Anda di halaman 1dari 11

Penerapan Sistem Akad Mudharabah dalam Pembiayaan Pada Bank Syariah

Alviani Nurullita (1169210006)


Husein Saepul Insan (1169210019)
Revli Meyhendra Harbangkara (1169210029)
Tyas Justika Zachra Saviera (169210041)
Fakultas Syariah dan Hukum UIN SGD Bandung
ddrevli@gmail.com

ABSTRAK

Bank Islam merupakan suatu lembaga keuangan yang berfungsi sebagai organisasi
perantara antara masyarakat yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana
yang dalam menjalankan aktivitasnya harus sesuai dengan prinsip-prinsip Islam. Bank
syariah atau bank Islam juga berfungsi sebagai lembaga intermediasi yakni menghimpun
dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan kembali kepada masyarakat
yang membutuhkannya dalam bentuk fasilitas pembiayaan dalam rangka meningkatkan taraf
hidup rakyat. Selain bank syariah yang akhir-akhir ini banyak bermunculan di Indonesia,
banyak pula bermunculan lembaga-lembaga keuangan sejenis yang berprinsip syariah.
Diantaranya adalah Bank Syariah merupakan suatu usaha untuk memenuhi keinginan,
khususnya sebagian umat islam yang menginginkan jasa layanan lembaga keuangan syariah
dalam mengelola perekonomiannya.1

Salah satu pembiayaa yang sering digunakan dalam lembaga keuangan syariah adalah
mudharabah yang dianggap mampu menekan terjadinya inflasi karena tidak adanya ketetapan
bunga yang harus dibayarkan ke bank. Dan dapat merubah ranah kaum muslimin dalam
melakukan trasnsaksi perdagagan dan keuangan yang sejalan dengan prinsip syariah islam.
Dalam operasionalnya, pembiayaan mudharabah merupakan salah satu bentuk akad
pembiayaan yang akan diberikan kepada nasabahnya, sistem dari pembiayaan mudharabah
ini merupakan akad kerja sama usaha antara dua pihak, di mana pihak pertama menjadi
shahibul maal, dan pihak kedua menjadi pengelola atau mudharib, dan pada akhirnya

1
https://www.academia.edu/37314033/ANALISIS_AKAD_PEMBIAYAAN_MUDHARABAH_PADA_BMT_DALAM_MENI
NGKATKAN_PENDAPATAN_MASYARAKAT.docx
keuntungan akan dibagi sesuai dengan kesepakatan yang dilakukan di awal atau yang telah
tertuang dalam kontrak. 2

Kata kunci: Akad, Mudharabah, Pembiayaan.

A. LATAR BELAKANG

Pertumbuhan bank syariah di Indonesia saat ini sangat pesat, seiring dengan tumbuhnya
pemahaman masyarakat bahwa bunga (interest) dan modal yang hasilnya telah ditentukan di
muka (predetermined return) adalah merupakan riba yang dilarang oleh syariah Islam. Atas
dasar pemahaman seperti ini, maka sejak tahun 1950, telah banyak para cendikiawan muslim
dan teoritisi ekonomi Islam yang menghendaki keberadaan bank yang terbebas dari bunga
atau riba (Interest free banking).3 Lembaga perbankan merupakan salah satu lembaga
keuangan di Indonesia dijelaskan menurut Undang-Undang No. 7 Tahun 1992 jo. Undang-
Undang No. 10 Tahun 1998 tentang Perbankan dan Undang–Undang No. 23 Tahun 1999 jo.
Undang-Undang No. 3 Tahun 2004 tentang Bank Indonesia, bahwa lembaga perbankan
memiliki fungsi sebagai penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkan kembali dana
tersebut kepada masyarakat melalui kredit usaha.4

Bank merupakan lembaga keuangan yang mempunyai peranan yang sangat strategis
dalam menyerasikan dan mengembangkan stabilitas perekonomian nasional. Kegiatan utama
dari perbankan adalah menyerap dana dari masyarakat. Hal ini dikarenakan fungsi bank
yang utama adalah sebagai perantara (intermediary) pihak-pihak kelebihan dana (surplus of
funds) dan pihak yang memerlukan dana (luck of funds). Sebagai agent of development,
bank merupakan alat pemerintah dalam membangun perekonomian bangsa melalui
pembiayaan semua jenis usaha pembangunan, yaitu sebagai financial intermediary

