Laporan Kasus
Berdasar pada hukum Ceko, jenazah harus tetap di bangsal rumah sakit
selama 2 jam setelah kematian. Dalam hal ini, suhu sekitar di ruang rumah
sakit adalah 20°C. Satu jam setelah kematian, perawat mulai memindahkan
tubuhnya ke Departemen Patologi. Mereka memperhatikan kulit jenazah
yang luar biasa hangat, dan seorang dokter dipanggil kembali ke kamar
rumah sakit untuk memverifikasi kematiannya lagi. Catatan pertama suhu
tubuh postmortem tercatat dalam 1,5 jam setelah kematian dan memuncak
pada 40,1°C. Hebatnya, staf medis memiliki kekhawatiran tentang
pembakaran tubuh secara spontan dan berusaha mendinginkan tubuhnya
dengan larutan beku yang diletakkan di dekat pangkal paha. Setelah itu,
staf medis mengukur suhu aksila dalam interval 30 menit. Suhu tubuh
kemudian menurun ke tingkat seperti sebelum kematian: 2 jam setelah
kematian, suhu aksila 39,9°C; 2,5 jam setelah kematian menjadi 39,9°C; 3
jam setelah kematian berubah jadi 39,3°C; 3,5 jam setelah kematian suhu
berubah ke 38,7°C; dan 4 jam setelah kematiannya suhu menjadi 37,6°C.
Catatan ini ditunjukkan pada Gambar 1, dengan asumsi kenaikan linear
dalam suhu selama periode awal yang tidak terukur. Kasus ini dirujuk ke
ahli patologi forensik, dan otopsi medikolegal diperlukan untuk
mengklarifikasi penyebab kematian dan untuk menjelaskan hipertermia
postmortem.
Suhu inti tubuh hidup normal pada umumnya 37,2°C, dengan fluktuasi
antara 36,7°C dan 37,7°C. Setelah kematian, suhu inti tubuh 37,2°C atau
lebih tinggi setelah suhu tinggi (interval rata-rata 2 jam) menunjukkan
hipertermia postmortem. Studi eksperimental sebelumnya yang mencatat
pengukuran suhu rektal pada periode postmortem awal didasarkan pada
tubuh orang yang baru meninggal (dengan waktu kematian yang diketahui)
dan suhu sekitar yang konstan.
KESIMPULAN
Di sini, kami telah menyajikan kasus kematian karena penyakit jantung yang
terdeteksi di rumah sakit dengan hipertermia postmortem yang tercatat
secara tepat. Fenomena hipertermia postmortem sudah dikenal luas dalam
praktik forensik, tetapi masih belum sepenuhnya jelas seberapa sering itu
terjadi dan dalam kasus-kasus tertentu kita dapat menemukan hipertermia
postmortem. Namun, suhu inti tubuh dubur setelah kematian diukur di
tempat kejadian sebagai bukti forensik itu sangat penting, yang harus
dikumpulkan dengan cepat sebelum mulai menyamakan dengan suhu
lingkungan. Biasanya, pendinginan tubuh secara umum dilakukan dalam
praktik forensik rutin. Seperti yang diilustrasikan oleh kasus kami,
perubahan suhu tubuh bisa sangat tidak biasa dan tidak terduga dan
mengacaukan informasi estimasi forensik waktu setelah kematian pada
periode postmortem awal.