Anda di halaman 1dari 26

MAKALAH KIMIA KLINIK

“SEDIMEN URINE”

OLEH:
ERIN SYAHRANI AR
POO41017062
II.B

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KENDARI
JURUSAN ANALIS KESEHATAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan anugrah dari-
Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “SEDIMEN URINE”. Sholawat
dan salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan besar kita, Nabi
Muhammad SAW yang telah menunjukkan kepada kita semua jalan yang lurus
berupa ajaran agama islam yang sempurna dan menjadi anugrah terbesar bagi
seluruh alam semesta.

Disamping itu, kami mengucapkan banyak terimakasih kepada semua


pihak yang telah membantu kamu selama pembuatan makalan ini berlangsung
sehingga dapat menyelesaikan makalah ini.

Demikian yang dapat saya sampaikan, semoga makalah ini dapat bermanfa
at bagi para pembaca.Kami mengharapkan kritik dan saran terhadap makalah ini
agar kedepannya dapat kami perbaiki.Karena kami sadar, makalah yang kami buat
ini masih banyak terdapat kekurangannya.

Kendari, 23 Januari 2018

Penyusun
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
1.2 Rumusan Masalah
1.3 Tujuan
BAB II
PEMBAHSAN
2.1 Urinalisis
2.2 Pemeriksaan Makroskopik, Kimia Urin, Dan Mikroskopik
a. Pemeriksaan makroskopik
b. Pemeriksaan kimia
c. Pemeriksaan mikroskopik (sedimen urin )
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Urin atau bisa juga disebut sebagai air seni atau air kencing adalah
cairan sisa darihasil metabolisme tubuh yang di ekskresikan oleh ginjal yang
kemudian akan dikeluarkandari dalam tubuh melalui prosesurinasi. Eksreksi
urin diperlukan untuk membuangmolekul-molekul sisa dalam darah yang
disaring oleh ginjal dan untuk menjaga homeostasis cairan tubuh. Urin
disaring di dalam ginjal, dibawa melalui ureter menujukandung kemih,
akhirnya dibuang keluar tubuh melalui uretra.

Sitem urinaria terdiri dari ginjal, ureter, kandung kemih, dan uretra.
Sistem inimempertahankan homeostasis dengan menghasilkan urine yang
merupakan hasil sisametabolisme (Soewolo, 2003). Ginjal yang
mempertahankan susunan kimia cairan tubuhmelalui beberapa proses, yaitu:
1. Filtrasi Glomerular, yaitu filtrasi plasma darah oleh Glomerulus
2. Reabsorpsi tubular, melakukan reabsorpsi (absorpsi kembali) secara
selektif zat-zatseperti garam, air, gula sederhana, asam amino dari tubulus
ginjal ke kapiler peritubular.
3. Sekresi peritubular, sekresi zat- zat dari kapiler darah ke dalam lumen
tubulus, proses sekresi ini mengikutsertakan penahanan kalium, asam
urat, amino organic danion hydrogen, yang berfungsi untuk memperbaiki
komponen buffer darah danmengeluarkan zat- zat yang mungkin
merugikan.

Fungsi utama urin adalah untuk membuang zat sisa seperti racun atau
obat-obatan daridalam tubuh. Anggapan umum bahwa urin adalah zat yang
kotor. Hal ini berkaitandengan adanya zat sisa metabolisme tubuh yang harus
dibuang karena zat sisa tersebutakan menimbulkan racun dalam tubuh
jika tidak dibuang.Urin tidak hanya merupakan cairan buangan hasil
metabolisme yang harus dibuangkarena merupakan cairan tidak berguna,
namun urin juga bisa digunakan untukmendeteksi adanya suatu penyakit atau
infeksi yang terjadi dalam tubuh seseorangmisalnya seseorang tersebut
menderita suatu penyakit di area genitalia atau infeksisaluran kemih maka
pada pemeriksaan urin akan ditemukan mikroorganisme yangmenyebabkan
infeksi tesebut. Dalam urin terdapat mikroorganisme karena pada
organgenitalia, saluran kemih terdapat flora normal di dalamnya namun jika
terjadi suatuinfeksi, maka dapat dipastikan bahwa ada flora lain yang
menyebabkan infelsi tersebut.Diagnosa penyakit tidak hanya bisa ditentukan
dengan adanya mikroorganisme,namun juga bisa ditentukan dengan
ditemukannya senyawa-senyawa yang ada dalamurin. Senyawa-senyawa
tersebut akan diputuskan sebagai diagnostik suatu penyakit jikakadarnya
dalam urin berlebihan

Pemeriksaan urin dalam mengindikasikan beberapa penyakit sangat


penting. pemeriksaan urin tidak hanya dapat memberikan fakta-fakta tentang
ginjal dan saluran urin tetapi juga mengenai faal berbagai organ dalam
beberapa tubuh seperti hati, saluran empedu, pankreas dan korteks adrenal.

