PENDAHULUAN
Salah satu hasil laut yang mempunyai nilai ekonomis penting adalah
teripang atau disebut juga dengan teripang, teat fish atau ginseng laut. Secara
ekonomi, teripang memiliki nilai penting, yaitu sebagai sumber biofarmaka hasil
laut potensial dan sebagai makanan kesehatan (Leonardo and Andrew 2013).
Teripang memiliki potensi yang cukup besar di Indonesia, yaitu dengan total hasil
tangkapan mencapai 184631 ton tahun 2004. Hasil tangkapan teripang pada
2003-2004 sebesar 51.37%. Saat ini perdagangan teripang telah meluas, terutama
dimulai di Cina sejak dinasti Ming. Secara umum kandungan kimia teripang
amino esensial, kolagen, vitamin E, fosfor, besi, iodium, natrium, vitamin A dan
B (thiamin, riboflavin dan niasin), serta kandungan asam lemak penting pada
teripang adalah EPA dan DHA (Dewi 2008). Kandungan gizi dan bahan bioaktif
insulin melalui peningkatan kadar insulin plasma dan melepaskan insulin dari
oleh hiperglikemia. Ini adalah penyakit yang paling umum di antara pasien
sangat terkait dengan diabetes, dengan prevalensi tinggi pada kedua tipe I dan II
tidak cukup diproduksi atau sel tidak merespon insulin yang dihasilkan atau
tubuh khususnya kadar glukosa puasa dimana jumlah glukosa endogen yang
ini insulin berperan pada efek inhibisi kerja metabolisme tersebut. Bila terjadi
2. Apakah teripang bilalo mampu memperbaiki jaringan pada hepar dilihat dari
hispatologinya.
1.4. Hipotesis
gula darah
hisptologinya.
TINJAUAN PUSTAKA
(bulu babi), Ophiroidea (bintang laut ular), dan Crinoidea (Rusyana, 2016).
letaknya tersebar dalam lapisan epidermis. Namun, tidak semua jenis teripang
mempunyai duri pada kulitnya. Untuk hidupnya, teripang lebih menyukai perairan
yang jernih dan airnya relatif tenang. Penyebaran teripang di beberapa daerah di
Indonesia antara lain meliputi perairan pantai Madura, Jawa Timur, Aceh,
tidak jelas. Teripang salah satu kelompok biota laut dengan bentuk tubuh
umumnya silindris. Mulut teripang terletak di ujung anterior dan anus terletak
yaitu bagian dari sistem saluran air ambulakra yang bekerja secara hidrolik
eksternal di kolom air laut yaitu dengan melepaskan sel kelamin jantan dan betina
Tubuh teripang lunak, dan lembek atau licin, berdaging dan berbentuk
silindris memanjang seperti buah ketimun dapat berkulit halus atau berbintil-
bintil. Oleh karena itu, hewan ini dinamakan ketimun laut. Teripang dikenal pula
dengan nama suala, sea cucumber (Inggris), beche-de-mer (Perancis), atau dalam
istilah pasar Internasional dikenal dengan nama teatfish. Gerakan teripang sangat
lamban sehingga hampir seluruh hidupnya berada didasar laut. Warna tubuh
berbeda-beda. Spesies terkecil kurang dari 3 cm, tetapi Stichopus dari Filipina
bisa mencapai panjang sampai 1 m dan diameter 24 cm. Kebanyakan teripang dari
Amerika Utara dan Eropa memiliki panjang 10-30 cm (Martoyo, et al., 2006).
insulin atau kedua-duanya (ADA, 2010). Menurut WHO, Diabetes Melitus (DM)
multi etiologi yang ditandai dengan tingginya kadar gula darah disertai dengan
produksi insulin oleh sel-sel beta Langerhans kelenjar pankreas atau disebabkan
detoksifikasi dalam tubuh. Selain itu, hati berperan dalam ekskresi pigmen darah.
Sel-sel Kupffer dalam hati juga ikut berperan dalam reaksi imunologik.
