Anda di halaman 1dari 76

PROFIL

UPT PUSKESMAS BOLO


TAHUN 2018

PUSKESMAS BOLO 2018


KATA PENGANTAR

Profil Kesehatan merupakan salah satu sarana yang dapat digunakan untuk
melaporkan hasil kinerja dan evaluasi terhadap pencapaian hasil pembangunan
kesehatan, termasuk kinerja dari penyelenggaraan standar pelayanan minimal di
bidang kesehatan dan pencapaian target indikator Sustainable Development Goals
bidang kesehatan.
Profil Kesehatan Puskesmas disusun sebagai bahan dukungan untuk
penyusunan Profil Kesehatan Kabupaten/Kota, Profil Kesehatan Propinsi dan Profil
Kesehatan Indonesia. Profil Kesehatan Puskesmas menyajikan data/informasi yang
relative lengkap meliputi situasi derajat kesehatan, upaya kesehatan, sumber daya
kesehatan dan data umum serta lingkungan yang terkait dengan kesehatan yang
merupakan gambaran program kesehatan di wilayah binaan. Selanjutnya profil
kesehatan dapat digunakan sebagai alat monitoring untuk melihat kecenderungan
program dari tahun ke tahun serta dapat dijadikan sistim informasi karena dalam
penyusunannya didukung dengan data - data yang akurat.
Walapun Penyusunan Profil Puskesmas Bolo Tahun 2018 ini terdapat berbagai
keterbatasan tetapi tetap diupayakan agar data/informasi yang disajikan secara
lengkap, tepat waktu dan memberikan gambaran pembangunan kesehatan secara
menyeluruh di wilayah kerja.
Kepada semua pihak, semua staf Puskesmas Bolo yang telah berkontribusi
dalam penyusunan Profil Puskesmas Bolo 2018 ini, kami ucapkan terima kasih.

Sila-Bolo, Januari 2019


Kepala UPT Puskesmas. Bolo

NURJANAH, S.Kep
NIP. 19770515 200003 2 005
DAFTAR ISI

Halaman Judul
Kata Pengantar..................................................................................................................... i
Daftar Isi.................................................................................................................................. ii
Lampiran................................................................................................................................ iii
Daftar Tabel............................................................................................................................ iv

BAB I PENDAHULUAN..................................................................................................... 1
A.Latar Belakang............................................................................................................ 1
B.Tujuan............................................................................................................................ 3
C.Isi Ringkasan Profil.................................................................................................... 3
D.Sistematika Penyajian.............................................................................................. 4

BAB II GAMBARAN UMUM PUSKESMAS................................................................ 5


A.Keadaan Umum Puskesmas................................................................................ 5
B.Letak Geografis........................................................................................................ 5
C.Wilayah Administrasi............................................................................................... 6
D.Keadaan Penduduk................................................................................................ 7
E.Sumber Daya Puskesmas……………………………………………………..11

BAB III SITUASI DERAJAT KESEHATAN................................................................. 14


A.Umur Harapan Hidup.............................................................................................. 14
B.Angka Kematian....................................................................................................... 14
C.Angka Kesakitan...................................................................................................... 17

BAB IV SITUASI UPAYA KESEHATAN....................................................................... 27


A.Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial............................................................ 28
B.Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan.............................................. 70
C.Upaya Kesehatan Perorangan, Kefarmasian dan Laboratorium ................81
D.Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jaringan Fasilitas Pelayanan
Puskesmas................................................................................................................ 86
LAMPIRAN
Lampiran 1. ASPAK (APLIKASI, SARANA, PRASARANA, DAN ALAT KESEHATAN
PUSKESMAS
Lampiran 2. PEMAKAIAN 10 BESAR OBAT
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan kesehatan juga tidak terlepas dari komitmen Indonesia
sebagai warga masyarakat dunia untuk ikut merealisasikan tercapainya Millenium
Development Goals (MDGs). Di dalam Undang-Undang Republik Indonesia
Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan mengamanatkan bahwa pembangunan
kesehatan harus ditujukan untuk meningkatkan kesadaran, kemauan dan
kemampuan hidup sehat masyarakat yang setinggi-tingginya, sebagai investasi
bagi pembangunan sumber daya manusia yang produktif secara sosial dan
ekonomis. Setiap orang berhak atas kesehatan dan setiap orang mempunyai hak
yang sama dalam memperoleh akses atas sumber daya di bidang kesehatan.
Kesehatan adalah hak asasi manusia dan sekaligus merupakan investasi untuk
mencapai keberhasilan pembangunan bangsa. Oleh karena itu, diselenggarakan
pembangunan di bidang kesehatan secara menyeluruh dan berkesinambungan,
dengan tujuan meningkatkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan hidup sehat
bagi setiap orang agar terwujud derajat kesehatan masyarakat yang setinggi-
tingginya. Derajat kesehatan yang rendah juga berpengaruh terhadap rendahnya
produktifitas kerja yang pada akhirnya menjadi beban masyarakat dan
pemerintah.
Kesehatan merupakan faktor yang sangat penting dalam tahapan hidup
manusia. Dengan kondisi yang sehat, manusia dapat melakukan aktivitas sehari-
harinya dengan baik, tanpa terganggu oleh kesehatan tubuh yang kurang optimal.
Masyarakat pada umumnya masih terbilang terbelakang dalam hal menjaga
kesehatan, mereka masih kurang menyadari akan pentingnya untuk menjaga
kesehtan diri, keluarga dan lingkungannya, yaitu memahami akan pentingnya
promotif dan preventif atau lebih kita kenal dengan lebih baik mencegah daripada
mengobati. Dengan kurangnya kesadaran tersebut mengakibatkan masyarakat
sangatlah mudah untuk terjangkit penyakit.
Melihat semua masalah kesehatan tersebut, perlu adanya perbaikan dibidang
kesehatan. Untuk itu, sangatlah perlu terselengaranya berbagai upaya kesehatan,
baik upaya kesehatan perorangan maupun upaya kesehatan masyarakat yang
sesuai dengan azas penyelenggaraan. Yang hal tersebut merupakan salah satu
fungsi dari puskesmas.
Berbagai upaya kesehatan telah diselenggarakan untuk mewujudkan derajat
kesehatan masyarakat yang optimal. Upaya kesehatan yang semula
dititikberatkan pada upaya penyembuhan penderita (kuratif) secara berangsur-
angsur berkembang ke arah keterpaduan upaya kesehatan yang menyeluruh
yang terdiri atas upaya peningkatan kesehatan (promotif), pencegahan penyakit
(preventif), penyembuhan penyakit (kuratif), dan pemulihan kesehatan
(rehabilitatif) yang dilaksanakan bersama antara pemerintah dan masyarakat.
Pembangunan Nasional di bidang kesehatan pada dasarnya ditujukan
kepada semua lapisan masyarakat. Namun pada operasionalnya ditujukan untuk
golongan tertentu dan dilakukan secara bertahap sesuai dengan skala prioritas.
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh Puskesmas
Bolo adalah terwujudnya Masyarakat Bolo Yang Sehat Dan Manidiri. Artinya
Puskesmas Bolo harus mampu melindungi kesehatan penduduk di wilayah
kerjanya dan memacu peningkatan kemandirian masyarakat untuk menolong
dirinya sendiri dalam bidang kesehatan serta membudayakan hidup sehat dan
norma keluarga kecil bahagia dan sejahtera.
Rumusan visi untuk masing-masing Puskesmas harus mengacu pada
visi pembangunan kesehatan Puskesmas di atas yakni terwujudnya kecamatan
sehat, yang harus disesuaikan dengan situasi dan kondisi masyarakat serta
wilayah kecamatan setempat.
Upaya-upaya kesehatan untuk mencapai Visi dan Misi diatas telah dilakukan,
namun hasilnya belum optimal. Pengelolaan upaya kesehatan masyarakat dan
upaya kesehatan perorangan dilakukan melalui sistem manajemen kesehatan yang
didukung oleh sistem informasi kesehatan agar lebih berhasil guna dan berdaya
guna.
Puskesmas Bolo merupakan instansi yang bertanggung jawab atas
pembangunan kesehatan di Kecamatan Bolo. Kami telah banyak melakukan upaya-
upaya kesehatan untuk mengatasi permasalahan kesehatan di Kecamatan Bolo.
Untuk mengukur keberhasilan pembangunan kesehatan tersebut diperlukan
indikator. Indikator yang dipakai adalah Indikator Kinerja dari Standar Pelayanan
Minimal bidang Kesehatan.
Agar penyelenggaraan pembangunan kesehatan, khususnya dalam
melakukan kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengendalian, pengawasan dan
penilaian dapat berjalan efektif dan efisien sangat diperlukan informasi tentang hasil
pembangunan kesehatan dan pendukungnya.
Dalam rangka memenuhi kebutuhan informasi, Puskesmas Bolo menyusun
Profil Kesehatan Tahun 2018, yang berisi tentang situasi dan kondisi kesehatan
Kecamatan Bolo Tahun 2018 beserta hasil dari upaya-upaya kesehatan yang telah
dilaksanakan selama tahun 2018 yang dianalisis secara sederhana dan ditampilkan
dalam bentuk tabel, peta dan grafik.
Penyusunan profil ini bertujuan untuk memberikan data dan informasi dalam
rangka proses perencanaan, pemantauan, dan mengevaluasi pencapaian hasil
pembangunan kesehatan di Bolo.
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Tersedianya data atau informasi yang akurat, tepat waktu dan sesuai
kebutuhan dalam rangka meningkatkan kemampuan manajemen kesehatan
secara berhasil guna dan berdayaguna.
2. Tujuan Khusus
a. Tersedianya acuan dan bahan rujukan dalam rangka pengumpulan data,
pengolahan, analisis serta pengemasan informasi
b. Tersedianya wadah integrasi berbagai data yang telah dikumpulkan oleh
berbagai sistim pencatatan dan pelaporan di unit-unit kesehatan
c. Memberikan analisis-analisis yang mendukung penyediaan informasi dalam
menyusun alokasi dana/anggaran program kesehatan
d. Tersedianya bahan untuk penyusunan profil kesehatan tingkat propinsi dan
nasional.

C. Isi Ringkasan Profil


Profil Kesehatan Puskesmas Bolo berisi narasi dan gambaran analisis situasi
umum dan lingkungan yang mempengaruhi kesehatan, situasi sumber daya,
situasi upaya kesehatan, situasi derajat kesehatan dan pembiayaan kesehatan.
Disamping narasi juga berisi tabel, grafik dan diagram untuk sajian distribusi
frekuensi menggambarkan perkembangan atau perbandingan pencapaian
program.
D. Sistimatika Penyajian
BAB I Pendahuluan
BAB ini secara ringkas menjelaskan maksud dan tujuan disusunnya profil
Puskesmas Bolo. Dalam bab ini juga diuraikan secara ringkas pula isi dari Profil
Puskesmas Bolo dan sistimatika penyajian.
BAB II. Gambaran Umum Puskesmas Bolo
Dalam BAB ini diuraikan gambaran secara umum Puskesmas Bolo yang
meliputi keadaan geografi, keadaan penduduk, tingkat pendidikan penduduk,
keadaan ekonomi, gambaran tentang keadaan sumber daya mencakup tentang
keadaan sarana atau fasilitas kesehatan, tenaga kesehatan, dan pembiayaan
kesehatan.
Bab III. Situasi Derajat Kesehatan
BAB ini berisi uraian tentang berbagai indikator derajat kesehatan yang
mencakup tentang angka kematian, angka harapan hidup, angka kesakitan
dan status gizi masyarakat.
BAB IV. Situasi Upaya Kesehatan
BAB ini berisi uraian tentang upaya kesehatan yang tertuang pada tujuan
program pembangunan di bidang kesehatan. Gambaran upaya kesehatan
yang telah diselenggarakan.
BAB II
GAMBARAN UMUM PUSKESMAS

A. KEADAAN UMUM PUSKESMAS


1. Letak Geografis
Wilayah Kecamatan Bolo dengan luas 66,92 km2 terbagi dalam 14 desa.
Dimana desa terluas adalah desa Leu dan terkecil adalah desa darusalam.
Kecamatan Bolo dengan luas wilayah 66,92 km2 dimana desa terluas
adalah desa Leu dan terkecil adalah desa darusalam, dengan jumlah penduduk
48.201 jiwa terdiri dari laki-laki jumlah 24.059 jiwa dan perempuan 24.152 jiwa,
dengan kepadatan penduduk rata-rata mencapai 720.43 jiwa.
Sebagai pusat pemerintahan Kecamatan Bolo desa Rato berada pada
jarak 36,20 km dari ibukota Kabupaten Bima dengan ketinggian 21 meter di atas
permukaan laut.
Dibanding dengan data penduduk tahun 2018 tahun ini ada peningkatan
jumlah penduduk. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor antara lain angka
kelahiran dan perpindahan penduduk.