2
https://www.academia.edu/37314033/ANALISIS_AKAD_PEMBIAYAAN_MUDHARABAH_PADA_BMT_DALAM_MENI
NGKATKAN_PENDAPATAN_MASYARAKAT.docx
3
Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, Studi Kritis dan Interprestasi Kontemporer tentang Riba dan Bunga,
Yogyakarta, Pustaka Pelajar ,Ctk. Pertama, 2003, hlm.2
4
Bagya Agung Prabowo, ‘Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis Terhadap Aplikasi Konsep
Akad Murabahah Di Indonesia Dan Malaysia)’, Jurnal Hukum Ius Quia Iustum, 16.1 (2009), 106–26
<https://doi.org/10.20885/iustum.vol16.iss1.art7>.
(perantara keuangan) yang memberikan kontribusi terhadap pendapatan Negara (Karim,
2001: 78).5

Sejak diberlakukannya Undang-Undang No 10 tahun 1998 tentang Perubahan atas


Undang-Undang No 7 Tahun 1992 (undang-undang tentang perbankan) , industri perbankan
di Indonesia berlaku sistem perbankan ganda (Dual Banking System) yakni system
perbankan konvensional atau pengganti bunga (yang disebut bank konvensional) dan sistem
perbankan bagi hasil atau akad-akad yang sesuai dengan prinsip syariah Islam (yang disebut
Bank Syariah). Munculnya Undang-Undang No 10 Tahun 1998 tentang Perubahan atas
Undang-Undang Nomor 7 tahun 1992 tentang perbankan ini mengakibatkan perubahan
dalam dunia perbankan yang memberikan peluang lebih besar bagi pengembangan
perbankan syariah.Hal ini terbukti dengan berkembangnya perbankan syariah dengan pesat.
Pada tahun- tahun terakhir ini perbankan syariah di Indonesia menunjukkan perkembangan
yang sangat pesat, baik dilihat dari jumlah pembukaan cabang baru, jenis usaha bank dan
volume kegiatan bank yang dilakukan. Tabel dibawah ini merupakan perkembangan jumlah
bank syariah di Indonesia:6

Tabel 1 :Jaringan Perkembangan Jumlah Bank Syariah di Indonesia

Tahun
Keterangan

2005 2006 2007 2008 2009 2010 Okt 2011

Bank UmumSyariah

- Jumlah Bank 3 3 3 5 6 11 11

- Jumlah Kantor 304 349 401 581 741 1215 1365

Unit Usaha Syariah

- Jumlah Bank 19 20 26 27 25 23 23

Umumkonvensional yang

5
DIMAS ARDIANSYAH, ‘IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN DENGAN AKAD MUDHARABAH (Studi Pada 3 Bank Syariah Di
Kota Malang)’, 2013.
6
ARDIANSYAH.
memiliki UUS

- Jumlah Kantor 154 183 196 241 287 262 327

Bank Perkreditan Rakyat

Syariah 92 105 114 131 138 150 154

- Jumlah Bank 92 105 185 202 225 286 362

- Jumlah Kantor

Total Kantor 550 637 782 1024 1223 1763 2054

Sumber: Laporan Direktorat Perbankan Syariah Bank Indonesia, Oktober 2011 7

Perkembangan bank syariah dalam 5 tahun terakhir mencapai rata-rata mencapai


46.32% (BI, 2009). Menurut data Statistik Perbankan Syariah per September 2011, telah
berdiri 11 BUS, 23 UUS dan 154 BPRS dengan jumlah jaringan kantor mencapai 2.011
kantor. Total asset dan DPK yang dimiliki mencapai masing-masing lebih dari 123 milyar
rupiah dan 97 milyar rupiah (BI, 2011). Berdasarkan survei Index Islamic Finance, dari 36
negara yang disurvei dalam Islamic Finance Country, Indonesia berada di peringkat 4, di
bawah Iran, Malaysia, dan Saudi Arabia. Bahkan, Indonesia di atas Bahrain dan Inggris
(Hadi Suprapto, 2011).8

Alasan utama masyarakat untuk menjadi nasabah bank syariah adalah alasan keagamaan
dan karena bank syariah menetapkan prinsip kemitraan melalui produk pembiayaan. Bagi
masyarakat yang memanfaatlkan produk dan jasa bank syariah, perilakunya dipengaruhi
oleh pertimbangan aksebilitas bank, keamanan dan pertimbangan pelayanan, sebagaimana
pertimbangan dalam memilih bank secara umum. Jenis produk bank syariah yang banyak
digunakan adalah produk penghimpunan dana, yaitu tabungan mudharabah, tabungan
wadiah dan deposito (mudharabah dan wadiah). Alasan yang mendasari kecenderungan ini
adalah sistem perhitungan lebih mudah dan adanya kepastian bagi kedua belah pihak