Jika kita melakukan urinalisis dengan memakai urin kumpulan 24 jam


pada seseorang ternyata susunan urin itu tidak berbeda dari susunan urin 24
jam berikutnya. Akan tetapi jika kita melakukan pemeriksaan dengan sampel
urin dari orang tersebut pada saat tidak menentu, maka akan kita lihat susunan
sampel urin dapat berbeda jauh. Itu sebabnya sangat penting memilih sampel
urin sesuai dengan tujuan pemeriksaan. Oleh karena pada pemerikasaan urin
dapat dideteksi berbagai macam penyakit maka sangat penting dilakukan
percobaan urinalisis.
1.2 Rumusan Masalah
1) Agar mengetahui apa itu urinalisis
2) Agar mengetahui pemeriksaan makroskopik
3) Agar mengetahui pemeriksaan kimia urine
4) Agar mengetahui pemeriksaan mikroskopik (sedimen urine )

1.3 Tujuan
Untuk mengetahui bagaimana pemeriksaan mikroskopis, kimia dan
makroskopis dalam urinalisis dan kita juga bisa mengetahui tentang sedimen urine
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 URINALISIS

Urinalisis adalah suatu tes yang dilakukan pada urine pasien untuk
tujuan diagnosa infeksi saluran kemih, screening , dan evaluasi berbagai jenis
penyakit ginjal. Uranilisis juga merupakan tes untuk memantau
perkembangan penyakit ginjal, diabetes, dan tekanan darah ( hipertensi ) dan
screening kesehatan secara umum.
Urinalisis merupakan pemeriksaan uji saring yang sering diminta
oleh dokter untuk mengetahui gangguan ginjal dan saluran kemih atau
gangguan metabolisme tubuh (Strasinger & Schaub, 2001).
Urinalisis adalah analisis kimia, makroskopis dan mikroskopis
terhadap urin. Uji urin rutin dilakukan pertama kali pada tahun 1821.
Urinalisis berguna untuk mendiagnosis penyakit ginjal atau infeksi
traktus urinarius dan untuk mendeteksi adanya penyakit metabolik yang
tidak berhubungan dengan ginjal. Berbagai uji urinalisis rutin dilakukan
di tempat praktik pemberi layanan kesehatan dan juga rumah sakit atau
laboratorium swasta. ( Kee, Joyce Le Fever, 2007 )
Urin yang normal jumlah rata 1 sampai 2 liter sehari tetapi perbedaan
jumlah urin sesuai cairan yang dimasukkan, jika banyak mengkonsumsi prote
in maka akan diperlukan banyak cairan untuk melarutkan ureanya, sehingga u
rin yang dikeluarkan jumlahnya sedikit dan menjadi pekat. ( Evelin C. Pearce
2002). Beberapa penyelidikan menunjukkan bahwa 20 % dari wanita –
wanita dewasa hingga usia lanjut, setiap tahun mengalami disuria (
nyeri waktu berkemih). Pria jarang terkena infeksi simtomatis sampai
sesudah umur 45 tahun, kecuali jika terdapat kelainan urologis. ( Basuki B
Purnomo, 2007 )Urine harus diperiksa secara langsung karena PH urine yang
masih baru adalah asam, soludnya masih bagus. Sedimen masih bagus,
pemeriksaan makroskopisnya juga masih bagus. Jika ditunda akan terjadi
adanya bakteri, memecah ureum menjadi ammonia PH menjadi basa,
kemudian melisiskan sedimen, dan mengubah morfologinya. Urialisis dapat
meberikan informasi klinik yang penting.
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk
tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi
berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap
status kesehatan umum.

 Specimen
Urinalisis yang akurat dipengaruhi oleh spesimen yang berkualitas.
Sekresi vagina, perineum dan uretra pada wanita, dan kontaminan uretra pada
pria dapat mengurangi mutu temuan laboratorium. Mukus, protein, sel, epitel,
dan mikroorganisme masuk ke dalam sistem urine dari uretra dan jaringan
sekitarnya. Oleh karena itu pasien perlu diberitahu agar membuang beberapa
millimeter pertama urine sebelum mulai menampung urine. Pasien perlu
membersihkan daerah genital sebelum berkemih. Wanita yang sedang haid
harus memasukkan tampon yang bersih sebelum menampung specimen.
Kadang-kadang diperlukan kateterisasi untuk memperoleh spesimen yang
tidak tercemar. Meskipun urine yang diambil secara acak (random) atau urine
sewaktu cukup bagus untuk pemeriksaan, namun urine pertama pagi hari
adalah yang paling bagus. Urine satu malam mencerminkan periode tanpa
asupan cairan yang lama, sehingga unsure-unsur yang terbentuk mengalami
pemekatan. Gunakan wadah yang bersih untuk menampung spesimen urin.
Hindari sinar matahari langsung pada waktu menangani spesimen urin.
Jangan gunakan urin yang mengandung antiseptik. Lakukan pemeriksaan
dalam waktu satu jam setelah buang air kecil. Penundaan pemeriksaan
terhadap spesimen urine harus dihindari karena dapat mengurangi validitas
hasil. Analisis harus dilakukan selambat-lambatnya 4 jam setelah
pengambilan spesimen.
Dampak dari penundaan pemeriksan antara lain : unsur-unsur berbentuk
dalam sedimen mulai mengalami kerusakan dalam 2 jam, urat dan fosfat yang
semula larut dapat mengendap sehingga mengaburkan pemeriksaan
mikroskopik elemen lain, bilirubin dan urobilinogen dapat mengalami
oksidasi bila terpajan sinar matahari, bakteri berkembangbiak dan dapat
mempengaruhi hasil pemeriksaan mikrobiologik dan pH, glukosa mungkin
turun, dan badan keton, jika ada, akan menguap. Terdapat lima jenis sampel
urine sesuai dengan tujuan pemeriksaanyan yaitu :
1. Urine sewaktu
Urine sewaktu adalah sampel urine yang diambil sewaktu saat
pasien akan melakuakn pemeriksaan, urine sewaktu digunakan untuk
pemeriksaan urine rutin.
2. Urine pagi
Urine pagi adalah sampel urine yang diambil saat pagi hari
ketika pasien bangun tidur dan belum mengonsumsi apapun. Urine
pagi digunakan untuk pemeriksaan sedimen, berat jenis, dan
kehamilan
3. Urine 24 jam
Urine 24 jam adalah sampel urine yang ditampung selama 24
jam. Urine 24 jam ini digunakan untuk analisa kuantitatif