Gambar 2.1 Peta Batas Wilayah Kerja Puskesmas Puskesmas Bolo


Puskesmas Bolo yang terletak di Desa Rato, Kecamatan Bolo Kabupaten
Bima, dengan luas 82 x 40 meter dengan jarak lebih kurang 45 km dari pusat kota
dan lebih kurang 500 meter dari pasar sila. Bangunan puskesmas bolo ini
merupakan gedung yang dibangun pada tahun 1989 dan mulai ditempati pada
tahun 2000, gedung lamanya berada di desa rato sebelah selatan jalan negara
yang sekarang sudah dimanfaatkan untuk rumah dinas tenaga kesehatan
puskesmas bolo.
Wilayah kerja Puskesmas Bolo meliputi keseluruhan wilayah Kecamatan
Bolo, dengan batas-batas wilayah administrasi sebagai berikut :
 Sebelah Utara : Kecamatan Donggo dan Kecamatan Soromandi
 Sebelah Selatan : Kecamatan Woha
 Sebelah Barat : Kecamatan Madapangga
 Sebelah Timur : Teluk Bima

2. Wilayah Administrasi
Secara administrasi wilayah kerja Puskesmas Bolo terdiri dari 14 Desa
(Empat Belas) desa yang terdiri dari 68 dusun dan 180 RT yaitu:
No Nama Desa RT Dusun/RW
1. Tambe 19 5
2. Rasabou 14 5
3. Rato 18 6
4. Kananga 13 5
5. Leu 12 6
6. Tumpu 13 5
7. Rada 9 5
8 Nggembe 19 5
9. Timu 14 5
10. Bontokape 6 3
11. Darusalam 6 3
12. Sondosia 11 5
13. Sanolo 21 8
14. Kara 5 2
Tbl.1. Jumlah RT dan Dusun Dirinci Per Desa
Semua wilayah kerja Puskesmas Bolo dapat dijangkau dengan kendaraan
roda dua dan roda empat yang jarak tempuhnya tidak terlalu jauh dari desa ke
Puskesmas.

Jarak Dari Ibu Kota


No Nama Desa Ibu Kota Desa
Kecamatan Kabupaten
1. Tambe Tambe 2.10 38.20
2. Rasabou Rasabou 1.20 37.10
3. Rato Rato 0.30 36.20
4. Kananga Kananga 0.50 35.50
5. Leu Leu 0.80 35.00
6. Tumpu Tumpu 1.10 37.20
7. Rada Rada 4.00 47.00
8 Nggembe Nggembe 5.00 40.00
17.00
9. Timu Timu 2.00 34.00
10. Bontokape Bontokape 3.50 32.00
11. Darusalam Darusalam 3.00 32.00
12. Sondosia Sondosia 5.00 31.00
13. Sanolo Sanolo 7.00 30.00
14. Kara Kara 4.00 35.00
Tbl2. Jarak Desa Dari Kecamatan dan Kabupaten Dirinci Perdesa
3. Keadaan Penduduk
a. Jumlah dan Distribusi Penduduk
Jumlah penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bolo 48.201 jiwa (12.177 KK)..
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin di wilayah kerja Puskesmas Bolo secara
lengkap dapat dilihat dalam tabel berikut :
Tabel3. Nama Dusun/Lingkungan Dengan Jumlah Penduduk
NO DESA JUMLAH PENDUDUK JUMLAH KK JUMLAH KET
LAKI-LAKI PEREMPUAN PENDUDUK
1 Tambe 3147 3188 1515 6.335
2 Rasabou 2301 2393 1181 4.694
3 Rato 3215 3168 1576 6.383
4 Kananga 1911 1918 944 3.829
5 Leu 1796 1870 955 3.666
6 Tumpu 1209 1302 675 2.511
7 Rada 1347 1362 698 2.709
8 Nggembe 1528 1487 752 3.015
9 Timu 1688 1658 903 3.346
10 Bontokape 1209 1093 576 2.302
11 Darusalam 1261 1275 639 2.536
12 Sondosia 1324 1306 686 2.630
13 Sanolo 1751 1781 891 3.532
14 Kara 372 341 186 713
TOTAL 24.059 23.959 12.177 48.201
Sumber : Data BPS Tahun 2018

b. Profil Penduduk Pada Wilayah Puskesmas Bolo


Jumlah Penduduk di Wilayah Puskesmas Bolo, menurut data dari BPS sebanyak
48.201 jiwa. Dengan Jumlah Penduduk tertinggi di Desa Rato yang berjumlah 6.383
jiwa, sedangkan yang terendah di Desa Kara yaitu 713 jiwa.
1) Kepadatan Penduduk
Kepadatan Penduduk di Wilayah Puskesmas Bolo tahun 2018 adalah 270 jiwa/
Km2, dengan jumlah penduduk per KK rata-rata 4 orang.
2) Sex Ratio
Sex Ratio penduduk di wilayah kerja Puskesmas Bolo dengan jumlah penduduk
laki-laki lebih banyak 24.059 jiwa (49,91%) dibandingkan dengan jumlah
penduduk Perempuan 23.959 jiwa (49,70%).
3) Struktur Penduduk Menurut Golongan Umur
Melalui data yang tersaji, dapat diketahui proporsi penduduk yang menjadi
sasaran program dan pelayanan kesehatan. Jumlah kelompok umur tertinggi
pada kelompok umur Wanita Usia Subur dengan jumlah …………jiwa.

NO KELOMPOK UMUR JUMLAH PENDUDUK


1. Bayi < 1 tahun
2. Anak 1-5 tahun
3. Anak Usia Sekolah (6-12 th)
4. Remaja
5. WUS
6. PUS
7. Bumil
8. Bufas
9. Lansia
Tabel 4. Kelompok Umur dan Jumlah Penduduk

4) Keadaan Pendidikan
Tingkat pendidikan penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo dapat dilihat
pada tabel 5. adalah sebagai berikut :
Tabel 5 Distribusi Penduduk Berdasarkan Tingkat Pendidikan

NO TINGKAT PENDIDIKAN PERSENTASE (%)


1. Tidak Tamat SD 6
2. SD 32
3. SMP 21
4. SMA 28
5. Akademi 5
6. Perguruan Tinggi 8
TOTAL 100
Sumber : Data PIS PK PKM BOLO 2018
Pada tabel tersebut dapat dilihat berdasarkan kelompok pendidikan paling tinggi
Tingkat Pendidikan SD sebanyak 32 %
5) Keadaan Ekonomi
Mata pencaharian penduduk di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo dapat dilihat
pada tabel 6 sebagai berikut.

Tabel 6 Distribusi Penduduk Berdasarkan Pekerjaan

NO PEKERJAAN/MATA PENCAHARIAN PERSENTASE (%)


1. PNS 3,7
2. TNI/POLRI 0,9
3. BURUH/SWASTA 23,72
4. PEDAGANG 4,3
5. PETANI 27,1
6. NELAYAN 3,2
7. DLL (SOPIR, MONTIR, PENGRAJIN) 37
TOTAL 100
Sumber : Data PIS PK PKM BOLO 2018

Pada tabel tersebut dapat dilihat berdasarkan Pekerjaan tertinggi adalah


bekerja sebagai Petani sebanyak 27,1 %.

4. Sumber Daya Puskesmas dan Ketenagaan


Dalam menjalankan fungsinya sebagai pemberi pelayanan kesehatan tingkat
pertama Puskesmas Bolo telah dilengkapi dengan sarana dan prasarana yang
memadai dan didukung oleh tenaga dokter umum, dokter gigi, bidan, perawat, perawat
gigi. Namum di Puskesmas Bolo belum memiliki tenaga dokter gigi, manajemen
administrasi kesehatan, ahli gizi, apoteker, sanitarian danrekam medis.
Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu unsur terpenting dalam
organisasi. Jalan tidaknya suatu organisasi sangat tergantung dari keberadaan SDM.
SDM Kesehatan yang memiliki kompetensi tentu akan menunjang keberhasilan
pelaksanaan kegiatan, program dan pelayanan kesehatan. Jenis dan Jumlah tenaga
kesehatan di Puskesmas Bolo pada tahun 2018 PNS sebanyak 64 orang PTT Daerah
23 Orang, Honor daerah 4 Orang,. Adapun Jenis dan Jumlah tenaga kesehatan di
Puskesmas Bolo pada tahun 2018 dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 7. Data Pegawai Berdasarkan Jumlah dan Kualifikasi Pendidikan
Status
No Jenis Tenaga Kesehatan JML Pegawai KET
PNS PTT Kontrak Sukarela
Daerah

JUMLAH
Sumber : Data Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Bolo tahun 2018

Sedangkan menurut kompetensi pendidikan 38,27% berpendidikan


Diploma III, 1,23% berpendidikan Diploma IV, 22,22% berpendidikan Sarjana.
Sementara yang berpendidikan SLTA/SPK atau Sederajat sebanyak 38,27 %
dan ada 1 orang tenaga melanjutkan pendidikan dari Diploma III melanjukan ke
pendidikan S1 Keperawatan.

Tabel8. Tenaga Kesehatan Menurut Pendidikan di Puskesmas Bolo Tahan 2018

No Jenjang Pendidikan Jumlah Persentase Ket


1 Sarjana
2 Diploma IV
3 Diploma III
4 SLTA/SPK/Sederajat
JUMLAH
Sumber : Data Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Bolo Tahun 2018

b. Peralatan dan Sarana Kesehatan


Untuk melaksanakan kegiatan operasional pelayanan kesehatan,
Puskesmas Bolo telah dilengkapi dengan fasilitas pelayanan dalam gedung seperti
pada tabel berikut.
Tabel 9. Fasilitas Pelayanan dan Ruangan Di Puskesmas Bolo Tahun 2018
No RUANGAN Jumlah 2018 Keterangan

1 Ruang Pendaftaran dan Informasi 1

2 Ruang Unit Gawat Darurat (UGD) 1

3 Ruang Pelayanan Pemeriksaan Umum 1

4 Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut 1

5 Ruang Pelayanan Kesehatan Ibu,KB dan IVA 1

6 Poli KB dan Pemeriksaan IVA 1

7 Ruang Pelayanan Imunisasi dan Anak (MTBS) 1

8 Ruang Promosi Kesehatan 1

9 Ruang Persalinan 1

10 Ruang Kepala Puskesmas 1

11 Ruang Intalasi Gizi 1

12 Ruang Laboratorium 1

13 Ruang Pelayanan Farmasi 1

14 Ruang Rekam Medik 1

15 Ruang Sterilisasi 1

16 Ruang Rawat Inap 5

17 Ruang Pasca Persalinan 1

18 Ruang Rapat / Aula 1

19 Ruang Administrasi Kantor 1

20 Gudang Farmasi 1

21 Ruang Program 2

22 Gudang Umum 1

23 Mushala 1
24 Ruang Menyusi/ASI 1
25 Ruang Jaga Petugas 1

26 Ruang TB DOTS 1

27 Ruang Satuan Pengaman 1

28 Ruang Konseling 1

29 Pos Satpam 1
Sumber : Data Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Bolo tahun 2018

c. Sarana Penunjang
Untuk memperlancar pelaksanaan kegiatan pelayanan dan program,
Pukesmas Bolo juga didukung dengan sarana penunjang seperti pada table
berikut ini.

Tabel10.Sarana Penunjang di Puskesmas Bolo Tahun. 2018

Kondisi
No Jenis sarana/Prasarana Jumlah Rusak Rusak Rusak Keterangan
Ringan Sedang Berat
I Sarana Kesehatan
1. Puskesmas Pembantu 4 1 2 1
Polindes Desa
2. Polindes/Poskesdes 13 Rato Belum Ada
3. Rumah Dinas Dokter 3 2
4. Rumah Dinas Perawat 3 3
5. Rumah Dinas Bidan 1
6. Puskesmas Keliling Roda 4 2
7. Ambulance 1 1
8. Sepeda Motor 1
II Sarana Penunjang
1. Komputer
2. Laptop
Lemari Pendingin
3. besar/kecil
4. Frezeer
5. Telepon
6. TV besar/kecil
7. Sofa
8. Lemari kaca
9. Meja
10. Lemari es vaksin buka atas
11. Lemari es vaksin buka
samping
12. Kursi roda
13. Kursi putar
14. Sterilisator listrik
15. AC
16. Rak TV
17. Alat Pemadam Kebakaran 2
18. Tempat tidur pasien
19. Tempat tidur besi
20. Incinerator -
21. EKG 1
22. Handy cam -
23. Kamera Digital -
24. Proyektor 3 1
25. Vakum Cleaner -
Sumber : Data Sub Bagian Tata Usaha Puskesmas Bolo Tahun 2018

d. Sumber Pembiayaan
Pembiayaan puskesmas bersumber dari pendapatan puskesmas yang
digunakan kembali sebagai biaya operasional. Sumber pendapatan puskesmas
berasal dari jasa pelayanan pasien Umum, JKN, APBD, Jampersal dan Bantuan
Operasional Kesehatan (BOK). Adapun pendapatan Puskesmas Bolo dapat dilihat
pada tabel berikut.

Tabel 11 Sumber dan Jumlah Pendapatan Puskesmas Bolo sampai Tahun 2018
Jumlah Per Tahun
No Sumber Pendapatan
2018 2018
1 APBD
2 JKN (BPJS)
3 BOK
JUMLAH
Sumber : Laporan Keuangan Puskesmas Bolo Th 2018
BAB III
SITUASI DERAJAT KESEHATAN

A. Umur Harapan Hidup


Menurut UU RI No. 36 Tahun 2009 tentang kesehatan, keadaan sehat
adalah keadaan meliputi kesehatan badan, rohani (mental) dan sosial dan bukan
hanya keadaan yang bebas penyakit, cacat dan kelemahan sehingga dapat hidup
produktif secara sosial ekonomi.
Menurut Henrik L. adalah seorang profesor emeritus administrasi
kesehatan dan perencanaan di University of California, Berkeley, dan pelopor
dalam reformasi perawatan bahwa Derajat Kesehatan dipengaruhi oleh faktor
genetik, lingkungan, perilaku, dan umur harapan hidup. Umur Harapan Hidup
Penduduk adalah rata-rata kesempatan atau waktu hidup yang tersisa. Umur
Harapan Hidup berbeda dengan lama hidup, lama hidup adalah jumlah tahun
maksimum penduduk untuk dapat hidup. Cara menentukan Umur Harapan Hidup
adalah dengan menunjukkan merata-ratakan semua umur dari seluruh kematian
pada waktu tertentu. Umur Harapan Hidup di Indonesia meningkat dari 68,8 tahun
di tahun 2004 menjadi 70,8 tahun di tahun 2015. Pada tahun 2035 diperkirakan
meningkat lagi menjadi 72,2 tahun. Hal ini dapat terlihat dari bertambahnya
jumlah lansia yang merupakan dampak dari meningkatnya kualitas dan standar
pelayanan kesehatan di masyarakat. Pada Puskesmas Bolo Umur Harapan Hidup
didapatkan sebesar 66.97 Tahun dari 65 kematian.

