Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Di Indonesia jumlah penderita katarak tiap tahun meningkat, bertambah
210.000 orang pertahun, 16% diantaranya berada pada usia produktif. Angka kejadian
katarak dan angka pertumbuhan katarak pertahun 0,1% dari jumlah penduduk.
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Katarak kebanyakan muncul pada usia lanjut. Data statistik menunjukkan
bahwa lebih dari 90% orang berusia di atas 65 tahun menderita katarak. Sekitar 550%
orang berusia 75-85 tahun daya penglihatannya berkurang akibat katarak.
Pengobatan terhadap katarak adalah pembedahan. Pembedahan dilakukan
apabila tajam penglihatan sudah menurun sedemikian rupa sehingga mengganggu
pekerjaan sehari-hari, atau bila katarak ini menimbulkan penyulit seperti glaukoma
dan uveitis. Apabila diindikasikan pembedahan, maka ekstraksi lensa akan secara
definitif memperbaiki ketajaman penglihatan pada lebih 90%. Sisanya 10% pasien
mungkin telah mengalami penyulit pasca bedah serius, misalnya glaukoma, ablasio
retina, perdarahan corpus vitreum, infeksi, atau pertumbuhan epitel ke bawah (ke arah
kamera interior) yang menghambat pemulihan visus. Lensa intraocular dan lensa
kontak kornea menyebabkan penyesuaian setelah operasi katarak menjadi lebih
mudah, dibandingkan pemakaian kacamata katarak yang tebal

B. Rumusan Masalah
a. Apa yang dimaksud dengan Katarak dan bagaimana penyebabnya ?
b. Bagaimana patofisiologi terjadinya katarak ?
c. Bagaimana komplikasi dan penatalaksanaan pasien dengan katarak ?
d. Bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan katarak ?

C. Tujuan
a. Mengetahui apa itu katarak dan penyebab katarak
b. Mengetahui bagaimana patofisiologi katarak
c. Mengetahui bagaimana komplikasi dan penatalaksanaan pasien dengan katarak
d. Mengetahui bagaimana proses asuhan keperawatan pada klien dengan katarak
BAB II
PEMBAHASAN

A. Konsep Dasar Teori

Anatomi Mata
Lensa yang normal adalah struktur posterior iris yang jernih, transparan,
berbentuk seperti kancing baju, mempunyai kekuatan refraksi yang besar. Lensa
mengandung tiga komponen anatomis. Pada zona sentral terdapat nukleus, di perifer
ada korteks, dan yang mengelilingi keduanya adalah kapsula anterior dan
posterior. Dengan bertambahnya usia, nukleus mengalami perubahan warna menjadi
coklat kekuningan . Di sekitar opasitas terdapat densitas seperti duri di anterior dan
poterior nukleus. Opasitaspada kapsul poterior merupakan bentuk aktarak yang paling
bermakna seperti kristal salju.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Perubahan dalam serabut halus multipel (zonula) yang memaenjang dari
badan silier ke sekitar daerah di luar lensa. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat
menyebabkan koagulasi, sehingga mengabutkan pandangan dengan menghambat
jalannya cahaya ke retina. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa
normal disertai influks air ke dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang
tegang dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peran dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang
menderita katarak. Katarak bisa terjaadi bilateral, dapat disebabkan oleh kejadian
trauma atau sistemis (diabetes) tetapi paling sering karena adanya proses penuaan yang
normal. Faktor yang paling sering berperan dalam terjadinya katarak meliputi radiasi
sinar UV, obat-obatan, alkohol, merokok, dan asupan vitamin anti oksidan yang kurang
dalam jangka waktu yang lama.

