Anda di halaman 1dari 8

PENDAHULUAN

Istilah skarn digunakan pertama kali oleh ahli tambang Swedia, Alfred Elis Tornebohm
pada tahun 1875 untuk menjelaskan material gangue kalk-silikat kaya Fe. Skarn merupakan salah
satu bagian dari kelas utama endapan mineral penting karena menjadi host dari banyak jenis
mineral bijih yang ada hampir di tiap benua dan umur. Logam yang ditambang pada skarn
termasuk Fe, W, Cu, Pb, Zn, Mo, Ag, Au, U, REE, F, B, dan Sn (Meinert, 2005).
Skarn merupakan batuan kalk-silikat yang terbentuk dari penggantian karbonat oleh
mineral silikat akibat metamorfisme regional maupun proses metasomatisme kontak yang
umumnya berhubungan dengan intrusi batuan beku sehingga banyak berasosiasi dengan sistem
porfiri, walaupun terdapat pula skarn pada zona gerus sesar, sistem geotermal dangkal, lantai
samudra, dan kerak bagian bawah pada terrain batuan metamorf. Skarn berkembang pada kontak
pluton dan batuan samping yang bersifat karbonatan. Umumnya skarn ekonomis ditemukan pada
batugamping, namun bisa juga terbentuk pada serpih, batupasir, granit, Iron Formation, basalt,
dan komatit. Genesa skarn pada intinya berupa metamorfisme kontak isokimia diikuti
metasomatisme akibat transfer panas, interaksi fluida (magmatik, metamorfik, meteorik, dan air
laut), serta logam yang berasal dari tubuh magma yang mendingin. Umumnya batuan karbonat di
sekitar kontak intrusi berubah menjadi marmer atau batuan kalk-silikat.
Contoh reaksi proses penggantian karbonat oleh mineral silikat melalui penambahan silika adalah
sebagai berikut:

Variasi penambahan silika yang banyak dapat menghasilkan banyak mineral kalk-silikat. Mineral
silikat yang dijumpai pada alterasi skarn merupakan mineral silikat yang mengandung Ca, Fe, Mg,
dan Mn seperti epidot, klinozoisit, garnet (andradit dan grossularit), klinopiroksen, wollastonit,
diopsid, vesuvianit, tremolit-aktinolit, flogofit, dan biotit.

SETTING TEKTONIK ENDAPAN SKARN

Setting tektonik dan petrogenesa pada endapan skarn terjalin erat, sehingga pendekatan untuk
pengklasifikasian skarn menggunakan parameter ini kurang berhasil karena skarn dihasilkan dari
proses yang dapat terjadi pada banyak setting tektonik. Skarn dapat terjadi jika terdapat aktivitas
magmatik dan perkembangan batuan karbonat. Fitur kunci yang menjadi pembeda skarn pada
tahap magma awal dengan magma lanjut adalah asosiasi dengan gabbro dan diorit, endoskarn
melimpah, metasomatisme-Na yang luas, dan tidak adanya Sn dan Pb. Hal ini mencerminkan
kerak, batuan samping, dan pluton primitif.
Meinert dkk. (2005) dalam Pirajno (2009) mengklasifikasikan empat skenario tektonik
terjadinya skarn (gambar 1):

1. Subduksi curam kerak samudra menghasilkan skarn kaya Fe, Cu, Au dengan asosiasi batuan diorit
dan granodiorit.
2. Subduksi landai kerak samudra mengalami interaksi dengan kerak yang lebih besar, menghasilkan
skarn Mo, W-Mo dengan asosiasi monzonit dan granit.
3. Subduksi pada batas benua menghasilkan skarn Zn-Pb, Cu, Au, W, Mo dengan asosiasi
granodiorit dan granit
4. Magmatisme tipe S asosiasi rifting akibat plume mantel denan asosiasi pluton granitik
mengasilkan skarn Sn-W yang dicirikan oleh muskovit dan biotit primer, megacryst kuarsa abu-
abu gelap, rongga miarolitik, alterasi tipe greisen, dan anomali radioaktif. Skarn tipe ini juga
menghasilkan unsur Be, B, Li, Bi, Zn, Pb, U, F, dan REE.
Gambar 1. Setting tektonik sistem skarn dan lingkungan pengendapan karbonat. (A) busur kepulauan dengan sudut
penunjaman tajam pada cekungan belakang busur; (B) busur kepulauan dengan sudut penunjaman landai; (C) subduksi
pada batas benua dengan terrain oseanik terakresi ; (D) continental rift post subduksi dan intrusi granit yang berasosiasi
dengan plume mantel (Meinert, 1995)