B. Angka Kematian (Mortality Rate)


Angka Kematian secara umum berkaitan erat dengan tingkat Angka
Kesakitan dan Status Gizi. Indikator untuk menilai keberhasilan program
pembangunan kesehatan dapat dilihat dari perkembangan Angka Kematian.
Besarnya tingkat Angka Kematian dapat dilihat dari beberapa indikator, antara lain
:
1. Angka Kematian Bayi (AKB)
Jumlah kematian penduduk yang berusia di bawah satu tahun per 1000
kelahiran hidup pada tahun tertentu disuatu daerah disebut Angka Kematian
Bayi (AKB). AKB merupakan indikator yang sangat berguna untuk mengetahui
status kesehatan anak khususnya bayi dan dapat mencerminkan tingkat
kesehatan ibu, kondisi kesehatan lingkungan secara umum, status kesehatan
penduduk secara keseluruhan serta tingkat perkembangan sosial ekonomi
masyarakat. Jumlah Kematian bayi Tahun 2018 adalah 2 orang dan Jumlah
kelahiran adalah 232 orang sehingga Angka Kematian Bayi tahun 2018 adalah
8.6 per 1000 kelahiran hidup. Kalau dibandingkan dengan target Angka
Kematian Bayi (AKB) menurut MDG’s Tahun 2015 sebesar 23/1000 Kelahiran
Hidup (KH),maka AKB tersebut sudah di bawah target.
Beberapa hal yang dapat mempengaruhi AKB secara umum adalah
tingkat kesakitan dan status gizi, kesehatan ibu waktu hamil dan proses
penanganan persalinan. Gangguan perinatal merupakan salah satu dari sekian
faktor yang mempengaruhi kondisi kesehatan ibu selama hamil yang
mempengaruhi perkembangan fungsi dan organ janin.

Grafik 1 Angka Kematian Bayi di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Th 2016 s/d 2018

Sumber: Program Kesehatan Ibu dan anak Puskesmas Bolo

Data pada grafik di atas menunjukkan bahwa Angka Kematian Bayi


(AKB) di wilayah kerja Puskesmas Bolo tahun 2016 sampai dengan 2018 ada
tiga kematian akibat aspiksia dan BBLR, rendahnya AKB tidak terlepas dari
pemerataan pelayanan kesehatan berikut fasilitasnya, dekatnya masyarakat
terhadap akses layanan kesehatan, meningkatnya pendapatan masyarakat
serta perbaikan gizi yang dapat meningkatkan daya tahan tubuh terhadap
serangan penyakit.
2. Angka Kematian Balita (AKABA)
AKABA adalah jumlah anak yang dilahirkan pada tahun tertentu dan
meninggal sebelum mencapai usia 5 tahun dan dinyatakan per 1000 kelahiran
hidup. Angka kematian balita dihitung dengan menjumlahkan kematian bayi
dengan kematian balita. Berdasarkan pedoman MDGs disebutkan bahwa nilai
normatif >140 tinggi, 71-140 tinggi, 20-40 sedang dan <20 rendah. AKABA
menggambarkan tingkat permasalahan kesehatan anak-anak dan faktor-faktor
lain yang berpengaruh terhadap kesehatan anak balita seperti gizi, sanitasi,
penyakit infeksi dan kecelakaan. Angka Kematian Balita (AKABA) di
Kecamatan Bolo dilaporkan tidak ada kematian balita selama kurun waktu 3
tahun terakhir.

Secara Nasional ditetapkan AKABA sebesar 40/1000 KH. Pada tahun


2018 terdapat kematian umur 0-4 tahun sebanyak 2 orang di wilayah kerja
Puskesmas Bolo dengan jumlah kelahiran hidup sebesar 232 orang, sehingga
Angka kematian Balita tahun 2018 di wilayah kerja Puskesmas Bolo adalah 8.6
per-1000 KH yang berarti sudah lebih rendah dari target nasional. Rendahnya
angka kematian balita (AKABA) di wilayah kerja Puskesmas Bolo disebabkan
karena baiknya gizi balita, rendahnya faktor risiko yang mengakibatkan
kematian bagi balita, perilaku orang tua dalam pemberian gizi anak cukup baik
serta peranan dari petugas kesehatan dalam memberikan pelayanan
kesehatan.
Tabel 12. Angka Kematian balita (AKABA) di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo
Tahun 2015, 2016 dan 2018
Indikator Tahun 2016 Tahun 2018 Tahun 2018
AKABA
Sumber : Laporan Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Bolo

3. Angka Kematian Ibu (AKI)


Angka kematian ibu (AKI) adalah banyaknya wanita yang meninggal

pada tahun tertentu dengan penyabab kematian yang terkait gangguan

kehamilan atau penanganannya (tidak termasuk kecelakaan atau kasus

insidentil) selama kehamilan, melahirkan dan masa nifas (42 hari setelah

melahirkan) tanpa memperhitungkan lama kehamilan per 100.000 kelahiran

hidup. Indikator ini secara langsung digunakan untuk memonitor kematian


terkait kehamilan. Angka Kematian Ibu Maternal berguna untuk

menggambarkan tingkat kesadaran perilaku hidup sehat, status gizi, kesehatan

ibu, kondisi kesehatan lingkungan, tingkat pelayanan kesehatan terutama untuk

ibu hamil, waktu melahirkan dan masa nifas.Keberhasilan pembangunan sektor

kesehatan senantiasa menggunakan indikator AKB dan AKI sebagai indikator

utamanya. Kematian ibu di Kecamatan Bolo dalam tiga tahun terakhir

ditemukan sebanyak 1 orang yaitu pada tahun 2015 dengan penyebab

Kelainan Jantung. Ini menunjukkan bahwa kwalitas pelayanan kesehatan pada

ibu hamil di Kecamatan Selemadeg Barat cukup baik. Disamping itu pula akses

terhadap sarana pelayanan sangat mudah karena penyebarannya bidan

praktek swasta sebagai jaringan yang dimiliki oleh Puskesmas Bolo merata di

wilayah Selemadeg Barat.

Tabel 13 Angka Kematian Ibu di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo


Tahun 2016, 2018 dan 2018
Indikator Tahun 2016 Tahun 2018 Tahun 2018
AKI

Sumber : Laporan Program Kesehatan Ibu dan Anak Puskesmas Bolo

C. Angka Kesakitan
Sepuluh penyakit yang paling banyak ditemukan pada kasus rawat
jalan di Puskesmas Bolo pada tahun 2015 s/d 2018 Angka kesakitan baik
insiden maupun prevalen dari suatu penyakit disebut morbiditas dapat dilihat
pada tabel sebagai berikut:
Tabel14. Sepuluh Besar Penyakit Terbanyak di Puskesmas Bolo

Jumlah Nama penyakit Jumlah Nama Jumlah


No Nama penyakit penyakit
2016 2018 2018

1
2

3
4
5

7
8
9

10
Sumber: SP2TP Puskesmas Bolo tahun 2018

Berdasarkan data 10 besar penyakit kasus rawat jalan di Puskesmas Bolo


tahun 2018 penyakit yang paling banyak diderita pada semua kelompok umur
masih di dominasi oleh penyakit ……………………..yaitu sebanyak ……kasus.
Angka kesakitan baik insiden maupun prevalen dari suatu penyakit disebut
morbiditas. Morbiditas menggambarkan kejadian penyakit dalam suatu populasi
pada kurun waktu tertentu dan berperan dalam penilaian terhadap derajat
kesehatan masyarakat.

1) Penyakit Menular TB Paru


Penyakit TB Paru merupakan penyakit re emerging masih terus
ditemukan di Kecamatan Bolo. Secara nasional TB Paru merupakan penyakit
tropis yang sangat erat kaitannya dengan kemiskinan. TB Paru merupakan
penyakit yang masih tinggi angka kejadiannya bahkan merupakan yang
tertinggi ketiga di dunia. MDGs menetapkan penyakit TB Paru sebagai salah
satu target penyakit yang harus diturunkan selain HIV AIDS dan Malaria. Hasil
pengobatan penderita TB Paru dipakai indikator succses rate, dimana indikator
ini dapat dievaluasi setahun kemudian setelah penderita ditemukan dan diobati.
Sukses rate akan meningkat bila pasien TB Paru dapat menyelesaikan
pengobatan dengan baik tanpa atau dengan pemeriksaan dahak. Pada tahun
2018 angka sukses rate sebesar 76,27 %.
Angka penemuan kasus TB Paru tahun 2018 sebesar 8,33%. Penemuan
kasus yang rendah ini disebabkan karena kurangnya pengetahuan masyarakat
dan rendahnya keinginan untuk memeriksakan diri apa bila mengalami batuk
yang lama, yang mengakibatkan rendahnya cakupan penemuan kasus TB
dimasyarakat ini dibuktikan dengan jumlah cakupan penemuan suspek TBC
sebesar 57.03% dari target yang ditetapkan yaitu 128 penemuan suspek TBC
Meskipun sukses rate kasus TB Paru di Kecamatan Selemadeg Barat
dalam kurun waktu tiga tahun terakhir telah 76.72 %, namun upaya untuk
menurunkan Case Rate dan meningkatkan Success Rate terus harus dilakukan
dengan cara meningkatkan sosialisasi penanggulangan TB Paru sesuai
manajemen DOTS melalui jejaring internal maupun eksternal rumah sakit serta
sektor terkait lainnya. Disamping meningkatkan jangkauan pelayanan, upaya
yang tidak kalah penting dan perlu dilakukan dalam rangka penanggulangan
penyakit TB Paru adalah meningkatkan kesehatan lingkungan serta perilaku
hidup bersih dan sehat di masyarakat. Kasus TB Paru sangat dipengaruhi oleh
kepadatan penduduk dan kemiskinan, karena penularan TB Paru adalah
melalui kontak langsung dengan penderita. Status gizi juga mempengaruhi
kasus TB Paru terutama angka kesembuhannya, dengan status gizi yang baik
penderita TB Paru akan lebih cepat pulih.
b) Pneumonia
Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah penyakit infeksi akut
yang menyerang pernapasan mulai dari hidung hingga alveoli. Penyakit ISPA
yang menjadi masalah dan masuk dalam program penanggulangan penyakit
adalah pneumonia karena merupakan salah satu penyebab kematian anak.
Pneumonia adalah infeksi akut yang menyerang jaringan paru (alveoli). Infeksi
ini bisa disebabkan oleh bakteri, jamur, virus atau kecelakaan karena
menghirup cairan atau bahan kimia. Populasi rentan yang terserang pneumonia
adalah anak umur < 2 tahun. Penemuan dan tatalaksana kasus adalah salah
satu kegiatan program penanggulangan.
Penderita pneumonia yang ditemukan dan ditangani di Puskesmas Bolo
sebanyak 1 kasus (13%) di tahun 2018. Capaian ini jauh dari taget yaitu 18
kasus, ini disebabkan karna banyak khasus Pnemonia yang tidak terlacak dan
dilaporkan dimasyarakat dan kebanyakan orang tua langsung membawa
anaknya ke dokter spesialis anak untuk berobat. Pneumonia pada balita lebih
banyak disebabkan karena faktor seperti kurang gizi, status imunisasi yang
tidak lengkap, terlalu sering membendung anak, kurang diberikan ASI, riwayat
penyakit kronis pada orang tua bayi atau balita, sanitasi lingkungan tempat
tinggal yang kurang memenuhi syarat kesehatan, orang tua perokok dan lain
sebagainya. Upaya yang telah dilakukan untuk menanggulangi kasus
pneumonia pada bayi atau balita adalah menghilangkan faktor penyebab itu
sendiri melalui peningkatan status gizi bayi/balita, peningkatan perilaku hidup
bersih dan sehat (PHBS), peningkatan sanitasi lingkungan tempat tinggal serta
peningkatan status imunisasi bayi atau balita.

c) Human Immunodeficiency Virus (HIV) dan Aquired Immuno Deficiency


Syndrome (AIDS)
HIV/AIDs merupakan penyakit menular yang disebabkan oleh infeksi
virus Human Immunodeficiency Virus yang menyerang system kekebalan
tubuh penderitanya sehingga penderita mengalami penurunan ketahanan
tubuh sehingga sangat mudah terinfeksi berbagai macam penyakit yang lain.
Sebelum memasuki fase AIDS, penderita terlebih dahulu dinyatakan sebagai
HIV positif. HIV positif dapat diketahui dengan 3 cara yaitu VCT, dan zero
survey. Sejak tahun 2016 telah dibuka pemeriksaan VCT di Puskesmas Bolo
dan sejak saat itu ditemukan kasus HIV positif melalui pemeriksaan rapid test.
Pada Tahun 2016 ditemukan 1 kasus, Tahun 2018 3 kasus, dan Tahun 2018
sebanyak 4 kasus. Kasus yang tengah dilakukan pengobatan tersisa 7 kasus
karena pada tahun 2018 1 orang meninggal.
Dalam mengurangi dengan resiko terinfeksi HIV upaya-upaya yang telah
dilakukan untuk menanggulangi penyebaran kasus HIV-AIDS di wilayah kerja
puskesmas bolo adalah dengan melakukan penyuluhan kelompok di posyandu,
pertemuan lintas sektoral di desa dan penyuluhan di dalam gedung. Tujuan
penyuluhan atau KIE tersebut adalah agar kelompok berisiko tersebut mau
datang ke puskesmas untuk mengecek VCT untuk memeriksakan diri secara
berkala dan melakukan perlindungan diri.
d) Infeksi Menular Seksual (IMS)
IMS merupakan jenis penyakit yang dapat ditularkan melalui hubungan sexual

dengan orang yang mengidap IMS. Oleh karena IMS merupakan salah satu

pencetus timbulnya kasus HIV-AIDS di masyarakat, maka Puskesmas Bolo

telah melakukan berbagai upaya untuk mencegah dan mengurangi penularan

penyakit menular seksual (PMS), termasuk dampak sosialnya diantaranya :

