Anda di halaman 1dari 60

1

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kulit atau cutis dalam bahasa latin, merupakan organ yang terletak

paling luar sehingga membungkus seluruh tubuh manusia, maka kulit selalu

berinteraksi dan terpapar dengan lingkungan sekitar misalnya dengan paparan

sinar ultraviolet (UV), kelembaban udara dan juga suhu. Paparan-paparan ini

dapat mengganggu keseimbangan kulit terutama kadar air dan dapat mengganggu

kelembaban kulit (Tranggono dan Latifah, 2007).

Perawatan kulit penting untuk melindungi kulit dari kerusakan. Salah

satu hal yang esensial dalam perawatan kulit adalah melindungi kulit dari

dehidrasi. Kulit yang mengalami dehidrasi akan cepat berkerut dan tampak

kusam, sehingga pelembaban merupakan salah satu langkah penting dalam

rangkaian kegiatan perawatan kulit. Pelembab berfungsi melindungi kulit dari

dehidrasi, sehingga kulit pun tambak lembut, segar dan cerah. Menggunakan

produk pelembab adalah salah satu cara menjaga kelembababn kulit (Mulyawan

dan Neti, 2002).

Kosmetik dikenal manusia sejak berabad-abad yang lalu. Pada abad ke-

19, pemakaian kosmetik mulai mendapat perhatian, yaitu selain untuk kecantikan

juga untuk kesehatan. Perkembangan ilmu kosmetik serta industrinya baru

dimulai secara besar-besaran pada abad ke-20. Kosmetik menjadi salah satu

bagian dunia usaha. Bahkan sekarang teknologi kosmetik begitu maju dan

merupakan paduan antara kosmetik dan obat (pharmaceutical) atau yang disebut

kosmetik medik (cosmeceuticals) (Tranggono dan Latifah, 2014).


2

Kosmetik pelembab (moisturizer) merupakan kosmetik perawatan yang

bertujuan untuk mempertahankan struktur dan fungsi kulit dari berbagai pengaruh

seperti udara kering, sinar matahari terik, angin keras, umur lanjut, berbagai

penyakit kulit maupun penyakit dalam tubuh yang mempercepat peguapan air

sehingga kulit menjadi kering (Wasitaatmadja, 1997).

Di bidang kosmetik, lotion adalah aplikasi cair terutama untuk kulit,

untuk menghasilkan efek mempercantik. Karakteristik utama yang dicari oleh

pengguna lotion adalah efek emolien dan menenangkan. Namun ada beberapa

sifat lain yang di inginkan yang dibangun ke dalam banyak produk dari jenis ini

seperti efek menyegarkan kulit, sifat pemutih dan obat (Thomssen, 1917).

Teripang merupakan komoditas lokal hasil laut yang banyak tersebar di

Indonesia. Jenis teripang yang dapat dimakan dan mempunyai khasiat sebagai

bahan alam untuk pembuatan kosmetik dan teripang juga banyak dikonsumsi

masyarakat sampai saat ini terbatas, yaitu pada famili Holothuriidae dan

stichophodidae, yang meliputi marga Holothuria, Actinopyga, Bohadschia,

Thelenopa, dan Stichopus (Martoyo, dkk., 2006).

Ekstrak teripang juga dapat berperan dalam melawan gangguan akibat

radikal bebas, baik dari hasil metabolisme maupun faktor luar seperti polusi dan

radiasi (Hawa, dkk., 1999). Aktivitas antioksidan ekstrak teripang disebabkan

oleh senyawa flavonoid yang terkandung di dalamnya (Mamelona, dkk., 2007).

Antioksidan dapat dimanfaatkan untuk memperbaiki sel-sel kulit yang rusak

akibat radikal bebas dan menangkal radikal bebas. Antioksidan dalam bahan

kosmetik dapat memberikan efek melembabkan dan mencerahkan kulit sehingga


3

kulit tidak hanya terjaga kelembabannya namun terlihat lebih cerah (Fauzi, dkk.,

2012).

Dalam penelitian ini dibuat ekstrak etanol teripang bilalo (Actinopyga

mauritiana), yang akan digunakan dalam bentuk sediaan setengah padat yaitu

lotion. Berdasarkan latar belakang di atas maka penulis tertarik untuk melakukan

penelitian tentang “Formulasi Sediaan Lotion Ekstrak Etanol Teripang Bilalo

(Actinopyga mauritiana) sebagai pelembab kulit” karena belum pernah dilakukan

penelitian formulasi sediaan lotion pelembab kulit dengan menggunakan ekstrak

etanol teripang bilalo (Actinopyga mauritiana).

1.2 Perumusan Masalah

1. Apakah ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) dapat

diformulasikan dalam sediaan lotion dengan tipe emulsi M/A?

2. Apakah ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) dalam bentuk

sediaan lotion mampu mengurangi penguapan air dari kulit dan tidak

mengiritasi kulit?

1.3 Hipotesa

1. Ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) dapat diformulasikan

dalam sediaan lotion dengan tipe emulsi M/A.

2. Ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) dalam bentuk sediaan

lotion mampu mengurangi penguapan air dari kulit dan mengiritasi kulit.

1.4 Tujuan Penelitian

1. Untuk menformulasikan ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana)

dalam bentuk sediaan lotion dengan tipe emulsi M/A.


4

2. Untuk mengetahui kemampuan sediaan lotion ekstrak teripang bilalo

(Actinopyga mauritiana) dalam mengurangi penguapan air dari kulit dan

tidak mengiritasi kulit.

1.5 Manfaat Penelitian

Adapun manfaat penelitian ini adalah untuk meningkatkan daya dan hasil

guna dari ekstrak etanol teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) serta diperoleh

informasi untuk masyarakat bahwa ekstrak etanol Teripang Bilalo (Actinopyga

mauritiana) dapat dimanfaatkan dalam bidang kosmetik yaitu dapat

diformulasikan sebagai sediaan lotion pelembab kulit.


5

BAB II

METODE PENELITIAN

2.1 Rancangan Penelitian

Penelitian ini dilakukan secara eksperimental, dengan mempergunakan

sampel teripang bilalo (Actinopyga mauritiana). Penelitian ini meliputi penyiapan

bahan uji, identifikasi/determinasi bahan uji, pembuatan ekstrak dari teripang

bilalo (Actinopyga mauritiana) dengan cara ekstraksi dingin, membuat sediaan

lotion pelembab kulit dengan berbagai konsentrasi ekstrak etanol teripang bilalo

(Actinopyga mauritiana), dilakukan evaluasi meliputi uji organoleptis, uji tipe

emulsi, uji stabilitas, uji pH, uji iritasi terhadap kulit sukarelawan dan uji

kemampuan sediaan dalam melembabkan kulit.

2.2 Tempat dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Laboratorium Fitokimia dan Laboratorium

Farmasetika Fakultas Farmasi Universitas Tjut Nyak Dhien Medan. Penelitian

dilakukan dari bulan April sampai Juli 2018.

2.3 Bahan dan Alat

2.3.1 Bahan

Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah teripang bilalo

(Actinopyga mauritiana), bahan kimia pro analis yaitu etanol 96% dan bahan

kimia selain pro analis yaitu asam Stearat, setil alkohol, adepslanae, metil

paraben, propil paraben, trietanolamin, parfum tutty fruity, aqua destilata.


6

2.3.2 Alat

Peralatan yang digunakan pada penelitian ini adalah timbangan analitik

(AND), rotary evaporator (Heidolp), skin analyzer (FCM-1), water bath,

aluminium foil, pH meter (ATC), thermometer dan alat-alat gelas laboratorium.

2.4 Sukarelawan

Sukarelawan yang dijadikan panelis pada uji iritasi berjumlah 12 orang dan

penentuan kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit berjumlah 20 orang

dengan kriteria sebagai berikut:

1. Wanita

2. Sehat jasmani dan rohani

3. Usia 20-30 tahun

4. Tidak ada riwayat penyakit yang berhubungan dengan alergi

5. Sukarelawan adalah orang terdekat dan sering berada di sekitar pengujian

sehingga lebih mudah diawasi dan diamati bila ada reaksi yang terjadi pada

kulit yang diuji (Ditjen POM, 1985).

2.5 Sampel

2.5.1 Pengambilan sampel

Dilakukan secara purposif yaitu tanpa membandingkan hewan yang sama

dari daerah lain. Hewan yang dipergunakan adalah teripang bilalo (Actinopyga

mauritiana) yang diperoleh dari Desa Lamreh Kecamatan Baitusalam Kabupaten

Aceh Besar Provinsi NAD.


7

2.5.2 Identifikasi hewan

Identifikasi hewan dilakukan di Lemabaga Ilmu Pengetahuan Indonesia Pusat

Penelitian Oseanografi LIPI.

2.5.3 Pengolahan sampel

Hewan yang digunakan adalah teripang bilalo.

Cara pengolahan teripang :

a. Pencucian

Teripang dibersihkan dari kotoran dengan cara mencucinya di bawah

air mengalir hingga bersih, ditiriskan kemudian ditimbang beratnya.

b. Pengeluaran isi perut

Isi perut dan air dalam tubuh teripang segar dikeluarkan dengan cara

membelah secara melintang pada bagian perut kemudian mengeluarkan

kotoran dari tubuh teripang dengan cara memijat-mijat sehingga isi

perut dan air keluar, dan tubuh teripang menjadi gepeng, teripang

ditiriskan lalu dihaluskan kemudian ditimbang.