VARIABEL-VARIABEL PENTING PADA ENDAPAN SKARN


Meinert dkk (2005) merumuskan tiga variabel penting yang berhubungan pada pembentukan
endapan skarn sebagai berikut:
1. Evolusi dalam dimensi ruang dan waktu
Pada pembentukan skarn, terdapat tiga tahap penting, yaitu metamorfisme awal yang dilanjutkan
dengan metasomatisme pada suhu tinggi (600 -800⁰C) atau tahap alterasi prograde, kemudian
alterasi retrograde akibat penurunan suhu dan evolusi fluida yang mengalami pemisahan fasa.

2. Kedalaman pembentukan
Kedalaman merupakan salah satu kontrol mendasar pada ukuran, geometri, dan style alterasi
endapan skarn. Pada proses metamorfisme, efek kedalaman merupakan fungsi suhu batuan
samping. Metamorfisme yang lebih luas dan intensif pada kedalaman dapat mempengaruhi
permeabilitas batuan samping sehingga mengurangi jumlah karbonat tersedia untuk reaksi
metasomatisme. Selain itu, kedalaman juga mempengaruhi sifat mekanik batuan samping, apakah
akan mengalami deformasi terlipat atau terekahkan hingga tersesarkan.

3. Mineralogi skarn
Mineralogi merupakan dasar klasifikasi utama endapan skarn. Mayoritas skarn memiliki zonasi
khas garnet proksimal, piroksen distal, dan vesuvianit pada kontak skarn dengan marmer.
Mineralogi skarn retrograde berupa mineral hidrat seperti epidot, amfibol, dan klorit dikontrol oleh
struktur dan mencetak-tindih zonasi alterasi prograde, sehingga zona mineral hidrat di sepanjang
kontak sesar, stratigrafi, atau intrusi merupakan hal umum. Zonasi retrograde lebih intensif dan
pervasif pada sistem skarn dangkal.
TERMINOLOGI PADA SKARN

Tidak semua skarn memiliki mineralisasi ekonomis. Skarn dengan mineralisasi ekonomis
disebut sebagai endapan skarn. Pada umumnya, pada endapan skarn, skarn dan mineral bijih yang
terbentuk berada pada sistem hidrotermal yang sama. Kebanyakan endapan skarn yang penting
berasal dari transfer metasomatis skala besar di mana komposisi dan jalur infiltrasi fluida
mengontrol hasil akhir mineralogi skarn dan bijih.

Klasifikasi skarn dapat dipisahkan melalui beberapa kriteria. Contohnya, Einaudi (1982)
dalam Pirajno (2009) membedakan istilah reaction skarn dengan ore skarn. Reaction
skarn/contact skarn terbentuk selama metamorfisme isokimia dari perlapisan serpih-karbonat di
mana transfer metasomatismenya mungkin terjadi dalam skala sangat kecil dalam orde sentimeter.
Ore skarn adalah skarn dengan mineralisasi akibat infiltrasi fluida dari intrusi batuan beku. Istilah
skarnoid merupakan batuan kalk-silikat butir halus, miskin Fe, dan merefleksikan sedikit kontrol
protolith di mana skarnoid merupakan peralihan hornfels metamorfik dan skarn metasomatis
berbutir kasar.
Terdapat pula istilah endoskarn dan eksoskarn. Kedua hal tersebut dibedakan dari determinasi
protolith berupa batuan beku atau sedimen, namun bisa juga merujuk pada lokasi skarn relatif
terhadap intrusi pluton (interal versus eksternal). Klasifikasi Mg-skarn, Mn-skarn, Ca-skarn, dan
skarn pirit-silika didasarkan pada komposisi dominan protolith dan mineral alterasi yang
dihasilkan. Skarn juga dapat diklasifikasikan melalui mineral logam yang dihasilkan. Klasifikasi
skarn atas mineralogi akan dibahas pada bagian berikutnya.
TAHAPAN PEMBENTUKAN SKARN

