Anda di halaman 1dari 17

LARAP Rencana Waduk Cipanas

III. Pemahaman Terhadap KAK

3.1. PEMAHAMAN TERHADAP LATAR BELAKANG

Pemahaman konsultan terhadap pengadaan tanah dan pemukiman kembali


(LARAP) adalah suatu kegiatan dalam waktu tertentu dengan sejumlah anggaran
yang menguraikan mengenai strategi, tujuan, entitlement (tindakan-tindakan dayan
dapat berupa ganti rugi, pemulihan pendapatan, bantuan pindah, tunjangan hidup,
dan relokasi yang wajib diberikan kepada orang yang terkena dampak, tergantung
pada kerugian yang dialami, untuk memulihkan standar sosial-ekonominya seperti
semula), tindakan, tanggungjawab, pemantauan dan evaluasi pemukiman kembali.

Adapun pemukiman kembali rudapaksa adalah suatu proyek pemukiman kembali


bagi orang terkena dampak kaerna adanya pembangunan atau proyek yang
mengakibatkan kerugian sehingga orang-orang tersebut diak mempunyai pilihan
kecuali berusaha membangun kembali kehidupannya, penghasilannya dan harta
kekayaannya di tempat lain.

Hal yang paling mendasar dalam LARAP adalah dampak yang diakibatkan dalam
pemukiman kembali tersebut yaitu kehilangan kekayaan fisik dan non fisik.
Termasuk di dalamnya adalah rumah, lingkungan sosial, tanah produktif, modal
dan sumber pendapatan, nafkah, sumberdaya, lokasi peninggalan budaya, struktur
sosial, jaringan kerjasama dan relasi, identitas/ nilai sosial budaya, mekanisme
tolong menolong.

III – Hal. 1
LARAP Rencana Waduk Cipanas

3.1.1. Dampak Akibat Pemukiman Kembali

Proyek-proyek yang merubah pola penggunaan lahan, air dan sumberdaya alam
lainnya dapat menyebabkan dampak pemukiman kembali. Dampak ini sering
timbul akibat pengadaan lahan yang didapat melalui ekspropriasi (tindakan
pemerintah mengambil atau merubah hak milik sesuai dengan kewenangannya)
atau melalui pengaturan lainnya. Perumahan, struktur dan sistem masyarakat,
hubungan sosial dan pelayanan sosial dapat terganggu. Sumber-sumber
produktif, termasuk lahan, pendapatan dan mata pencaharian dapat hilang.
Kultur budaya dan kegotong-royongan yang ada dalam masyarakat dapat
menurun. Kehilangan sumber kehidupan dan pendapatan dapat mendorong
timbulnya eksploitasi ekosistem, kesulitan hidup, ketegangan sosial, dan
kemiskinan. Di perkotaan, penduduk yang tergusur akan menimbulkan
peningkatan tempat-tempat kumuh. Oleh karena itu, orang terkena dampak ini
tidak mempunyai pilihan selain harus mencoba membangun kembali kehidupan,
pendapatan dan segala potensi yang dimilikinya di tempat lain.

Untuk menjamin bahwa masyarakat tidak dirugikan dalam proses pembangunan,


maka pemerintah berusaha mencegah atau mengurangi dampak pemukiman
kembali. Jika pemukiman kembali tidak dapat dihindari, pemerintah membantu
memulihkan mutu kehidupan dan mata pencaharian orang terkena dampak.
Apabila memungkinkan tidak hanya memulihkan tapi juga meningkatkan mutu
kehidupan, khususnya bagi kelompok rawan/ rentan. Seluruh bentuk dampak
pemukiman kembali memerlukan langkah pencegahan sebagaimana disajikan
pada Tabel 3.1.