2.2 PEMERIKSAAN MAKROSKOPIK KIMIA URIN, DAN


MIKROSKOPIK.
A. Pemeriksaan Makroskopik
Urinalisis dimulai dengan mengamati penampakan makroskopik :
warna dan kekeruhan. Urine normal yang baru dikeluarkan tampak jernih
sampai sedikit berkabut dan berwarna kuning oleh pigmen urokrom dan
urobilin. Intensitas warna sesuai dengan konsentrasi urine; urine encer
hampir tidak berwarna, urine pekat berwarna kuning tua atau sawo matang.
Kekeruhan biasanya terjadi karena kristalisasi atau pengendapan urat (dalam
urine asam) atau fosfat (dalam urine basa). Kekeruhan juga bisa disebabkan
oleh bahan selular berlebihan atau protein dalam urin.
a. Volume urin
Banyak sekali faktor yang mempengaruhi volume urin seperti umur,
berat badan, jenis kelamin, makanan dan minuman, suhu badan, iklim dan
aktivitas orang yang bersangkutan. Rata-rata didaerah tropik volume urin
dalam 24 jam antara 800--1300 ml untuk orang dewasa. Bila didapatkan
volume urin selama 24 jam lebih dari 2000 ml maka keadaan itu disebut
poliuri. Poliuri ini mungkin terjadi pada keadaan fisiologik seperti
pemasukan cairan yang berlebihan, nervositas, minuman yang mempunyai
efek diuretika. Selain itu poliuri dapat pula disebabkan oleh perubahan
patologik seperti diabetes mellitus, diabetes insipidus, hipertensi,
pengeluaran cairan dari edema. Bila volume urin selama 24 jam 300--750
ml maka keadaan ini dikatakan oliguri. Keadaan ini mungkin didapat pada
diarrhea, muntah -muntah, deman edema, nefritis menahun. Anuri adalah
suatu keadaan dimana jumlah urin selama 24 jam kurang dari 300 ml. Hal
ini mungkin dijumpai pada shock dan kegagalan ginjal. Jumlah urin siang
12 jam dalam keadaan normal 2 sampai 4 kali lebih banyak dari urin malam
12 jam. Bila perbandingan tersebut terbalik disebut nokturia, seperti didapat
pada diabetes mellitus.

b. Warna urin
Kelainan pada warna, kejernihan, dan kekeruhan dapat mengindikasi
kan kemungkinan adanya infeksi, dehidrasi, darah di urin (hematuria),
penyakit hati, kerusakan otot atau eritrosit dalam tubuh. Obat-obatan
tertentu juga dapat mengubah warna urin. Kencing berbusa sangat mungkin
mewakili jumlah besar protein dalam urin (proteinuria). Urin yang baru di
kemihkan berwarna jernih. Beberapa keadaan yang menyebabkan warna
urine adalah :
 Merah
Penyebab patologik : hemoglobin, mioglobin, porfobilinogen, porfirin.
Penyebab nonpatologik : banyak macam obat dan zat warna, bit, rhubab
(kelembak), senna.
 Oranye
Penyebab patologik : pigmen empedu.
Penyebab nonpatologik : obat untuk infeksi saliran kemih (piridium), obat
lain termasuk fenotiazin.
 Kuning
Penyebab patologik : urine yang sangat pekat, bilirubin, urobilin.
Penyebab nonpatologik : wotel, fenasetin, cascara, nitrofurantoin.
 Hijau
Penyebab patologik : biliverdin, bakteri (terutama Pseudomonas).
Penyebab nonpatologik : preparat vitamin, obat psikoaktif, diuretik.

