Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu
kegiatan atau keperluan tertentu dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan
ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air
untuk keperluan air minum. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih
bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang
dengan “subur” justru pada air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam
lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya.
Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan
energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan.
pertukaran materi ini terjadi pada antar muka (Interface). Ikan-air pada bahan berupa membran
semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan tertentu dalam jumlah tertentu
akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga ikan pada akhirnya akan
terganggu dan bisa megakibatkan kematian.
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di
dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu,
kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar
logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya)
2. Kecerahan
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana suatu sumber
dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya.dalam kata lain kecerahan adalah pencerahan
yang terhasil dari pada kekilauan sasaran penglihatan, kecerahan merupakan suatu ukuran
dimana cahaya didalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi
dari suatu bahan pencemaran, antara lain bahan organik dari buangan-buangan industri, rumah
tangga, pertanian yang terkandung di perairan ( Chakroff dalam Syukur, 2002).
3 Kedalaman
Kedalaman disuatu perairan saangat penting untuk diperahatikan, hal ini diakrenakan kedalaman
suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang akan masuk ke perairan dan
ketersediaan oksigen diperairan tersebut, jika disuatu perairan kekurangan cahaya masuk
kedalamnya maka ikan tersebut akan stress. Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen,
biasanya diperairan dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan perairan
dangkal.
2. DO (Disolved Oxigent)
Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua organisme untuk respirasi dan sebagai
zat pembakar dalm proses metabolisme. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah
penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari
proses fotosintesis. Selanjutnya daur kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke
atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme.
Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada
pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi,
dan limbah (effluent) yang masuk ke dalam air (Effendi, 2003).
Ikan adalah makhluk hidup yang hidupnya diperairan dan juga ikan merupakan parameter
biologi yang dapat digunakan untuk meneliti parameter kualitas air disuatu perairan. Jika disuatu
perairan memiliki jenis ikan tertentu dalam jumlah yang sedikit ini menunjukkan bahwa perairan
itu tercemar atau kurang baik untuk dilakukannya budidaya ikan, begitu pula sebaliknya, jika
suatu perairan jumlahnya yang terdapat didalamnya jumlah yang banyak dan beragam jenisnya,
maka hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak mengalami pencemaran dan cocok
untuk pembudidayaan.
BAB I
PENDAHULUAN
Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu
kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan
kualitas air untuk keperluan air minum. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan
interaksi aktif antara keduanya. Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana
terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-
garaman, dan bahan buangan. Pertukaran materi ini terjadi pada antarmuka (Interface) ikan-air
pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan
tertentu dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut,
sehingga ikan pada akhirnya akan terganggu dan bisa tewas.
Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk
penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan
sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan
kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi,
atau uji kenampakan (bau dan warna).
1). Tujuan :
1. Memahami dan mengetahui cara pengukuran parameter lingkungan perairan , parameter fisik,
kimia dan biologi
2). Manfaat :
1. Dapat melakukan pengukuran kualitas air di lingkungan perairan , yaitu parameter fisik ,
kimia dan biologi
2. Dapat mengetahui cara menggunakan alat-alat yang digunakan pada pengukuran parameter
lingkungan perairan , parameter fisik kimia dan biologi
BAB II
TINJAUAN PUTAKA
Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain
di dalam air. Dalam pengukuran kualitas air ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya adalah Parameter Fisik, parameter kimia, dan parameter biologis.
a. Parameter fisik air terbagi atas beberapa bagian yaitu Suhu, Kecerahan, bau, dan Warna.
a. Suhu
Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmofer. Berdasarkan
penyebarannya di muka bumi suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebaran secara
horisontal dan vertikal.air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih
tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1oC, setiap satuan Volume air memerlukan sejumlah
panas yang lebih banyak daripada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukan fluktuasi suhu
air yang lebih besar daripada perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang
stabil atau fluktuasi sushu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka
perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain :
3. Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan terdapat lapisan air yang bersuhu
rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik ke permukaan perairan.
