntan untuk memberikan keyakinan terbatas, bahwa tidak ada modifikasi
material yang harus dilakukan atas laporan keuangan.
Laporan keuangan yang di review oleh akuntan harus disertai dengan laporan akuntan yang
menyatakan bahwa :
a. Review dilaksanakan sesuai dengan standar yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI).
b. Semua informasi yang dimasukkan dalam laporan keuangan adalah penyajian manajemen
satuan usaha tersebut.
c. Review terutama mencakup pengajuan pertanyaan kepada pejabat penting perusahaan dan
prosedur analitis yang diterapkan terhadap data keuangan.
d. Lingkup review jauh lebih sempit dibandingkan dengan lingkup audit yang tujuannya
untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan secara keseluruhan dan dengan
demikian tidak dinyatakan pendapat semacam itu dalam suatu review
e. Akuntan tidak mengetahui adanya suatu modifikasi material yang harus dilakukan atas
laporan keuangan agar laporan tersebut sesuai dengan prinsip akuntansi yang berterima
umum.
2. Kompilasi Laporan Keuangan.
Dalam melakukan kompilasi laporan keuangan , akuntan harus memiliki pengetahuan
mengenai prinsip dan harus memahami secara garis besar sifat transaksi satuan usaha tersebut,
bentuk catatan akuntansinya, kualifikasi para petugas pembukuannya, basis akuntansi yang
digunakan untuk penyajian laporan keuangan serta bentuk dan isi laporan keungan.
Laporan keuangan yang dikompilasi tanpa audit atau review oleh akuntan harus disertai
dengan suatu laporan akuntan yang menyatakan bahwa:
a. Kompilasi telah dilakukan sesuai dengan standar
b. Kompilasi terbatas pada penyajian dalam bentuk informasi laporan keuangan yang
merupakan representasi manajemen atau pemilik.
c. Laporan keuangan belum diaudit atau di-review dan dengan demikian akuntan tidak
menyatakan pendapat atau bentuk keyakinan lain apapun.
3. Jasa Atestasi yang Berkaitan dengan Penugasan Jasa Konsultasi Manajemen
a. Jasa Asestasi sebagai bagian suatu penugasan Jasa Konsultasi Manajemen
Bila praktisi memberikan jasa atestasi sebagai bagian dari penugasan jasa konsultasi
manajemen (JKM), Pernyataan Standar Atestasi ini hanya berlaku terbatas untuk jasa atestasi
saja. Jika praktisi menentukan bahwa jasa atestasi dilaksanakan sebagai bagian dari
penugasan jasa konsultasi manajemen, praktisi harus memberi tahu klien mengenai
perbedaan yang relevan antara dua tipe jasa tersebut dan harus memperoleh persetujuan dari
klien bahwa jasa atestasi harus dilaksanakan berdasarkan persyaratan profesional yang
memadai.
Contoh Kasus Audit
Auditor gagal mendeteksi kecurangan pada laporan keuangan yang disajikan oleh klien
yang diaudit.
MASALAH:
Hal ini dapat disebabkan karena kekurangcermatan serta kurangnya kompetensi auditor dalam
mengaudit laporan keuangan kliennya. Contoh kasus nyata yang terjadi adalah seperti yang
terjadi pada PT KIMIA FARMA pada tahun 2002. milik pemerintah di Indonesia. Pada audit
tanggal 31 Desember 2001, manajemen Kimia Farma melaporkan adanya laba bersih sebesar
Rp 132 milyar, dan laporan tersebut di audit oleh Hans Tuanakotta & Mu`stofa (HTM). Akan
tetapi, Kementrian BUMN dan Bapepam menilai bahwa laba bersih tersebut terlalu besar dan
mengandung unsur rekayasa. Setelah dilakukan audit ulang, pada 3 Oktober 2002 laporan
keuangan Kimia Farma 2001 disajikan kembali (restated), karena telah ditemukan kesalahan
yang cukup mendasar. Pada laporan keuangan yang baru, keuntungan yang disajikan hanya
sebesar Rp 99,56 miliar, atau lebih rendah sebesar Rp 32,6 milyar, atau 24,7% dari laba awal
yang dilaporkan. Kesalahan itu timbul pada unit Industri Bahan Baku yaitu kesalahan berupa
overstated penjualan sebesar Rp 2,7 miliar, pada unit Logistik Sentral berupa overstated
persediaan barang sebesar Rp 23,9 miliar, pada unit Pedagang Besar Farmasi berupa
overstated persediaan sebesar Rp 8,1 miliar dan overstated penjualan sebesar Rp 10,7 miliar.
Kesalahan penyajian yang berkaitan dengan persediaan timbul karena nilai yang ada dalam
daftar harga persediaan digelembungkan. PT Kimia Farma, melalui direktur produksinya,
menerbitkan dua buah daftar harga persediaan (master prices) pada tanggal 1 dan 3 Februari
2002. Daftar harga per 3 Februari ini telah digelembungkan nilainya dan dijadikan dasar
penilaian persediaan pada unit distribusi Kimia Farma per 31 Desember 2001. Sedangkan
kesalahan penyajian berkaitan dengan penjualan adalah dengan dilakukannya pencatatan