• Penyuluhan/KIE kepada masyarakat umum, anak sekolah/remaja


maupun kelompok resiko tinggi

• Penemuan dan Pengobatan

• Melakukan konseling
Tahun 2018 jumlah penderita IMS (Infeksi Menular Seksual) sejumlah 11
kasus dengan distribusi perbanjar sebagai berikut :

Grafik 2 Data Sasaran Penderita IMS (Infeksi Menuar Seksual)


di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018

Sumber: Program P2M Puskesmas Bolo


e) Diare
Diare dapat didefinisikan sebagai kejadian buang air besar berair lebih
dari tiga kali namun tidak berdarah dalam 24 jam, bila disertai dengan darah
disebut disentri. Penyakit gastroenteritis lain seperti diare berdarah dan tifus
perut klinis juga termasuk ke dalam sepuluh besar penyakit baik di Puskesmas
maupun catatan rawat inap di rumah sakit. Meskipun jumlah kasus diare cukup
tinggi, namun angka kematiannya relatif rendah.
Serangan penyakit yang bersifat akut mendorong penderitanya untuk
segera mencari pengobatan ke pelayanan kesehatan. Dalam perjalanan
alamiahnya sebagian besar penderita sembuh sempurna.
Angka kesakitan akibat diare yang dilayani di Puskesmas Bolo dalam
tiga tahun terakhir seperti pada grafik di bawah ini :

Grafik 3 Jumlah Kasus Daire di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo


Tahun 2016 s/d 2018

Telah terjadi ningkatan kasus diare di tahun 2018 sebanyak kasus


diare. Gejala diare yang terkesan ringan dan dapat diobati sendiri oleh
penderitanya menyebabkan penderita enggan mendatangi sarana pelayanan
kesehatan. Penanggulangan diare dititikberatkan pada penanganan penderita
untuk mencegah kematian dan promosi kesehatan tentang hiegyne sanitasi
dan makanan untuk mencegah Kejadian Luar Biasa (KLB). Upaya yang
dilakukan oleh jajaran kesehatan baik oleh Puskesmas maupun dinas
kesehatan adalah meningkatkan penyuluhan kesehatan kepada masyarakat,
kaporitisasi air minum dan peningkatan sanitasi lingkungan.
f) Malaria
Angka kesakitan malaria untuk Bima diukur dengan Annual Parasite
Rate Incidence (API). Pada tahun 2018 tidak terdapat kasus penyakit malaria
positif dari hasil pemeriksan secara klinis terhadap 126 sampel darah di
Puskesmas Bolo karena banyaknya pendatang atau keluarga masyarakat di
wilayah bolo yang dating berkunjung dari daerah-daerah yang endemik
malaria. Penyakit malaria bukan merupakan penyakit endemis tetapi
merupakan kasus-kasus import dari penduduk yang berasal dari daerah
endemis malaria atau orang Bali khususnya yang berasal dari atau yang
pernah tinggal di daerah endemis malaria.
g) Kusta
Kusta adalah penyakit kulit infeksi yang disebabkan oleh mycobacterium
leprae. Bila penyakit kusta tidak ditangani maka dapat menjadi progresif
menyebabkan kerusakan permanen pada kulit, saraf, mata dan anggota gerak.
Strategi global WHO menetapkan indicator eliminasi kusta adalah angka
penemuan penderita/ new case detection rate (NCDR). Dengan NCDR 0,0005
per 10.000 penduduk sudah dapat dikatagorikan sebagai daerah rendah kusta
dengan mengacu pada indikator pusat bahwa daerah dengan NCDR 0,50 per
10.000 penduduk sudah dapat dikatakan sebagai daerah rendah kusta.
Pada Tahun 2018 ditemukan kasus kusta di Desa………...
Keberhasilan penanganan kasus kusta di wilayah kerja Puskesmas Bolo tidak
terlepas dari upaya intensif dari dinas kesehatan, Puskesmas dan jajarannya
serta adanya kemauan penderita untuk sembuh dari penyakit kusta. Kasus
kusta sampai dengan tahun 2018 di Selemadeg Barat sudah bisa ditekan
menjadi < 1 per 10.000 penduduk. Indikator yang dipakai dalam menilai
keberhasilan program kusta adalah angka proporsi cacat tingkat II (cacat yang
dapat dilihat oleh mata). Angka ini dapat dipakai untuk menilai kinerja petugas,
bila angka proporsi kecacatan tingkat II tinggi berarti terjadi keterlambatan
penemuan penderita akibat rendahnya kinerja petugas dan rendahnya
pengetahuan masyarakat tentang tanda/gejala penyakit kusta.
Indikator lain yang dipakai menilai keberhasilan program adalah adanya
penderita anak diantara kasus baru, yang mengindikasikan bahwa masih
terjadi
penularan kasus di masyarakat. Proporsi kasus anak di Kecamatan Bolo sebesar
0%. Dalam tiga tahun terakhir prevalensi kusta tidak mengalami penurunan yang
signifikan, akan tetapi masih berada pada posisi eliminasi kusta.
2) Penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi (PD3I )
Untuk mencegah supaya tidak terjadi kasus penyakit ada beberapa
langkah yang dapat
dilakukan. Salah satunya adalah dengan imunisasi. Beberapa penyakit yang
dapat dicegah dengan imunisasi antara lain :
a. Tetanus Neonatorum
Tetanus neonatorum (TN) disebabkan oleh basil Clostridium tetani,
yang masuk ke tubuh melalui luka. Penyakit ini dapat menginfeksi bayi baru
lahir apabila pemotongan tali pusat tidak dilakukan dengan steril. Pada
tahun 2015 sampai dengan 2018 di Kecamatan Bolo tidak ditemukan
kejadian tetanus neonatorum.

b. Poliomyelitis dan Acute Flaccid Paralysis (AFP)/ Lumpuh Layuh Akut


Penyakit poliomyelitis merupakan salah satu penyakit yang dapat
dicegah dengan imunisasi. Penyebab penyakit tersebut adalah virus polio
yang menyerang system syaraf hingga penderita mengalami kelumpuhan.
Kelompok umur 0-3 tahun merupakan kelompok umur yang paling sering
diserang penyakit ini, dengan gejala demam, lelah, sakit kepala, mual, kaku
di leher dan sakit di tungkai dan lengan. AFP merupakan kondisi abnormal
ketika seseorang mengalami penurunan kekuatan otot tanpa penyebab
yang jelas dan kemudian berakhir dengan kelumpuhan. Selama tiga tahun
terakhir tidak ditemukan kasus polio di wilayah kerja Puskesmas Bolo. Hal
ini menunjukkan kinerja Puskesmas Bolo sudah baik.
c. Campak
Penyakit campak adalah penyakit akut yang mudah menular baik
pada balita, anak-anak maupun orang dewasa yang disebabkan oleh virus
campak. Penularan campak dapat terjadi melalui udara yang terkontaminasi
dan secret orang yang terinfeksi. Pada tiga tahun terakhir tidak ditemukan
kejadian campak. Keberhasilan menekan kasus campak tidak terlepas dari
pelaksanaan imunisasi campak secara rutin baik di tingkat Puskesmas dan
sarana kesehatan lainnya, penyediaan sarana vaksin yang sudah memadai,
tenaga yang mencukupi serta kesadaran masyarakat untuk mendapatkan
imunisasi campak bagi bayi/balitanya.

3) Penyakit Potensial KLB/Wabah

a) Demam Berdarah Dengue (DBD)


Demam Berdarah Dengue adalah penyakit yang disebabkan oleh virus Dengue
dan ditularkan oleh vector nyamuk aedes aegypty. Indonesia merupakan negara
tropis yang secara umum mempunyai risiko terjangkit penyakit DBD, karena
vektor penyebabnya yaitu nyamuk Aedes aegypti tersebar luas di kawasan
pemukiman maupun tempat - tempat umum, kecuali wilayah yang terletak pada
ketinggian lebih dari 1000 meter di atas permukaan laut. Serangan penyakit DBD
berimplikasi luas terhadap kerugian material dan moral berupa biaya rumah sakit
dan pengobatan pasien, kehilangan produktivitas kerja dan yang paling fatal
adalah kehilangan nyawa. Perjalanan Penyakit Demam Berdarah Dengue (DBD)
cepat dan dapat mengakibatkan kematian dalam waktu singkat. Penyakit ini
merupakan penyakit menular yang sering menimbulkan kejadian luar biasa (KLB)
di Indonesia. Kecamatan Bolo merupakan daerah minoritas endemis DBD, karena
selama 3 tahun berturut – turut tidak adanya kasus DBD. Namun pada tahun
2019 ada 2 kasus yang dilaporkan tekena DBD berdasarkan hasil pemeriksaan
laboratorium.

Grafik 4 Kasus Demam Berdarah Dengue di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo


Th. 2016 s/d 2018

Sumber Data : Pemegang Program Surveilans DBD Puskesmas Bolo


Tiga hal penting dalam upaya pemberantasan DBD adalah
1) Peningkatan surveilans penyakit dan surveilans vektor,
2) diagnosis dini dan pengobatan dini,
3) peningkatan upaya pemberantasan vektor penular penyakit DBD.

Upaya pemberantasan vektor yang telah dilaksanakan melalui


pemberantasan sarang nyamuk (PSN) melalui 3M plus (Menguras,menutup dan
mengubur) plus menabur larvasida. Indikator yang dapat digunakan untuk
mengukur tingkat keberhasilan pelaksanaan PSN adalah angka bebas jentik
(ABJ). Tahun 2018 ABJ Kecamatan Bolo adalah sebesar 96,06 %.
Adanya kasus DBD di di Kecamatan Bolo disebabkan oleh lingkungan
dengan tingkat sanitasi yang kurang memadai, tingkat kepadatan penduduk serta
tingkat kepadatan populasi nyamuk aedes aegypty yang tinggi, serta masih
rendahnya peran serta masyarakat dalam pemberantasan sarang nyamuk.
Berbagai upaya telah diambil untuk menanggulangi penyakit Demam Berdarah di
masyarakat, diantaranya adalah melalui Fogging massal maupun fokus,
Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) melalui program 3 M plus, penyuluhan
Perilaku Hidup Bersih dan Sehat serta peningkatan sanitasi lingkungan,
pembentukan jumantik untuk murid SD kelas 3, 4, 5 di Sekolah-sekolah dasar di
wilayah Selemadeg Barat dan pemberdayaan pembentukan jumantik di keluarga.
Kebijakan lain yang telah ditempuh dalam upaya menurunkan Angka
Kejadian DBD adalah dengan mengangkat petugas Juru Pemantau Jentik
(jumantik) yang ditempatkan di masing – masing dusun, dimana bertugas
melaksanakan pemantauan jentik ke rumah – rumah penduduk. Berbagai upaya
yang telah dilakukan diharapkan dapat menurunkan kasus DBD dan kejadian luar
biasa yang lebih besar dapat dicegah.

b) Rabies
Rabies merupakan penyakit dengan CFR yang sangat tinggi, yang disebabkan
oleh infeksi virus rabies yang ditularkan melalui gigitan hewan seperti anjing,
kucing, kera yang di dalam tubuhnya mengandung virus rabies. Pada tahun 2016
s/d 2018 di Kecamatan Bolo tidak ada kasus rabies .
c) Keracunan Makanan
Terdapat 1 kasus kejadian keracunan makanan yang ada di wilayah kerja
puskesmas bolo akibat keracunan makanan. Berangkat dari kasus tersebut
petugas melakukan penyuluhan dan pelatihan mengenai pengolahan makanan,
mulai dari pembelian, peracikan, pengolahan, penyimpanan dampai dengan
penyajian dan keamanan pangan kepada para juru masak untuk mencegah
terjadinya keracunan.
BAB IV
SITUASI UPAYA KESEHATAN

Berdasarkan Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 bahwa Pusat


Kesehatan Masyarakat atau Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang
menyelenggarakan Upaya Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan
tingkat pertama dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif untuk
mencapai derajat kesehatan yang setinggi-tingginya yang terdiri dari Upaya
Kesehatan Masyarakat dan Upaya Kesehatan Perorangan, yaitu :

A. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial

1. Pelayanan Promosi Kesehatan termasuk UKS

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan

3. Pelayanan KIA KB yang bersifat UKM

4. Pelayanan Gizi Yang Bersifat UKM

5. Pelayanan Pencegahan dan Pengendalian Penyakit

6. Pelayanan Keperawatan Kesehatan Masyarakat

B.Upaya Kesehatan Masyarakat Pengembangan

1. Pelayanan Kesehatan Jiwa

2. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat

3. Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer

4. Pelayanan Kesehatan Olahraga

5. Pelayanan Kesehatan Indra

6. Pelayanan Kesehatana Lansia

7. Pelayanan Kesehatan Kerja


C.Upaya Kesehatan Perorangan, Kefarmasian dan Laboratorium

1. Pelayanan Pemeriksaan Umum

2. Pelayanan Kesehatan gigi dan Mulut

3. Pelayanan KIA/KB yang bersifat UKP

4. Pelayanaan Kegawat Daruratan

5. Pelayanan Gizi yang bersifat UKM

6. Pelayanan Persalinan

7. Pelayanan Rawat Inap Untuk Puskesmas yang menyediakan pelayanan rawat


Inap
8. Pelayanan Kefarmasian
9. Pelayanan Laboratorium

D. Jaringan Pelayanan Puskesmas dan Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan

1. Puskesmas Pembantu

2. Puskesmas Keliling

3. Bidan Desa
4. Jejaring Fasilitas Pelayanan Kesehatan
A. Upaya Kesehatan Masyarakat Esensial (UKM Esensial) dan Keperawatan

Kesehatan Masyarakat

1. Pelayanan Promosi Kesehatan (Promkes) termasuk UKS

Setiap program kesehatan dikembangkan dengan tujuan untuk memecahkan

masalah kesehatan. Masalah kesehatan timbul bukan saja karena kuman penyakit,

tetapi juga perilaku manusia. Oleh karena itu program penanggulangan masalah

kesehatan harus pula mencakup aspek edukatif yang menangani masalah perilaku

sehat. Dengan demikian penyuluhan kesehatan merupakan bagian yang tidak

terpisahkan dari setiap program kesehatan. Setiap petugas kesehatan yang

berhubungan langsung dengan masyarakat mempunyai tugas penyuluhan.