III – Hal. 2
LARAP Rencana Waduk Cipanas

Tabel 3.1. Jenis Dampak Utama Pemukiman Kembali dan Langkah-langkah


Penanggulangan
Jenis Dampak Langkah Penanggulangan
Kehilangan sumber yang produktif, Ganti rugi sesuai dengan harga
termasuk lahan, pendapatan dan mata penggantian, atau penggantian bagi
pencaharian pendapatan dan mata pencaharian yang
hilang. Penggantian pendapatan dan
biaya pemindahan selama waktu
pembangunan kembali serta langkah
pemulihan pendapatan bagi yang
kehilangan mata pencaharian
Kehilangan perumahan, struktur, sistem Ganti rugi bagi perumahan dan kekayaan
dan fasilitas sosial masyarakat yang hilang sesuai dengan harga
penggantian; relokasi termasuk
pembangunan tempat relokasi kalau perlu,
serta langkah-langkah memperbaiki taraf
hidup
Kehilangan kekayaan lain Ganti rugi sesuai harga penggantian atau
diganti
Sumber daya masyarakat, lingkungan, Diganti atau ganti rugi sesuai dengan
peninggalan budaya dah harta lainnya harga penggantian, langkah-langkah
pemulihan

C.1.2. Pemukiman Kembali pada Berbagai Jenis Proyek

Dampak pemukiman kembali ditimbulkan dari berbagai jenis proyek. Sebidang


tanah kecil yang dibutuhkan bagi sekolah atau pusat kesehatan menimbulkan
dampak pemukiman kembali yang kecil. Jalur memanjang yang diperlukan untuk
rel kereta api, jalur tegangan listrik atau saluran air dapat menyebabkan dampak
pemukiman kembali sepanjang jalur atau mengganggu hubungan masyarakat,
membelah jalan, gang, sistem irigasi dan tanah milik. Waduk untuk air bersih,
irigasi atau pembangkit tenaga listrik dapat menimbulkan dampak berskala besar.

Penanggulangan pemukiman kembali dalam peoyek pemukiman kembali


masyarakat yang terkena dampak Pengembangan Rababaka Kompleks,
didasarkan pada strategi pembangunan dan merupakan bagian yang tidak
terpisahkan dari rencana proyek dari tahap paling awal siklus proyek.

III – Hal. 3
LARAP Rencana Waduk Cipanas

Kebijaksanaan pemerintah menetapkan bahwa bagi setiap proyek pembangunan


sejumlah kegiatan harus dilaksanakan sepanjang siklus proyek, dimalai dengan
Penilaian Kondisi Awal Sosial (PAKS).

Tabel 3.2. Pemukiman Kembali pada Berbagai Jenis Proyek


Sektor Komponen Proyek yang Jenis Dampak Pemukiman
Mungkin Menimbulkan Kembali
Dampak Pemukiman
Kembali
Air Bersih dan Sistem Retikulasi Memerlukan lahan yang dipinjam
Sanitasi (pembagian) sementara waktu untuk pekerjaan
konstruksi. Penggunaan jalur yang
ada (misalnya jalan raya) dapat
mengurangi gangguan.
Pembebasan lahan yang memanjang
dan sempit hanya menimbulkan
gangguan/ dampak minor
Stasiun pompa, lokasi Dapat menimbulkan dampak
pengolahan setempat yang lebih serius.
Memerlukan lahan yang dipinjam
sementara waktu untuk pekerjaan
pembangunan
Waduk untuk air bersih Konstruksi waduk/ bendungan dapat
menimbulkan dampak yang serius
dan luas, dapat memindahkan
seluruh penduduk dari areal
konstruksi dan areal yang akan
ditenggelamkan, serta dapat
mengganggu komunikasi,
kepemilikan lahan, sistem sosial dan
ekonomi, penggunaan sumber daya,
memerlukan lahan untuk sementara
waktu yang digunakan dalam
menyelesaikan pekerjaan konstruksi
Irigasi dan Bendung, saluran, tanggul Konstruksi bendung dapat
pengendalian banjir pelindung dan pekerjaan menimbulkan dampak yang serius
terkait sama halnya seperti pembangunan

III – Hal. 4
LARAP Rencana Waduk Cipanas

waduk

Persyaratan pemukiman kembali dalam siklus proyek diuraikan secara ringkas


sebagai berikut:
 PAKS dilakukan pada waktu Pencarian Fakta (Fact Finding) dalam
pelaksanaan Bantuan Teknis Persiapan Proyek (BTPP). Pada waktu
PAKS dilakukan, misi memutuskan lingkup dan sumberdaya yang
diperlukan untuk perencanaan Pemukiman Kembali.
 Studi Kelayakan BTPP, yang mencakup persiapan Rencana Pemukiman
Kembali (RPK).
 Rapat Tinjauan Manajemen (RTM).
 Penilaian (Appraisal), misi penilai melakukan finalisasi (penyelesaian) RPK.
 Negosisasi yang mencakup dan memastikan adanya pemukiman kembali.
 Pelaksanaan pengawasan mencakup pelaksanaan RPK.
 Pemantauan dan Evaluasi.