2.5.4 Pembuatan ekstrak teripang

Teripang yang telah dihaluskan kemudian diekstraksi, yaitu dengan cara

ekstraksi dingin. Sampel dimasukkan ke dalam bejana, lalu ditambah larutan

penyari etanol 96%. Perbandingan sampel dengan pelarut penyari yaitu 25 bagian

sampel berbanding dengan 75 bagian pelarut. Bejana kemudian ditutup rapat dan

disimpan pada suhu kamar selama 3 hari terlindungi dari cahaya matahari sambil

sesekali diaduk setiap 3 jam sekali. Kemudian diserkai sehingga diperoleh

maserat I. Selanjutnya ampas di ekstraksi kembali dengan etanol 96% selama 3

hari terlindungi dari cahaya matahari sambil sesekali diaduk, kemudian diserkai
8

diperoleh maserat II. Ekstrak yang diperoleh kemudian digabungkan dan

dipekatkan dengan alat rotary avaporator pada temperatur 450C sampai diperoleh

ekstrak yang kental teripang bilalo (Actinopyga mauritiana).

2.6 Skrining Fitokimia

2.6.1. Alkaloid

Sebanyak 500 mg ekstrak etanol teripang bilalo, tambahkan 1 ml asam

klorida 2N dan 9 ml, panaskan diatas tangas air selama 2 menit, dinginkan dan

saring.

a. Pindahkan 3 tetes filtrat pada kaca arloji, tambahkan 2 tetes Bouchardat

LP. Jika pada kedua percobaan tidak terjadi endapan, maka sampel tidak

mengandung alkaloid.

b. Jika dengan Mayer LP terbentuk endapan menggumpal berwarna putih

atau kuning yang larut dalam metanol P dan dengan Bouchardat LP

terbentuk endapan berwarna coklat sampai hitam, maka ada

kemungkinan terdapat alkaloid (Depkes RI, 1989)

c. Diambil 3 tetes filtrat, lalu ditambahkan 2 tetets pereaksi dragendorf

menghasilkan endapan merah bata (Marjoni, 2016).

2.6.2. Glikosida antrakinon

Sebanyak 0,2 gr ekstrak etanol teripang bilalo di tambahkan 5ml asam

sulfat 2 N, panaskan sebentar, dinginkan. Tambahkan 10 ml benzena P, kocok,

diamkan. Pisahkan lapisan benzena dan disaring. Lapisan benzen dikocok dengan

2 ml NaOH 2 N, didiamkan. Jika lapisan air berwarna merah dan lapisan benzena

tidak berwana menunjukkan adanya glikosida antrakinon (Depkes RI, 1989).


9

2.6.3. Flavonoid

Sebanyak 5 gr ekstrak etanol teripang bilalo masing-masing disari

dengan 10 ml metanol, direfluks selama 10 menit kemudian disaring panas-panas

melalui kertas saring.Filtrat diencerkan dengan 10 ml air, setelah dingin

ditambahkan 5 ml eter minyak tanah, di kocok hati-hati dan di diamkan. Diambil

lapisan metanol, lalu diuapakan pada suhu 400C, sisanya dilarutkan dalam 5 ml

etil asetat, lalu disaring. Filtratnya digunakan untuk percobaan berikut:

Uapkan hingga kering 1 ml larutan percobaan, sisa dilarutkan dalam 1

etanol ml etanol (95%) P; tambahkan 0,1 gr serbuk magnesium P dan 10 tetes

asam klorida pekat P, jika terjadi warna merah jingga sampai merah ungu,

menunjukkan adanya flavonoid, jika terjadi warna kuning jingga menunjukkan

adanya flavon, kalkon dan auron (Depkes RI, 1989)

2.6.4. Steroid

Sedikit ekstrak etanol teripang bilalo di ekstraksi dengan 20 ml eter

selama 2 jam, kemudian disaring. Filtrat digunakan untuk reaksi berikut :5 ml

larutan eter diuapkan didalam cawan penguap, kemudian sisa ditambahkan 20

tetes asam asetat anhidrat dan 1 tetes asam sulfat pekat (pereaksi Liebermann-

Bourchard). Reaksi steroida/triterpenoida positif bila terjadi warna merah-ungu

atau biru-hijau (Harborne, 1987).

2.6.5. Saponin

Sedikit ekstrak etanol teripang bilalo masing-masing dimasukkan

kedalam tabung reaksi, lalu ditambahkan 10 ml air panas, dinginkandan kemudian

dikocok kuat-kuat selama 10 detik. Jika terbentuk busa yang mantap selama tidak

kurang dari 10 menit setinggi 1-10 cm dan pada penambahan 1 tetes asam klorida

2 N busa tidak hilang maka menunjukkan adanya saponin (Depkes R1, 1989).
10

2.7 Formula Sediaan Lotion

2.7.1 Formula standar

Dasar lotion dibuat berdasarkan formulasi yang menggunakan tipe dasar

lotion minyak dalam air. Formulasi dasar lotion yang digunakan sebagai berikut

(Balsam, 1972) :

R/ Asam stearat 3

Setil alkohol 1

Gliserin 2

Adeps lanae 1

` Nipasol 0,10

Nipagin 0,15

Trietanolamin 0,75

Aquades ad 100 ml

2.7.2 Formula dasar lotion yang dimodifikasi (tanpa gliserin)

R/ Asam stearat 3

Setil alkohol 1

Adeps lanae 1

` Nipasol 0,10

Nipagin 0,15

Trietanolamin 0,75

Ekstrak etanol teripang Bilalo x

Pewangi qs

Aquades ad 25 ml

Keterangan :

X : konsentrasi ekstrak etanol teripang bilalo 2,5%, 5%, 7,5%,10%


11

2.7.3 Pembuatan sediaan lotion pelembab kulit

konsentrasi ekstrak etanol teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) yang

digunakan dalam sediaan lotion pelembab kulit berbagai konsentrasi yaitu: 2,5%,

5%, 7,5%, 10% dan lotion pelembab tanpa ektrak etanol teripang bilalo

(Actinopyga mauritiana) (blanko). Adapun formulasi ekstrak etanol teripang

bilalo yang akan dibuat dapa dilihat pada tabel 2.1.

Tabel 2.1 Formulasi Sediaan Lotion Ekstrak Etanol Teripang Bilalo

Formulasi lotion (%)


Komposisi
A B C D E
Ekstrak teripang bilalo - 2,5 5 7,5 10
Asam sterat 3 3 3 3 3
Setil alkohol 1 1 1 1 1
Adeps lanae 1 1 1 1 1
Metil paraben 0,15 0,15 0,15 0,15 0,15
Propil paraben 0,10 0,10 0,10 0,10 0,10
Trietanolamin 2 2 2 2 2
Pewangi 0,5 0,05 0,05 0,05 0,05
Aqua destilata ad 25 25 25 25 25

2.7.4 Cara pembuatan sediaan lotion pelembab kulit

Masing – masing bahan ditimbang untuk membuat dasar lotion. Dalam

cawan penguap dimasukkan asam stearat, setil alkohol, dan adeps lanae,

kemudian panaskan di atas penangas air sampai meleleh sempurna, didapat massa

I. Dalam beaker gelas dimasukkan nipasol, nipagin, dan trietanolamin dilarut

dengan air panas, maka didapat masa II. Di dalam lumpang, campurkan massa I

dan massa II yang masih panas sambil digerus secara konstan, tambahkan akuades

panas sedikit demi sedikit sampai habis lalu gerus hingga homogen, maka didapat

dasar lotion (Balsam, 1972).


12

2.8 Pemeriksaan mutu fisik sediaan

Pemeriksaan mutu fisik sediaan meliputi penentuan pH sediaan, uji

homogenitas, pengamatan stabilitas sediaan, uji iritasi terhadap sukarelawan, uji

hedonik, dan penentuan kemampuan sediaan melembabkan kulit.

2.8.1 Uji homogenitas

Sejumlah tertentu sediaan dioleskan pada sekeping kaca, sediaan harus

menunjukkan susunan yang homogen dan tidak terlihat adanya butiran kasar

(Ditjen POM, 1979).

2.8.2 Penentuan pH sediaan

Penentuan pH sediaan dilakukan dengan menggunakan alat pH meter.

Caranya: Alat terlebih dahulu dikalibrasi dengan menggunakan larutan dapar

standar netral (pH 7,01) dan larutan dapar pH asam (pH 4,01) hingga alat

menunjukkan harga pH tersebut. Kemudian elektroda dicuci dengan akuades, lalu

dikeringkan dengan tissue. Sampel dibuat dalam konsentrasi 1% yaitu ditimbang

1 gram sedian dan dilarutkan dengan akuades hingga 100 ml, kemudian elektroda

dicelupkan ke dalam larutan tersebut. Dibiarkan alat menunjukkan harga pH

sampai konstan. Angka yang ditunjukkan merupakan pH sediaan. Penentuan pH

dilakukan tiga kali pada sediaan terhadap masing – masing konsentrasi. Nilai pH

diamati sebelum dan sesudah penyimpanan (Rawlins, 2003).