Genesa skarn melibatkan proses magmatik akhir dan hidrotermal pada intrusi batuan beku
yang disertai metamorfisme dan metasomatisme batuan samping sehingga terdapat tiga tahap
pembentukan skarn, yaitu tahap prograde (metamorfisme isokimia), metasomatisme awal, dan
tahap retrograde (alterasi hidrotermal). Skarn terbentuk pada rentang suhu 200-700⁰C, tekanan
0.3-3 kbar, serta fluida metasomatisme dengan salinitas 10-45% NaCl(eq). Berikut merupakan
rincian tiga tahap pembentukan skarn menurut Einaudi dkk. (1994) dalam Pirajno (2009) pada
sistem skarn yang berhubungan dengan intrusi profiri (gambar 2):

1. Tahap prograde. Intrusi pluton menyebabkan metamorfisme kontak batuan samping dengan proses
dekarbonasi dan dehidrasi membentuk skarn diopsid dan skarn wollastonit. Pada tahap ini terjadi
kristalisasi pada tepi pluton yang mengintrusi, dengan rentang suhu 500-900⁰C. Fluida yang
dilepaskan dari intrusi menginfiltrasi melalui rekahan. Pada tahap ini terjadi alterasi potasik dan
mineralisasi kalkopirit diseminasi pada batuan plutonik. Batuan samping mulai membentuk fasies
skarn tahap awal yang mengandung garnet, magnetit dan sulfida dengan suhu 400-600⁰C.
2. Tahap metasomatisme. Andradit tergantikan magnetit, kuarsa, pirit, dan kalsit, diopsid digantikan
aktinolit, kalsit, dan kuarsa dengan sedikit kalkopirit. Hal ini berkaitan dengan masa alterasi
potasik yang berakhir dan dimulainya alterasi QSP pada pluton dengan mineralisasi Cu ± Mo pada
suhu 300-500⁰C.
3. Tahap retrograde. Tahap ini melibatkan destruksi dan cetak-tindih himpunan mineral skarn
sebelumnya dan dicirikan oleh pengendapan mineral lempung (kaolinit, montmorillonit,
nontronit), kalsit, klorit, kuarsa, hematit, dan pirit. Mineralisasi berupa presipitasi mineral oksida
dan sulfida yang terdiri dari pirit, sfalerit, galena, dan tennantit yang cenderung mengisi
urat. Tahap ini analog dengan alterasi QSP dan argilik pada intrusi porfiri yang lebih didominasi
oleh air meteorik.

Gambar 2. Tahapan pembentukan skarn; 1. Metamorfisme isokimia menyebabkan reaction skarn;


2. Metasomatisme dengan perkembangan ekstensif endoskarn dan eksoskarn; 3. Tahap retrograde
yang didominasi mineral hidrat (Einaudi, 1989)

Menurut Kwak (1994) dalam Pirajno (2009), himpunan mineral retrograde terdiri dari
mineral fasa hidrat seperti amfibol, biotit, epidot, dan klorit meskipun kehadiran mineral hidrat
tidak sepenuhnya berkaitan dengan proses retrograde. Mineral retrograde mencerminkan
penurunan suhu dan salinitas fluida yang mengarah pada tren himpunan mineral amfibol-epidot
 biotit  muskovit-klorit  sulfida  karbonat (+ fluorit atau scheelite atau powellite).
ZONASI ALTERASI SISTEM SKARN

Zonasi alterasi pada batuan samping berkaitan dengan jaraknya dengan pluton intrusi
karena reaksi batuan samping berbeda akibat variasi suhu dan evolusi fluida. Alterasi hidrotermal
pada skarn dikenal sebagai proses skarnifikasi dan tak lepas dari dimensi ruang dan waktu. Alterasi
memiliki rentang skala mikrometer hingga kilometer. Garnet dan piroksen merupakan komponen
penting pada endapan skarn.