7
ARDIANSYAH.
8
Sepky Mardian, ‘Studi Eksplorasi Pengungkapan Penerapan Prinsip Syariah Di Bank Syariah’, Jurnal Sebi, 4.1
(2011), 1–12.
terhadap besarnya nilai margin yang disepakati Setiadi (2005) menyatakan terdapat banyak
pengaruh yang mendasari persepsi seseorang dalam mengambil keputusan. Persepsi
konsumen seringkali diawali dan dipengaruhi oleh banyaknya rangsangan (stimuli) dari luar
dirinya, baik berupa rangsangan internal maupun rangsangan eksternal yang lain. Pada
penelitian kali ini peneliti mengkaitkan antara penerapan pembiayaan dengan akad
mudharabah yang merupakan bagi hasil pengganti bunga yang diterapkan oleh Bank
Syariah, dengan persepsi nasabah dan juga masalah yang dihadapai oleh pihak bank dalam
menerapkan pembiayaan dengan akad mudharabah.9

B. KERANGKA TEORI

Akad

Pengertian akad dalam Kamus Besar bahasa Indonesia adalah janji, perjanjian, kontrak.
Akad secara bahasa adalah ikatan, mengikat. Dikatakan ikatan (al rabth) maksudnya adalah
menghimpun atau mengumpulkan dua ujung tali dan mengikatkan salah satunya pada yang
lainnya hingga keduanya bersambung dan menjadi seperti seutas tali yang satu.
Sebagaimana pengertian akad adalah perjanjian, istilah yang berhubungan dengan perjanjian
di dalam Al Qur’an setidaknya ada 2 istilah yaitu al ‘aqdu (akad) dan al ‘ahdu (janji). Istilah
al ‘ aqdu terdapat dalam Surat Al Maidah ayat 1, bahwa dalam ayat ini ada kata bil’uqud
dimana terbentuk dari huruf jar ba dan kata al ‘uqud atau bentuk jamak taksir dari kata al
‘aqdu yang oleh tim penerjemah Departemen Agama RI di artikan perjanjian (akad).
Sedangkan kata al ‘ahdu terdapat dalam Surat Ali Imron, bahwa dalam surat ini ada kata
bi’ahdihi dimana terbentuk dari huruf jar bi, kata al’ahdi dan hi yakni dhomir atau kata ganti
dalam hal ini yang kita bahas kata al ‘ahdi oleh tim penerjemah Departemen Agama RI
diartikan janji. Menurut Rodoni (2008), istilah al’ aqdu ini dapat disamakan dengan istilah
verbintenis dalam KUH Perdata. Sedangkan istilah al ‘ahdu bisa disamakan dengan istilah
perjanjian atau overeenkomst, yaitu suatu pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan atau
tidak mengerjakan sesuatu yang tidak berkaitan dengan orang lain. Kesepakatan Ahli
Hukum Islam (Jumhur Ulama) mendefinisikan akad adalah suatu perikatan antara ijab dan

9
ARDIANSYAH.
qobul dengan cara yang dibenarkan syar’i yang menetapkan adanya akibat-akibat hukum
pada obyeknya.10

Mudharabah

Pengertian dari segi etimologi (bahasa) Mudharabah adalah suatu perumpamaan (ibarat)
seseorang yang memberikan (menyerahkan) harta benda (modal) kepada orang lain agar
digunakan perdagangan yang menghasilkan keuntungan bersama dengan syarat-syarat
tertentu dan jika rugi maka kerugian di tanggung pemilik modal. Dilihat dari asal usul kata,
Mudharabah menurut pendapat Ulama Nahwu Bashroh berasal dari kata Dharb atau
mashdarnya, karena Ulama Nahwu Bashroh berpendapat bahwa lafadz-lafadz yang
Mutashorif berasal dari Mashdar. Sedangkan menurut Ulama Nahwu Kuffah, Dharb berasal
dari kata Dharaba karena menurut Ulama Nahwu Kuffah bahwa lafadz-lafadz yang
Mutashorif berasal dari fi’il madhi. Proses kejadian kata ini menurut ilmu sharaf bahwa kata
mudharabah adalah waqaf dari mudharabatan dimana sebagai masdar dari dhaaraba
yudhaaribu mudharabatan, sesuai Kaidah Tata Bahasa Arab bahwa lafadz yang fi’il
madhinya berwazan faa’ala maka mashdarnya fiaa’lan dan mufaa’alatan. Menurut
Muhammad (2005) Mudharabah berasal dari kata dharb, berarti memukul atau berjalan.
Pengertian memukul atau berjalan ini lebih tepatnya adalah proses seseorang memukulkan
kakinya dalam menjalankan usaha. Kata Mudharabah ini mempunyai beberapa sinonim,
yaitu muqaradhah, qiradh,atau muamalah. Masyarakat Irak menggunakannya dengan istilah
mudharabah atau kadang kala juga muamalah, masyarakat Islam Madinah atau wilayah hijaz
lainnya menyebutnya dengan muqaradhah atau qiradh. Dalam Fiqh muamalah, definisi
terminologi (istilah) bagi mudharabah diungkapkan secara bermacam-macam. Diantaranya
menurut Madzhab Hanafi, mudharabah didefinisikan suatu perjanjian untuk bersero di
dalam keuntungan dengan capital (modal) dari salah satu pihak dan skill (keahlian) dari
pihak yang lain. Sementara Madzhab Maliki mendifinisikan mudharabah sebagai
penyerahan uang di muka oleh pemilik modal dalam jumlah yang ditentukan kepada seorang
yang akan menjalankan usaha dengan uang itu dengan imbalan sebagian dari
keuntungannya. Madzhab Syafi’i mendifinisikan mudharabah bahwa pemilik modal
menyerahkan sejumlah uang kepada pengusaha untuk dijalankan dalam suatu usaha dagang