2.8.3 Uji penentuan tipe emulsi sediaan

Sediaan ditimbang sebanyak 1 g, dioleskan diatas objeck glass atau plat

kaca secara merata, kemudian tetesi dengan sedikit metil biru lalu diaduk, bila

warna biru larut merata dengan sediaan, maka sediaan tersebut adalah tipe M/A.
13

2.8.4 Pengamatan stabilitas sediaan

Pengamatan stabilitas sediaan dilakukan pada penyimpanan suhu kamar,

selama 12 minggu dengan interval waktu, pengamatan sediaan 1,4,8,12 minggu

meliputi perubahan warna dan bau (Ditjen POM,1985).

2.8.5 Uji iritasi terhadap sukarelawan

Percobaan dilakukan pada 12 orang sukarelawan wanita usia 20-30

tahun. Caranya: terlebih dahulu, diberi tanda lingkaran dengan diameter 3cm pada

bagian belakang telinga sukarelawan, lalu kosmetika dioleskan pada bagian yang

telah diberi tanda, kemudian di biarkan selama 24 jam dan dilihat reaksi yang

terjadi berupa kemerahan pada kulit, gatal dan pengkasaran (Wasitaatmaja, 1997).

2.8.6 Penentuan kemampuan sediaan melembabkan kulit

Kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit dilakukan terhadap 20

orang sukarelawan dan ditentukan dengan menggunakan alat skin moisture

analyzer. Dengan cara sebagai berikut:

1. Punggung tangan sukarelawan terlebih dahulu dicuci bersih, kemudian

dikeringkan hingga benar-benar kering.

2. Diperiksa persen kelembabannya sebelum dioleskan sediaan lotion

pelembab dan dicatat persentase yang ditunjukkan.

3. Sediaan lotion dioleskan merata pada punggung tangan sejumlah 1 gram.

4. Dibiarkan satu jam hingga sediaan lotion benar-benar meresap pada kulit.

5. Diperiksa persen kelembaban setelah dioleskan sediaan lotion, dicatat

persentase yang ditunjukkan.

6. Diulangi pengolesan sediaan lotion pelembab di tempat semula.


14

7. Dibiarkan kembali selama satu jam hingga lotion benar-benar meresap

pada kulit.

8. Diperiksa persen pengolesan kedua, dan ulangi hingga pengolesan ketiga

dengan cara yang sama, dan catat persentase yang ditunjukkan.

9. Dihitung persentase rata-rata yang diperoleh.

2.8.7 Uji hedonik

Uji hedonik atau uji kesukaan dilakukan untuk mengetahui tingkat

kesukaan sukarelawan terhadap produk yang dihasilkan. Uji hedonik dilakukan

dengan cara mengukur, menilai atau menguji mutu komoditas dengan

menggunakan alat indera manusia yaitu pengelihatan, penciuman, dan peraba.

Parameternya meliputi: waarna, aroma, kemudahan menyerap, dan kesan lengket

dikulit. Skala hedonik yang dihasilkan berkisar 1-5, yaitu (1) tidak suka, (2)

kurang suka, (3) cukup suka, (4) suka, (5) sangat suka. Uji hedonik yang

dilakukan terhadap sukarelawan sebanyak 20 orang dari kalangan mahasiswa

(Badan Standart Nasional,1996).

Menurut Soeworno (1981), ada beberapa kriteria pemilihan sukarelawan

yaitu:

1. Memiliki kepekaan dan konsistensi yang tinggi.

2. Sukarelawan yang digunakan adalah sukarelawan yang tidak terlatih

yang diambil secara acak. Jumlah anggota sukarelan semakin besar

semakin baik.

3. Berbadan sehat

4. Tidak dalam keadaan tertekan


15

5. Mempunyai pengetahuan dan pengalaman tentang penilaian

organoleptik.
16

BAB III

HASIL DAN PEMBAHASAN

Telah diperoleh hasil dari penelitian yang dilakukan pada bahan uji

teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) yang dibuat sebagai lotion pelembab

kulit. Hasil identifikasi hewan membuktikan hewan yang digunakan adalah

teripang bilalo (Actinopyga mauritiana), famili: Holothuriidae. Hasil identifikasi

hewan dapat di lihat pada lampiran 1, halaman 32 .

Penelitian dilanjutkan dengan pemilihan bahan dasar lotion dan

pembuatan lotion pelembab ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana).

Beberapa pemeriksaan mutu fisik sediaan yaitu terdiri dari uji homogenitas

sediaan, uji pH sediaan, uji tipe emulsi sediaan, uji stabilitas sediaan, uji iritasi

terhadap sediaan dan uji kemampuan sediaan untuk melembabkan kulit memakai

alat skin moisture analyzer.

3.1 Hasil Skrining Fitokima

Hasil skrining fitokimia terhadap ekstrak etanol teripang bilalo dilakukan

untuk mendapatkan informasi golongan senyawa yang terkandung didalamnya.

Data hasil skrining fitokimia dapat dilihat pada tabel 3.1 dan gambar hasil uji

skrining fitokimia dapat dilihat pada lampiran 6 halaman 38

Tabel 3.1 Data skrinning fitokimia ekstrak etanol teripang bilalo

No Golongan senyawa Hasil pemeriksaan


1 Alkaloid +
2 Flavonoid +
3 Glikosida +
4 Saponin +
5 Steroid +

Keterangan :
(+) positif : mengandung golongan senyawa
(-) negatif : tidak mengandung senyawa
17

3.2 Penentuan Mutu Fisik Sediaan

Penelitian dilanjutkan dengan pemilihan bahan dasar lotion, pembuatan

lotion pelembab ekstrak etanol teripang bilalo (Actinopyga mauritiana). Beberapa

pemeriksaan mutu fisik sediaan yaitu terdiri dari uji homogenitas sediaan, uji pH

sediaan, uji tipe emulsi sediaan, uji stabilitas sediaan, dan uji kemampuan untuk

melembabkan kulit.

3.2.1 Hasil homogenitas sediaan

Pengamatan homogenitas dapat dilakukan dengan mengoleskan sediaan

pada sekeping kaca atau bahan transparan lain, lalu diratakan, jika tidak ada butir-

butiran maka sediaan dapat dikatakan homogen (Ditjen POM, 1979).

Dari penelitian yang telah dilakukan pada seluruh sediaan lotion

pelembab kulit ekstrak teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) tidak dapat

butiran-butiran, maka dapat dinyatakan bahwa lotion pelembab kulit dari ekstrak

teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) merupakaan sediaan yang homogen.

Gambar hasil uji homogenitas dapat dilihat pada lampiran 8, halaman 41.

3.2.2 Hasil penentuan pH sediaan

pH sediaan ditentukan menggunakan pH meter. Dari percobaan yang

telah di lakukan, diperoleh data. Data pengukuran pH sediaan pada saat sesaat

selesai dibuat dapat dilihat pada tabel 3.2.


18

Tabel 3.2 Data pengukuran pH sediaan pada sesaat selesai dibuat dan setelah
penyimpanan selama 12 minggu

Ph
Formula
Sesaat Selesai
A 6.2
B 6,1
C 6,0
D 6,1
E 6,0

Keterangan:
LEETB : Lotion Ekstrak Etanol Teripang Bilalo
A : Lotion blanko
B : LEETB 2,5 %
C : LLETB 5 %
D : LEETB 7,5 %
E : LEETB 10 %
F : Pembanding (Citra)

Berdasarkan pada Tabel 3.2 di atas menunjukkan bahwa, pH sediaan yang

diperoleh pada sediaan lotion pelembab formula A (Blanko) diperoleh pH sesaat

dibuat sebesar 6,2, pada formula B (Konsentrasi 2,5%) diperoleh pH sesaat dibuat

sebesar 6,1, pada formula C (Konsentrasi 5%) diperoleh pH sesaat dibuat sebesar

6,0, pada formula D (Konsentrasi 7,5%) diperoleh pH sesaat dibuat sebesar 6,1,

pada formula E (Konsentrasi 10%) diperoleh pH sesaat dibuat sebesar 6,0.

Hal ini ini menunjukkan sediaan lotion pelembab kulit ekstrak etanol

teripang bilalo mempunyai rentang pH sesaat setelah dibuat sebesar 6,0-6,2,

masih sesuai dengan pH fisiologi kulit yaitu 4,5-7,0 (wasitaatmadja, 1979).

3.2.3 Hasil penentuan tipe emulsi sediaan

Hasil percobaan untuk pengujiaan tipe emulsi sediaan lotion pelembab

kulit ekstrak etanol teripang bilalo (Actinophyga mauritiana) berbagai konsentrasi


19

dengan menggunakan metil biru. Data tipe emulsi sediaan dapat dilihat pada

Tabel 3.3.