Pada skala mikroskopis, zonasi kristal penciri merupakan fungsi perbahan kondisi psiko-
kimia fluida. Rekaman evolusi fluida skarn dapat didekati melalui investigasi zonasi kristal yang
mencerminkan variasi unsur dan isotop. Contohnya pada skarn terdapat dua tahap periode
pertumbuhan garnet yang mencerminkan komposisi unsur utama protolith dan reaksi progresif
fluida hidrotermal. Contoh lain, komposisi unsur utama dan unsur jejak fase piroksen dapat
digunakan untuk klasifikasi endapan skarn. Namun variasi sampel setangan ini kurang berguna
dalam eksplorasi dibandingkan zonasi skala endapan dan geokimia whole rock.

Pada skala makroskopis luas, umumnya skarn memiliki zonasi spasial pada kontak skarn
dan marmer, secara berurutan yaitu alterasi endoskarn, garnet proksimal, piroksen distal, dan
vesuvianit. Alterasi skarn sangat variatif, yang bergantung pada kimia magma, komposisi batuan
samping, kedalaman pembantukan, dan tahapan oksidasi. Rasio garnet/piroksen meningkat ke
arah pluton. Hal ini juga menyebabkan perubahan warna dan tekstur garnet dan piroksen. Tiap tipe
skarn memiliki rentang tertentu dalam ciri mineralogi dan dapat bergeser akibat faktor komposisi,
tahap oksidasi, jenis pluton, dan batuan samping sehingga evaluasi endapan skarn spesifik
dibutuhan dalam interpretasi.

Gambar 3. Zonasi alterasi ideal pada skarn yang berhubungan dengan sistem porfiri (Einaudi,
1982)

ZONASI MINERALISASI BIJIH


Einaudi (1982) dalam Pirajno (2009) mengklasifikasikan style pengendapan bijih pada skarn
berdasarkan morfologi dan tekstur berupa disseminated mineralization dan lode mineralization
yang mungkin muncul bersamaan dalam satu endapan. Berikut merupakan penjelasannya:

1. Disseminated style: Jenis ini terbentuk bersamaan dengan tahap awal genesa skarn, dengan zonasi
mineralisasi sebagai berikut:
Dekat intrusi: bornit + kalkopirit + magnetit
Zona intermediet: pirit + kalkopirit
Zona perifer: pirit - kalkopirit - tennantite - sfalerit – galena, hematit dan atau magnetit
Zona distal: pirit + kalkopirit + magnetit – sfalerit – tennantit – pirrhotit

2. Lode style: Bertepatan dengan alterasi serisitik, silisifikasi, dan argilik, dengan zonasi mineralisasi
sebagai berikut:
Dekat intrusi: pirit + digenit + enargit – mineral Sn-Bi-W
Zona intermediet: pirit + bornit + kalkopirit + tennantit – sfalerit
Zona perifer: pirit + kalkopirit + tennantit + sfalerit + galena – hematit
Zona distal: pirit + bornit + kalkopirit + tennantit + sfalerit + galena –magnetit atau hematit