10
ARDIANSYAH.
dengan keuntungan menjadi milik bersama antara keduanya. Sedangkan Madzhab Hambali
mendefinisikan mudharabah dengan pengertian penyerahan suatu barang atau sejenisnya
dalam jumlah yang jelas dan tertentu kepada orang yang mengusahakannya dengan
mendapatkan bagian tertentu dari keuntungannya.11

Dari beberapa definisi sebenarnya secara global dapat di pahami dan dapat kita
simpulkan bahwa Mudharabah adalah kontrak antara dua pihak dimana satu pihak yang di
sebut investor (rab al mal) mempercayakan modal atau uang kepada pihak kedua yang di
sebut mudharib (pengusaha/skill man) untuk menjalankan usaha niaga. Mudharib
menyumbangkan tenaga, ketrampilan dan waktunya dan mengelola perseroan mereka sesuai
dengan syarat-syarat kontrak. Salah satu ciri utama dari kontrak ini adalah bahwa
keuntungan (profit) jika ada akan di bagi antara investor dan mudharib berdasarkan proporsi
yang telah di sepakati sebelumnya. Kerugian jika ada akan di tanggung sendiri oleh si
investor. Secara teknis, al-mudharabah adalah akad kerja sama usaha antara dua pihak
dimana pihak pertama (shohibul maal) menyediakan seluruh modal, sedangkan pihak
lainnya menjadi pengelola. Keuntungan usaha secara mudharabah dibagi menurut
kesepakatan yang dituangkan dalam kontrak, sedangkan apabila rugi ditanggung oleh
pemilik modal selama kerugian itu diakibatkan bukan akibat kelalain si pengelola.
Seandainya kerugian itu diakibatkan karena kecurangan atau kelalaian si pengelola, maka
dia harus bertanggung jawab atas kerugian tersebut.12

Nisbah Keuntungan

Menurut Karim (2006: 206), penentuan nisbah didasarkan pada:

a. Prosentase, nisbah keuntungan yang harus dinyatakan dalam bentuk prosentase antara
kedua belah pihak, bukan dinyatakan dalam nilai nominal.

b. Bagi Untung dan Bagi Rugi, ketentuan itu merupakan konsekuensi logis dari karakteristik
akad mudharabah itu sendiri, yang tergolong kedalam kontrak investasi (natural uncertainty
contracs). Dalam kontrak ini return tergantung kepada kinerja sektor riilnya, bila laba
bisnisnya besar kedua belah pihak mendapat bagian yang besar pula akan tetapi bila labanya

11
ARDIANSYAH.
12
ARDIANSYAH.
kecil maka bagiannya kecil juga, jadi filosofi ini hanya dapat berjalan jika nisbah laba
ditentukan dalam bentuk prosentase, bukan dalam bentuk nominal.

c. Jaminan, tujuan pengenaan jaminan dalam akad mudharabah adalah untuk menghindari
moral hazard mudharib bukan untuk “mengamankan” nilai investasi kita jika terjadi
kerugian karena faktor risiko binis. Tegasnya bila kerugian yang timbul disebabkan karena
faktor risiko bisnis, jaminan mudharib tidak dapat disita oleh shohibul maal.

d. Menentukan Besarnya Nisbah, besarnya nisbah ditentukan berdasarkan kesepakatan


masing-masing pihak yang berkontrak. Jadi, angka besaran nisbah ini muncul sebagi hasil
tawar menawar antara shohibul maal dengan mudharib.

e. Cara Menyelesaikan Kerugian. Jika terjadi kerugian, cara menyelesaikannya adalah:

1. Diambil terlebih dahulu dari keuntungan, karena keuntungan merupakan pelindung


modal.