Tabel 3. 3 Data penentuan tipe emulsi sediaan

Kelarutan Metil Biru pada Sediaan


No Formula
Larut Tidak Larut
1 A + -
2 B + -
3 C + -
4 D + -
5 E + -

Keterangan:
LEETB : Lotion Ekstrak Etanol Teripang Bilalo
A : Lotion blanko
B : LEETB 2,5 %
C : LLETB 5 %
D : LEETB 7,5 %
E : LEETB 10 %
(+) : Metil biru larut
(-) : Metil biru tidak larut

Berdasarkan data pada tabel 3.3 di atas menunjukkan bahwa, seluruh

formula sediaan lotion pelembab kulit dari ektrak etanol teripang bilalo

(Actinopyga mauritiana) dan formula blanko merupakan sediaan lotion pelembab

yang mempunya tipe M/A karena semua metil biru tersebar merata dan larut pada

sediaan tersebut. Gambar hasil uji tipe emulsi sediaan dapat dilihat pada lampiran

9, halaman 42.

3.2.4 Hasil pengamatan stabilitas sediaan

Pengamatan stabilitas sediaan ditentukan pada saat sediaan selesai dibuat,

diamati pada penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu. Data pengamatan terhadap

kestabilan sediaaan pada saat selesai dibuat pada penyimpanan 1, 4, 8 dan 12

minggu dapat dilihat pada tabel 3.4.


20

Tabel 3. 4 Data pengamatan terhadap kestabilan sediaan pada saat selesai dibuat
dan pada penyimpanan 1, 4, 8 dan 12 minggu.

Pengamatan setelah
Setelah 1 4 8
No Formula
Dibuat Minggu Minggu Minggu
w Y z W Y Z w y y W y Z
1 A - - - - - - - - - - - -
2 B - - - - - - - - - - - -
3 C - - - - - - - - - - - -
4 D - - - - - - - - - - - -
5 E - - - - - - - - - - - -

Keterangan:
LEETB : Lotion Ekstrak Etanol Teripang Bilalo
A : Lotion blanko
B : LEETB 2,5 %
C : LLETB 5 %
D : LEETB 7,5 %
E : LEETB 10 %
w : Perubahan warna
y : Perubahan bau
z : Pemisahan fase
(-) : Tidak terjadi perubahan
(+) : Terjadi perubahan

Berdasarkan data pada tabel 3.4 di atas menunjukkan bahwa, hasil

pengamatan masing-masing formula yang telah diamati sampai dengan minggu ke

8 memberikan hasil yang baik. Stabilitas dari suatu sediaan farmasi dapat dilihat

dari ada tidaknya perubahan warna, dan bau selama penyimpanan. Perubahan-

perubahan tersebut dapat terjadi jika bahan-bahan yang terdapat dalam sediaan

tersebut teroksidasi (Barel, dkk, 2011).

3.2.5 Hasil uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Penggunaan kosmetik yang tidak baik pada kulit dapat menyebabkan

berbagai reaksi (efek samping), Untuk mengetahui ada atau tidaknya efek

samping tersebut maka dilakukan uji iritasi terhadap kulit, uji iritasi terhadap
21

kulit dilakukan dengan menggunakan 12 orang sukarelawan. Data uji iritasi

terhadap kulit sukarelawan dapat dilihat pada tabel 3.5.

Tabel 3. 5 Data uji iritasi terhadap kulit sukarelawan

Pengamatan Iritasi pada Kulit


Formula Sukarelawan
Kemerahan Gatal-Gatal Kulit Kasar
A 1 - - -
A 2 - - -
B 3 - - -
B 4 - - -
C 5 - - -
C 6 - - -
D 7 - - -
D 8 - - -
E 9 - - -
E 10 - - -
F 11 - - -
F 12 - - -
Keterangan:
LEETB : Lotion Ekstrak Etanol Teripang Bilalo
A : Lotion blanko
B : LEETB 2,5 %
C : LLETB 5 %
D : LEETB 7,5 %
E : LEETB 10 %
(-) : Tidak terjadi reaksi
(+) : Terjadi reaksi

Bedasarkan data pada Tabel 3.5 di atas menunjukkan bahwa, uji kulit

dilakukan untuk mengetahui terjadinya efek samping pada kulit, dengan memakai

kosmetik di bagian belakang telinga dan dibiarkan selama 24 jam, tidak terlihat

adanya efek samping berupa kemerahan, gatal atau pengkasaran pada kulit yang

ditimbulkan oleh sediaan. Hal ini menunjukkan bahwa seluruh formulasi sediaan

lotion pelembab kulit dari ektrak etanol teripang bilalo (Actinopyga mauritiana)

tidak menyebabkan efek kemerahan pada kulit, gatal pada kulit, dan kulit menjadi

kasar yang berarti sediaan tidak menyebabkan iritasi pada kulit (wasitaatmadja).

Gambar hasil uji iritasi terhadap salah satu sukarelawan dapat dilihat pada

lampiran 10, halaman 43.


22

3.2.6 Hasil uji kelembaban kulit sukarelawan

Pengujian dilakukan terhadap 20 orang sukarelawan yang berusia 20-25

tahun yang berjenis kelamin perempuan, hasil pengamatan dan pengukuran

berupa data uji kelembaban dengan menggunakan alat skin moisture analyzer

dapat dilihat pada Tabel 3.6.

Tabel 3. 6 Data uji kelembaban dengan menggunakan alat Skin moisture analyzer

Rata- Persentase Rata-Rata Kelembaban Kulit pada


Rata Masing-Masing Formula
kulit
No Sukarelawan
sebelum
A B C D E F
dioleskan
sediaan
1 I 41,7% 58,8% 59,1% 60,0% 60,1% 62,1% 62,7%
2 II 43,7% 58,5% 59,4% 59,8% 60,9% 61,1% 62,7%
3 III 48,5% 58,9% 58,9% 60,5% 60,9% 62,3% 62,9%
4 IV 34,4% 53,8% 59,7% 62,2% 63,0% 61,6% 62,4%
5 V 43,4% 59,6% 61,4% 61,6% 62,3% 63,1% 62,5%
6 VI 43,9% 56,6% 60,5% 61,6% 62,7% 62,6% 63,0%
7 VII 45,8% 60,8% 61,6% 61,3% 62,5% 62,9% 62,9%
8 VIII 44,9% 60,4% 61,6% 62,1% 62,0% 63,1% 62,1%
9 IX 38,9% 61,9% 61,5% 62,7% 64,2% 63,9% 62,1%
10 X 41,9% 60,4% 60,6% 61,5% 61,6% 62,2% 62,1%
11 XI 41,4% 61,4% 61,8% 62,0% 62,1% 63,1% 62,8%
12 XII 37,1% 61,3% 61,5% 62,7% 63,2% 64,2% 62,8%
13 XIII 43,2% 59,8% 60,4% 60,6% 61,5% 62,1% 62,9%
14 XIV 37,5% 60,4% 61,2% 62,7% 62,7% 62,4% 63,2%
15 XV 41,8% 60,5% 60,4% 61,4% 62,8% 63,2% 63,0%
16 XVI 40,2% 61,5% 60,6% 61,5% 61,7% 62,7% 62,5%
17 XVII 37,6% 60,5% 60,2% 61,8% 62,6% 62,5% 61,9%
18 XVIII 40,8% 61,9% 64,1% 64,4% 65,0% 65,1% 62,4%
19 XIX 41,4% 60,9% 62,9% 63,3% 63,5% 64,7% 62,2%
20 XX 43,3% 63,4% 62,7% 63,8% 64,5% 65,2% 62,0%
Rata-rata 41,7% 60,0% 61,0% 61,8% 62,4% 63,0% 62,5%

Keterangan:
LEETB : Lotion Ekstrak Etanol Teripang Bilalo
A : Lotion blanko
B : LEETB 2,5 %
C : LLETB 5 %
D : LEETB 7,5 %
E : LEETB 10 %
F : Lotion pembanding (Citra)
23

Berdasarkan data pada Tabel 3.6 di bawah menunjukkan bahwa, hasil

yang diperoleh dari penggunaan ekstrak etanol teripang bilalo (Actinopyga

mauritia) sebelum dioleskan lotion rata-rata kelembaban yang diperoleh adalah

41,7%. Setelah pemakaian lotion dengan konsentrasi blanko rata-rata kelembaban

kulit yang diperoleh sebesar 60,0%, untuk konsentrasi 2,5% rata-rata yang

diperoleh kelembaban kulit sebesar 61,0%, untuk konsentrasi 5% rata-rata

diperoleh kelmbaban kulit sebesar 61,8%, untuk konsentrasi 7,5% rata-rata

diperoleh kelembaban kulit sebesar 62,4%, untuk konsentrasi 10% rata-rat

diperoleh kelembaban kulit sebesar 63,0%, untuk sediaan lotion pelembab

pembanding (citra) diperoleh kelembaban kulit sebesar 62,5%. Hasil keseluruhan

rata-rata kelembaban kulit sebelum dan sesudah menggunakan lotion pelembab

dapat dilihat pada tabel 3.7.