Suhu air yang ideal bagii organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak
terjadi perbedaan suhu yang tidak mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5oC). Pada
perairan yang tergenang yag mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi
pelapisan (strasifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi
dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Strasifikasi suhu terjadi karena masuknya panas
dari cahaya matahari kedalam kolam air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang
vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari dua meter biasanya terjadi strasifikasi
suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan
budidaya ikan kedalaman air tidak boleh lebiih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah
strasifikasi suhu pada wadah budidaya ikan perlu iperhatikan dan harus menggunakan alat bantu
untuk pengukurannya.
b. Kecerahan
Gusriana, 2012, Sentra Edukasi, Budidaya Ikan (Jilid 1) Kecerahan air merupakan ukuran
transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan
menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan
dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton
diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air
dan daya perambatan cahaya didalam air.
Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity).
Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam
perairan. Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh:
c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun tumbuhan
yang terektrak)
c. Bau
Pada kolam budidaya ikan, air pada kolam ikan harus selalu di buang atau diganti, agar
tidak akan menimbulkan bau yang menyengat pada air. Faktor yang menyebabkan air pada
kolam berbau tidak sedap yaitu diantaranya; Pakan ikan yang tidak sempat termakan oleh ikan,
menjadi racun bagi kolam dengan amoniak yang muncul, Feses dari kotoran ikan yang
dibudidayakan dan terjadi dekomposisi di air yang menghasilkan amoniak.Material dalam air
dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (Pemuji dan Anthonius, 2010 dalam Suwondo, 2005).
d. Warna
Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam pengelolaan kualitas
air adalah seperti di bawah ini:
1. Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi chlorophyceae
dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu
mortalitas yang relatif panjang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif cepat
sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan tersebut.
2. Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominansi diatomae. Jenis
plankton ini merupakan salah satu penyuplai pakan alami bagi udang, sehingga tingkat
pertumbuhan dan perkembangan udang relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini relatif
kurang terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi, sehingga
berpotensi terjadinya plankton collaps dan jika pengelolaannya tidak cermat kestabilan kualitas
perairan akan bersifat fluktuatif dan akan mengganggu tingkat kenyamanan udang di dalam
tambak.
3. Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominansi yang terjadi
merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan diatomae yang bersifat stabil yang didukung
dengan ketersediaan pakan alami bagi udang.
hobiikan.blogspot.com/.../warna-air-tambak-kriteria-warna-air.html
a. DO (Disolved Oxigent)
Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai faktor penting
bagi pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme air juga membutuhkan oksigen agar
proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan disebut
dengan oksigen terlarut. Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air
karena ikan tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan udara.
Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang
terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per million). Air
mengandung oksigen dalam jumlah yang tertentu, tergantung dari kondisi air itu sendiri,
beberapa proses yang menyebabkan masuknya oksigen ke dalam air yaitu:
1) Diffusi oksigen dari udara ke dalam air melalui permukannya, yang terjadi karena adanya
gerakan molekul-molekul udara yang tidak berurutan karena terjadi benturan dengan molekul air
sehingga O2 terikat didalam air.
2) Diperairan umum, pemasukan oksigen ke dalam air terjadi karena air yang masuk sudah
mengandung oksigen, kecuali itu dengan aliran air, mengakibatkan gerakan air yang mampu
mendorong terjadinya proses difusi oksigen dari udara ke dalam air.
3) Hujan yang jatuh,secara tidak langsung akan meningkatkan O2 di dalam air, pertama suhu air
akan turun, sehingga kemampuan air mengikat oksigen meningkat, selanjutnya bila volume air
bertambah dari gerakan air, akibat jatuhnya air hujan akan mampu meningkatkan O2 di dalam air.
4) Proses Asimilasi tumbuhtumbuhan. Tanaman air yang seluruh batangnya ada didalam air di
waktu siang akan melakukan proses asimilasi, dan akan menambah O2 didalam air. Sedangkan
pada malam hari tanaman tersebut menggunakan O2 yang ada didalam air.
www.sentra-edukasi.com/2011/06/parameter-kualitas-air.html
b. Ph
pH Air Pada perairan yang tidak mengandung bahan organik dengan cukup, maka
mineral dalam air tidak akan ditemukan. Andaikata kedalam kolam itu kemudian kita bubuhkan
bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dsb dengan cukup, tetapi kurang mengandung
garam-garam bikarbonat yang dapat melepaskan kationnya, maka mineral-mineral yang mungkin
terlepas juga tidak akan lama berada didalam air itu. Untuk menciptakan lingkungan air yang
bagus, pH air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air). Ikan
rawa seperti sepat siam (Tricogaster pectoralis), sepat jawa (Tricogaster tericopterus ) dan ikan
gabus dapat hidup pada lingkungan pH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan pH 5-8 ,ikan karper
(Cyprinus carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2.