B. Pengertian
Katarak berasal dari bahasa Yunani Katarrhakies, bahasa Inggris Cataract,
dan Latin Cataracta yang berarti air terjun. Dalam bahasa Indonesia disebut bular
dimana penglihatan seperti tertutup air terjun akibat lensa yang keruh. Katarak adalah
setiap keadaan kekeruhan pada lensa yang dapat terjadi akibat hidrasi (penambahan
cairan) lensa, denaturasi protein lensa atau akibat kedua-duanya.
Katarak adalah proses terjadinya opasitas secara progresif pada lensa atau
kapsul lensa, umumnya akibat dari proses penuaan yang terjadi pada semua orang
lebih dari 65 tahun (Marilynn Doengoes, dkk. 2011).
Katarak adalah opasitas lensa kristalina yang normalnya jernih. Biasanya
terjadi akibat proses penuaan dapat timbul pada saat kelahiran (katarak congenital).
Dapat juga berhubungan dengan trauma mata tajam maupun tumpul, penggunaan
kortikosteroid jangka panjang, penyakit sistemis seperti diabetes mellitus atau
hipoparatiroidisme, pemejanan radiasi, pemajanan yang lama sinar mata hari (sinar
ultra violet), atau kelainan mata lain seperti uveitis anterior. (Brunner & suddart,
2012)

C. Etiologi
Sebagian besar katarak terjadi karena proses degeneratif atau bertambahnya usia
seseorang. Usia rata-rata terjadinya katarak adalah pada umur 60 tahun keatas. Akan
tetapi, katarak dapat pula terjadi pada bayi karena sang ibu terinfeksi virus pada saat
hamil muda.
Penyebab katarak lainnya meliputi:
a) Faktor keturunan.
b) Cacat bawaan sejak lahir.
c) Masalah kesehatan, misalnya diabetes.
d) Penggunaan obat tertentu, khususnya steroid.
e) Gangguan metabolisme seperti DM (Diabetus Melitus)
f) Gangguan pertumbuhan,
g) Mata tanpa pelindung terkena sinar matahari dalam waktu yang cukup lama.
h) Rokok dan Alkohol
i) Operasi mata sebelumnya.
j) Trauma (kecelakaan) pada mata.
k) Faktor-faktor lainya yang belum diketahui

D. Patofisiologi
Lensa mata mengandung tiga komponen anatomis: nucleus, korteks dan kapsul.
Nukleus mengalami perubahan warna coklat kekuningan seiring dengan
bertambahnya usia. Disekitar opasitas terdapat densitas seperti duri dianterior dan
posterior nukleus. Opasitas pada kapsul posterior merupakan bentuk katarak yang
paling bermakna. Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya
transparansi. Salah satu teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi
disertai infulks air kedalam lensa proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang
dan mengganggu transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim
mempunyai peranan dalam melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan
menurun dengan bertambahnya usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien menderita
katarak.
Perubahan fisik dan kimia dalam lensa mengakibatkan hilangnya transparasi.
Perubahan pada serabut halus multipel (zunula) yang memanjangdari badan silier
sekitar daerah di luar lensa, misalnya, dapat menyebabkan penglihatan mengalami
distorsi. Perubahan kimia dalam protein lensa dapat menyebabkan kogulasi, sehingga
mengabutkan pandangan dengan menghambat jalannya cahaya ke retina. Salah satu
teori menyebutkan terputusnya protein lensa normal terjadi disertai influks air ke
dalam lensa. Proses ini mematahkan serabut lensa yang tegang dan mengganggu
transmisi sinar. Teori lain mengatakan bahwa suatu enzim mempunyai peran dalam
melindungi lensa dari degenerasi. Jumlah enzim akan menurun denga bertambahnya
usia dan tidak ada pada kebanyakan pasien yang menderita katarak.

Katarak biasanya terjadi bilateral, namun mempunyai kecepatan yang berbeda.


Dapat disebabkan oleh kejadian trauma maupun sistemis, seperti diabetes, namun
sebenarnya merupakan konsekwensi dari proses penuaan yang normal. Kebanyakan
katarak berkembang secara kronik dan “matang” ketika orang memasuki dekadeke
tujuh. Katarak dapat bersifat kongenital dan harus diidentifikasi awal, karena bila
tidak terdiagnosa dapat menyebabkan ambliopia dan kehilangan penglihatan
permanen. Faktor yang paling sering yang berperan dalam terjadinya katarak meliputi
radiasi sinar ultraviolet B, obat-obatan, alkohol, merokok, diabetes, dan asupan
vitamin antioksidan yang kurang dalam jangka waktu lama.