Tabel 3. 7 Hasil keseluruhan rata-rata kelembaban kulit sebelum dan sesudah


menggunakan lotion pelembab

Skala
Rata-
kelembaban Rata-rata Skala
rata kulit
alat Skin setelah kelembaban alat
Formula sebelum
Moisture menggunakan Skin Moisture
dioleskan
Analyzer lotion (%) Analyzer FCM-1
sediaan
FCM-1
A Lembab 60,0% Lembab
B Lembab 61,0% Lembab
C Lembab 61,8% Sangat lembab
41,7
D Lembab 62,4% Sangat lembab
E Lembab 63,0% Sangat lembab
F Lembab 62,5% Sangat lembab

Keterangan:
LEETB : Lotion Ekstrak Etanol Teripang Bilalo
A : Lotion blanko
B : LEETB 2,5 %
C : LLETB 5 %
D : LEETB 7,5 %
E : LEETB 10 %
F : Lotion pembanding (Citra)
< 40% : Kurang lembab
40-60% : Lembab
>60% : sangat lembab
24

Berdasarkan data tabel 3.7 di atas menunjukkan bahwa, bedasarkan

referensi alat Skin moisture analyzer (FCM-1) dinyatakan jika lebih kecil dari

40% kurang lembab, 40-60% lembab dan lebih besar 60% sangat lembab. Pada

blanko, lotion pelembab dengan konsentrasi 2,5% dan lotion pembanding (citra)

terlihat bahwa kemampuan pada level lembab sedangkan pada sediaan ekstrak

etanol teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) konsentrasi 5% sudah memberikan

kemampuan yang lebih tinggi yaitu pada level sangat lembab. Syarat kemampuan

untuk melembabkan kulit adalah dengan konsentrasi 51-100% (aramo,2012).

Hasil data statistik uji keseluruhan rata-rata kelembaban kulit sebelum dan

sesudah menggunakan krim pelembab dapat dilihat pada Gambar 3.1.

Gambar pengujian kelembaban terhadap salah satu sukarelawan dapat

dilihat pada lampiran 11, halaman 44 dan data persentase kulit sukarelawan dapat

dilihat pada lampiran 13, halaman 46.

Kelembaban Kulit
63.0%

62.0%
Nilai Pengukuran

61.0%

60.0%

Tingkat Kelembaban
59.0%

58.0%

Konsentrasi Sediaan Lotion

Gambar 3. 1 Grafik hasil data statistik uji keseluruhan tara-rata kelembaban kulit
sebelum dan sesudah menggunakan lotion pelembab.
25

Dari data tabel uji anova yag dilakukan dapat disimpulkan terdapat

perbedaan statistik yang signifikan dengan probabilitas lebih kecil dari 0.05 antara

jumlah konsentrasi lotion setelah dilakukan uji kelembaban terhadap 20

sukarelawan [F(1194.753) = 390.472, P: 0.000]. berdasarkan data tersebut

menunjukan adanya perubahan kondisi kulit menjadi lebih baik. Hasil data

statistik dapat dilihat pada lampiran 14 halaman 53.

Dari uji Post-Hoc menggunakan tukey dapat disimpulkan bahwa:

1. Nilai rata-rata konsentrasi formula 0 (41.560±3.3254) memiliki perbedaan

yang signifikan dengan seluruh konsentrasi formula dengan probabilitas

0.000

2. Formula 1(60.075±2.0832) mempunyai perbedaan nilai rata-rata

konsentrasi yang signifikan dengan formula 0(41.560±3.3254) , formula

3(61.875±1.1845), formula 4(62.490±1.2320), formula 5 (63.005±1.1157)

dan formula 6 (62.555±3886) dengan probabilitas 0.000. Tetapi tidak

mempunyai perbedaan yang signifikan dengan formula 2(61.005±1.3052).

3. Formula 2 (61.005±1.3052) mempunyai perbedaan nilai rata-rata

konsentrasi yang signfikan dengan formula 0 dan formula 5 dengan

probabilitas 0.000 dan 0.008. tetapi tidak mempunyai perbedaan yang

signifikan dengan formula 1, formula 3, formula 4 dan formula 6.

4. Formula 3 (61.875±1.1845) mempunya perbedaan nilai rata-rata

konsentrasi yang signifikan dengan formula 0 dan formula 1 dengan

probabilitas 0.000 dan 0.024. tetapi tidak mempunyai perbedaan signifikan

dengan formula 2, formula 4, formula 5, dan formula 6.


26

5. Formula 4 (62.490±1.2320) mempunyai perbedaan nilai rata-rata

konsentrasi yang signifikan dengan formula 0 dan formula 1 dengan

probabilitas 0.000. tetapi tidak mempunyai perbedaan signifikan dengan

formula 2, formula 3, formula 5 dan formula 6.

6. Formula 5 (63.005±1.1157) mempunyai perbedaan nilai rata-rata

konsentrasi yang signifikan dengan formula 0, formula 1 dan formula 2

dengan probababilitas 0.000 dan 0.008. tetapi tidak mempunyai perbedaan

signifikan dengan formula 3, formula 4 dan formula 6

7. Formula 6 (62.555±3886) mempunyai perbedaan nilai rata-rata

konsentrasi yang signifikan dengan formula 0 dan formula 1 dengan

probabilitas 0.000. tetapi tidak mempunyai perbedaan signifikan dengan

formula 2, formula 3, formula 4 dan formula 5

3.2.7 Hasil uji hedonik

Dari hasil perhitungan didapat interval nilai kesukaan untuk setiap

sediaan yaitu :

a. Blanko memiliki interval nilai kesukaan 2,06-3,14. Untuk penulisan nilai

akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,06 dan dibulatkan menjadi 2

(Kurang Suka).

b. LEETB 2,5% memiliki interval nilai kesukaan 2,73-3,57 . Untuk

penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,73 dan

dibulatkan menjadi 3 (Cukup Suka).

c. LEETB 5% memiliki interval nilai kesukaan 4,58-4,92. Untuk penulisan

nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 4,58 dan dibulatkan

menjadi 5 (Sangat Suka).


27

d. LEETB 7,5% memiliki interval nilai kesukaan 2,89-3,81. Untuk

penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,89 dan

dibulatkan menjadi 3 (Cukup Suka).

e. LEETB 10% memiliki interval nilai kesukaan 2,52-3,47 . Untuk

penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,52 dan

dibulatkan menjadi 3 (Cukup Suka).

f. Pembanding (Citra) memiliki interval nilai kesukaan 2,54-3,06. Untuk

penulisan nilai akhir kesukaan diambil nilai terkecil yaitu 2,54 dan

dibulatkan menjadi 3 (Cukup Suka).

Berdasarkan hasil uji kesukaan diketahui bahwa lotion yang sangat disukai

sukarelawan adalah lotion dengan konsentrasi LEETB 5% . Lotion yang cukup

disukai sukarelawan adalah lotion LEETB 2,5%, LEETB 7,5%, LEETB 10%, dan

lotion pembanding (Citra). Lotion yang kurang disukai sukarelawan adalah lotion

blanko. Dari data tersebut dapat disimpulkan bahwa yang paling banyak disukai

oleh kebanyakan responden/sukarelawan yaitu lotion dengan konsentrasi LEETB

5%. Data hasil uji hedonik/kesukaan sukarelawan dapat dilihat pada tabel 3.8.
28

Tabel 3.8 Data uji kesukaan responden /sukarelawan terhadap sediaan

LEETB LEETB LEETB LEETB Pembandi


Sukarelawan Blanko
2,5% 5% 7,5% 10% ng (Citra)
1 2 3 4 2 1 5
2 4 2 5 4 3 5
3 4 3 4 4 4 4
4 1 4 5 2 3 3
5 1 2 5 4 3 3
6 2 4 5 3 2 2
7 2 4 5 3 2 1
8 4 3 5 1 1 4
9 1 2 5 4 3 5
10 4 4 5 3 3 1
11 1 1 4 5 4 3
12 3 2 5 4 5 5
13 3 3 5 4 4 5
14 2 3 5 5 4 4
15 2 3 4 4 5 2
16 4 4 4 3 3 5
17 3 4 5 3 2 1
18 5 3 5 2 2 1
19 3 4 5 5 3 3
20 1 5 5 2 3 2
Jumlah 52 63 95 67 60 64
Keterangan:
Nilai 5 : Sangat Suka (SS)
Nilai 4 : Suka (S)
Nilai 3 : Cukup Suka (CS)
Nilai 2 : Kurang Suka (KS)
Nilai 1 : Tidak Suka (TS)
Blanko : Sediaan lotion tanpa ekstrak
Panbanding : sedian lotion ekstrak mutiara kerang (Citra)
LEETB : Sediaan lotion ekstrak etanol teripang bialolo (Actynopyga
mauritiana)
29

BAB IV

KESIMPULAN DAN SARAN

4.1 Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan terhadap ekstrak etanol

teripang bilalo (Actinopyga mauritiana) dapat disimpulkan bahwa:

1. Ekstrak etanol Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana) dapat

diformulasikan dalam bentuk sediaan lotion dengan tipe emulsi M/A,

semua sediaan merupakan sediaan yang homogen, dengan rentang pH 6,0-

6,2 pada saat selesai dibuat, dan lotion pelembab ekstrak etanol teripang

bilalo (Actinopyga mauritiana) stabil.

2. Sediaan lotion pelembab ekstrak etanol teripang bilalo (Actinopyga

mauritiana) mampu mengurangi penguapan air dari kulit serta mampu

melembabkan kulit pada level sangat lembab yaitu 61,8%-63,0%. Formula

E yaitu lotion pelembab yang mengandung ekstrak etanol teripang bilalo

(Actinopyga mauritiana) pada konsentrasi 10% yang terbaik dan tidak

menyebabkan iritasi kulit pada kulit.