www.sentra-edukasi.com/2011/06/parameter-kualitas-air.html
c. Salinitas
salinitas air yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada
suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas air ini merupakan gambaran tentang padatan total
didalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.
salinitas air yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000
gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl,
NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain.
www.sentra-edukasi.com/2011/06/parameter-kualitas-air.html
a. Plankton
Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan zooplankton sangat diperlukan
untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan dipergunakan untuk kegiatan
budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang di air
dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka
terhadap perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll)
baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan.
2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata
netnya 0,03 - 0,04 mm).
Kualitas Air
Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003).
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter
fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009).
Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji
kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap
dalam kondisi alamiahnya.
Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik
dalam media luar maupun dalam tubuh ikan. Suhu makin naik, maka reaksi kimia akan
ssemakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun, termasuk oksigen. Akibatnya,
ikan akan membuat reaksi toleran dan tidak toleran. Naiknya suhu, akan berpengaruh pada
salinitas, sehingga ikan akan melakukan prosess osmoregulasi. Oleh ikan dari daerah air payau
akan malakukan yoleransi yang tinggi dibandingkan ikan laut dan ikan tawar.
a) Kecerahan
Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada
suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari
yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan
kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai
kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dengan mengetahui kecerahan suatu
perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi
dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh.
Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan
udang budidaya.
b) Suhu
Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian
dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk
mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan
atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air
dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan
disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan
radiasi matahari.
a) pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah
ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam
jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan
makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya,
makin banyak H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat
memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak
memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.
b) Oksigan Terlarut / DO
Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin
tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis
fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan
untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada
proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik
sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.
Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air tidak
mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan
oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan
Andi,2009).
C) CO2
Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik
maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida
sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat
menganggu, bahkan menjadi racu secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan
ditambak(Kordi dan Andi,2009).
d) Amonia
Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab
sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih
beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat bagian
membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).
Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi amonia
oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa diestimasikan dari
penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan- protein ikan) dan protein prosentase dalam
pakan dengan rumus :
e) Nitrat nitrogen
Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae memanfaatkan
senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen yang berasal dari senyawa
nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang terdapat
dalam perairan konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang
mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam
perairan tersebut.
f) Orthophospat
Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia bagi tanaman,
tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan pasti. Konsentrasi fosfor dalam
air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan
jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya
tinggi orthophospat yang terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari
setelah perlakuan.
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi yang erat
hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu
perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat
hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan
kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.
Menurut O-fish (2010), ada lima syarat utama kualitas air yang baik untuk kehidupan
ikan :
Stabil
Apabila persyaratan tersebut diatas dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka ikan yang
dipelihara mampu memelihara dirinya sendiri, terbebas dari berbagai penyakit, dan dapat
berkembang biak dengan baik.
Menurut Agromedia(2007), air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air
bersih yang berasal dari sungai, air hujan, dan air sumur. Pemanfaatan sumber air harus harus
dikelola dengan baik terutama kualitas dan kuantitas. Kualitas air sangat mendukung
pertumbuhan lele dumbo. Oleh karena itu, aor yang digunakan harus banyak mengandung zat
hara, serta tidak tercemar olah racun dan zat rumah tangga lainnya.
Parameter Kualitas Air : Parameter Kimia Kualitas Air
by aan supriatna on Friday, January 13, 2017 in Budidaya Perikanan, Perairan
Air yang digunakan untuk budidaya udang atau organisme perairan yang lain mempunyai
komposisi dan sifat-sifat kimia yang berbeda dan tidak konstan. Komposisi dan sifat-sifat kimia
air ini dapat diketahui melalui analisis kimia air. Dengan demikian apabila ada parameter kimia
yang keluar dari batas yang telah ditentukan dapat segera dikendalikan.
Parameter-parameter kimia yang digunakan untuk menganalisis air bagi kepentingan budidaya
antara lain :
1. Salinitas
Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air. Dalam budidaya
perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (°/oo) atau ppt (part perthousand) atau gram/liter.