E. Manifestasi Klinis
Biasanya gejala berupa keluhan penurunan tajam pengelihatan secara progresif
(seperti rabun jauh memburuk secara progresif). Pengelihatan seakan-akan melihat
asap dan pupil mata seakan akan bertambah putih. Pada akhirnya apabila katarak telah
matang pupil akan tampak benar-benar putih ,sehingga refleks cahaya pada mata
menjadi negatif (-). Bila Katarak dibiarkan maka akan mengganggu penglihatan dan
akan dapat menimbulkan komplikasi berupa glaukoma dan uveitis.
Gejala umum gangguan katarak meliputi :
a) Penglihatan tidak jelas, seperti terdapat kabut menghalangi objek
b) Peka terhadap sinar atau cahaya
c) Dapat melihat dobel pada satu mata
d) Memerlukan pencahayaan yang terang untuk dapat membaca
e) Lensa mata berubah menjadi buram seperti kaca susu

F. Klasifikasi
1. Katarak dapat diklasifikasikan dalam golongan berikut :
a) Katarak perkembangan (developmenta!) dan degeneratif.
b) Katarak kongenital, juvenil, dan senil.
c) Katarak komplikata.
d) Katarak traumatik.
2. Berdasarkan penyebabnya, katarak dapat di bagi dalam :
a) Katarak kongenital, katarak yang terlihat pada usia di bawah 1 tahun
- Katarak kongenital merupakan kekeruhan lensa yang didapatkan sejak
lahir, dan terjadi akibat gangguan perkembangan embrio intrauterin.
Biasanya kelainan ini tidak meluas mengenai seluruh lensa
- Letak kekeruhan sangat tergantung pada saat terjadinya gangguan
metabolisme serat lensa
- Katarak kongenital yang terjadi sejak perkembangan serat lensa terlihat
segera setelah bayi Iahir sampai berusia 1 tahun
- Katarak ini terjadi karena gangguan metabolisme serat-serat lensa pada
saat pembentukan serat lensa akibat infeksi virus atau gangguan
metabolisme jaringan lensa pada saat bayi masih di dalam kandungan, dan
gangguan metabolisme oksigen
- Pada bayi dengan katarak kongenital akan terlihat bercak putih di depan
pupil yang disebut sebagai leukokoria (pupil berwarna putih).
- Setiap bayi dengan leukokoria sebaiknya dipikirkan diagnosis bandingnya
seperti retinoblastorrma, endoftalmitis, fibroplasi retrolental, hiperplastik
vitreus primer, dan miopia tinggi di samping katarak sendiri
- Katarak kongenital merupakan katarak perkembangan sehingga sel-sel
atau serat lensa masih muda dan berkonsistensi cair.
- Umumnya tindakan bedah dilakukan dengan disisio lentis atau ekstraksi
linear.
- Tindakan bedah biasanya dilakukan pada usia 2 bulah untuk mencegah
ambliopia eks-anopsia.
- Pasca bedah pasien memerlukan koreksi untuk kelainan refraksi matanya
yang telah menjadi afakia
b) Katarak juvenil, katarak yang terlihat pada usia di atas 1 tahun dan di bawah
40 tahun
- Katarak juvenil yang terlihat setelah usia 1 tahun  lanjutan katarak
kongenital yang makin nyata,
- Penyulit penyakit lain, katarak komplikata, yang dapat terjadi akibat
penyakit lokal pada satu mata, seperti akibat uveitis anterior. glaukoma,
ablasi retina, miopia tinggi, ftisis bulbi, yang mengenai satu mata, penyakit
sistemik, seperti diabetes, hipoparatiroid, dan akibat trauma tumpul.
- Biasanya katarak juvenil ini merupakan katarak yang didapat dan banyak
dipengaruhi oleh beberapa faktor
c) Katarak presenil, yaltu katarak sesudah usia 30 - 40 tahun
- Katarak presenil biasanya mulai pada usia 50 tahun, kecuali bila disertai
dengan penyakit lainnya seperti diabetes melitus yang akan terjadi lebih
cepat.
- Kedua mata dapat terlihat dengan derajat kekeruhan yang sama ataupun
berbeda.
- Proses degenerasi pada lensa dapat terlihat pada beberapa stadium katarak
senil.
- Pada katarak presenil akan terjadi degenerasi lensa secara perlahan-lahan.
- Tajam penglihatan akan menurun secara berangsur-angsur.
- Katarak presenil merupakan katarak yang terjadi akibat terjadinya
degenerasi serat lensa karena proses penuaan
d) Katarak senil, yaitu katarak yang mulai terjadi pada usia lebih dari 40 tahun
e) Katarak komplikata, terjadi sebagai akibat langsung dari penyakit intraokuler,
misalnya akibat uveitis, glaukoma, retinitis pigmentossa & ablatio retinae.
Biasanya bersifat unilateral & prognosis tidak sebaik katarak senilis.
- Katarak komplikata terjadi akibat gangguan keseimbangan susunan sel
lensa oleh faktor fisik atau kimiawi sehingga terjadi gangguan kejernihan
lensa.
- Katarak komplikata dapat terjadi akibat iridosiklitis, koroiditis, miopia
tinggi, ablasio retina, dan glaukoma.
- Katarak komplikata dapat terjadi akibat kelainan sistemik yang akan
mengenai kedua mata atau kelainan lokal yang akan mengenai satu mata
f) Katarak Trauma: Katarak yang terjadi akibat trauma pada lensa mata