3.1.3. Orang Terkena Dampak (OTD)

Orang-orang yang terkena dampak (OTD) adalah mereka yang akan mengalami
kerugian sebagai akibat adanya proyek, seluruh atau sebagian kekayaan baik
fisik maupun non fisik, termasuk rumah, masyarakat, lahan produktif,
sumberdaya seperti hutan, persawahan, lokasi penangkapan ikan, kawasan
pusat budaya, barang komersial, barang sewaan, kesempatan memperoleh
pendapatan, jaringan dan kegiatan sosial budaya. Dampak seperti ini bisa
permanen atau bisa sementara. Hal ini sering terjadi karena ekspropriasi
penggunaan wewenang khusus atau ata tana atau pengaturan lainnya.

III – Hal. 5
LARAP Rencana Waduk Cipanas

3.2. PEMAHAMAN TERHADAP RELOKASI

Relokasi merupakan hal yang sulit dari keseluruhan tugas yang menyangkut
pemukiman kembali, karena membangun kembali kondisi kehidupan dan dalam
beberapa kasusu pemukiman dan pola hidup seluruh masyarakat dapat menjadi
tugas yang menantang. Permasalahan yang sering timbul dalam perencanaan
lokasi :
 Apakah diperlukan relokasi untuk semua orang yang terkena dampak ?
 Apakah ada pola-pola pemukiman ?
 Bagaimana letak rumah mereka satu sama lain saat ini ?
 Apakah ada fasilitas sosial masyarakat saat ini di lokasi terkena dampak ?
 Berapa sering orang-orang menggunakan berbagai sarana ? Apakah
variasi ini atas dasar musim, jenis kelami, umur, status pendapatan atau
faktor lain ?
 Berapa kisaran ukuran lahan dan rata-rata luas lahan di lokasi terkena
dampak ?
 Bagaimana tingkat kepadatan pemukiman sekarang ?
 Bagaimana tingkat kemudahan menjangkau pusat-pusat pasar dan kota
sekarang ?
 Bagaimana pola angkutan dan komunikasi di lokasi terkena dampak ?
 Bagaimana pola penggunaan fasilitas agama dan budaya ?

Berdasarkan pada skala kebutuhan relokasi, perlu mempertimbangkan berbagai


alternatif pilihan relokasi yang tepat yang melibatkan semua yang terkait.
Instansi pelaksana (IP) dan kelompok penduduk setempat harus berpartisipasi
dalam menentukan pilihan relokasi yang terbaik. Berbagai pilihan mempunyai
dampak yang berbeda-beda, sehingga membutuhkan tingkat dukungan dan
bantuan yagn berbeda pula dalam proses relokasi.

Loksi dan kualitas tempat relokasi baru adalah faktor penting dalam perencanaan
lokasi, karena sangat menentukan hal-hal sebagai berikut: kemudahan menuju
ke lahan usaha, jaringan sosial, pekerjaan, bidang usaha, kredit dan peluang
pasar. Setiap lokasi mempunyai keterbatasan dan peluang masing-masing.
Memilih lokasi yang sama baik dengan kawasan yang dahulu dari segi
kareakteristik lingkungan, sosial budaya dan ekonomi akan lebih memungkinkan

III – Hal. 6
LARAP Rencana Waduk Cipanas

relokasi dan pemulihan pendapatan yang berhasil. Jadi pemilihan lokasi harus
mempertimbangkan sebagai bagian dari studi.

Pemilihan loksi juga harus mempertimbangkan dampak terhadap masyarakat


setempat. Permasalahan seperti kualitas lahan, daya tampung lokasi, kekayaan
milik umum, sumber daya, prasarana sosial dan kompososo penduduk
(stratifikasi sosisl, suku bangsa, jenis kelamin, etnik minoritas) perlu
dipertimbangkan selama studi. Idealnya, tempat relokasi baru sebaiknya secara
geografis dekat dengan yang lama/ asli untuk mempertahankan jaringan sosial
dan ikatan masyarakat yang sudah baik. Tahapan untuk pemilihan lokasi sesuai
standar ADB:

Tahap I : Pemilihan lokasi dan alternatif.