Tabel 15. Pencapaian Program Promkes Berdasarkan CRS

N Sasara Capaian 2018


Indikator Target Ket
o n Absolut %
1 Cakupan Desa Siaga Aktif
2 Jumlah Kebijakan Publik
Yang Berwawasan
Kesehatan
3 Presentase Kecamatan Yang
Memiliki Kebijakan PHBS
4 Presentase Desa Yang
Memanfaatkan ADD Minimal
10%
5 Jumlah Usaha Yang
Memanfatkan CSR Nya
6 Jumlah Organisasi
Kemasyarakatan Yang
Memanfaatkan Sumber
Dayanya Untuk Kepentingan
Kesehatan
7 Jumlah Tema Pesan Dalam
Komunikasi, Informasi, Dan
Edukasi Kepada masyarakat
a. Penyuluhan Kesehatan Masyarakat
Dalam rangka mencapai bolo yang sehat dan mandiri maka kegiatan promosi
Kesehatan harus ditingkatkan dengan cara melengkapi materi penyuluhan untuk
pasien, masyarakat dan Kader. Materi penyuluhan dengan berbagai topik
kesehatan bisa berupa leaflet, lembar balik, film, Power Point dan poster –poster
penyuluhan yang dilakukan didalam gedung maupun diluar gedung.
1) Penyuluhan Dan Konseling Didalam Gedung
Dilaksanakan di Ruang MTBS, Ruang Promkes, Pojok Laktasi, Pojok oralit
dan diruang tunggu pasien melalui leaflet, lembar balik, DVD/VCD dan
kaset.
a) Bahan penyuluhan dan alat peraga tersedia (leaflet, poster, majalah
dinding, lembar balik, DVD/VCD)
b) Petugas penyuluh adalah para medis yang pada saat tersebut
terjadwal.
c) Penyuluhan dengan media poster didinding/tembok agar mudah
dibaca oleh pengunjung.

2) Penyuluhan diluar gedung


Dilaksanakan di posyandu, sekolah, pertemuan /rapat di
kelurahan/kecamatan, mobil sehat dan puskesmas keliling. Terjadwal lengkap
dengan Notulen, daftar hadir dan RTL (Rencana Tindak Lanjut).

3) UKBM (Usaha Kesehatan Bersumber Daya Masyarakat)


Salah satu contoh partisipasi masyarakat dalam bidang kesehatan dalam
bentuk Upaya Kesehatan Berbasis Kesehatan (UKBM) salah satunya adalah
Posyandu. Posyandu di Wilayah kerja Puskesmas Bolo pada tahun 2018
dilaporkan sebanyak 64 posyandu balita, lansia, dan posbindu.
Adapun strata posyandu sebagai berikut:
a) Posyandu Balita, Lansia dan Posbindu
Puskesmas Bolo memiliki 64 Posyandu diantaranya 27,3 % dengan
tingkatan Pratama dan 72,7 % dengan tingkatan Madya, sebagai puskesmas
yang mencanangkan inovasi posyandu keluarga, Posyandu Balita, Lansia dan
Posbindu ditempatkan denagn posyandu yang sama.

Tabel 15. Data Posyandu Balita Di Wilayah Kerja Puskesmas BoloTh. 2018

NO DESA NAMA POSYANDU DUSUN JUMLAH KADER AKTIF


NUSA INDAH I
TERATAI II
1 TAMBE SEDAP MALAM III,VII
SEPAKAT IV,V,VI
CEMPAKA VII
BAHAGIA I
SEJAHTERA I II
2 RASABOU SEJAHTERA II III
SETIA KAWAN IV
HARAPAN V
3 KARA SINAR HARAPAN I
MELATI I
MEKAR SARI II
TEGAL SARI II
4 RATO MAWAR I III
MAWAR II IV
JAMBU I V
JAMBU II VII
BIDARA I
KECAPI II
5 KANANGA
HATI MULYA III,IV
TIMU KARA V,VI
MAWAR I
MELATI II
6 LEU SEROJA III
SEPEDA IV
GARUDA V
MANGGA I
ANGGUR II
7 TIMU
SALAK III
NANGKA IV, V
SILATURAHMI I
8 BONTOKAPE KINCA II
SEHATI III
BAHARI I
9 DARUSALAM PUTRA SAYANG II
SIPUT III
SEJAHTERA I I, II
SEJAHTERA II II, III
10 SONDOSIA
MERPATI V
PISANG IV
BURUNG WALET I
BURUNG NURI II
BURUNG KAKAK TUA II
11 SANOLO
BURUNG
CENDRAWASIH III
BURUNG MERPATI III
MORI SAMA I
SAMAKAI II, III
12 NGGEMBE KEPITING IV
MUJAIR V
KARAWI SAMA IV
JERUK I
13 TUMPU ANGGREK II
BONSAI III
JATI I
14 RADA PEPAYA II
TAWES III
Sumber data : Imunisasi Puskesmas Bolo 2018
4) PHBS (Perilaku Hidup Bersih Dan Sehat)
Pada tahun 2018 dilakukan pemantauan terhadap rumah tangga
dengan jumlah sasaran 210 Rumah Tangga per desa. Total jumlah sasaran
2310 Rumah tangga dengan capaian pada triwulan I sejumlah 41,6 %,
Triwulan II 87,8%, dan pada Triwulan III 100 % rumah tangga telah ber-PHBS.

Grafik 4.4 Grafik Pemantauan PHBS Rumah Tangga Tangga di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun
2018

Sumber : Data Profil PHBS Program Promkes Tahun 2018

Usaha Kesehatan Sekolah (UKS)


Usaha Kesehatan Sekolah merupakan program strategis dengan sasaran sekitar
23% dari seluruh penduduk yaitu anak usia sekolah (usia 5-19 tahun) yang
merupakan kelompok usia yang sangat rawan karena berada dalam periode
pertumbuhan dan perkembangan. Oleh sebab itu Pemkab Selemadeg Barat
mengeluarkan kebijakan untuk memberikan pembinaan khusus kepada anak didik.
Diharapkan dalam 12 tahun mendatang akan terlihat perubahan perilaku anak sekolah
secara menyeluruh serta memberikan imbas pada keluarga dan lingkungannya.
Puskesmas Bolo sebagai ujung tombak pelaksanaan program UKS bidang kesehatan
di wilayah kerja Puskesmas Bolo, memiliki sasaran : SD/MTs sebanyak 20 sekolah
dan SLTP sebanyak 2 sekolah. Berikut adalah data dan pencapaian program UKS
Selemadeg Barat
Tujuan program UKS : Untuk meningkatkan mutu pendidikan dan
prestasi belajar peserta didik dengan meningkatkan PHBS serta derajat
kesehatan peserta didik dan menciptakan lingkungan yang sehat sehingga
memungkinkan pertumbuhan dan perkembangan yang harmonis dan optimal
dalam rangka pembentukan manusia Indonesia seutuhnya.
Kegiatan yang dilaksanakan berpedoman pada Trias UKS :
1) Pendataan murid baru ( kelas 1 )
2) Penjaringan terintegrasi dengan programPromkes, Kes mata, THT, Kesling,
Gizi
3) Pemeriksaan berkala
Kegiatan lain yang terintegrasi dengan program lain :
4) Pelaksanaan BIAS
5) Penyuluhan Kesehatan (PHBS)
6) Pembinaan dokter kecil
7) Pembinaan PKPR di SD dan SMP
8) Pembinaan warung sekolah dan lingkungan sekolah
Kegiatan Yang Sudah Dilakukan :
1) Pendataan murid baru (kelas I)
Berituk adalah data dari hasil pendataan murid/siswa baru di wilayah kerja
Puskesmas Bolo dapat dilihat pada tabel 2.15
Tabel 4.6 Data Murid Baru SD di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Th 2018
Kls I Kls II Kls III Kls IV Kls V
Nama
Sekolah JM JM
L P L P JML L P JML L P L P
L L
1
SD 1 Selabih 4 9 3 8 4 12 3 1 4 3 7 10 0 0
SD 2 Selabih 6 3 9 6 3 9 10 12 22 7 7 14 6 7
1
SD 1 Lalanglinggah 10 8 8 12 14 26 8 6 14 14 8 22 4 9
SD 2 Lalanglinggah 2 6 8 3 7 10 3 8 11 5 2 7 4 0
2
SD 3 Lalanglinggah 9 12 1 9 5 14 14 9 23 9 9 18 6 5
1
SD 1 Mundeh 6 7 3 11 8 19 12 8 20 8 7 15 6 7
1
SD 2 Mundeh 9 10 9 12 8 20 3 5 8 12 8 20 4 6
1
SD 1 Mundeh Kauh 4 11 5 9 11 20 3 3 6 10 8 18 7 14
SD 2 Lumbung 3 0 3 2 2 4 4 1 5 6 5 11 3 2
SD 3 Lumbung 1 1 2 4 3 7 7 2 9 5 2 7 3 6
SD 1 Lumbung
Kauh 6 5 11 3 6 9 5 3 8 7 7 14 6 13
SD 1 Bengkel Sari 0 2 2 2 1 3 0 3 3 4 5 9 4 2
SD 2 Bengkel Sari 1 1 2 1 3 4 0 0 0 3 4 7 2 5
SD 1 Angkah 7 4 11 9 3 12 3 6 9 4 5 9 7 3
SD 2 Angkah 2 0 2 4 7 11 3 3 6 4 2 6 5 6
1
SD 1 Tiyinggading 5 7 2 5 4 9 11 10 21 6 9 15 4 10
SD 2 Tiyinggading 1 2 3 3 5 8 4 2 6 5 3 8 3 1
1
SD 1 Antosari 8 10 8 9 5 14 9 5 14 8 5 13 6 7
SD 1 Mundeh 2
Kangin 13 10 3 5 7 12 8 10 18 8 2 10 5 9
Sd 2 Mundeh
Kangin 3 2 5 4 6 10 7 4 11 4 1 5 5 5
TOTAL

Tabel 4.7 Data Murid Baru SMP di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Th 2018
Kls VII Kls VIII Kls IX JUMLAH
Nama Sekolah TOTA
L P JML L P JML L P JML L P
L
SMP 1 Selemadeg
Barat 77 77 154 93 81 174 95 81 176 265 239 504
SMP 2 Selemadeg
Barat 11 11 22 16 16 174 17 9 26 44 36 80
TOTAL 309 275 584
2) Pembinaan Dokter Kecil
Untuk pembinaan dokter kecil diambil 10% jumlah murid di masing-masing
sekolah. Sekolah yang dokter kecil dan KKR nya sudah dilatih mulai dari
sekolah SD, SMP yang berada di wilayah Puskesmas Bolo. Pembinaan KKR
dilaksanakan 6 kali yaitu di SD 1 Lalanglinggah, SD 2 Lalanglinggah, SD 1
Selabih, SD 2 Selabih, SD 1 Mundeh, SD 1 Antosari dan SMP 1 Selemadeg
Timur
3) Pembinaan Sekolah
Meliputi: pembinaan kantin, pembinaan lingkungan sekolah. Untuk tahun
2018 semua sekolah sudah dibina kantin dan lingkungannya serta sudah
diberi penyuluhan.
4) Pembinaan sekolah Lomba
Antara lain: Lomba dokter kecil, Lomba Kader Kesehatan Remaja (KKR),
Pembinaan Lomba PKTP (Penanggulangan Kanker Terpadu Paripurna).
Dalam pelaksanaan UKS masih ada beberapa kendala yang perlu diperbaiki
diantaranya hasil screening anak-anak yang memerlukan perawatan perlu
ditindaklanjuti dengan koordinasi antara petugas kesehatan, guru dan orang
tua.