KLASIFIKASI SKARN BERDASARKAN PROTOLITH DAN ALTERASI


Skarn memiliki mineralogi kompleks. Pada skarn, kuarsa dan kalsit melimpah. Alterasi dan
mineralisasi pada skarn yang berhubungan dengan lingkungan sistem porfiri bergantung pada
kandungan karbonat batuan samping, struktur, permeabilitas, serta proses metamorfisme dan
metasomatisme. Menurut Einaudi (1982) dalam Pirajno (2009), menurut mineralogi protolith dan
alterasi yang dihasilkan, skarn dapat dibedakan menjadi empat jenis sebagai berikut:
1. Skarnoid hornfels. Tipe ini berasal dari dekarbonasi dan dehidrasi karbonat tanpa penambahan
unsur yang terdiri dari litologi kaya wollastonit yang berkembang dari batugamping kaya silika,
hornfels diopsid dari batulanau karbonatan, hornfels kalk-silikat mengandung kuarsa, tremolit-
aktinolit, epidot, plagioklas, dan diopsid dari serpih karbonatan.
2. Ca-skarn. Tipe ini mengandung epidot, garnet (andradit-grossularit), ± klinopiroksen (diopsid-
hedenbergit) dan wolastonit ± garnet ± idokras ± klinopiroksen yang membentuk zonasi dari
tengah ke luar. Proses retrograde akibat penurunan suhu menyebabkan mineral-mineral tersebut
tergantikan oleh mineral silikat hidrat, sulfida, oksida, dan karbonat. Mineralisasi ditemukan pada
sistem berupa diseminasi mineral karbonat dan sulfida serta penggantian dan urat. Zonasi
mineralisasi dari tengah ke luar terdiri dari pirit ± kalkopirit bersamaan dengan zona alterasi kaya
garnet menuju pirit ± kalkopirit – magnetit (skarn garnet-piroksen), kemudian bornit ± kalkopirit
– magnetit (skarn garnet-wollastonit), kemudian sfalerit + kalkopirit – magnetit – pirit (zona
marmer). Zonasi ini diinterpretasikan akibat berkurangnya kandungan Fe ke arah luar.
3. Mg-skarn. Tipe ini berasal dari batuan dolomitik dengan kandungan magnetit, serpentin, forsterit,
flogofit, dan talk atau aktinolit-tremolit. Skarn tipe ini kaya magnetit dengan kandungan sulfida
rendah.
4. Silika-pyrite skarn. Tipe ini terbentuk saat fase metasomatisme-H lanjut pada tahap alterasi filik
dan argilik yang dicirikan kehadiran pirit, kuarsa, mineral silika, mineral lempung, klorit, dan talk.