Memilih lokasi yanb aik adalah unsur yang paling penting. Mulai dengan pilihan-
pilihan alternatif, yang melibatkan pemukiman kembali yang potensial dan
penduduk setempat dalam proses tersebut.

Tahap II : Studi kelayakan


Melakukan studi kelayakan lokasi alternatif dan mempertimbangkan potensi
kawasan dari segi persamaan fisik (ekologi), harga lahan, pekerjaan,
kemungkinan untuk memperoleh kredit, pemasaran, pelayanan terhadap sarana
dan prasarana di lingkungan sekitar, serta peluang ekonomi lainnya untuk
matapencaharian OTD dan masyarakat setempat.

Tahap III : Susunan dan rancangan.


Susunan dan rancangan kawasan resettlement harus sesuai dengan spesifikasi
dan kebiasaan budaya. Mengidentifikasi lokasi sekarang tehadap berbagai
prasarana fisik dan sosial di masyarakat yang terkena dampak; bagaimana
anggota keluarga, kerabat, terkait satu sama lain di kawasan sekaran, serta
berapa sering dan siapa (jenis kelamin/ umur) yang menggunakan berbagai
sarana dan prasarana sosial. Penting memahami pola pemukiman dan
rancangan yang ada supaya dapat menaksir kebutuhan di kawasan pemukiman
yang bari. Masukan masyarakat harus menjadi bagian integral proses
perancangan.

III – Hal. 7
LARAP Rencana Waduk Cipanas

Tahap IV : Pembangunan lokasi pemukiman kembali.


Luas lahan untuk pembangunan rumah harus berdasarkan tempat tinggal
sebelumnya dan kebutuhan di kawasan baru. Pemukiman kembali harus
mengijinkan membangun rumah mereka sendiri dari pada diberikan rumah yang
sudah disediakan.

3.3. PEMAHAMAN TERHADAP PEDOMAN RESETTLEMENT YANG BAKU

Pemahaman terhadap resettlement sesuai dengan ketentuan yang dijabarkan


oleh Asian Development Bank (ADB), adalah sebagai berikut:
 Suatu rencana pemukiman kembali dengan jadwal kegiatan dan anggaran
adalah wajib bagi setiap proyek yang menimbulkan dampak Pemukiman
Kembali.
 Sumberdaya, waktu dan upaya yang dipersiapkan untuk Pemukiman
Kembali harus dapat menangani seluruh dampak Pemukiman Kembali.
 Ringkasan rencana pemukiman kembali (RPK) harus dimasukkan dalam
draf LSP (laporan dan saran presiden) bagi RTM (rapat tinjauan
manajemen), dan juga RPK dimasukkan dalam LSP yang akan
disampaikan kepada Direksi terkait apabila terdapat dampak Pemukiman
Kembali.
Pengertian ‘Penting” dalam pemukiman kembali menurut ADB adalah sebagai
berikut:
 200 orang atau lebih akan mengalami dampak pemukiman kembali
 100 orang atau lebih yang mengalami Pemukiman Kembali adalah
penduduk asli, atau kelompok rentan, sebagaimana ditentukan dalam
kebijakan (misalnya, rumah tangga yang kepala keluarga wanita,
masyarakat yang paling miskin dan terpencil, termasuk yang mempunyai
hak milik yang sah atas kekayaan, dan penggembala); atau
 Lebih dari 50 orang yang mengalami dampak Pemukiman kembali, adalah
kelompok rawan, misalnya yang hidup dari berburu. Bagian proyek yang
bersangkutan akan membuat keputusan tentan pemukiman kembali dengan
berkonsultasi dengan Bagian Pembangunan Sosial (BPS)