 Biru
tidak ada penyebab patologik.
Pengaruh obat : diuretik, nitrofuran.

 Coklat
Penyebab patologik : hematin asam, mioglobin, pigmen empedu.
Pengaruh obat : levodopa, nitrofuran, beberapa obat sulfa.

 Hitam atau hitam kecoklatan


Penyebab patologik : melanin, asam homogentisat, indikans, urobilinogen,
methemoglobin.
Pengaruh obat : levodopa, cascara, kompleks besi, fenol.

 Seperti susu
Penyebab patologik : fosfat dan urat jumlah besar, getah prostat protein
yang membeku.

3. Bau urin
Untuk menilai bau urin dipakai urin segar, yang perlu diperhatikan
adalah bau yang abnormal. Bau urin normal disebabkan oleh asam organik
yang mudah menguap. Bau yang berlainan dapat disebabkan oleh makanan
seperti jengkol, petai, obat-obatan seperti mentol, bau buah-buahan seperti
pada ketonuria. Bau amoniak disebabkan perombakan ureum oleh bakteri
dan biasanya terjadi pada urin yang dibiarkan tanpa pengawet. Adanya urin
yang berbau busuk dari semula dapat berasal dari perombakan protein
dalam saluran kemih umpamanya pada karsinoma saluran kemih.

4. Kejernihan
Kejernihan urine dinyatakan dengan jernih, agak keruh, keruh, atau
sangat keruh. Kekeruhan pada urine disebut sebagai nubecula yang terdiri
dari lender, sel epitel, dan leukosit yang lambat laun mengendap. Kekeruhan
didalam urine dapat pula disebabkan oleh urat amorf, fosfat amorf yang
mengendap dan dari bakteri dari botol penampung. Urin yang telah keruh
pada waktu dikeluarkan dapat desebabkan oleh chilus, bakteri, sedimen sel
epitel, leukosit, dan eritrosit dalam jumlah banyak.

5. Berat jenis urin


Pemeriksaan berat jenis urin dapat dilakukan dengan cara piknometer,
carik celup, dan urinometer. Yang lebih umum di gunakan adalah dengan
carik celup, namun pemeriksaan berat jenis urin dengan piknometer lebih
teliti. Tingginya berat jenis itu memberi kesan tentang pekatnya urin, jadi
bertalian dengan faal pemekat ginjal. BJ urin 24 jam pada orang normal
sekitar 1,016 – 1,022. Sedangkan BJ urin sewaktu pada orang normal
1,003 – 1,030. Bila BJ urin sewaktu 1,025 atau lebih sedangkan reduksi urin
dan protein negatif, hal ini menunjukan faal pemekatan ginjal baik. Dan
bila BJ urin lebih dari 1,030 kemungkinan glukosuria. Urin yang jumlahnya
sedikit dapat diencerkan dengan aquadest, sedangkan urin yang sangat
sedikit Bjnya dapat ditentukan dengan alat refraktometer.

B. Pemeriksaan Kimia
Dipstick adalah strip reagen berupa strip plastik tipis yang ditempeli
kertas seluloid yang mengandung bahan kimia tertentu sesuai jenis paramete
r yang akan diperiksa. Urine Dip merupakan analisis kimia cepat untuk men
diagnosa berbagai penyakit. Uji kimia yang tersedia pada reagen strip
umumnya adalah : glukosa, protein, bilirubin, urobilinogen, pH, berat jenis,
darah, keton, nitrit, dan leukosit esterase.

 Glukosa
Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus
muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan
gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya
reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes
mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan
peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak
selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.Untuk
pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase
(GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.

 Protein
Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi
albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang
disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi.
Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah
merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit
tubulointerstitiel. Dipsticks mendeteksi protein dengan indikator warna
Bromphenol biru, yang sensitif terhadap albumin tetapi kurang sensitif terha
dap globulin, protein Bence-Jones, dan mukoprotein.

 Bilirubin
Bilirubin yang dapat dijumpai dalam urine adalah bilirubin direk (terkonju
gasi), karena tidak terkait dengan albumin, sehingga mudah difiltrasi oleh
glomerulus dan diekskresikan ke dalam urine bila kadar dalam darah meni
ngkat. Bilirubinuria dijumpai pada ikterus parenkimatosa (hepatitis infeksi
osa, toksik hepar), ikterus obstruktif, kanker hati (sekunder), CHF disertai i
kterik
 Urobilinogen
Empedu yang sebagian besar dibentuk dari bilirubin terkonjugasi
mencapai area duodenum, tempat bakteri dalam usus mengubah bilirubin
menjadi urobilinogen. Sebagian besar urobilinogen berkurang di faeses;
sejumlah besar kembali ke hati melalui aliran darah, di sini urobilinogen
diproses ulang menjadi empedu; dan kira-kira sejumlah 1% diekskresikan
ke dalam urine oleh ginjal.
Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar
menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal
yang melebehi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi.
Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan
(ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan
parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan
hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus,
mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun
dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah
(jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang
parah, kolelitiasis, diare yang berat.