2. Pelayanan Kesehatan Lingkungan ( Kesling)


Upaya kesehatan lingkungan adalah upaya untuk meningkatkan kesehatan
lingkungan melalui usaha sanitasi dasar, pengawasan mutu lingkungan dan
tempat umum, termasuk pengendalian pencemaran lingkungan dengan
meningkatkan peran serta masyarakat yang dapat memberi pengaruh jelek
terhadap kesehatan mereka. Sehingga tujuan program ini adalah berubahnya,
terkendalinya atau hilangnya semua unsur fisik dan lingkungan yang terdapat di
masyarakat yang dapat memberi dampak yang kurang baik terhadap kesehatan
mereka. Capaian Target kegiatan Kesehatan Linkungan secara garis besar telah
mencapai target, ada 2 (dua indikator yang belum mencapai target ini
dikaranakan di desa ada kegiatan upacara ada yang tidak mungkin untuk
melalukan kegiatan di desa tersebut). Capaian target program dapat dilihat pada
tabel 2.17 dibawah ini:
Tabel 4.8 Capaian Target Kinerja Program Kesehatan Lingkungan Puskesmas Bolo Tahun 2018
CAPAIAN
2018
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolut (%)
Persentase sarana air minum yang
1 dilakukan Melum
pengawasan 11 100% 10 90,91 Mencapai
target
2 Cakupan inspeksi Higiene dan sanitasi Sudah sesai
100 80% 81 81,18
makanan dan minuman Target
3 Cakupan inspeksi penyehatan tempat Sudah sesai
11 85% 9 90,91
pembuangan sampah dan limbah Target
4 Cakupan inspeksi penyehatan lingkungan Sudah sesai
2510 85% 2282 90,92
pemukiman dan jamban keluarga Target
5 Cakupan Pengawasan sanitasi TTU 169 90,10 Melum
216 100% Mencapai
target
6 Cakupan pembinaan pengawasan kantin Sudah sesai
22 90% 22 100
sekolah Target
7 Cakupan pengendalian vector Sudah sesai
11 Desa 85% 11 96,00
Target
Cakupan Desa yang melaksanakan
8 STBM Sudah sesai
6 Desa 100% 6 100%
Target
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Bolo Tahun 2018

Kegiatan program kesehatan lingkungan yang telah dilaksanakan dalam tahun


2018 meliputi kegiatan :
1) Pengawasan Kualitas Air
Kebutuhan akan air bersih bagi masyarakat Puskesmas Bolo bersumber dari
Perlindungan Mata Air, Perpipaan, Sumur Gali, Sumur Bor, PDAM,
Pemapungan
Air Hujan dan Sumur Pompa Tanggan sesuai dengan data sebagai berikut:
Tabel 4.9 Data Sumber Air Bersih di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Th 2018
No Desa Perlindungan Perpipaan PDAM Penampungan Sumur Sumur Sumur
Mata Air Air Hujan Bor Gali Pompa
Tangan
1 2 7 10 12
2 3 41
3 10 3
4 1 15 2 1 72
5 5 5 4
6 3 3

7 1 1
8 2 5 5 4
9 8
10 3 8 1 6 1
11 3 9 4
Sumber : Pendataan Sasaran Kesling Tahun 2018
Cakupan pemakaian air bersih rumah tangga secara keseluruhan
masyarakat
sudah mencapai 100 %, baik diperoleh dari sarana umum maupun
pribadi/milik
sendiri.
2) Kaporitisasi
Kaporitisasi dilaksanakan oleh petugas Puskesmas, oleh kader dan
masyarakat sendiri, sebagian besar masyarakat telah mengetahui manfaat
dari kaporitisasi, namun masih ada yang belum mau menggunakan kaporit
karena bau dan rasa air kurang enak, Selain itu persedian Kaporit dari dinas
Kesehatan Kabupaten kerkadang kosong yang mengakibatkan lambatnya
distribusi kaporitisasi pada sumber air bersih yang dibutuhkan oleh warga.
3) Inspeksi Sumber Air Bersih
Kegiatan inspeksi sanitasi sarana air bersih dilakukan terhadap fisik sarana
selain PDAM yaitu perpipaan, Sumbur gali, sumur bor, perlindungan mata air,
pemapungan air hujan, sumur pompa tanggan. Inspeksi dilakukan dengan
mengunakan instrument Inspeksi sanitasi IKL (Inspeksi Kesehatan
Lingkungan Sumber Air Bersih), sehingga diketahui tingkat risiko pencemaran
pada sumber air tersebut adapun hasil inspeksi dapat dilihat pada tabel 2.18
sebagai berikut :

Tabel 4.10 Hasil Inspeksi Sanitasi Sumber Air Bersih di wilayah Puskesmas Bolo Th. 2018
Jumlah Hasil Risiko
No Desa Jumlah SAB SAB Pencemaran
yang di IS Ringan Sedang Tinggi Anat Tinggi
1 Lalanglinggah 31 5 5
2 Antosari 44 4 1 2 1
3 Selabih 13 2 2
4 Mundeh 91 3 3
5 Mundeh Kauh 14 2 2
6 Lumbung Kauh 6 2 2
7 Bengkel Sari 2 2 1 1
8 Tiyinggading 16 3 2 1
9 Lumbung 8 2 1 1
10 Angkah 19 3 2 1
11 Mundeh Kangin 16 3 1 2
TOTAL 260 31 15 15 1
Sumber: Hasil Inspeksi Sanitasi SAB Kesling
Dari hasil inspeksi sanitasi yang telah dilaksanakan ada beberapa sarana
sumur gali yang mempunyai resiko pencemaran ringan ( 0,5% ), sedang
( 0,4,9%) dan tinggi (0,01%). Dengan permasalahan : Sumber air tidak di
lengkapi dengan pelindung, bibir sumur kurang dari satu meter tidak
sempurna sehingga memungkinkan air
merembes ke dalam sumur, dinding sumur tidak disemen sepanjang
kedalaman 3 m, sewaktu-waktu ada genangan air di atas lantai. Ada jamban
dengan jarak kurang dari 10 meter sekitar sumur, tidak ada saluran air
limbah, ada sumber pencemaran lain. Upaya yang akan dilakukan dalam
mengatasi permasalahan ini adalah dengan advokasi perbaikan sarana dan
melaksanakan penyuluhan.
4) Pengambilan Sempel
Untuk mengetahui kualitas airnya didukung dengan hasil pemeriksaan
laoratorium
(untuk pemeriksaan bakteriologis) dengan hasil sebagai berikut:

Tabel 4.11 Hasil Pemeriksaan Bakteriologis SAB di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Th. 2018
Hasil Pemeriksaan Bakteriologis
No Desa Diperiksa
Risiko
Rendah Risiko Sedang Risiko Tinggi

1 2 1 1
2 Antosari 1 1
3 Selabih 1 1
4 Mundeh 1 1
5 Mundeh Kauh 1 1
6 Lumbung Kauh 1 1
7 Bengkel Sari 1 1
8 Tiyinggading 1 1
9 Lumbung 1 1
10 Angkah 1 1
11 Mundeh Kangin 1 1
TOTAL 12 11 1
Sumber : Data pemeriksaan Sempel air Kesehatan Lingkungan Th. 2018

Dalam tahun 2018 ini ada pengambilan sampel yaitu baru 0,05% dari 260
sarana yang ada, hal ini disebabkan mungkin terbatasnya dana yang
ada.
5) Pengawasan Lingkungan Pemukiman
a) Pengawasan Jamban Keluarga ( Jaga )
Data akses Jaga di wilayah kerja Puskesmas Bolo dapat sebagai besar telah
memiliki jamban, persentase askses jamban tertinngi pada desa Mundeh
yaitu 99,76 % dan yang paling rendah desa Mundeh Kangin dengan
presentase 82,06 %, Persentase Akses Jamban Persentase akses jamban
keluarga sebanyak 97,08 %, masih adanya warga yang buang air besar
sembarangan seberas 1,34 %. Upaya yang dilaksanakan adalah dengan
melaksanakan penyuluhan dan pemicuan masyarakat dan aparatur di
masing-masing banjar yang angka BABSnya masih tinngi. Persentase Akses
Jamaban Keluarga di wilayah kerja Puskesmas Bolo dapat dilihat pada tabel
2.18
Tabel 4.12 Data Akses Jamban Keluarga di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018
Jumla Akses Jamban
Nama
h %
No Kelurahan/ JSP JSSP Sharing BABS
KK Akses
Desa
K Jamba
KK % KK % KK % K % n
1 Mundeh Kangin 657 535 81,43 115 0,18 3 0,46 4 0,61 82,06
2 Mundeh Kauh 467 448 95,93 15 3,21 2 0,43 2 0,43 99,57
3 Selabih 479 438 91,44 34 7,10 2 0,42 5 1,04 98,96
4 Lalang Linggah 1216 1201 98,77 0 0,00 12 0,99 3 0,25 99,75
5 Mundeh 851 804 94,48 43 5,05 2 0,24 2 0,24 99,76
6 Tiying Gading 719 667 92,77 27 3,76 15 2,09 10 1,39 98,61
7 Bengkel Sari 447 406 90,83 9 2,01 19 4,25 13 2,91 97,09
8 Lumbung Kauh 377 348 92,31 21 5,57 3 0,80 5 1,33 98,67
9 Angkah 694 617 88,90 30 4,32 34 4,90 13 1,87 98,13
10 Lumbung Kauh 610 558 91,48 35 5,74 7 1,15 10 1,64 98,36
11 Antosari 590 507 85,93 51 8,64 14 2,37 18 3,05 96,95
TOTAL 7107 6529 91,30 380 4,1438 113 1,6433 85 1,341 97,08
Sumber : Data Baseline STBM

b) Pengawasan Rumah
Pengawasan rumah dilakukan dengan menggunakan indikator kartu
rumah. Secara keseluruhan rumah yang diperiksa dan memenuhi syarat
dapat dilihat pada tabel dibawah ini

Tabel 4.13 Data Pengawasan Rumah di Puskesmas Bolo Tahun 2018


Rumah Yang Rumah Yang
Jml Peiksa
No Desa KK Memenihi Syarat
Rumah
JML % JML %
1 Lalanglinggah 1.027 978 784 80,16% 735 93,75%
2 Antosari 586 511 452 88,45% 440 97,35%
3 Selabih 465 451 384 85,14% 376 97,92%
4 Mundeh 848 512 347 67,77% 330 95,10%
5 Mundeh Kauh 484 467 356 76,23% 345 96,91%
6 Lumbung Kauh 378 278 206 74,10% 189 91,75%
7 Bengkel Sari 302 265 200 75,47% 180 90,00%
8 Tiyinggading 607 586 426 72,70% 416 97,65%
9 Lumbung 612 573 407 71,03% 386 94,84%
10 Angkah 694 623 485 77,85% 475 97,94%
11 Mundeh Kangin 531 488 385 78,89% 367 95,32%
TOTAL 6.534 5.732 4.432 77,07% 4.239 95,32%
Pada Tabel tersenut dapat dilihat jumlah rumah yang di lakukan
Pemeriksaan sejumlah 4.432 rumah (77,07 %) dari jumlah tersebut 95,32 %
telah memenuhi syarat kesehatan sesuai dengan indikator Kartu Rumah.
Kriteria yang dipergunakan adalah kriteria rumah sehat yang mencakup
sarana dasar yang ada di rumah tersebut. Walaupun sudah mencapai target,
upaya penyuluhan akan tetap dilaksanakan secara berkesinambungan baik
oleh kader kesehatan lingkungan di masing-masing banjar dan oleh petugas
puskesmas
6) Pengawasan TTU ( Tempat- Tempat Umum)

Ada beberapa jenis TTU yang ada di Wilayah Puskesmas Bolo , data jumlah
dan inspeksi sanitasi TTU yang ada di wilayah Puskesmas Bolo
dapat dilihat dapa tabel di bawah ini :

Tabel 4. 14 Data Pengawasan TTU di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018
JUMLAH HASIL
No JENIS SARANA JUMLAH DIPERIKSA PEMERIKSAAN
TERDATA JML % MS % TMS %
1 Kost Kosan 8 80,00% 8 100,0% 0 0%
/Losmen
2 Salon Kecantikan/
pangkas rambut
3 Tempat Rekreasi
Gedung
4 pertemuan
5 Masjid/musola
6 Gereja
7 Pura
8 Pasar
9 Apotik
10 Sarana kesehatan
TOTAL
Sumber : Laporan Inspeksi TTU Puskesmas Bolo Tahun 2018

TTU sehat di wilayah Puskesmas Bolo mencapai 90,28% dari jumlah TTU
yang diperiksa (169 tempat) ini masih belum mencapai target yaitu 100% ini
dikarenakan ada sebagian TTU belum memiliki sarana dasar sanitasi. Upaya
yang akan dilakukan antara lain pendekatan/pembinaan kepada pihak pengelola
TTU untuk mengupayakan membangun sarana sanitasi dasar dan
mengupayakan bantuan pemerintah dan masyarakat / pengelola untuk
pembuatan sarana sanitasi dasar.