III – Hal. 8
LARAP Rencana Waduk Cipanas

Suatu rencana LARAP yang dikategorikan “penting” maka wajib bagi pemerintah
untuk:
 Mengadopsi tujuan dan prinsip kebijaksanaan untuk diterapkan dalam
kerangka hukum, kebijaksanaan, administratif dan kelembagaannya
sendiri.
 Meningkatkan kemampuan pemerintah dan sponsor lain secara efektif
untuk merencanakan dan melaksanakan Pemukiman Kembali Rudapaksa.
 Meningkatkan kerangka makro dan kapasitas ANB (anggota negara
berkembang) dalam Pemukiman Kembali Rudapaksa
 Membantu pemerintah dan sponsor proyek lainnya dalam mempersiapkan
dan menyerahkan dokumen RPK yang memadai dengan jadwal kegiatan
dan anggaran kepada Bank, sebelum penilaian pinjaman.

Studi LARAP harus memuat lengkap (i) tujuan, kebijaksanaan dan strategi; (ii)
tanggungjawab organisasi; (iii) partisipasi dan integrasi masyarakat dengan
penduduk setempat; (iv) survai sosial ekonomi; (v) kerangka hukum termasuk
mekanisme bagi penyelesaian perselisihan dan prosedur permohonan banding;
(vi) identifikasi lokasi alternatif dan seleksi; (vii) penaksiran dan ganti rugi
kekayaan yang hilang; (viii) kepemilikan, status, pengadaan dan penggantian
lahan; (ix) perlindungan dan pengelolaan lingkungan; (x) perumahan, prasarana
dan fasilitas sosial; (xi) kemudahan mendapat latihan, pekerjaan dan kredit; (xii)
jadwal pelaksanaan, anggaran dan P&E. Termasuk di dalamnya adalah langkah-
langkah yang akan diambil untuk mengurangi atau menghindarkan dampak
Pemukiman Kembali serta tahap persiapan sosial.

Tabel 3.3. Kerangka Rekomendasi untuk Pengadaan Tanah dan Pemukiman Kembali
Topik Kerangka
Lingkup Pengadaan lahan dan Jelaskan dengan bantuan peta, lingkup
pemukiman kembali pengadaan lahan dan mengapa diperlukan bai
suatu proyek
Uraikan pilihan alternatif yang dapat memperkecil
dampak dari Larap
Buat ringkasan dampak utama berkenaan
dengan lahan yagn dibutuhkan, kekayaan yagn
hilang dan orang yang dipindahkan rumah dan
mata pencahariaannya
Tentukan tanggungjawab pokok untuk kegiatan

III – Hal. 9
LARAP Rencana Waduk Cipanas

pengadaan lahan dan pemukiman


Informasi sosial ekonomi Tentukan dan identifikasi OTD
Jelaskan dampak yang mungkin timbul dari
pengadaan lahan terhadap penduduk, dengan
memperhatikan parameter sosial, budaya dan
ekonomi
Identifikasi seluruh kerugian OTD akibat
pengadaan lahan
Berikan rincian sumberdaya harta kekayaan
yang umum dimiliki oleh warga
Jelaskan bagaimana proyek berdampak kepada
orang miskin, penduduk asli, etnis minoritas, dan
kelompok rawan/ rentan, termasuk wanita dan
langkah khusus apa yang dibutuhkan agar
memulihkan secara penuh atau meningkatkan
sumber penghidupan ekonomi dan sosialnya
Tujuan, kerangka kebijakan dan Jelaskan maksud dan tujuan pengadaan lahan
entitelmen dan pemukiman kembali
Jelaskan mengenai lahan negara dan lahan milik
daerah yang penting, kebijaksanaan ganti rugi
dan pemukiman kembali, peraturan perundangan
dan pedoman yang berlaku atas proyek
Sebutkan prinsip, persetujuan-persetujuan legal
dan kebijakan lembaga pelaksana dari peninjau
pada berbagai kategori dampak proyek
Mempersiapkan kebijaksanaan kelayakan dan
matriks entitelmen untuk seluruh kategori
kerugian termasuk tingkat ganti ruginya
Konsultasi dan partisipasi dalam Identifikasi semua stake holder (para pihak yang
penyelesaian perselisihan berkepentingan)
Jelaskan mekanisme partisipasi stake holder
dalam perencanaan, pengelolaan, pemantauan
dan evaluasi
Identifikasi lembaga atau organisasi setempat
yang mendukung OTD
Tinjau peran potensiao LSM dn OKM
Tentukan prosedur pemecahan masalah dari
OTD
Relokasi perumahan dan Identifikasi pilihan-pilihan untuk relokasi rumah
pemukiman dan bangunan lain, termasuk rumah pengganti,