4.2 Saran

Diharapkan pada penelitian selanjutnya agar melakukan pengujian lanjut

seperti uji mikrobiologi atau formulasi sediaan pelembab dalam bentuk sediaan

lain seperti, krim, gel, atau masker dari ekstrak etanol Teripang Bilalo

(Actinopyga mauritiana).
30

DAFTAR PUSTAKA

Badan Standarisasi Nasional. 1996. Sediaan Tabir Surya. SNI 16-4399-1996.


Jakarta.

Balsam, M.S. 1972. Cosmetic Science and Technology. Edisi II. New York: John
Wiley and Son, Inc. Hal 179

Barel, A.O., Paye, M., dan Meibach, H.I. 2011. Handbook of Cosmetic Science
And Technology. New York : Marcel Dekter, Inc. Hal 115.

Darsono, p. (1998). Pengenalan secara umum tentang teripang (Holothurians).


Oseana 23 (1) 1-8

DepKes RI, 1989. Materia Medika Indonesia. Jilid V. Jakarta. Hal. 549, 553, 552.

Ditjen POM. 1979. Farmakope Indonesia. Edisi III. Jakarta. Hal. 33.

Ditjen POM. 1985. Formularium Kosmetika Indonesia. Jakarta. Hal. 22,356.

Fauzy, A R, dan Nurmalina. 2012. Merawat kulit dan wajah. Jakarta: PT. Elex
Komputindo. Hal. 72

Harborne, B.J. 1983. Metode Fitokimia. Terbitan ke 2. ITB. Bandung. Hal. 152-
153.

Hawa., M, Zulaikah., M, Jamaludin., Abidin, Zainal., Kaswand., dan Rizwan.


1999. The Potential of The Coelomic Fluid in Sea Cucumber as an Anti
Ocsidant. Mal J Nutr 5:55/59.

Mamelona, J., Pelliter, EM., Giard-Lalancette,k, Legault,J., Karboune,s, and


Kermasha, s. (2007). Quantification of Phenolic contents and antioxidant
capacity of Atlante sea cucumber, Curcumaria frondosa. Food chem 104:
1040-1047.

Marjoni, R., 2016. Dasar-Dasar Fitokimia. Trans Info Media. Jakarta. Hal. 15-16.

Martoyo, Z., Aji, M., dan Winanto, T. J. 2006. Budidaya Teripang. Edisi revisi.
Jakarta : Penebar Swadaya. Hal. 27.

Muliyawan, D, dan Suriana, N., 2013. A- Z tentang kosmetik. Jakarta : Elex


Media Kompotindo. Hal. 64-65.

Rawlins, E.a. 2003. Bentley’s Textbook of Pharmaceutics. 18𝑡ℎ ed. London:


Bailierre Tindall. Hal. 22, 355.

Soewarno, T. Soekarto. 1981. Penilaian Organoleptik. Pusat Pengembangan


Teknologi Pangan. Bogor: Penerbit IPB. Hal. 45.
31

Thomssen, G.E., 1947. Modern Cosmetic. New York: Drug & Cosmetic Industry.
Hal. 205.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2007. Buku Pegangan Ilmu Pengetahuan
Kosmetik. Jakarta: Penerbit PT. Gramedia Pustaka Utama. Hal. 11.

Tranggono, R.I. dan Latifah, F., 2014. Buku Pegangan dasar Kosmetologi.
Jakarta: Penerbit Sagung Seto. Hal. 1.

Wasitaatmadja, S.M. 1997. Penuntun Ilmu Kosmetik Medik. Jakarta: Universitas


Indonesia. Hal. 62-63, 111-112.
32

Lampiran 1. Hasil identifikasi hewan


33

Lampiran 2.Gambar alat-alat yang dipergunakan

Rotary Evaporator (Heidolp) Skin Moisture Analyzer (FCM-1)

pH meter (ATC) Lumpang


34

Lampiran 2. (lanjutan) Gambar alat-alat yang dipergunakan

Neraca digital (AND)

Alat-alat gelas laboratorium: Gelas ukur (IWAKI), Beaker glass(PYREX), Cawan


35

Lampiran 3. Gambar bahan uji


36

Lampiran 4. Bagan Alir Ekstraksi Etanol Teripang Bilalo (Actinophyga


mauritiana)

10,4 kg teripang bilalo (Actinophyga mauritiana)

Dicuci, diiris tipis lalu


timbang

Didapat 5,6 kg teripang bilalo (Actinophyga


mauritiana)

Etanol 96%, 16,8 liter

Dimaserasi selama 3 hari

Maserat I Ampas (3,9 kg)

Etanol 96%, 11,7


liter
Dimaserasi selama 3 hari

Maserat II Ampas

Di campur

Ekstrak cair

506,25 gram ekstrak kental


Dipekatkan sengan alat
teripang bilalo (Actinophyga
rotary evaporator pada suhu
mauritiana)
40°C
37

Lampiran 5. Bagan kerja pembuatan lotion pelembab dari ekstrak etanol


teripang bilalo (Actinophyga mauritiana)

Asam stearat Nipasol

Setil alkohol Nipagin

Adeps lanae TEA

Di lebur diatas Dilarutkan alam


penangas air air panas

Massa I Massa II

Dicampur konstan dalam


mortir panas

Gerus homogen

Dasar lotion

Ekstrak etanol teripang bilalo


(Actinophyga mauritiana)

Lotion pelembab ekstrak etanol teripang


bilalo (Actinophyga mauritiana)
38

Lampiran 6. Gambar hasil skrining fitokimia

Hasil uji Alkaloid

Hasil uji glikosida

Hasil uji flavonoid


39

Lampiran 6 (lanjutan) Gambar hasil skrining fitokimia

Hasil uji steroid

Hasil uji saponin


40

Lampiran 7. Gambar sediaan lotion pelembab kulit ekstrak etanol teripang


bilalo (Actinophyga mauritiana)

Lotion ekstrak etanol teripang bilalo

Lotion pembanding Citra ekstrak mutiara kerang


41

Lampiran 8. Gambar hasil uji homogenitas


42

Lampiran 9. Gambar hasil uji tipe emulsi


43

Lampiran 10. Gambar hasil uji iritasi terhadap salah satu sukarelawan

Gambarhasil uji iritasi sebelum di oleskan

Gambar hasil uji iritasi sesaat dioleskan

Gambar hasil uji iritasi sesudah 24 jam


44

Lampiran 11.Gambar pengujiaan kelembaban terhadap salah satu sukarelawan


45

Lampiran 12. Data Pengukuran pH Sediaan pada Saat Selesai Dibuat, dan
Sampai Pada Penyimpanan mimggu ke 10 (minggu berjalan).
pH rata-rata selama 12 minggu
N
Formula VII
o I II III IV V VI VII IX X XI XII
I
1 A 6,2 6,2 6,3 6,3 6,3 6,3 6,1 6,1 6,1 6,1
2 B 6,1 6,1 6,1 6,1 6,2 6,1 6,0 6,0 6,0 6,0
3 C 6,0 6,0 6,0 6,0 6,0 6,1 6,1 6,0 6,0 6,0
4 D 6,1 6,1 6,0 6,0 6,0 6,0 5,9 5,8 5,8 5,8
5 E 6,0 6,1 6,1 6,1 6,0 6,0 6,0 5,8 5,8 5,7
6 F 6,0 6,0 6,0 6,0 6,1 6,1 6,0 6,0 6,0 6,0

Keterangan:
LEETB : Lotion Ekstrak Etanol Teripang Bilalo
A : Lotion blanko
B : LEETB 2,5 %
C : LLETB 5 %
D : LEETB 7,5 %
E : LEETB 10 %
F : Pembanding (Citra)
46

Lampiran 13. Data persentase kelembaban kulit sukarelawan


1. Sukarelawan I

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 40,7% 59,7% 58,4% 58,6% 58,8%
2 B 41,2% 58,5% 58,7% 60,2% 59,1%
3 C 41,9% 60,4% 60,1% 59,5% 60,0%
4 D 42,3% 59,4% 60,6% 60,3% 60,1%
5 E 41,8% 62,6% 62,7% 61,1% 62,1%
6 F 42,6% 62,8% 62,2% 63,2% 62,7%

2. Sukarelawan II

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 42,7% 58,1% 59,1% 58,3% 58,5%
2 B 42,4% 59,5% 60,0% 58,7% 59,4%
3 C 45,0% 58,7% 60,8% 60,1% 59,8%
4 D 45,2% 61,5% 61,2% 60,0% 60,9%
5 E 44,9% 60,9% 61,3% 61,1% 61,6%
6 F 42,5% 61,8% 62,7% 63,8% 62,7%

3. Sukarelawan III

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 47,6% 58,8% 59,2% 58,8% 58,9%
2 B 48,9% 58,6% 59,6% 58,7% 58,9%
3 C 49,0% 60,5% 60,6% 60,5% 60,5%
4 D 49,2% 61,0% 60,8% 60,9% 60,9%
5 E 48,7% 62,7% 61,9% 62,4% 62,3%
6 F 47,8% 62,7% 62,9% 63,3% 62,9%
47