7) Pengawasan TPM (Tempat Pengolahan Makanan)

Ada Beberapa jenis TPM di wilayah Kerja Puskesmas Bolo yang tersebar di
desa-desa Kecamatan selemadeg Barat. Pendataan dan inspeksi sanitasi
telah dilaksanakan pada 35 Tempat Pengolahan Makanan (55,14%) dan yang
memenuhi syarat 76,67% (30 Tempat Pengolahan Makanan) .Data TPM dan
hasil Inspeksi sanitasi TPM dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4. 15 Data Pengawasan TPM di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018

JUMLAH HASIL
No JENIS SARANA JUMLAH DIPERIKSA PEMERIKSAAN
TERDATA JML % MS % TMS %
1 Warung Makan
2 Rumah Makan
3 Industri Makanan &
minuman
4 Depot Air Minum
TOTAL
Sumber : Laporan Inspeksi Sanitasi TPM 2018

Untuk beberapa TPM yang belum memenuhi syarat karena pedagang


masih sulit merubah prilakunya, sehingga pedagang belum bisa
melaksanakan saran-saran dari petugas kesehatan. Upaya yang akan
dilakukan adalah dengan memberikan pembinaan dan penyuluhan secara
berkesinambungan.
8) Pendampingan Pelaksanaan Desa STBM

STBM merupakan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat yang miliki 5 (lima) pilar
dalam pelaksanaannya diantaranya, (1) stop BABS (Buang Air Besar
Sembarangan) (2) Cuci Tangan Pakai Sabun (3) Pengolahan Sampah Rumah
Tangga (4) Pengolahan Limbah Rumah Tangga dan (5) Penolahan makanan
dan Minuman Rumah tangga. Untuk mewujutkan hal tersbut Puskesmas Bolo
telah Melaksanakan kegitan diantaranya :
a) Pemicuan Stop BABS

Pemicuan Stop Buang Air Besar Sembarangan (Stop BABS) di


masyarakat pada prinsipnya adalah “pemicuan” terhadap rasa jijik, rasa
malu, rasa takut sakit, rasa berdosa dan rasa tanggung jawab yang
berkaitan dengan kebiasaan BAB di sembarang tempat. Di Wilayah Kerja
Puskesmas Bolo telah dilaksanakan Pemicuan di banjar yang paling tinggi
angka BABSnya di setiap Desa diantaranya : Br. Sembung Desa
Lumbung, Br. Antagana Kaja Desa Tiying Gading, Br. Nyuh Gading Desa
Mundeh, Br. Angkah Pondok Desa Angkah, Br. Selabih Pangkung Kuning
Desa Selabih dan Br. Bengkel Desa Bengkelsari.
b) Kampanye Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)
Kampanye CTPS dilakukan untuk memberikan sosialisasi cara mencuci
tangan yang benar dengan tujuh langkah menggunakan sabun dibawah
air mengalir,
kegiatan menyasar pada ibu rumah tangga yang diharapkan bisa
menerapkan kebiasaan ini dirumah tangga dan menularkannya ke
anggota keluarga yang lainnya. Kegitan ini dilaksanakan terintegrasi
dengan kegiatan posyandu dan kegiatan promkes.
c) Sosialisasi STBM kepada Aparat dan Masyarakat

Sosialisasi STBM kepada Aparat dan Masyarakat dilaksanakan bertujuan


untuk membentuk komitmen masyarakat dalam melaksanaaan STBM di
wilayah tersebut. Sosialisasi STBM ini melibatkan pihak desa, tokoh-tokoh
masyarakat, Majelis Alit, Koramil, Babinsa dan masyarakat. Kegiatan ini
dilaksanakan di 6 (enam) desa di wilayah Puskesmas Bolo antara lain:
Desa yang telah menerima PANSIMAS II (Bengkel Sari), Desa Penerima
bantuan PANSIMAS II (Mundeh Kauh), dan desa yang akan menerima
bantuan PANSIMAS tahun 2018 yaitu Desa Lalanglinggah, Tiyinggading,
Lumbung dan Angkah.
d) Update Peta Sanitasi

Update Peta sanitasi bertujuan untuk mengetahui satus sanitasi di desa.


Kegitan ini melibatkan Kepala Pelaksana Kewilayanah masing-masing
banjar. Kegitan ini telah dilaksanakan di semua desa di wilayah kerja
Puskesmas Bolo
e) Evaluasi Pasca Pemicuan dan pergerakan Masyaraat

Evaluasi Pasca Pemicuan dilaksanakan untuk mengetahui seberapa


besar progress yang terjadi di masyarakat setelah dilaksanakan pemicuan
STBM. Dengan hasil warga yang belum memiliki jamban 1,34% sebagian
telah mulai berusaha membuat jamban tipe cempung, di desa-desa yang
telah dipicu mulai menganggarkan di Dana desa untuk membantu warga
yang kurang mampu untuk memiliki jamban salah satunya Desa Mundeh,
Desa Mundeh Kauh, Desa Selabih dan Lalanglinggah. Meskipun demikin
di Kecamatan Selemadeg Barat belum ada Desa yang mampu mencapai
Desa ODF. Hal ini bisa terwujut apa bila adanya komitmen dan kerja sama
dari semua elemen masyarakat dalam melaksanakan 5 (lima) pilar STBM.
3. Pelayanan KIA-KB yang bersifat UKM

Program ini bertujuan untuk menurunkan Angka Kematian Ibu (AKI) dan Angka
Kematian Bayi (AKB). Adapun indikator yang harus dicapai dalam program ini,
target serta pencapaian program adalah sebagaimana tercantum dalam tabel
dibawah ini.
Tabel 4. 16 Capaian Target Kinerja Program KIA Puskesmas Bolo Tahun 2018
Sasara CAPAIAN 2018
No Indikator n Target Absolu Ket
t (%)
1 Cakupan Kunjungan ANC pertama 227 100% 238 104%
(K1)
Cakupan pelayanan ANC
2 keempat 227 100% 210 93% Belum
(K4) sesuai standar Menyampai
Target
3 Cakupan Bumil Resti dideteksi 45 40% 98 217% Mencapai
Nakes target
4 Cakupan Bumil Resti dideteksi 45 60% 77 171,00 Mencapai
masyarakat % target
5 Cakupan pertolongan persalinan 216 100% 231 107% Mencapai
sesuai standar target
Cakupan komplikasi kebidanan
6 yang 45 80% 240 111% Mencapai
ditangani target
7 Cakupan pelayanan nifas KF 1 216 91% 231 107% Mencapai
target
8 Cakupan pelayanan nifas KF3 216 95% 234 114% Mencapai
target
9 Cakupan KN1 206 100% 231 112,14 Mencapai
% target
10 Cakupan KN3 234 98% 231 98,72% Mencapai
target
11 Cakupan neonatus dengan 41 90% 35 85,37% Belum
komplikasi yang ditangani mencapai
Target
12 Cakupan pelayanan bayi baru 204 100% 688 100% Mencapai
lahir/neonatal (usia 0-28 hari)
sesuai target
standar
Sumber : Laporan Kinerja Puskesmas Bolo Tahun 2018

Kegiatan Kesehatan Ibu Sebagai Upaya Kesehatan Masyarakat


1) Penyuluhan di posyandu/ Kelurahan

2) Kunjungan rumah ibu hamil dan bayi/balita risiko tinggi


3) Pemasangan Stiker P4K 4

4) Konseling KB pra persalinan


Kegiatan Lintas Sektoral
1) Audit Maternal Perinatal (AMP) : jika ada kematian ibu hamil/melahirkan dan
atau kematian bayi baru lahir maka Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan
akan mengadakan AMP dengan mengundang team ahli dari Rumah sakit
rujukan. Dalam hal ini penolong persalinan dan kepala Puskesmas yang
mewilayahi akan presentasi.

2) Gerakan Sayang Ibu-Bayi (GSI-B) : kegiatan yang lebih banyak melibatkan


peran masyarakat, kader kesehatan dan team GSI di kelurahan/desa dan
Kecamatan.

Hasil Kegiatan Kesehatan Ibu Tahuan 2018


1) Kunjungan ANC (KN1)

Tabel 4.17 Capaian ANC (KN1) di Wilayah Puskesmas Bolo Tahun 2018
No DESA BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %
1 LALANG LINGGAH 45 9 39,0 87%
2 LUMBUNG KAUH 10 2 12,0 120%
3 LUMBUNG 20 4 21,0 105%
4 MUNDEH 32 7 36,0 113%
5 MUNDEH KAUH 19 4 16,0 84%
6 MUNDEH KANGIN 21 4 20,0 95%
7 ANGKAH 23 4 22,0 96%
8 TIYING GADING 19 3 25,0 132%
9 ANTOSARI 13 3 19,0 146%
10 SELABIH 16 3 18,0 113%
11 BENGKEL SARI 9 2 10,0 111%
TOTAL 227 45 238,0
Sumber : Laporan Kegiana KIA Tahun 2018
Pada tabel diatas dapat dilihat bahwa ada 4 desa yang belum
mencapai target Kunjungan ANC (KN1) yaitu desa Lalanglinggah (87%),
Mundeh Kauh (84%), Mundeh Kangin (95%), Angkah (96%) dari target yang
telah ditetapkan oleh Dinas Kesehatan Kabupaten Tabanan yaitu 100%. Tidak
tercapainya target disebabkan oleh banyaknya kasus kehamilan diluar nikah
saat usia kehamilan trimester I masih di rahasikan oleh ibu tersebut,
banyaknya ibu hamil yang tinggal tidak menetap di desa yang mengakibatkan
tidak melaksanakan ANC (KN1) di Puskesmas Bolo.
2) Cakupan ANC Keempat (K4) sesuai standar

Tabel 4.18 Cakupan ANC Keempat (KN4) di wilayah Puskesmas Bolo Tahun 2018

NO DESA SASARAN K4
BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %
1 LALANG LINGGAH 45 9 39 86,7%
2 LUMBUNG KAUH 10 2 9 90,0%
3 LUMBUNG 20 4 20 100,0%
4 MUNDEH 32 7 25 78,1%
5 MUNDEH KAUH 19 4 16 84,2%
6 MUNDEH KANGIN 21 4 21 100,0%
7 ANGKAH 23 4 15 65,2%
8 TIYING GADING 19 3 28 147,4%
9 ANTOSARI 13 3 16 123,1%
10 SELABIH 16 3 14 87,5%
11 BENGKEL SARI 9 2 6 66,7%
TOTAL 227 45 209 92,1%
Sumber : Laporan KIA Tahun 2018

3) Cakupan Bumil Resti dideteksi Nakes

Tabel 4.19 Cakupan Bumil Resti perdesa di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018
NO DESA SASARAN Deteksi Dini resti oleh Nakes
BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %
LALANG
1 LINGGAH 45 9 10 111,1%
2 LUMBUNG KAUH 10 2 1 50,0%
3 LUMBUNG 20 4 6 150,0%
4 MUNDEH 32 7 6 85,7%
5 MUNDEH KAUH 19 4 3 75,0%
6 MUNDEH KANGIN 21 4 2 50,0%
7 ANGKAH 23 4 8 200,0%
8 TIYING GADING 19 3 9 300,0%
9 ANTOSARI 13 3 7 233,3%
10 SELABIH 16 3 5 166,7%
11 BENGKEL SARI 9 2 2 100,0%
TOTAL 227 45 59 131,1%
Sumber: Laporan KIA Tahun 2018
4) Cakupan Bumil Resti dideteksi masyarakat

Tabel 4.20 Cakupan Bumil Resti Dideteksi Masyarakat di Wilayah Puskesmas Bolo Tahun 2018
Deteksi Dini resti oleh
NO DESA SASARAN Masy
BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
TOTAL
Sumber : Laporan KIA Tahun
2018

5) Cakupan pertolongan persalinan sesuai standar

Tabel 4.21 Cakupan Pertolongan Persalinan Sesuai


Standar di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018
PERSALINAN
NO DESA SASARAN
OLEH NAKES
BULIN BUFAS KUMULATIF
ABS %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
TOTAL
Sumber: Laporan KIA Tahun 2018
6) Cakupan komplikasi kebidanan yang ditangani

Tabel 4.22 Cakupan Komlikasi Kebidanan yang ditangani di Puskesmas Bolo Tahun 2018
Penanganan Komplikasi
NO DESA SASARAN Obstetri
BUMIL BUMIL KUMULATIF
RESTI ABS %

1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
TOTAL
Sumber : Laporan KIA Tahun 2018
7) Cakupan pelayanan nifas KF 1

Tabel 4.23 Cakupan Pelayanan Nifas Pertama (KF1


di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018

NO DESA SASARAN Kunjungan Nifas (KF1)


BULIN BUFAS KUMULATIF
ABS %
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14

Sumber : Laporan KIA Tahun 2018

8) Cakupan pelayanan nifas


KF3

Tabel 4.24 Cakupan Pelayanan Nifas Ketiga (KF3)


di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018

Kunjungan Nifas 3
NO DESA SASARAN
(KF3)
BULIN BUFAS KUMULATIF
ABS %

TOTAL
Sumber : Laporan KIA Tahun 2018
9) Cakupan KN1

Tabel 4.25 Cakupan Pelayanan Kunjungan Neonatus (KN1)


di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018

KUNJUNGAN NEONATAL 1 ( KN
SASARAN 1)
NO DESA BAYI KUMULATIF
BAYI RESTI ABS %
L P JML L P JML L P JML L P

TOTAL
Sumber : Laporan KIA Tahun 2018

10) Cakupan KN4


Tabel 4.26 Cakupan Kunjungan Neonatus keempat
(KN4) di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018

SASARAN KUNJUNGAN NEONATAL 4 ( KN 4)


BAYI KUMULATIF
NO DESA
REST
BAYI I ABS %
L P JML L P JML L P JML L P

TOTAL
11) Cakupan neonatus dengan komplikasi yang ditangani

Tabel 4.27 Cakupan Neonatus Dengan Komplikasi Yang Ditangani


di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018
Penanganan Komplikasi
SASARAN Neonatal
BAYI KUMULATIF
NO DESA
BAYI RESTI ABS %
L P JML L P JML L P JML L P JML

TOTAL
Sumber : Laporan KIA Tahun 2018

12) Cakupan pelayanan bayi baru lahir/neonatal (usia 0-28 hari) sesuai standar

Tabel 4.28 Cakupan Pelayanan Bayi Baru Lahir/Neonatal (Usia 0-28 Hari) Sesuai Standar
di Wilayah Puskesmas Bolo Tahun 2018
SASARAN Kunjungan Bayi
KUMULATIF
NO DESA BAYI
ABS %
L P JML L P JML L P JML
1

TOTAL 103 103 206 89 95 184 86,4% 92,2% 89,3%


Sumber : Data Laporan KIA Tahun 2018
Program Kesehatan Anak
Masa lima tahun pertama kehidupan merupakan masa yang sangat peka
terhadap lingkungan dan masa ini berlangsung sangat pendek serta tidak dapat
diulang lagi, maka masa balita disebut sebagai masa “masa keemasan” (golden
period), “jendela kesempatan” (window of opportunity) dan “masa kritis” (critical
period). Sehingga perlu mendapat perhatian serius yaitu mendapat gizi yang baik,
stimulasi yang memadai serta terjangkau oleh pelayanan kesehatan berkualitas
termasuk deteksi dan intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang. Selain hal-hal
tersebut berbagai faktor lingkungan yang dapat mengganggu tumbuh kembang anak
juga perlu dieliminasi.
Pembinaantumbuh kembang anak secara komprehensif dan berkualitas
yang
diselenggarakan melalui kegiatan SDIDTK (Stimulasi Deteksi Intervensi Dini
penyimpangan Tumbuh Kembang) balita.
1) Melakukan Stimulasi yang memadai artinya merangsang otak balita
sehingga perkembangan kemampuan gerak, bicara dan bahasa,
sosialisasi dan kemandirian pada balita berlangsung secara optimal sesuai
dengan umur anak.
2) Melakukan Deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang artinya melakukan
skrining atau mendeteksi secara dini adanya penyimpangan tumbuh
kembang balita termasuk menindaklanjuti setiap keluhan orang tua terhadap
masalah tumbuh kembang anaknya.
3) Melakukan Intervensi Dini penyimpangan tumbuh kembang balita artinya
melakukan tindakan koreksi dengan memanfaatkan plastisitas otak anak
untuk memperbaiki penyimpangan tumbuh kembang pada seorang anak
agar tumbuh kembangnya kembali normal atau penyimpanggannya tidak
semakin berat. Apabila balita perlu dirujuk, maka rujukan juga harus
dilakukan sedini mungkin sesuai dengan indikasi.