 Keasaman (pH)
Filtrat glomerular plasma darah biasanya diasamkan oleh tubulus ginjal dan
saluran pengumpul dari pH 7,4 menjadi sekitar 6 di final urin. Namun,
tergantung pada status asam-basa, pH kemih dapat berkisar dari 4,5 – 8,0.
pH bervariasi sepanjang hari, dipengaruhi oleh konsumsi makanan; bersifat
basa setelah makan, lalu menurun dan menjadi kurang basa menjelang
makan berikutnya. Urine pagi hari (bangun tidur) adalah yang lebih asam.
Obat-obatan tertentu dan penyakit gangguan keseimbangan asam-basa jug
adapt mempengaruhi pH urine.

 Berat Jenis
Berat jenis (yang berbanding lurus dengan osmolalitas urin yang mengukur
konsentrasi zat terlarut) mengukur kepadatan air seni serta dipakai untuk
menilai kemampuan ginjal untuk memekatkan dan mengencerkan urin.

 Keton
Badan keton (aseton, asam aseotasetat, dan asam β-hidroksibutirat)
diproduksi untuk menghasilkan energi saat karbohidrat tidak dapat
digunakan. Asam aseotasetat dan asam β-hidroksibutirat merupakan bahan
bakar respirasi normal dan sumber energi penting terutama untuk otot
jantung dan korteks ginjal. Apabila kapasitas jaringan untuk menggunakan
keton sudah mencukupi maka akan diekskresi ke dalam urine, dan apabila
kemampuan ginjal untuk mengekskresi keton telah melampaui batas, maka
terjadi ketonemia. Benda keton yang dijumpai di urine terutama adalah
aseton dan asam asetoasetat.

C. Pemeriksaan Mikroskopis
Yang dimaksud dengan pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemerik
saan sedimen urin. Ini penting untuk mengetahui adanya kelainan pada
ginjal dan saluran kemih serta berat ringannya penyakit. Urin yang dipakai
ialah urin sewaktu yang segar atau urin yang dikumpulkan dengan pengawet
formalin. Pemeriksaan sedimen dilakukan dengan memakai lensa objektif
kecil (10X) yang dinamakan lapangan penglihatan kecil atau LPK. Selain
itu dipakai lensa objektif besar (40X) yang dinamakan lapangan penglihatan
besar atau LPB. Jumlah unsur sedimen bermakna dilaporkan secara semi
kuantitatif, yaitu jumlah rata-rata per LPK untuk silinder dan per LPB
untuk eritrosit dan leukosit. Unsur sedimen yang kurang bermakna seperti
epitel atau kristal cukup dilaporkan dengan + (ada), ++ (banyak) dan +++
(banyak sekali).
Lazimnya unsur sedimen dibagi atas dua golongan yaitu unsur
organik dan tak organik. Unsur organik berasal dari sesuatu organ atau jarin
gan antara lain epitel, eritrosit, leukosit, silinder, potongan jaringan,
sperma, bakteri, parasit dan yang tak organik tidak berasal dari sesuatu
organ atau jaringan seperti urat amorf dan kristal.
Pemeriksaan mikroskopik diperlukan untuk mengamati sel dan
benda berbentuk partikel lainnya. Banyak macam unsur mikroskopik dapat
ditemukan baik yang ada kaitannya dengan infeksi (bakteri, virus) maupun
yang bukan karena infeksi misalnya perdarahan, disfungsi endotel dan gagal
ginjal.
Metode pemeriksaan mikroskopik sedimen urine lebih dianjurkan
untuk dikerjakan dengan pengecatan Stenheimer-Malbin. Dengan
pewarnaan ini, unsur-unsur mikroskopik yang sukar terlihat pada sediaan
natif dapat terlihat jelas.
Endapan urine yang diperoleh setelah dipusing diperiksa dibawah
mikroskop dan dihitung unsur sel dan torak.Sebaiknya digunakan urine
yang baru dikemihkan untuk menghindari perubahan morfologi unsur
sedimen.
Didalam urine terdapat kandungan garam-garam organik dan sel
darah (leukosit,Eritrosit), sel epitel, sel sylinder (Cast) juga parasit (trichom
onas) dan bakteri.
Dalam urine normal terdapat garam-garam organik, sedikit sel darah
(leukosit,Eritrosit), sel epitel.
Dalam urine patologis terdapat garam-garam organik, sel darah
(leukosit,Eritrosit), sel epitel sel sylinder(Cast) juga parasit (trichomonas)
dan bakteri.
Pada urine dengan berat jenis < 1.007 eritrosit akan menghemolisis
dan leukosit akan mengembang.
Selama pemeriksaan rutin, jika tes positif untuk leukosit, darah,
protein, nitrit, dan pH lebih dari 7 diidentifikasi, urin sedimen dapat
mikroskopis dianalisis untuk lebih menentukan diagnosis.