Tujuh ion utama yaitu : sodium, potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat
mempunyai kontribusi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap kecil
(Boyd, 1990). Sedangkan menurut Davis et al. (2004), ion calsium (Ca), potasium (K), dan
magnesium (Mg) merupakan ion yang paling penting dalam menopang tingkat kelulushidupan
udang. Salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada
dalam suatu sampel (klorinitas). Sebagian besar petambak membudidayakan udang dalam air
payau (15-30 ppt). Meskipun demikian, udang laut mampu hidup pada salinitas dibawah 2 ppt
dan di atas 40 ppt.
Refraktometer adalah alat untuk mengukur salinitas air
2. pH
pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion hidrogen [H+] yang mempunyai
skala antara 0 sampai 14. pH mengindikasikan apakah air tersebut netral, basa atau asam. Air
dengan pH dibawah 7 termasuk asam dan diatas 7 termasuk basa. pH merupakan variabel
kualitas air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan umum yang tidak
dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai pH jarang mencapai diatas 8,5, tetapi pada
tambak ikan atau udang, pH air dapat mencapai 9 atau lebih (Boyd, 2002). Perubahan pH ini
merupakan efek langsung dari fotosintesis yang menggunakan CO2 selama proses tersebut.
Karbon dioksida dalam air bereaksi membentuk asam seperti yang terdapat pada persamaan di
bawah ini :
Ketika fotosintesis terjadi pada siang hari, CO2 banyak terpakai dalam proses tersebut. Turunnya
konsentrasi CO2 akan menurunkan konsentrasi H+ sehingga menaikkan pH air. Sebaliknya pada
malam hari semua organisme melakukan respirasi yang menghasilkan CO2 sehingga pH menjadi
turun. Fluktuasi pH yang tinggi dapat terjadi jika densitas plankton tinggi. Tambak dengan total
alkalinitas yang tinggi mempunyai fluktuasi pH yang lebih rendah dibandingkan dengan tambak
yang beralkalinitas rendah. Hal ini disebabkan kemampuan total alkalinitas sebagai buffer atau
penyangga (Boyd, 2002).
pH meter merupakan alat untuk mengukur kadar pH air
3. Alkalinitas
Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH
larutan. Alkalinitas merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Dalam budidaya perairan,
alkalinitas dinyatakan dalam mg/l CaCO3. Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat
(HC03 -), karbonat (CO3 2- ), hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil seperti
borat (BO3 -), fosfat (P04 3-), silikat (SiO4 4-) dan sebagainya (boyd, 1990).
Kertas lakmus dapat digunakan untuk mengukur tingkat alkalinitas air
Peranan penting alkalinitas dalam tambak udang antara lain menekan fluktuasi pH pagi dan siang
dan penentu kesuburan alami perairan. Tambak dengan alkalinitas tinggi akan mengalami
fluktuasi pH harian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tambak dengan nilai alkalinitas
rendah (Boyd, 2002). Menurut Davis et al. (2004), penambahan kapur dapat meningkatkan nilai
alkalinitas terutama tambak dengan nilai total alkalinitas dibawah 75 ppm.
Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang sangat penting dalam budidaya udang.
Semua organisme akuatik membutuhkan oksigen terlarut untuk metabolisme. Kelarutan oksigen
dalam air tergantung pada suhu dan salinitas. Kelaruran oksigen akan turun jika suhu dan
temperatur naik (Boyd, 1990). Hal ini perlu diperhatikan karena dengan adanya kenaikan suhu
air, hewan air akan lebih aktif sehingga memerlukan lebih banyak oksigen.
Oksigen masuk dalam air melalui beberapa proses. Oksigen dapat terdifusi secara langsung dari
atmosfir setelah terjadi kontak antara permukaan air dengan udara yang mengandung oksigen 21%
(Boyd, 1990). Fotosintesis tumbuhan air merupakan sumber utama oksigen terlarut dalam air.
Sedangkan dalam budidaya udang, penambahan suplai oksigen dilakukan dengan menggunakan
aerator (Hargreaves, 2003).