Tujuan Program
1) Tujuan umum:
Agar semua balita umur 0-5 tahun dan anak prasekolah umur 5-6 tahun
tumbuh dan berkembang secara optimal sesuai dengan potensi genetiknya
sehingga berguna bagi nusa dan bangsa serta mampu bersaing di era global.
2) Tujuan khusus:
a) Terselenggaranya kegiatan stimulasi tumbuh kembang pada semua balita
dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas.
b) Terselenggaranya kegiatan deteksi dini penyimpangan tumbuh kembang
pada semua balita dan anak prasekolah di wilayah kerja Puskesmas Bolo

c) Terselenggaranya intervensi dini pada semua balita dan anak prasekolah


dengan penyimpangan tumbuh kembang
d) Terselenggaranya rujukan terhadap kasus-kasus yang tidak bisa
ditangani di Puskesmas.

Cakupan anak balita ( 12- 59 bln ) yg mendapat pelayanan sesuai standar.


1) Pelayanan untuk anak balita
1. Pemantauan pertumbuhan minimal 8x/th
2. Stimulasi Dini Inisiasi dan Deteksi Tumbuh Kembang (SDIDTK) minimal
2x/th. Dengan pemantauan perkembangan motorik kasar, halus, bahasa,
sosialisasi dan kemandirian
3. Pemberian Vit A dosis tinggi (2000.000 IU), 2 x/th
4. Kepemilikan dan pemanfaatan buku KIA
5. Pelayanan anak balita sakit dengan Manajemen Terpadu Balita sakit
(MTBS) adalah cakupan anak balita ( 12- 59 bl ) yang berobat ke
Puskesmas dan mendapat pelayanan kesehatan sesuai standar ( MTBS )
di suatu wilayah pada kurun waktu tertentu. Jumlah anak balita didapat
dari kunjungan balita sakit yang datang ke pusk ( register rawat jalan ) dan
yang datang berobat ke posyandu.Jumlah anak balita sakit yang
mendapat pelayanan standar di dapat di format pencatatan dan pelaporan
MTBS.
2) Kegiatan yang dilakukan didalam gedung :
a) Deteksi tumbuh kembang anak
b) MTBS : pelaksanaannya di Pol MTBS, integrasi dengan pengobatan dan
program gizi
c) Pemberian Vitamin A setiap bulan Februari dan Agustus.
3) Kegiatan yang dilakukan diluar gedung :
1. Pendataan TK.
2. SDIDTK APRAS (Anak Prasekolah).
3. SDIDTK anak balita di posyandu
4. Pemberian Vit A anak TK (Integrasi dengan Program Gizi).
Capain Program Anak tahun 2018 dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.29 Capaian Capain Program Anak Puskesmas Bolo Tahun 2018
Sasara CAPAIAN 2018
No Indikator n Target Absolu Ket
t (%)
1 Cakupan kunjungan bayi Belum
206 95% 192 93,20% Mencapai
Target
Cakupan DDTK anak balita di posyandu
2 2x Mencapai
764 100% 76,7 % 100,4 %
setahun Target
Cakupan pelayanan anak balita (1-5
3 tahun) Mencapai
764 100% 764 100,00%
sesuai standar Target
Cakupan anak pra sekolah dilayani
4 SDIDTK Mencapai
263 100% 236 100%
2 x setahun di TK Target
Sumber : Laporan Penilaian Kinerja Puskesmas Tahun 2018
Berdasarkan tabel 2.34 ada satu indikator yang belum tercapai belum
tercapai yaitu cakupan kunjungan bayi (93,2 %) kurang dari target yang
ditentukan 95%. Ini dikarenakan banyak bayi yang terdata di wilayah
Puskesmas Bolo namun tinggalnya di luar wilayah bersama orangtuanya.
a) Pendataan TK dan Paud

Tabel 4.30 Data Jumlah Murid TK di Wilayak Selemadeg Barat Tahun 2018

No Nama TK Lokasi Jumlah Siswa


L P JML
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
12
13
14
JUMLAH
Tabel 4.31 Data Jumlah Murid TK di Wilayak Selemadeg Barat Tahun 2018

No Nama TK Lokasi Jumlah Siswa


L P JML

JUMLAH

b) Cakupan Kunjungan Bayi

Grafik 4.32 Grafik Cakupan Kunjungan Bayi di Wilayah Puskesmas Bolo Tahun 2018

Sumber : Laporan Program Anak Tahun 2018


c) Pelayanan Anak
Balita b.
Grafik 4.33 Grafik Cakupan Kunjungan Balita di Wilayah Puskesmas Bolo Tahun 2018

Sumber : Laporan Program Anak Tahun 2018


Pada grafik diatas dapat dilihat ada beberapa desa yang kunjungan
anak balitanya masih dibawah target (95%) diantaranya adalah desa
………………………………………... Ini dikarenakan sebagian besar dari orang
tua balita lebih memilih berobat langasung ke dokter praktek suasta atau ke
dokter Spesialis anak. Upaya yang dilakukan untul mencpai target ini adalah
dengan melakukan penyuluhan MTBS dan menganjurkan memeriksakan anak
ke pelayanan kesehatan tingkat pertama terlebih dahulu.
a) Cakupan DDTK 2x/Th anak balita di Posyandu

Grafik 4.34 Grafik Cakupan DDTK 2x/Th anak balita di Posyandu


di Wilayah Puskesmas Bolo Tahun 2018

Sumber : Laporan Program Anak Tahun 2018


Pelayanan Keluarga Berencana
Pencapaian program KB Untuk cakupan pemantauan akseptor aktif sebesar
80,97%
melebihi target SPM sebesar 80 %, dapat dilihat pada tabel berikut.
Tabel 4.35 Indikator Kinerja Pelayanan Keluarga Berencana di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun
2018

Sasara CAPAIAN 2018


No Indikator n Target Absolu Ket
t (%)
Mencapai
1 Cakupan peserta KB aktif 3637 80% 2945 80,97%
Target
Sumber : Laporan KB Tahun
2018
Dari tabel di atas dapat dilihat bahwa Akseptor KB dibandingkan dengan PUS sudah
mencapai target.
4. Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
Capaian Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2018 dari 7 indikator
yang ditetapkan semuanya telah mencapai target yang ditentukan, dapat dilihat
pada tabel dibawah ini:
Tabel 4.36 Indikator Kinerja Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat
di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018
CAPAIAN 2018
No Indikator Sasaran Target Ket
Absolu
t (%)
Persentase Balita kurang
Gizi <3.5 Mencapai
1 21 27 3%
(buruk dan kurang) % Target
Cakupan Balita Gizi buruk Mencapai
2 4 100% 4 100%
mendapat perawatan Target
Cakupan Balita yang
mendapat Mencapai
3 1944 100% 1021 100%
Kapsul Vit.A 2 x setahun Target
Cakupan D/S 10305
Mencapai
4 7745/8762 85%
/1164 88,50% Target
3
Cakupan N/D 7929/ Mencapai
5 5749/7162 80% 82,80%
9573 Target
Cakupan K/S 11643
Mencapai
6 8762/8762 100% /1164 100% Target
3
Cakupan BGM 53/10 Mencapai
7 44/7745 5% 0,50%
305 Target
Sumber : Laporan Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat Tahun 2018

Kegiatan Program Gizi


1) Penyuluhan Gizi Masyarakat
Penyuluhan gizi masyarakat adalah suatu upaya dalam rangka
memasyarakatkan pengetahuan gizi secara luas guna meningkatkan
pengetahuan gizi menanamkan sikap dan perilaku yang mendukung
kebiasaan hidup sehat dengan makan makanan yang bermutu gizi seimbang.
Tujuan dari penyuluhan gizi adalah :
a) Meningkatkan pemahaman masyarakat tentang perilaku gizi yang baik
melalui pemasaran Pedoman Umum Gizi Seimbang (PUGS)
b) Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam kegiatan peningkatan gizi
c) Tercapainya konsumsi energi 2.000 Kkal/orang dan konsumsi protein 52
gram/orang/hari.
Sasaran penyuluhan Gizi adalah seluruh masyarakat terutama :Ibu hamil, ibu
nifas, Ibu menyusui, Ibu balita, Wanita usia subur, Anak usia sekolah dan
remaja. Kegiatan penyuluhan dilakukan secara periodik dan terjadwal seperti
di posyandu setiap kegiatan penimbangan. Materi yang diberikan berupa :
PedomanUmum Gizi Seimbang (PUGS) dan Tiga Belas Pesan Dasar Gizi
Seimbang; ASI Eksklusif dan Makanan Pendamping ASI (MP-ASI); Makanan
Ibu Hamil dan Ibu Menyusui;
Pemasyarakatan Garam Beryodium; Pemasyarakatan Bahan Makanan
Sumber Vitamin A dan Zat Besi; Penyebab dan tanda-tanda kelainan gizi.
Tenaga penyuluh oleh Tenaga Gizi Puskesmas Parademis dan Medis
Puskesmas maupun kader.
2) Pemantauan Pertumbuhan Balita
Pemantauan pertumbuhan anak Balita dilakukan melalui pelayanan gizi di
Posyandu (penimbangan Balita, pemberian paket pertolongan gizi, pelayanan
terpadu, PMT baik pemulihan maupun penyuluhan) :
a) Pemantauan pertumbuhan dilakukan disemua posyandu setiap bulan
b) Kegiatan dilakukan dengan sistem 5 meja dan dilakukan secara terpadu
c) Berat Badan (BB Balita) ditulis dalam KMS atau Buku KIA kalau ada dan
dicatat dalam laporan SIP.
Hasil kegiatan penimbangan dapat dilihat pada tahun 2018 dapat
dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.37 Hasil Kegiatan Penimbangan di Wilayah Kerja Puskesmas Bolo Tahun 2018
No Tolak Ukur Jumlah

1 Jumlah Balita Yang Ada (S) 951


2 Jumlah Balita Yang punya KMS (K) 951
3 Jumlah Balita Yang Ditimbang (D) 852
4 Jumlah Balita Yang Naik BB-nya (N) 653
5 Jumlah Balita Dibawah Garis Merah 4
(BGM)
6 Tingkat Pencapaian
a. K/S % 100%
b. D/S % 98,2%
c. N/D’ % 87,1%
Sumber: Laporan LB3 program Upaya Perbaikan Gizi Masyarakat tahun 2018

3) Penanggulangan Kekurangan Vitamin A

Penanggulangan kekurangan Vitamin A adalah kegiatan menurunkan


prevalensi kekurangan Vitamin A melalui upaya meningkatkan konsumsi vitamin
A melalui sumber vitamian A dan suplementasi kapsul vitamin A dosis tinggi.
Tujuannya adalah :

a) Mencegah kekurangan Vitamin A


b) Menurunkan prevalensi kekurangan vitamin A pada anak balita
c) Meningkatkan cakupan vitamin A pada ibu nifas

Sasaran pemberian kapsul vitamin Vitamin A :


a) Bayi yaitu bayi berumur 6 – 11 bulan baik sehat maupun sakit dosis 1
kapsul Vitamin A 100.000 SI yang berwarna biru dan diberikan sekali
serentak bulan Pebruari dan Agustus.
b) Anak balita yaitu semua anak berumur 1 – 5 tahun baik sehat maupun
sakit dengan dosis 1 kapsul vitamin A 200.000 SI yang berwarna merah
setiap 6 bulan dan diberikan serentak bulan Pebruari dan Agustus
c) Ibu nifas yaitu semua ibu baru melahirkan (masa nifas) sehingga bayinya
akan memperoleh vitamin A yang cukup melalui ASI dengan dosis 1
kapsul Vitamin A 200.000 SI diberikan 2 kali paling lambat 30 hari setelah
melahirkan.
d) Kejadian tertentu yaitu bayi dan balita yang menderita campak,
pneumonia, diare dan gizi buruk segera diberikan kembali kapsul vitamin A
sesuai umur dan dosis yang dianjurkan

Anda mungkin juga menyukai