 Eritrosit
Eritrosit dalam air seni dapat berasal dari bagian manapun dari saluran
kemih. Secara teoritis, harusnya tidak dapat ditemukan adanya eritrosit,
namun dalam urine normal dapat ditemukan 0 – 3 sel/LPK. Hematuria
adalah adanya peningkatan jumlah eritrosit dalam urin karena: kerusakan
glomerular, tumor yang mengikis saluran kemih, trauma ginjal, batu saluran
kemih, infeksi, inflamasi, infark ginjal, nekrosis tubular akut, infeksi saluran
kemih atas dan bawah,nefrotoksin,dll.

Hematuria dibedakan menjadi hematuria makroskopik (gross


hematuria) dan hematuria mikroskopik. Darah yang dapat terlihat jelas
secara visual menunjukkan perdarahan berasal dari saluran kemih bagian
bawah, sedangkan hematuria mikroskopik lebih bermakna untuk kerusakan
glomerulus. Dinyatakan hematuria mikroskopik jika dalam urin ditemukan
lebih dari 5 eritrosit/LPK. Hematuria mikroskopik sering dijumpai pada
nefropati diabetik, hipertensi, dan ginjal polikistik. Hematuria mikroskopik
dapat terjadi persisten, berulang atau sementara dan berasal dari sepanjang
ginjal saluran kemih. Hematuria persisten banyak dijumpai pada perdarahan
glomerulus ginjal. Eritrosit dapat terlihat berbentuk normal, membengkak,
krenasi, mengecil, shadow atau ghost cells dengan mikroskop cahaya.
Spesimen segar dengan berat jenis 1,010-1,020, eritrosit berbentuk cakram
normal. Eritrosit tampak bengkak dan hampir tidak berwarna pada urin yang
encer, tampak mengkerut (crenated) pada urine yang pekat, dan tampak
mengecil sekali dalam urine yang alkali. Selain itu, kadang-kadang eritrosit
tampak seperti ragi.

 Leukosit

Lekosit berbentuk bulat, berinti,


granuler, berukuran kira-kira 1,5 – 2 kali
eritrosit. Lekosit dalam urine umumnya
adalah neutrofil (polymorphonuclear,
PMN). Lekosit dapat berasal dari bagian manapun dari saluran kemih.
Lekosit hingga 4 atau 5 per LPK umumnya masih dianggap normal.
Peningkatan jumlah lekosit dalam urine (leukosituria atau piuria) umumnya
menunjukkan adanya infeksi saluran kemih baik bagian atas atau bawah,
sistitis, pielonefritis, atau glomerulonefritis akut. Leukosituria juga dapat
dijumpai pada febris, dehidrasi, stress, leukemia tanpa adanya infeksi atau
inflamasi, karena kecepatan ekskresi leukosit meningkat yang mungkin
disebabkan karena adanya perubahan permeabilitas membran glomerulus
atau perubahan motilitas leukosit. Pada kondisi berat jenis urin rendah,
leukosit dapat ditemukan dalam bentuk sel Glitter merupakan lekosit PMN
yang menunjukkan gerakan Brown butiran dalam sitoplasma. Pada suasana
Ph alkali leukosit cenderung berkelompok.
Lekosit dalam urine juga dapat merupakan suatu kontaminan dari
saluran urogenital, misalnya dari vagina dan infeksi serviks, atau meatus
uretra eksterna pada laki-laki.

 Sel Epitel
 Sel Epitel Tubulus

Sel epitel tubulus ginjal berbentuk bulat atau oval, lebih besar dari
leukosit, mengandung inti bulat atau oval besar, bergranula dan biasanya
terbawa ke urin dalam jumlah kecil. Namun, pada sindrom nefrotik dan dalam
kondisi yang mengarah ke degenerasi saluran kemih, jumlahnya bisa
meningkat. Jumlah sel tubulus ≥ 13 / LPK atau penemuan fragmen sel tubulus
dapat menunjukkan adanya penyakit ginjal yang aktif atau luka pada tubulus,
seperti pada nefritis, nekrosis tubuler akut, infeksi virus pada ginjal,
penolakan transplnatasi ginjal, keracunan salisilat.

Sel epitel tubulus dapat terisi oleh banyak tetesan lemak yang berada
dalam lumen tubulus (lipoprotein yang menembus glomerulus), sel-sel seperti
ini disebut oval fat bodies / renal tubular fat / renal tubular fat bodies. Oval
fat bodies menunjukkan adanya disfungsi disfungsi glomerulus dengan
kebocoran plasma ke dalam urin dan kematian sel epitel tubulus. Oval fat
bodies dapat dijumpai pada sindrom nefrotik, diabetes mellitus lanjut,
kerusakan sel epitel tubulus yang berat karena keracunan etilen glikol, air
raksa. Selain sel epitel tubulus, oval fat bodies juga dapat berupa makrofag
atau hisiosit.