III – Hal. 10
LARAP Rencana Waduk Cipanas

ganti rugi secara konstan, dan kebebasan


memilih
Tetapkan langkah-langkah untuk membangu
pemindahan dan pemulihan di tempat baru
Tinjau pilihan-pilihan untuk membangun areal
relokasi kalau dibutuhkan, dengan
memperhatikan lokasi, mutu tempat dan
kebutuhan pembangunannya
Buat rencana untuk susunan, rancangan dan
prasarana sosial pada setiap lokasi baru
Tentukan cara mengamankan pendapatan dan
matapencaharian pemukim kembali
Tentukan langkah-langkah bari rencana integrasi
dengan masyarakat setempat
Identifikasi langkah-langkah khusus untuk
mengatasi maslah gender dan berkaitan dengan
kelompok rentan/ rawan
Identifikasi adanya dampak lingkungan dan
tunjukkan bagaimana hal ini dapat dikelola dan
dipantau
Strategi pemulihan pendapatan Identifikasi matapencaharian yang akan terkena
dampak
Rumuskan strategi pemulihan pendapatan
dengan pilihan-pilihan, untuk seluruh jenis mata
pencaharian
Uraikan peluang-peluang pekerjaan dalam suatu
rencana pencipataan lapangan kerja, termasuk
ketentuan-ketentuan untuk tunjangan
pendapatan, pelatihan kembali, usaha mandiri
dan ketentuan bagi pensiunan kalau diperlukan
Identifikasi adanya dampak lingkungan dan
tunjukkan bagaimana hal ini dapat dikelola dan
dipantau
Kerangka kelembagaan Tentukan tugas dan tanggungjawab utama dala
perencanaan, negosiasi, konsultasi,
pelaksanaan, pembiayaan, persetujuan,
koordinasi, pemantauan dan penilaian
pengadaan lahan dan pemukiman kembali
Kaji wewenang dan kemampuan instansi-instansi

III – Hal. 11
LARAP Rencana Waduk Cipanas

pengadaan lahan dan pemukiman kembali dalam


merencanakan dan mengeloka tugas ini
Sediakan bantuan untuk meningkatkan
kemampuan, termasuk bantuan teknis, kalau
perlu
Tentukan peran LSM kalau terlibat, dan
organisasi OTD dalam perencanaan dan
pengelolaan Larap
Anggaran dan pendanaan Identifikasi biaya pengadaan lahan dan biaya
pemukiman kembali pemukiman kembali
Sediakan anggaran tahunan dan tetapkan waktu
untuk mengeluarkan dana
Sebutkan sumber dana bagi seluruh kegiatan
pengadaan lahan dan pemukiman kembali
Jadwal pelaksanaan Susun jadwal yang menunjukkan tanggal dimulai
dan selesainya tugas-tugas utama pemukiman
kembali
Tunjukkan bagaimana OTD dibantu sebelum
pembongkaran dimulai
Pemantauan dan evaluasi Siapkan rencana untuk pemantauan internal
terhadap target pemukiman kembali,
menunjukkan indikator utama mengenai
kemajuan, mekanisme pelaporan dan
sumberdaya yang dibutuhkan
Susun rencana evaluasi dengan ketentuan
evaluasi dilakukan eksternal dan independen
terhadap tingkat pencapaian tujuan
kebijaksanaan
Sebutkan partisipasi OTD dalam pamantauan
dan evaluasi

3.4. PEMAHAMAN TERHADAP MAKSUD, TUJUAN DAN SASARAN

Sesuai dengan uraian yang telah dijelaskan dalam KAK, konsultan memahami
bahwa maksud dan tujuan dari studi Larap ini adalah untuk memperoleh data
mengenai kepemilikan tanah, bangunan, tanaman, dan informasi yang dibutuhkan
secara rinci dalam rangka pelaksanaan pembebasan lahan dan relokasi penduduk
di daerah rencana bendungan Rababaka Komplek serta antisipasi yang mungkin
timbul. Untuk mencapai tujuan ini maka kerangka rekomendasi yang telah ada,

III – Hal. 12
LARAP Rencana Waduk Cipanas

dijelaskan dalam sistem inventarisasi data untuk dikaji oleh setiap pihak yang
terkait.