Lampiran 13. (lanjutan) Data persentase kelembaban kulit sukarelawan

4. Sukarelawan IV

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 34,1% 55,8% 55,4% 50,2% 53,8%
2 B 33,6% 59,0% 59,3% 59,7% 59,7%
3 C 36,5% 63,2% 61,8% 61,6% 62,2%
4 D 34,7% 62,7% 62,4% 63,9% 63,0%
5 E 34,0% 62,3% 61,20% 62,2% 61,6%
6 F 33,6% 61,3% 62,9% 63,1% 62,4%

5. Sukarelawan V

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 41,1% 59,5% 59,3% 60,0% 59,6%
2 B 46,7% 61,5% 60,9% 61,8% 61,4%
3 C 43,0% 62,0% 61,2% 60,1% 61,6%
4 D 41,8% 62,7% 61,7% 61,4% 62,3%
5 E 45,9% 62,6% 63,0% 63,7% 63,1%
6 F 41,7% 63,0% 62,6% 62,1% 62,5%

6. Sukarelawan VI

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 43,7% 56,4% 56,5% 56,8% 56,6%
2 B 45,9% 61,5% 59,5% 60,7% 60,5%
3 C 42,4% 60,8% 62,4% 61,1% 61,6%
4 D 46,4% 62,4% 62,1% 63,8% 62,7%
5 E 43,1% 61,6% 63,0% 63,4% 62,6%
6 F 42,4% 62,8% 62,9% 63,4% 63,0%
48

Lampiran 13. (lanjutan) Data persentase kelembaban kulit sukarelawan

7. Sukarelawan VII

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 47,0% 59,4% 61,7% 61,7% 60,8%
2 B 47,6% 62,4% 60,7% 61,7% 61,6%
3 C 42,2% 62,6% 61,2% 60,6% 61,3%
4 D 45,6% 62,6% 62,1% 62,8% 62,5%
5 E 46,7% 62,8% 62,3% 63,7% 62,9%
6 F 45,7% 62,6% 62,9% 63,4% 62,9%

8. Sukarelawan VIII

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 46,9% 59,8% 60,2% 61,4% 60,4%
2 B 47,4% 60,3% 61,4% 61,6% 61,6%
3 C 48,2% 61,8% 62,5% 62,0% 62,1%
4 D 39,8% 61,9% 61,1% 63,2% 61,0%
5 E 42,7% 63,2% 63,1% 63,2% 63,1%
6 F 44,9% 63,1% 61,3% 62,1% 62,1%

9. Sukarelawan IX

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 40,5% 61,9% 61,5% 60,7% 61,3%
2 B 39,5% 61,8% 61,4% 61,3% 61,5%
3 C 36,4% 62,8% 63,2% 62,1% 62,7%
4 D 39,8% 64,6% 64,2% 63,8% 64,2%
5 E 38,5% 63,4% 64,4% 63,9% 63,9%
6 F 39,1% 61,3% 62,5% 62,7% 62,1%
49

Lampiran 13. (lanjutan) Data persentase kelembaban kulit sukarelawan

10. Sukarelawan X

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 40,2% 60,9% 60,2% 60,2% 60,4%
2 B 39,1% 60,8% 59,8% 61,3% 60,6%
3 C 45,8% 61,9% 61,5% 61,3% 61,5%
4 D 45,7% 61,1% 61,7% 62,0% 61,6%
5 E 40,6% 61,7% 62,3% 62,7% 62,2%
6 F 40,4% 62,9% 63,3% 60,1% 62,1%

11. Sukarelawan XI

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 30,4% 60,4% 61,4% 62,3% 61,4%
2 B 48,9% 62,5% 61,7% 61,3% 61,8%
3 C 45,6% 61,9% 61,1% 63,2% 62,0%
4 D 37,9% 61,8% 62,5% 62,0% 62,1%
5 E 38,6% 63,2% 63,1% 63,2% 63,1%
6 F 39,5% 61,8% 63,7% 62,9% 62,8%

12. Suakrelawan XII

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 43,7% 61,9% 61,5% 60,7% 61,3%
2 B 46,2% 61,8% 61,4% 61,3% 61,5%
3 C 46,5% 62,8% 63,2% 62,1% 62,7%
4 D 37,9% 63,4% 63,4% 63,0% 63,2%
5 E 41,5% 64,6% 64,2% 63,0% 64,2%
6 F 43,4% 62,9% 62,3% 63,2% 62,8%
50

Lampiran 13. (lanjutan) Data persentase kelembaban kulit sukarelawan

13. Sukarelawan XIII

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 43,7% 59,1% 60,3% 60,1% 59,8%
2 B 46,2% 60,9% 60,2% 60,2% 60,4%
3 C 46,5% 59,8% 60,0% 61,3% 60,6%
4 D 37,9% 61,9% 61,5% 61,3% 61,5%
5 E 41,5% 62,0% 63,1% 62,7% 62,6%
6 F 43,4% 62,8% 63,4% 62,6% 62,9%

14. Sukarelawan XIV

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 36,5% 60,5% 60,4% 60,5% 60,4%
2 B 35,7% 60,8% 61,2% 61,6% 61,2%
3 C 42,1% 63,6% 62,2% 62,1% 62,7%
4 D 42,2% 62,4% 63,0% 62,8% 62,7%
5 E 38,1% 62,6% 62,4% 62,3% 62,4%
6 F 30,7% 62,4% 63,9% 63,4% 63,2%

15. Sukarelawan XV

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 37,1% 60,3% 60,8% 60,6% 60,5%
2 B 40,2% 60,6% 60,3% 60,4% 60,4%
3 C 43,6% 61,2% 61,6% 61,5% 61,4%
4 D 39,7% 64,0% 62,6% 61,8% 62,8%
5 E 47,0% 63,5% 63,1% 63,1% 63,2%
6 F 43,3% 62,7% 62,8% 63,0% 63,0%
51

Lampiran 13. (lanjutan) Data persentase kelembaban kulit sukarelawan

16. Sukarelawan XVI

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 42,9% 62,6% 61,0% 60,9% 61,5%
2 B 37,3% 61,2% 60,4% 60,3% 60,6%
3 C 37,9% 61,5% 61,4% 61,8% 61,5%
4 D 42,9% 62,0% 61,7% 61,5% 61,7%
5 E 40,6% 62,0% 62,3% 63,2% 62,7%
6 F 39,6% 62,4% 63,2% 61,9% 62,5%

17. Sukarelawan XVII

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 35,7% 60,3% 60,7% 60,5% 60,5%
2 B 38,7% 60,4% 60,5% 59,9% 60,2%
3 C 35,1% 62,5% 61,8% 61,2% 61,8%
4 D 36,6% 62,7% 63,0% 62,2% 62,6%
5 E 34,7% 63,2% 62,6% 61,9% 62,5%
6 F 45,3% 60,8% 62,0% 62,9% 61,9%

18. Sukarelawan XVIII

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 38,5% 61,1% 61,7% 63,0% 61,9%
2 B 40,4% 64,4% 64,4% 63,1% 64,1%
3 C 41,1% 64,3% 64,5% 64,4% 64,4%
4 D 40,9% 65,3% 64,0% 65,9% 65,0%
5 E 44,8% 64,8% 65,7% 64,9% 65,1%
6 F 39,5% 61,7% 63,0% 62,6% 62,4%
52

Lampiran 13. (lanjutan) Data persentase kelembaban kulit sukarelawan

19. Sukarelawan XIX

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 38,0% 60,8% 60,3% 60,8% 60,9%
2 B 41,6% 63,6% 62,6% 62,5% 62,9%
3 C 46,0% 63,6% 63,2% 63,1% 63,3%
4 D 39,5% 63,7% 63,5% 63,4% 63,5%
5 E 42,5% 66,3% 64,2% 63,8% 64,7%
6 F 40,8% 62,1% 63,8% 60,9,8% 62,6%

20. Sukarelawan XX

Kulit Persentase kelmbaban kulit tiap 1 jam


No Formula
normal I II III Rata-rata
1 A 42,3% 63,7% 63,2% 63,4% 63,4%
2 B 37,8% 64,1% 62,3% 61,9% 62,7%
3 C 36,0% 63,6% 64,0% 64,0% 63,8%
4 D 34,3% 64,6% 64,7% 64,2% 64,5%
5 E 35,0% 65,3% 64,6% 65,7% 65, 2%
6 F 37,9% 60,3% 62,1% 63,6% 62,0%
53

Lampiran 14.Hasil analisis Normalitas, analisis (ANOVA) dan Post Hoc Tests
(Tukey) untuk kemampuan sediaan meningkatkan kdar air
(kelembaban) dari kulit bagian punggung tangan sukarelawan.

Tabel normalitas

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk
Formula Statistic Df Sig. Statistic Df Sig.
*
Konsentrasi Formula0 .131 20 .200 .980 20 .928
Formula1 .212 20 .019 .875 20 .014
*
Formula2 .124 20 .200 .964 20 .632
Formula3 .114 20 .200* .974 20 .845
Formula4 .101 20 .200* .983 20 .965
Formula5 .181 20 .086 .940 20 .235
Formula6 .145 20 .200* .940 20 .243
a. Lilliefors Significance Correction
*. This is a lower bound of the true significance.
54

Lampiran 14. (lanjutan) Hasil analisis Normalitas, analisis (ANOVA) dan Post
Hoc Tests (Tukey) untuk kemampuan sediaan meningkatkan kdar
air (kelembaban) dari kulit bagian punggung tangan sukarelawan.