Kerusakan hepar dapat disebabkan oleh berbagai agen antara lain virus, alkohol,
Berdasarkan teori, sel parenkim hepar terdiri atas hepatosit. Hepar dibagi
menjadi lobus dan dibagi lagi menjadi lobulus oleh jaringan ikat yang disebut
kapsula Gibson. Lobulus hepar terdiri dari beberapa sinusoid bersatu pada vena
sentralis pada bagian tengah. Vena sentralis ini tersusun atas sel-sel endotel. Di
daerah antara lobulus dapat ditemukan portal triad yang terdiri dari vena porta,
arteri hepatica, pembuluh limfe, dan duktus biliaris (Gartner, 2012). Hepatosit
medial menuju vena sentralis. Diantara dua barisan hepatosit terbentuk sebuah
saluran yang disebut kanalikuli biliaris. Kanalikuli ini tidak memiliki endotel.
Hepatosit memiliki nukleus yang berbentuk bulat dan besar yang letaknya di
2.2.1. Klasifikasi DM
absolut):
1) Autoimun.
2) Idiopatik.
pada usia remaja. Lebih dari 90% dari sel pankreas yang memproduksi insulin
mengalami kerusakan secara permanen. Oleh karena itu, insulin yang diproduksi
sedikit atau tidak langsung dapat diproduksikan. Hanya 13 sekitar 10% dari semua
penderita diabetes melitus menderita tipe 1. Diabetes tipe 1 kebanyakan pada usia
dibawah 30 tahun. Para ilmuwan percaya bahwa faktor lingkungan seperti infeksi
virus atau faktor gizi dapat menyebabkan penghancuran sel penghasil insulin di
disertai defesiensi insulin relatif sampai yang terutama defek sekresi insulin
disertai resistensi insulin). Diabetes tipe 2 ( Diabetes Non Insulin Dependent) ini
tidak ada kerusakan pada pankreasnya dan dapat terus menghasilkan insulin,
bahkan kadang -kadang insulin pada tingkat tinggi dari normal. Akan tetapi, tubuh
manusia resisten terhadap efek insulin, sehingga tidak ada insulin yang cukup
untuk memenuhi kebutuhan tubuh. Diabetes tipe ini sering terjadi pada dewasa
yang berumur lebih dari 30 tahun dan menjadi lebih umum dengan peningkatan
usia. Obesitas menjadi faktor resiko utama pada diabetes tipe 2. Sebanyak 80%
sampai 90% dari penderita diabetes tipe 2 mengalami obesitas. Obesitas dapat
2) DNA mitokondria.
a) Pankreatitis.
b) Tumor/ pankreatektomi.
c) Pankreatopati fibrokalkulus.
5) Endokrinopati.
a) Akromegali.
b) Sindroma Cushing.
c) Feokromositoma.
d) Hipertiroidisme.
METODE PENELITIAN
etanol PA, membuat dalam berbagai konsentrasi ekstrak etanol teripang bilalo
3.3.1. Bahan
NAD.
preparat histologi. Na. CMC Pelet, sabun, obat anestesi lokal Emla, alkohol 70%,
dan salep Gentamicin 0,1%, eter, Neutral Buffered Formalin (NBF) 10%, NaCl
fisiologis 0,9 %, parafin, bahan untuk pewarnaan seperti alkohol bertingkat (70,
3.3.2. Alat
Alat yang digunakan pada penelitian ini adalah kandang mencit, sekat
perut dan air dalam tubuh teripang bilalo segar dikeluarkan dengan cara
dan memijat-mijat sehingga isi perut dan air dapat ke luar dan tubuh teripang
penyari etanol 96%. Perbandingan sampel dengan pelarut penyari yaitu 25 bagian
sampel berbanding dengan 75 bagian pelarut. Bejana kemudian ditutup rapat dan
disimpan pada suhu kamar selama 3 hari terlindungi dari cahaya matahari sambil
hari terlindungi dari cahaya matahari sambil sesekali diaduk, kemudian diserkai
diperoleh maserat II. Maserat I dan II yang diperoleh kemudian digabungkan dan
dipekatkan dengan rotary evaporator pada temperatur 400C sampai diperoleh
Sampel yang digunakan adalah mencit dengan berat 250-300 gram dan
usia 2-3 bulan sebanyak 24 ekor. Hewan uji dipuasakan selama 16-18 jam
uji diinduksi dengan aloksan dosis 150 mg/kg BB secara intraperitoneal. Setelah 3
hari dilakukan pengukuran kadar glukosa hewan uji. Mencit dikatakan diabetes
komersial strip GlucoDr. Glukotest ini secara otomatis akan hidup ketika strip
dimasukan. Kadar glukosa darah akan terukur setelah 10 detik dan dinyatakan
dalam satuan mg/dl. Pengambilan darah mencit yaitu dari ujung ekor (vena
ekor kemudian diarahkan pada strip yang terhubung dengan glukometer ditunggu
10 detik dan dibaca skala yang tertera pada layar (mg/dL). Kadar glukosa darah
diukur pada hari sebelum induksi aloksan (hari ke-0), kemudian pada pemberian
sediaan yaitu hari ke-2 (48 jam setelah diinduksi aloksan), kemudian dihari ke-7,
14 dan 21.