G. Pemeriksaan Diagnostik
a) Keratometri
b) Pemeriksaan lampu slit
c) Oftalmoskopis
d) A-scan ultrasound (echography)
e) Hitung sel endotel sangat berguna sebagai alat diagnostik, khususnya bila
dipertimbangkan akan dilakukan pembedahan. Dengan hitung sel endotel 2000
sel/mm3, pasien ini merupakan kandidat yang baik untuk dilakukan
fakoemulsifikasi dan implantasi IOL.

H. Penatalaksanaan
Bila penglihatan dapat dikoreksi dengan dilator pupil dan refraksi kuat sampai ke titik
di mana pasien melakukan aktivitas sehari-hari, maka penanganan biasanya
konservatif. Pembedahan diindikasikan bagi mereka yang memerlukan penglihatan
akut untuk bekerja ataupun keamanan. Biasanya diindikasikan bila koreksi tajam
penglihatan yang terbaik yang dapat dicapai adalah 20/50 atau lebih buruk lagi bila
ketajaman pandang mempengaruhi keamanan atau kualitas hidup, atau bila visualisasi
segmen posterior sangat perlu untuk mengevaluasi perkembangan berbagai penyakit
retina atau sarf optikus, seperti diabetes dan glaukoma.
Ada 2 macam teknik pembedahan :
1. Ekstraksi katarak intrakapsuler Adalah pengangkatan seluruh lensa sebagai satu
kesatuan.
2. Ekstraksi katarak ekstrakapsuler Merupakan tehnik yang lebih disukai dan
mencapai sampai 98 % pembedahan katarak. Mikroskop digunakan untuk melihat
struktur mata selama pembedahan.

I. Komplikasi
Ambliopia sensori, penyulit yg terjadi berupa visus tidak akan mencapai 5/5.
Komplikasi yang terjadi yaitu nistagmus dan strabismus.
DAFTAR PUSTAKA

Anonim A. (2011) Asuhan kepeperawatan Secara holistic Pada Pasien Pasca Operasi

Katarak.

Anonim B. (Agustus 2011) Perawatan dan pedoman Pencegahan Komplikasi Post Operasi

Katarak dan Perawatan Dirumah.

Anonim C. (2009) Pedoman Perawatan Pasien Post Operasi Katarak Dan Gangguan Pada

Sistem Indra (Mata Jendela Hati).

Carpenito L, Juall. (2011) Buku Saku Diagnosa keperawatan (terjemahan) EGC. Jakarta.

Doengoes, M. E. Moorhouse, Mf. Geissler. A. C. (2000) Rencana Asuhan Keperawatan

Pedoman Untuk Perancanaan dan Pendokumentasian perawatan Pasien (terjemahan) Edisi

3, EGC. Jakarta.

Mansjoer Arif, dkk. (2008). Kapita Selekta Kedokteran Jilid III. EGC. Jakarta

Sjamsuhidajat, R. Jong. Wd. (2011) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 2

(terjemahan) EGC. Jakarta.

Smeltzer S. C. B. G. (2015) Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner and Suddarth

(terjemahan) Vol 3. EGC. Jakarta.

Soeparman, dkk. (2011) Ilmu Penyakit Dalam Jilid II. Balai Penerbit FKUI, Jakarta

Anda mungkin juga menyukai