Sementara sasaran yang hendak dicapai pada studi ini adalah terciptanya
keselarasan dan kesesuaian pelaksanaan bendungan Rababaka Komplek dengan
memperkecil dampak negatif yang timbul dari kegiatan pengadaan tanah dan
pemukiman kembali.

3.5. PEMAHAMAN TERHADAP LINGKUP KEGIATAN

Sesuai dengan uraian yang telah dijelaskan dalam KAK, konsultan memahami
bahwa lingkup kegiatan studi ini secara garis besar adalah sebagai berikut:
1. Mensosialisasikan rencana pengembangan Rababaka Komplek kepada
masyarakat terkena dampak melalui struktur masyarakat yang terkait, instansi
pelaksana, LSM dan organisasi masyarakat setempat, mengapa perlu
adanya pengadaan lahan dan pemukiman kembali.
2. Menginventarisir jumlah kepala keluarga dan jiwa yang terkena dampak,
termasuk inventarisasi atas harta kekayaan, hak milik lahan dan bangunan.
3. Melaksanakan pendataan tanah dan bangunan serta tanaman di atasnya.
4. Melakukan survei kadastral pada daerah rencana genangan
5. Melaksanakan koodinasi dengan aparat pemerintah setempat dan instansi
terkait
6. Melaksanakan koordinasi dan pendekatan dengan tokoh masyarakat yang
memiliki pengaruh pada masyarakat
7. Menginventarisir matapenaharian OTD beserta bentuk matapencahariannya
8. Melaksanakan sosialiasi kepada masyarakat setempat tentang funsi dan
manfaat bendungan Rababaka Komplek, serta rencana tempat relokasi
9. Menginventarisir dan menyusun permasalahan yang dihadapi berdasarkan
urgensi masyarakat
10. Melaksanakan survei dan inventarisasi sikap dan budaya masyarakat
setempat yang menghalangi dan mendukung kegiatan ini
11. Membuat prakiraan biaya yang diperlukan dalam pelaksanaan pembebasan
lahan dan rekolasi penduduk
12. Menyusun rekomendasi yang ada dengan skala prioritas
13. Menyusun skenario penyelesaian masalah yang timbul akibat relokasi
penduduk.

III – Hal. 13
LARAP Rencana Waduk Cipanas

3.6. LOKASI PROYEK

Lokasi kegiatan ini secara administratif meliputi wilayah Kecamatan Manggala dan
Kecamatan Woja, Kabupaten Dompu, Provinsi NTB.

3.7. JANGKA WAKTU PELAKSANAAN

Jangka waktu pelaksanaan yang diperlukan untuk menyelesaikan pekerjaan ini


adalah selama 180 (seratus delapan puluh) hari kalender terhitung sejak terbitnya
Surat Perintah Mulai Kerja (SPMK).

3.8. TENAGA YANG DIPERLUKAN

Dalam pelaksanaan pekerjaan ini membutuhkan tenaga ahli seperti dibawah ini:
 Team Leader,
 Tenaga Ahli
 Ahli Geodesi
 Ahli Kelembagaan dan Kebijakan Publik
 Ahli Konservasi Lahan
 Ahli Sosial Ekonomi dan Budaya
 Ahli Hokum Pertanahan
 Ahli Teknik Lingkungan
 Ahli Tata Ruang/ Planologi
 Ahli Teknik Sipil
 Tenaga Sub Ahli dan Tenaga Pendukung
- Ass. Ahli Geodesi
- Ass. Ahli Sosekbud
- Ass. Ahli Kelembagaan dan Kebijakan Publik
- Ass. Ahli Teknik Sipil
 Tenaga Pendukung
 Surveyor
 Drafman/ Operator CAD
 Operator Komputer
 Buruh Lapangan

III – Hal. 14
LARAP Rencana Waduk Cipanas

3.9. FORMAT LAPORAN

Laporan hasil studi selain berupa buku (hard cover), juga dibuat dalam bentuk 1
(satu) set CD yang bebas virus dengan menggunakan software Microsoft Word,
Microsoft Excel, Microsoft Power Point dan Gambar dalam CAD serta pendukung
lainnya yang digunakan.