KLASIFIKASI SKARN BERDASARKAN MINERAL LOGAM


Skarn merupakan endapan hidrotermal yang berasosiasi dengan batuan karbonatan seperti
limestone atau dolostone. Larutan hidrotermal bergerak ke atas dan mengintrusi area dengan
dominasi batuan ini dan membentuk mineralisasi yang dikenal dengan endapan skarn. Skarn bisa
terbentuk sebagai endapan sendiri atau berasosiasi dengan endapan lain seperti dengan porfiri.
Endapan Skarn terdiri dari beberapa macam, yaitu Au, Cu, Fe, Mo, Sn, W, dan Zn-Pb. Pembagian
tipe skarn didasarkan pada kenampakan megaskopisnya, seperti komposisi protolith, tipe batuan,
dan mineral ekonomis dominannya, serta genesa pembentukannya, seperti mekanisme pergerakan
fluida, suhu pembentukan dan pengaruh aktivitas magma lainnya. Selain itu, endapan skarn juga
dapat menghasilkan endapan F, C, Ba Pt, U dan REE. Endapan skarn juga ekonomis untuk
ditambang sebagai mineral industri, seperti garnet dan wolframit.
Endapan Skarn Besi (Fe)
Tipe endapan skarn terbesar adalah Fe-skarn. Fe-skarn ditambang untuk didapatkan
magnetitnya, dan terkadang hadir Cu, Co, Ni, dan Au dalam jumlah yang sedikit. Kalk Fe-Skarn
di busur kepulauan berasosiasi dengan pluton kaya Fe yg diterobos ke batugamping dan batuan
volkanik. Dalam beberapa endapan, jumlah endoskarn melebihi eksoskarn. Mineral skarn
didominasi oleh garnet dan piroksen, terkadang hadir epidot, ilvaite, dan aktinolit.
Endapan Skarn Tungsten (Sw)
W-skarn ditemukan di sebagian besar benua yang berasosiasi dengan pluton kalk-alkalin
di sabuk pegunungan (orogenic belts). Newberry dan Einaudi (1981) membagi W-skarn menjadi
dua, yaitu tipe reduksi dan oksidasi. Pada tipe reduksi, mineral utama pada timah berupa kassiterit
dan stannit, dan mineral utama pada tungsten berupa wolframit dan scheelite, di mana scheelite
menjadi dominan pada tahapan akhir dari paragenesa. Terdapat dua varietas dari scheelite, yaitu
yang kaya dengan miskin Mo. Molibdenum ditemukan pada proses reduksi pada lingkungan skarn,
sedangkan scheelite miskin Mo terjadi pada proses oksidasi. Proses reduksi skarn tungsten
didominasi oleh hedenbergit-grandit, spessartin, dan garnet almandin. Mineral sulfida termasuk
pirrhotit, molybdenit, kalkopirit, sfalerit, dan arsenopirit. Mineral retrograde skarn berupa epidote,
biotit, dan hornblenda. Skarn tungsten yang teroksidasi mengandung lebih banyak andradit
ketimbang piroksen.
Endapan Skarn Tembaga (Cu)
Kemungkinan tipe Cu-skarn yang terbanyak di dunia. Tipe ini umum dijumpai di samudra
maupun benua pada setting subduksi. Kebanyakan endapan skarn tembaga berhubungan dengan
granodiorit kalk-alkalin yang mengubah monzogranit di busur kepulauan pada tepi benua. Intrusi
ini merupakan tubuh bijih tembaga yang penting dalam pembentukan porfiri tembaga yang
terbentuk pada busur tepi benua. Sejumlah endapan skarn tembaga juga terbentuk pada busur
kepulauan kerak samudera yang berasosiasi dengan diorit kuarsa hingga monzogranit.
Porfiri tembaga yang berasosiasi dengan endapan skarn dapat terbentuk dengan dimensi yang
sangat besar. Kebanyakan skarn tembaga berasosiasi dengan tipe-I, pluton seri magnetit pada
lingkungan dangkal yang berbentuk stockwork, tersebar luas, dan secara intensif terjadi alterasi
hidrothermal (Meinert, 2005). Skarn tipe ini didominasi oleh garnet andradit, diopsid, vesuvianit,
wollastonit, aktinolit, dan epidot. Hematit dan magnetit kemungkinan terbentuk dan secara lokal
membentuk lapisan yang padat. Skarn tembaga dizonakan oleh garnierit padat di dekat pusat
plutonik, diikuti peningkatan kandungan klinopiroksen dan vesuvianit dan/atau wollastonit di
daerah sekitar kontak dengan marmer. Pirit, kalkopirit dan bornit merupakan sulfida yang paling
melimpah dan terbentuk jauh dari pusat plutonik (Meinert 1992).
Gambar 4. Pola penyebaran zonasi pada Cu-skarn (Meinert, 1987)
Endapan Skarn Seng (Zn)
Skarns Zn kebanyakan terjadi pada benua terkait dengan subduksi atau rifting. Zinc-skarn
ditambang untuk bijih Zn, Pb, dan Ag, meskipun Zn biasanya dominan. Kehadiran mineral skarn,
seperti garnet dan piroksen dalam sistem, ini penting karena itu menunjukkan lingkungan geokimia
yang dibatasi oleh jenis bijih yang berbeda.
Selain kandungan logam Zn-Pb-Ag mereka, Zn skarns dapat dibedakan dari jenis skarn
lain dengan Mn dan mineral kaya Fe, pembentukan yang bersamaan dengan strukturalnya dan
kontak litologi, dan dengan tidak adanya aureol metamorf yang berpusat pada skarn
tersebut. Hampir semua mineral skarn dalam endapan ini dapat mengalami pengayaan Mn,
termasuk garnet, piroksen, olivin, ilvait, piroksenoid, amfibol, klorit, dan serpentin. Dalam
beberapa endapan, rasio piroksen/garnet dan kandungan Mn pada piroksen naik secara sistematis
sepanjang jalur aliran fluida. Dari situ fitur ini telah digunakan untuk mengidentifikasi zona
proksimal dan distal dalam endapan skarn tersebut.