Sel epitel tubulus yang membesar dengan multinukleus (multinucleated


giant cells) dapat dijumpai pada infeksi virus. Jenis virus yang dapat menginf
eksi saluran kemih adalah Cytomegalovirus (CMV) atau Herpes simplex
virus (HSV) tipe 1 maupun tipe 2.

 Silinder

Silinder (cast) adalah massa protein berbentuk silindris yang terbentuk


di tubulus ginjal dan dibilas masuk ke dalam urine. Silinder terbentuk hanya
dalam tubulus distal yang rumit atau saluran pengumpul (nefron distal).
Tubulus proksimal dan lengkung Henle bukan lokasi untuk pembentukan
silinder. Silinder dibagi berdasarkan gambaran morfologik dan komposisinya.
Faktor-faktor yang mendukung pembentukan silinder adalah laju aliran yang
rendah, konsentrasi garam tinggi, volume urine yang rendah, dan pH rendah
(asam) yang menyebabkan denaturasi dan precipitasi protein, terutama
mukoprotein Tamm-Horsfall. Mukoprotein Tamm-Horsfall adalah matriks
protein yang lengket yang terdiri dari glikoprotein yang dihasilkan oleh sel
epitel ginjal. Semua benda berupa partikel atau sel yang terdapat dalam
tubulus yang abnormal mudah melekat pada matriks protein yang lengket.
Konstituen selular yang umumnya melekat pada silinder adalah eritrosit,
leukosit, dan sel epitel tubulus, baik dalam keadaan utuh atau dalam berbagai
tahapan disintegrasi. Apabila silinder mengandung sel atau bahan lain yang
cukup banyak, silinder tersebut dilaporkan berdasarkan konstituennya.
Apabila konstituen selular mengalami disintegrasi menjadi partikel granuler
atau debris, biasanya silinder hanya disebut sebagai silinder granular.

 Bakteri
Bakteri yang umum dalam spesimen urin karena banyaknya
mikroba flora normal vagina atau meatus uretra eksternal dan karena
kemampuan mereka untuk cepat berkembang biak di urine pada suhu
kamar. Bakteri juga dapat disebabkan oleh kontaminan dalam wadah
pengumpul, kontaminasi tinja, dalam urine yang dibiarkan lama (basi),
atau memang dari infeksi di saluran kemih. Oleh karena itu pengumpulan
urine harus dilakukan dengan benar. Diagnosis bakteriuria dalam kasus ya
ng dicurigai infeksi saluran kemih memerlukan tes biakan kuman (kultur).
Hitung koloni juga dapat dilakukan untuk melihat apakah jumlah bakteri
yang hadir signifikan. Umumnya, lebih dari 100.000 / ml dari satu
organisme mencerminkan bakteriuria signifikan. Beberapa organisme men
cerminkan kontaminasi. Namun demikian, keberadaan setiap organisme da
lam spesimen kateterisasi atau suprapubik harus dianggap signifikan.

 Kristal

Kristal yang sering dijumpai adalah kristal calcium oxallate, triple


phosphate, asam urat. Penemuan kristal-kristal tersebut tidak mempunyai
arti klinik yang penting. Namun, dalam jumlah berlebih dan adanya predisp
osisi antara lain infeksi, memungkinkan timbulnya penyakit "kencing batu"
yaitu terbentuknya batu ginjal saluran kemih (lithiasis) disepanjang ginjal s
aluran kemih, menimbulkan jejas, dan dapat menyebabkan fragmen sel epite
l terkelupas. Pembentukan batu dapat disertai kristaluria, dan penemuan kris
taluria tidak harus disertai pembentukan batu.

 Kalsium Oksalat

Kristal ini umum dijumpai pada spesimen urine bahkan pada pasien
yang sehat. Mereka dapat terjadi pada urin dari setiap pH, terutama pada
pH yang asam. Kristal bervariasi dalam ukuran dari cukup besar untuk
sangat kecil. Kristal ca-oxallate bervariasi dalam ukuran, tak berwarna,
dan bebentuk amplop atau halter. Kristal dapat muncul dalam specimen
urine setelah konsumsi makanan tertentu (mis. asparagus, kubis, dll) dan
keracunan ethylene glycol. Adanya 1 – 5 ( + ) kristal Ca-oxallate per LPL
masih dinyatakan normal, tetapi jika dijumpai lebih dari 5 ( ++ atau +++ )
sudah dinyatakan abnormal.

 Triple Fosfat

Seperti halnya Ca-oxallate, triple fosfat juga dapat dijumpai bahkan


pada orang yang sehat. Kristal terlihat berbentuk prisma empat persegi
panjang seperti tutup peti mati (kadang-kadang juga bentuk daun atau
bintang), tak berwarna dan larut dalam asam cuka encer. Meskipun mereka
dapat ditemukan dalam setiap pH, pembentukan mereka lebih disukai di pH
netral ke basa. Kristal dapat muncul di urin setelah konsumsi makan tertentu
(buah-buahan). Infeksi saluran kemih dengan bakteri penghasil urease (mis.
Proteus vulgaris) dapat mendukung pembentukan kristal (dan urolithiasis)
dengan meningkatkan Ph urin dan meningkatkan amonia bebas.