2. Bila kerugian melebihi keuntungan, baru diambil dari pokok modal.13

Pembiayaan

Pembiayaan ( financing) yaitu pendanaan yang diberikan oleh suatu pihak kepada pihak
lain untuk mendukung investasi yang telah direncanakan, baik dilakukan sendiri maupun
lembaga atau dengan kata lain pembiayaan adalah pendanan yang dikeluarkan untuk
mendukung investasi yang telah direncanakan. (Muhammad, 2005: 17). Sedangkan dalam
(Arthesa, 2006: 102) Pembiayaan adalah penyediaan uang atau tagihan yang dapat
dipersamakan dengan itu, berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan
pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan
tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil. Pembiayaan
merupakan salah satu tugas pokok lembaga keuangan yaitu pemberian fasilitas penyediaan
dana untuk memenuhi kebutuhan pihak- pihak yang merupakan defisit unit. (Arthesa, 2006:
113). Sedangkan menurut undang-undang perbankan nomor 10 tahun 1998, pembiayaan

13
ARDIANSYAH.
adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu, berdasarkan
persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan nasabah yang mewajibkan nasabah untuk
mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan
atau bagi hasil.14

Gambar 1: Jenis-Jenis Pembiayaan15

Pembiayaan

Konsumtif Produktif

Modal Kerja
Investasi

Sumber: Antonio, 2001: 161

C. KESIMPULAN DAN SARAN

Sesuai dengan prinsip mudharabah, LKS sebagai penyedia dana menanggung semua
kerugian akibat dari mudharabah kecuali jika mudharib (nasabah) melakukan kesalahan
yang disengaja, lalai, atau menyalahi perjanjian. Begitu juga dengan jaminan. Begitu juga
dengan jaminan, dalam pembiayaan mudharabah pada prinsipnya tidak ada jaminan.

14
ARDIANSYAH.
15
ARDIANSYAH.
Namun, agar mudharibtidak melakukan penyimpangan, LKS dapat meminta jaimnan dari
mudharib. Jaminan ini dapat dicairkan apabila mudharib terbukti melakukan pelanggaran
terhadap hal-hal yang telah disepakati bersama dalam akad.

Mudharabah secara fiqh yang dikenal dengan mudharabah klasik dipandang oleh
perbankan syariah sebagai investasi yang beresiko tinggi, karena dana yang disalurkan 100%
dari pihak bank kepada nasabah. Mudharabah seperti ini sulit diterapkan bank syariah
kepada nasabah secara individu. Oleh karena itu, bank syariah lebih cenderung menyalurkan
danya kepada lembaga keuangan mikro seperti BMT dan KOPERASI.16

16
https://www.kompasiana.com/fayizz/5af530feab12ae4aaf47ed62/penerapan-akad-mudharabah-dalam-konteks-
lembaga-keuangan-syariah
DAFTAR PUSTAKA

Abdullah Saeed, Bank Islam dan Bunga, Studi Kritis dan Interprestasi Kontemporer tentang Riba
dan Bunga, Yogyakarta, Pustaka Pelajar ,Ctk. Pertama, 2003, hlm.2

ARDIANSYAH, DIMAS, ‘IMPLEMENTASI PEMBIAYAAN DENGAN AKAD


MUDHARABAH (Studi Pada 3 Bank Syariah Di Kota Malang)’, 2013

Mardian, Sepky, ‘Studi Eksplorasi Pengungkapan Penerapan Prinsip Syariah Di Bank Syariah’,
Jurnal Sebi, 4 (2011), 1–12

Prabowo, Bagya Agung, ‘Konsep Akad Murabahah Pada Perbankan Syariah (Analisa Kritis
Terhadap Aplikasi Konsep Akad Murabahah Di Indonesia Dan Malaysia)’, Jurnal Hukum
Ius Quia Iustum, 16 (2009), 106–26 <https://doi.org/10.20885/iustum.vol16.iss1.art7>

https://www.academia.edu/37314033/ANALISIS_AKAD_PEMBIAYAAN_MUDHARABAH_P
ADA_BMT_DALAM_MENINGKATKAN_PENDAPATAN_MASYARAKAT.docx

https://www.kompasiana.com/fayizz/5af530feab12ae4aaf47ed62/penerapan-akad-mudharabah-
dalam-konteks-lembaga-keuangan-syariah

Anda mungkin juga menyukai