Endapan Skarn Molybdenum (Mo)


Kebanyakan skarns Molybdenum berhubungan dengan granit, dengan kadar tinggi namun tonase
kecil. Endapan skarn Molybdenum skarns mengandung berbagai logam diantaranya W, Cu, Zn,
Pb, Bi, Sn, dan U, dan beberapa logam polimetalik yang dapat dijual secara ekonomi.
Molibdenum-W-Cu adalah asosiasi yang paling umum. Kebanyakan Mo terdapat pada silty
karbonat.

Endapan Skarn Tin (Sn)


Mineral utama pada timah berupa cassiterite dan stannites. Skarn timah umumnya terbatas pada
granit yang kaya akan silika dan umumnya berasosiasi dengan alterasi tipe greisen dak aktifitas
kaya kandungan flourine, yang tidak terdapat pada skarn tipe lain. Perlu dicatat bahwa skarn timah
cenderung berkaitan dengan pluton granitik yang terbentuk oleh proses partial melting pada kerak
benua, umumnya karena proses rifting. Skarn timah umumnya memiliki asosiasi elemen F-B-Be-
Li-W-Mo. Skarn timah dikategorikan dari yang bersifat calcic hingga magnesian, dari yang kaya
akan oksida hingga yang kaya akan sulfida, skarn yang kaya akan kandungan timah biasanya yang
jauh dari pusat plutonik.

Endapan Skarn Emas (Au)


Pada skarn emas, kandungan emas berkisar 5 hingga 15 gram per ton. Skarn emas lainnya lebih
merupakan hasil oksidasi, memiliki kandungan emas yang lebih rendah (1 hingga 5 gram per ton),
dan mengandung logam lain seperti Cu, Pb dan Zn. Beberapa tipe skarn lainnya, khususnya skarn
Cu, mengandung cukup emas (antara 0,01 hingga 1 gram per ton) sebagai hasil sampingannya.
Sebagian besar endapan skarn emas dengan kandungan tinggi berasosiasi dengan dengan proses
reduksi dari pluton diorit-granodiorit, serta kompleks dike atau sill.

Skarn jenis ini didominasi oleh besi yang kaya akan piroksen; zona yang dekat pusat plutonik
dapat mengandung garnet andradit intermediet yang melimpah. Mineral umum lainnya termasuk
K-feldspar, skapolit, idokras, apatit, dan Al amfibol dengan kandungan klorit yang tinggi. Daerah
yang jauh dari pusat plutonik dan zona yang terbentuk lebih awal mengandung biotit dan hornfels
K-feldspar yang dapat meluas hingga ratusan meter. Arsenopirit dan pirrhotite dapat
menjadi mineral sulfida yang dominan. Umumnya emas hadir sebagai elektrum dan berasosiasi
kuat dengan bermacam bismuth dan mineral-mineral tellurida termasuk bismuth, hedleyit,
wittichenit, dan maldonite (misalnya di Navachab, Namibia).

MODEL DAN KESIMPULAN


Skarn dapat dipetakan di lapangan dengan satuan dasar mineralogi skarn. Peta detail
mengenai distribusi fasa mineral skarn memberikan informasi penting mengenai ukuran, karakter,
dan genesa sistem skarn dengan memperhitungkan litologi, struktur, dan waktu. Generalisasi skarn
berguna sebagai dasar prediksi untuk evaluasi potensi ekonomi dan genesa secara keseluruhan.
Model zonasi skarn penting pada evaluasi endapan yang tak sepenuhnya tersingkap atau
tereksplorasi.

Dalam geologi ekonomi, endapan skarn masih menjadi tantangan ekonomi dan akademik
yang menarik karena merupakan sumber dari banyak logam. Tantangan di masa depan adalah
bagaimana memprediksi skarn mana yang layak ditambang, dan untuk komoditas jenis apa.
(Meinert (1992).

Anda mungkin juga menyukai