ganda atas penjualan. Pencatatan ganda tersebut dilakukan pada unit-unit yang tidak
disampling oleh akuntan, sehingga tidak berhasil dideteksi. Jadi, pada kasus ini, manajemen
PT. KIMIA FARMA terbukti menyalahi etika dalam pelaporan keuangannya karena telah
melakukan fraud, sedangkan auditornya (HTM) kurang profesional karena tidak sanggup
mendeteksi adanya fraud yang dilakukan kliennya sehingga tidak berhasil mengatasi risiko
audit dalam mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan PT KIMIA FARMA,
walaupun ia telah menjalankan audit sesuai SPAP dan tidak terlibat dalam fraud tersebut. Oleh
karena itu, PT KIMIA FARMA didenda besar Rp 500 juta, direksi lama PT KIMIA FARMA
terkena denda Rp 1 miliar, serta HTM yang selaku auditor didenda sebesar 100 juta rupiah
yang otomatis juga akan menurunkan kredibilitasnya sebagai akuntan publik atau auditor
yang profesional.
SOLUSI :
Terjadinya penyalahsajian laporan keuangan yang merupakan indikasi dari tindakan tidak
sehat yang dilakukan oleh manajemen PT. Kimia Farma, yang ternyata tidak dapat terdeteksi
oleh akuntan publik yang mengaudit laporan keuangan pada periode tersebut. Apakah hal ini
merupakan kesalahan dari akuntan publik tersebut ?
Padahal akuntan publik tersebut setelah diperiksa ternyata telah melaksanakan prosedur audit
yang sesuai dengan SPAP. Jika melihat dari SA Seksi 230 paragraf 12 yang menyebutkan:
(12) Oleh karena pendapat auditor atas laporan keuangan didasarkan pada konsep
pemerolehan keyakinan memadai, auditor bukanlah penjamin dan laporannya tidak
merupakan suatu jaminan.
Oleh karena itu, penemuan kemudian salah saji material, yang disebabkan oleh kekeliruan
atau kecurangan, yang ada dalam laporan keuangan, tidak berarti bahwa dengan sendirinya
merupakan bukti:
(a) kegagalan untuk memperoleh keyakinan memadai,
(b) tidak memadainya perencanaan, pelaksanaan, atau pertimbangan,
(c) tidak menggunakan kemahiran profesional dengan cermat dan seksama, atau
(d) kegagalan untuk mematuhi standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.
Seorang akuntan publik dalam melaksanakan auditnya pada umumnya berdasarkan kepada
sampling, makanya ketika ditemukan di kemudian hari terdapat kesalahan yang tidak
terdeteksi merupakan hal yang wajar, karena menurut SA Seksi 110 paragraf 1 menyebutkan:
(1) Tujuan audit atas laporan keuangan oleh auditor independen pada umumnya adalah untuk
menyatakan pendapat tentang kewajaran, dalam semua hal yang material, posisi keuangan,
hasil usaha, perubahan ekuitas, dan arus kas sesuai dengan prinsip akuntansi yang berlaku
umum di Indonesia.
Dengan melakukan sampling, otomatis terdapat suatu risiko untuk tidak terdeteksinya suatu
kesalahan dalam laporan keuangan yang diaudit. Kalau begitu mengapa akuntan publik
tersebut dikenakan sanksi untuk membayar sebesar 100 juta karena atas risiko audit yang
tidak berhasil mendeteksi adanya penggelembungan laba yang dilakukan oleh PT. Kimia
Farma tersebut ? Hal ini dapat dijelaskan sebagai berikut:
Menurut UU Pasar Modal tahun 1995, begitu menemukan adanya kesalahan, selambat-
lambatnya dalam tiga hari kerja, akuntan publik harus sudah melaporkannya ke Bapepam.
Maka jika akuntan publik yang tidak dapat mendeteksi adanya kesalahan penyajian tersebut
ternyata baru menyadari adanya kesalahan yang tak terdeteksi tersebut setelah mengeluarkan
opininya tetapi tidak segera melaporkannya dalam periode tiga hari, maka pantaslah akuntan
publik tersebut dikenakan sanksi.
Berkaitan dengan sikap Skeptisme Profesional seorang auditor, sehingga jika akuntan publik
tersebut tidak menerapkan sikap skeptisme profesional dengan seharusnya hingga berakibat
memungkinkannya tidak terdeteksinya salah saji dalam laporan keuangan yang material yang
pada akhirnya merugikan para investor.
Menurut pemaparan kasus diatas, akuntan publik tersebut setelah melalui proses penyelidikan
ternyata tidak ditemukan adanya unsur kesengajaan untuk membantu manajemen PT. Kimia
Farma dalam penggelembungan keuntungan tersebut. Maka hal ini berarti tidak adanya
masalah yang berkaitan dengan independensi seorang auditor, atau berarti auditor tersebut
telah independen dalam melakukan jasa profesionalnya.
DAFTAR PUSTAKA.

Yusuf Al Haryono.2002..Auditing Buku II. Yogjakarta: STIE YKPN


http://noviyuliyawati.wordpress.com/2014/01/07/contoh-kasus-fraud-accounting/

Anda mungkin juga menyukai