 Asam Urat

Kristal asam urat tampak berwarna kuning ke coklat, berbentuk


belah ketupat (kadang-kadang berbentuk jarum atau mawar). Dengan
pengecualian langka, penemuan kristal asam urat dalam urin sedikit
memberikan nilai klinis, tetapi lebih merupakan zat sampah metabolisme
normal; jumlahnya tergantung dari jenis makanan, banyaknya makanan,
kecepatan metabolisme dan konsentrasi urin. Meskipun peningkatan 16%
pada pasien dengan gout, dan dalam keganasan limfoma atau leukemia,
kehadiran mereka biasanya tidak patologis atau meningkatkan konsentrasi
asam urat.

 Sistin (Cystine)

Cystine berbentuk
heksagonal dan tipis. Kristal ini
muncul dalam urin sebagai akibat
dari cacat genetic atau penyakit hati yang parah. Kristal dan batu sistin
dapat dijumpai pada cystinuria dan homocystinuria. Terbentuk pada pH
asam dan ketika konsentrasinya > 300mg. Sering membingungkan dengan
kristal asam urat. Sistin crystalluria atau urolithiasis merupakan indikasi
cystinuria, yang merupakan kelainan metabolisme bawaan cacat yang
melibatkan reabsorpsi tubulus ginjal tertentu termasuk asam amino sistin.

 Leusin dan Tirosin

Leusin dan tirosin adalah kristal asam amino dan sering muncul
bersama-sama dalam penyakit hati yang parah. Tirosin tampak sebagai
jarum yang tersusun sebagai berkas atau mawar dan kuning. Leusin muncul-
muncul berminyak bola dengan radial dan konsentris striations. Kristal
leucine dipandang sebagai bola kuning dengan radial konsentris. Kristal ini
kadang-kadang dapat keliru dengan sel-sel, dengan pusat nukleus yang
menyerupai. Kristal dari asam amino leusin dan tirosin sangat jarang terlihat
di sedimen urin. Kristal ini dapat diamati pada beberapa penyakit keturunan
seperti tyrosinosis dan "penyakit Maple Syrup". Lebih sering kita
menemukan kristal ini bersamaan pada pasien dengan penyakit hati berat
(sering terminal).

 Kristal Kolesterol

Kristal kolesterol tampak


regular atau irregular , transparan,
tampak sebagai pelat tipis empat
persegi panjang dengan satu (kadang dua) dari sudut persegi memiliki
takik. Penyebab kehadiran kristal kolesterol tidak jelas, tetapi diduga
memiliki makna klinis seperti oval fat bodies. Kehadiran kristal kolesterol
sangat jarang dan biasanya disertai oleh proteinuria.

 Kristal lain
Berbagai macam jenis kristal lain yang dapat dijumpai dalam sedimen urin
misalnya adalah :
1. Kristal dalam urin asam :
2. Natirum urat : tak berwarna, bentuk batang ireguler tumpul,
berkumpul membentuk roset.
3. Amorf urat : warna kuning atau coklat, terlihat sebagai butiran,
berkumpul.
4. Amonium urat (atau biurat) : warna kuning-coklat, bentuk bulat
tidak teratur, bulat berduri, atau bulat bertanduk.
5. Ca-fosfat : tak berwarna, bentuk batang-batang panjang,
berkumpul membentuk rosset.
6. Amorf fosfat : tak berwarna, bentuk butiran-butiran, berkumpul.
7. Ca-karbonat : tak berwarna, bentuk bulat kecil, halter.

Secara umum, tidak ada intepretasi klinis, tetapi jika terdapat


dalam jumlah yang banyak, mungkin dapat menimbulkan ganggu
an.
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada sampel urin pasien untuk
tujuan diagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrining dan evaluasi
berbagai jenis penyakit ginjal, memantau perkembangan penyakit seperti
diabetes melitus dan tekanan darah tinggi (hipertensi), dan skrining terhadap
status kesehatan umum.
pemeriksaan mikroskopik urin yaitu pemeriksaan sedimen urin. Ini
penting untuk mengetahui adanya kelainan pada ginjal dan saluran kemih
serta berat ringannya penyakit.

3.2 SARAN
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama
mahasiswa dan semoga makalah ini dapat menjadi pokok bahasan dalam
berbagai diskusi dan forum terbuka.
DAFTAR PUSTAKA

fani oktaviani. 2014 . Pemeriksaan Mikroskopik Urine.

https://www.scribd.com/doc/222863235/Pemeriksaan-Mikroskopik-Urine. Diakses pada


tanggal 24 januari 2019

Indah kesuma dewi.2013. sedimen urine


https://www.scribd.com/doc/173595826/Sedimen-Urine. Diakses pada tanggal 24
januari 2019

Anonim. 2016. Sedimen urine.


https://www.scribd.com/doc/300274949/SEDIMEN-URINE-pdf. Diakses pada
tanggal 24 januari 2019

Anda mungkin juga menyukai