Tabel analisis anova


Descriptives
Konsentrasi
95% Confidence Interval
for Mean
Std. Std. Lower
N Mean Deviation Error Bound Upper Bound Minimum Maximum
Formula0 20 41.560 3.3254 .7436 40.004 43.116 34.4 48.5
Formula1 20 60.075 2.0832 .4658 59.100 61.050 53.8 63.4
Formula2 20 61.005 1.3052 .2919 60.394 61.616 58.9 64.1
Formula3 20 61.875 1.1845 .2649 61.321 62.429 59.8 64.4
Formula4 20 62.490 1.2320 .2755 61.913 63.067 60.1 65.0
Formula5 20 63.005 1.1157 .2495 62.483 63.527 61.1 65.2
Formula6 20 62.555 .3886 .0869 62.373 62.737 61.9 63.2
Total 140 58.938 7.3824 .6239 57.704 60.171 34.4 65.2

ANOVA
Konsentrasi
Sum of Squares Df Mean Square F Sig.
Between Groups 7168.520 6 1194.753 390.472 .000
Within Groups 406.949 133 3.060
Total 7575.469 139
55

Lampiran 14. (lanjutan) Hasil analisis Normalitas, analisis (ANOVA) dan Post
Hoc Tests (Tukey) untuk kemampuan sediaan meningkatkan kdar
air (kelembaban) dari kulit bagian punggung tangan sukarelawan.

Post Hoc Tests

Multiple Comparisons
Konsentrasi
Tukey HSD
Mean 95% Confidence Interval
(I) Formula (J) Formula Difference (I-J) Std. Error Sig. Lower Bound Upper Bound
*
Formula0 Formula1 -18.5150 .5532 .000 -20.171 -16.859
Formula2 -19.4450* .5532 .000 -21.101 -17.789
Formula3 -20.3150* .5532 .000 -21.971 -18.659
Formula4 -20.9300* .5532 .000 -22.586 -19.274
Formula5 -21.4450* .5532 .000 -23.101 -19.789
Formula6 -20.9950* .5532 .000 -22.651 -19.339
Formula1 Formula0 18.5150* .5532 .000 16.859 20.171
Formula2 -.9300 .5532 .630 -2.586 .726
Formula3 -1.8000* .5532 .024 -3.456 -.144
Formula4 -2.4150* .5532 .000 -4.071 -.759
Formula5 -2.9300* .5532 .000 -4.586 -1.274
Formula6 -2.4800* .5532 .000 -4.136 -.824
Formula2 Formula0 19.4450* .5532 .000 17.789 21.101
Formula1 .9300 .5532 .630 -.726 2.586
Formula3 -.8700 .5532 .700 -2.526 .786
Formula4 -1.4850 .5532 .110 -3.141 .171
Formula5 -2.0000* .5532 .008 -3.656 -.344
Formula6 -1.5500 .5532 .083 -3.206 .106
Formula3 Formula0 20.3150* .5532 .000 18.659 21.971
Formula1 1.8000* .5532 .024 .144 3.456
Formula2 .8700 .5532 .700 -.786 2.526
Formula4 -.6150 .5532 .924 -2.271 1.041
Formula5 -1.1300 .5532 .393 -2.786 .526
Formula6 -.6800 .5532 .882 -2.336 .976
Formula4 Formula0 20.9300* .5532 .000 19.274 22.586
Formula1 2.4150* .5532 .000 .759 4.071
Formula2 1.4850 .5532 .110 -.171 3.141
Formula3 .6150 .5532 .924 -1.041 2.271
Formula5 -.5150 .5532 .967 -2.171 1.141
Formula6 -.0650 .5532 1.000 -1.721 1.591
Formula5 Formula0 21.4450* .5532 .000 19.789 23.101
Formula1 2.9300* .5532 .000 1.274 4.586
Formula2 2.0000* .5532 .008 .344 3.656
Formula3 1.1300 .5532 .393 -.526 2.786
Formula4 .5150 .5532 .967 -1.141 2.171
Formula6 .4500 .5532 .983 -1.206 2.106
Formula6 Formula0 20.9950* .5532 .000 19.339 22.651
Formula1 2.4800* .5532 .000 .824 4.136
Formula2 1.5500 .5532 .083 -.106 3.206
Formula3 .6800 .5532 .882 -.976 2.336
Formula4 .0650 .5532 1.000 -1.591 1.721
Formula5 -.4500 .5532 .983 -2.106 1.206
*. The mean difference is significant at the 0.05 level.
56

Lampiran 14. (lanjutan) Hasil analisis Normalitas, analisis (ANOVA) dan Post
Hoc Tests (Tukey) untuk kemampuan sediaan meningkatkan kdar
air (kelembaban) dari kulit bagian punggung tangan sukarelawan.

Konsentrasi
TukeyHSDa
Subset for alpha = 0.05
Formula N 1 2 3 4
Formula0 20 41.560
Formula1 20 60.075
Formula2 20 61.005 61.005
Formula3 20 61.875 61.875
Formula4 20 62.490 62.490
Formula6 20 62.555 62.555
Formula5 20 63.005
Sig. 1.000 .630 .083 .393
Means for groups in homogeneous subsets are displayed.
a. Uses Harmonic Mean Sample Size = 20.000.
57

Lampiran 15. Contoh lembar penilaian uji kesukaan

Lembar Penilaian Uji Kesukaan

Nama :

Umur :

Instruksi : Berikan pendapat anda tentang, warna, aroma, kemudahan

meresap pada kulit dan kesan lengket dikulit yang di uji,

kemudian berikan tanda centang (√) pada salah satu kolom

(SS/S/CS/KS/TS) yang tersedia.

Penilaian
Sediaan
SS S CS KS TS
Blanko
LEETB 2,5%
LEETB 5%
LEETB 7,5%
LEETB 10%
Pembanding
(Citra)
Keterangan:
Nilai 5 : Sangat Suka (SS)
Nilai 4 : Suka (S)
Nilai 3 : Cukup Suka (CS)
Nilai 1 : Kurang Suka (KS)
Blanko : Sediaan lotion tanpa ekstrak
Panbanding : sedian lotion ekstrak mutiara kerang (Citra)
LEETB : Sediaan lotion ekstrak etanol teripang bialolo (Actynopyga
mauritiana)
58

Lampiran 16. Rumus perhitungan nilai uji kesukaan


Untuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap sukarelawan digunakan

rumus sebagai berikut:

 𝑥̅ = ∑𝑛𝑖 𝑋𝑖
n
 𝑆 2 =∑𝑛𝑖(𝑋𝑖 − 𝑥̅ )2
n
 S =√𝑆 2
 P(𝑥̅ -(1,96.S∕√𝑛)≤ 𝜇 ≤(𝑥̅ +(1,96.S∕√𝑛) ≅ 95%
Keterangan:

n : Banyak sukarelawan

𝑆2 : Keseragaman nilai kesukaan

1,96 : Koefisien standar deviasi pada taraf 95%

𝑥 : Nilai kesukaan rata-rata

Xi : Nilai dari sukarelawan ke I, dimana i=1,2,3.......,n

S : Simpangan baku nilai kesukaan

P : Tingkat kepercayaan

𝜇 : Rentang nilai
59

Lampiran 16. (lanjutan) Rumus perhitungan nilai uji kesukaan

Untuk menghitung nilai kesukaan rata-rata dari setiap sukarelawan digunakan

rumus sebagai berikut:

 𝑥̅ = ∑𝑛𝑖 𝑋𝑖
n
4+5+4+⋯5
=
20
95
= 20
= 4,75

 𝑆 2 = ∑𝑛𝑖(𝑋𝑖 − 𝑥̅ )2
N

= (4 − 4,75)² +(5 − 4,75)²+(4 − 4,75)²+…(5 − 4,75)²


3,74
=
20

= 0,18
 S =√𝑆 2
= √0,18
= 0,4
 P(𝑥̅ -(1,96.S∕√𝑛)≤ 𝜇 ≤(𝑥̅ +(1,96.S∕√𝑛) ≅ 95%
P(4,75-(1,96.0,4∕√20)≤ 𝜇 ≤(4,75+(1,96.0,4∕√20) ≅ 95%
P (4,75-0,17) ≤ 𝜇 ≤ (4,75+0,17)
P (4,58≤ 𝜇 ≤ 4,92)
60

Lampiran 17. Contoh format surat pernyataan persetujuan uji iritasi sukarelawan
SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Umur :

Jenis Kelamin :

Alamat :

Menyatakan bahwa saya bersedia menjadi suka relawan untuk uji iritasi dalam

penelitian Dea Anggreini NPM 144301049 dengan judul Formulasi Sediaan Lotion

Ekstrak Etanol Teripang Bilalo (Actinopyga mauritiana) Sebagai Pelembab Kulit.

Apabila terjadi hal-hal yang tidak diinginkan selama uji iritasi, saya tidak akan menuntut

ke peneliti.

Demikian surat pernyataan iini dibuat untuk dapat dipegunakan semestinya.

Medan , juli 2018


Sukarelawan

(Nama Lengkap)

Anda mungkin juga menyukai