Jenis pelaporan yang diminta oleh pihak proyek dapat dilihat pada tabel berikut :

1) Laporan Rencana Mutu Kontrak


Laporan ini memuat rencana kerja secara detail dan awal pekerjaan hingga akhir
pekerjaan dengan disertai check list dalam bentuk table.
Laporan ini merupakan media evaluasi dan monitoring yang efektif mengenai
realisasi pelaksanaan pekerjaan. Laporan ini dibuat dalam rangkap 10 (sepuluh)
dan harus diserahkan paling lambat 3 (tiga) minggu setelah SPMK diterbitkan.

III – Hal. 15
LARAP Rencana Waduk Cipanas

2) Laporan Bulanan
Laporan bulanan adalah laporan hasil pelaksanaan pekerjaan selama 1 (satu)
bulan pada bulan bersangkutan. Laporan bulanan dibuat 5 (lima) rangkap untuk
setiap bulannya dan serahkan kepada Direksi pekerjaan pada setiap akhir bulan
yang bersangkutan.
3) Laporan Pendahuluan
Laporan pendahuluan (inception report) berisikan uraian tentang pekerjan
persiapan, mobilisasi tenaga dan peralatan. identifikasi permasalahan dan
metodologi pelaksanaan pekerjaan guna memperoleh hasil yang optimal, rencana
pernecahan masalah yang ada, serta program pelaksanaan.
Inception report harus diserahkan kepada Direksi pekerjaan paling lambat 1 (satu)
bulan setelah SPMK diterbitkan dan dibuat 15 (lima belas) rangkap sebagai bahan
diskusi.
4) Laporan Interim
Laporan interim memuat alternative pemilihan sumber air hasil identifikasi potensi
dan permasalahan yang ada serta konsep sistem penyediaan air baku, laporan
interim harus sudah didiskusikan paling lambat 3 (tiga) bulan setelah SPMK
diterbitkan dibuat dalam rangkap 15 (lima belas) dan diserahkan setelah mendapat
persetujuan direksi pekerjaan.
5) Draf Final Report (Konsep Laporan Akhir/Sementara)
Draft final report memuat laporan semua analisa serta evaluasi, kesimpulan dan
rekomendasi sementara dari hasil pelaksanaan pekerjaan, dan diserahkan kepada
Direksi pekerjaan paling lambat pada minggu ke-2 bulan ke-6 setelah
diterbitkannya SPMK sebanyak 10 (sepuluh) rangkap sebagai bahan diskusi
dengan pihak-pihak lain yang terkait.
6) Final Report (Laporan Akhir)
Final report adalah merupakan hasil perbaikan dan penyempurnaan dari Draft Final
Report yang harus diserahkan kepada Direksi pekerjaan paling lambat 6 (lima)
bulan setelah diterbitkannya SPMK sebanyak 10 (sepuluh) rangkap untuk
didistribusikan kepada pihak-pihak yang terkait dan berkepentingan.
7) Laporan Penunjang
Laporan penunjang yang harus diserahkan kepada Pemberi Pekerjaan
adalah meliputi:
a. Executive Summary : 10 buku
b. Laporan Survei Sosial Ekonomi : 5 buku
c. Laporan Survei Kepemilikan Lahan : 5 buku

III – Hal. 16
LARAP Rencana Waduk Cipanas

d. Laporan Survey Pemetaan : 5 buku


e. Laporan Perencanaan Fasilitas dan Pembiayaan : 5 buku
f. Laoran Kajian Action Plan Lengka : 5 buku
g. Laporan Public Consultation Meeting : 5 buku
h. File dalam bentuk CD (2 buah)
i. Dokumentasi :
 Album Photo (3 set)
 CD Photo Digital (3 se)
j. Gambar-gambar perencanaan:
 Kalkir A1 (1 buku)
 Blue Print A1 (4 buku)
 Copy ukuran A3 (5 buku)
k. Buku data :
 Buku Data Tanah (10 buku)
 Buku Data OTD (10 buku)

III – Hal. 17

Anda mungkin juga menyukai