3= kerusakan berat (terjadi perdarahan dan atau degenarasi vakoula serta nekrosis)
euthal 200 mg/kg bb dan dimatikan dengan meberikan ketamine 80 mg/kg bb dan
xylazine 10 mg/kg bb. Setelah tidak sadar, hewan coba dibedah dengan
melakukan sayatan sepanjang torak sampai pubis. Organ diambil dan ditimbang,
lalu dimasukkan kedalam pot berlebel yang berisi buffer normal formalin (BNF)
10% untuk proses fiksasi. Setelah matang sampel diiris setebal ± 3 mm2, lalu
ditempatkan pada alat tissue-processor otomatis. Proses dehidrasi pada alat ini
alkohol 80% (2 kali pada larutan yang berbeda), alkohol 90%, dan alkohol absolut
(2 kali pada larutan yang berbeda), masing-masing selama 2 jam. Lalu dilakukan
alkohol 90% dan akuades masing-masing selama 1 jam. Kaset tissue yang berisi
sampel dikeluarkan dari alat dan sampel siap untuk ditanam dalam parafin
(embedding).
sampai menyentuh dasar cetakan, lalu cetakan dipenuhi dengan parafin cair dan
diberi label. Parafin dibiarkan membeku selama beberapa menit, setelah itu
dengan menggunakan rotary microtom setebal 4-5 μm. Hasil cetakan diletakkan di
atas permukaan air yang dipanaskan sampai suhu 40ºC. Setelah itu potongan
jaringan dimasukkan ke dalam larutan eosin dan diikuti proses dehidrasi dengan
(proses mounting).
dalam air mengalir selama 5 menit, lalu direndam dalam akuades selama 5 menit,
sitrat suhu 100ºC selama 20 menit, kemudian direndam di air mengalir selama 5
menit dan akuades selama 5 menit, lalu direndam dalam phosfat buffer solution
(PBS) sebanyak 2 kali masing-masing selama 2 menit. Setelah itu, sediaan ditetesi
direndam dalam PBS sebanyak 3 kali masing-masing selama 2 menit, lalu diberi
larutan trakkie universal link sebanyak 20-30 μL dan diinkubasi 20 menit. Setelah
itu, sediaan direndam dalam PBS sebanyak 3 kali masing-masing 2 menit, lalu
menit, dan diberi pewarna hematoksilin selama 15 detik, lalu direndam dalam
pewarnaan selesai kaca preparat dikeringkan dan ditetesi dengan zat perekat 3-
preparat diberi label dan siap untuk diamati dibawah mikroskop cahaya.
Dewi KH. 2008. Kajian ekstraksi steroid teripang pasir (Holothuria scabra J)
sebagai sumber testosteron alami [disertasi]. Bogor: Sekolah Pascasarjana,
Institut Pertanian Bogor.
Martoyo, Z., Aji, M., dan Winanto, T. J. (2006). Budidaya Teripang. Edisi revisi.
Jakarta: Penebar Swadaya. Halaman 5-18.
Nurjanah S. 2008. Identifikasi steroid teripang pasir (Holothuria scabra) dan
bioassay produk teripang sebagai sumber aprodisiaka alami dalam upaya
peningkatan nilai tambah teripang [disertasi]. Bogor: Sekolah
Pascasarjana, Institut Pertanian Bogor.
Rahman MH, Ali MY. Pancreatic Disorders and Diabetes Mellitus. Faridpur Med.
Coll. J. 2015; 10: 36-39.
Rusyana, Adun, (2016). Zoologi Invertebrata (teori dan praktek). Cetakan kelima.
Bandung: Alfabeta. Halaman 118-130.
Sudoyo Aru W, Setyohadi B, Idrus A, Marcellus SK, Setiati S. 2009. Buku Ajar
Ilmu Penyakit Dalam Jilid III Edisi V. Jakarta: Interna Publishing.
Gartner, Hiatt LP, Strum JL, et al. Biologi Sel dan Histologi Edisi ke-6. Jakarta:
Binarupa Aksara Publisher. 2012.