Pada saat cuaca mendung atau hujan dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton karena
kekurangan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Kondisi ini akan menyebabkan penurunan
kadar oksigen terlarut karena oksigen tidak dapat diproduksi sementara organisme akuatik tetap
mengkonsumsi oksigen. Keterbatasan sinar matahari menembus badan air dapat juga disebabkan
oleh tingginya partikel yang ada dalam kolom air, baik karena bahan organik maupun densitas
plankton yang terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya fotosintesis algae yang
ada di dasar tambak (Hargreaves, 1999).
Tingginya kepadatan tebar (stocking density) dan pemberian pakan (feeding rate) dapat
menyebabkan turunnya kensentrasi oksigen terlarut dalam air. Sisa pakan (uneaten feed) dan sisa
hasil metabolisme mengakibatkan tingginya kebutuhan oksigen untuk menguraikannya (oxygen
demand). Kemampuan ekosistem kolam budidaya untuk menguraikan bahan organik terbatas
sehingga dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Boyd, 2004).
Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan
oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan
organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan
dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Pescod dalam Salmin, 2005).
Waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi bahan organik secara sempurna menjadi CO2 dan
H2O adalah tidak terbatas. Penghitungan nilai BOD biasanya dilakukan pada hari ke 5 karena
pada saat itu persentase reaksi cukup besar, yaitu 70-80% dari nilai BOD total (Sawyer dan MC
Carty, 1978 dalam Salmin, 2005).
6. Produktivitas primer
Dalam kolam budidaya, tumbuhan air baik macrophyta maupun plankton merupakan produsen
primer sebagai sumber utama bahan organik. Melalui proses fotosintetis, tanaman menggunakan
karbon dioksida, air, cahaya matahari dan nutrien untuk menghasilkan bahan organik dan
oksigen seperti dalam reaksi :
Fotosintesis merupakan proses fundamental dalam kolam budidaya. Oksigen terlarut yang
diproduksi melalui fotosintesis merupakan sumber utama oksigen bagi semua organisme dalam
ekosistem kolam (Howerton, 2001). Glukosa atau bahan organik yang dihasilkan merupakan
penyusun utama material organik yang lebih besar dan kompleks. Hewan yang lebih tinggi
tingkatannya dalam rantai makanan menggunakan material organik ini baik secara langsung
dengan mengkonsumsi tanaman atau mengkonsumsi organisme yang memakan tanaman tersebut
(Ghosal et al. 2000).
Proses biologi lainnya yang sangat penting dalam budidaya perairan adalah respirasi, dengan
reaksi :
Dalam respirasi, bahan organik dioksidasi dengan menghasilkan air, karbon dioksida dan energi.
Pada waktu siang hari proses fotosintesis dan respirasi berjalan secara bersama-sama. Pada
malam hari hanya proses respirasi yang berlangsung, sehingga konsentrasi oksigen terlarut dalam
air turun sedangkan konsentrasi karbon dioksida naik.
Kedua proses tersebut mempunyai pengaruh langsung dalam budidaya perairan. Oksigen terlarut
dibutuhkan organisme untuk hidup sedangkan fitoplankton merupakan sumber utama oksigen
terlarut disamping sebagai penyusun utama rantai makanan dalam ekosistem kolam budidaya.
Salah satu cara untuk menentukan status suatu ekosistem pada sedimen adalah dengan
menghitung fotosintesis/respirasi rasio (P/R ratio). Jika P/R ratio lebih kecil dari satu (1) maka
sedimen tersebut termasuk heterotropik, dimana karbon lebih banyak digunakan untuk respirasi
dibandingkan yang dihasilkan dari fotosintesis. Sedangkan jika P/R ratio lebih besar dari satu (1)
menunjukkan sedimen tersebut termasuk autotofik, dimana karbon lebih banyak diproduksi dari
pada digunakan untuk respirasi (Eyre dan Ferguson, 2002).
7. Sedimen
Managemen dasar tambak atau sedimen masih kurang diperhatikan jika dibandingkan dengan
managemen kualitas air tambak budidaya. Banyak bukti yang mengindikasikan adanya pengaruh
yang kuat pertukaran nutrien antara sedimen dengan air terhadap kualitas air (Boyd, 2002).
8. Oxidized Layer
Oxidized layer merupakan lapisan sedimen yang berada paling atas yang mengandung oksigen.
Lapisan ini sangat bermanfaat dan harus dipelihara keberadaannya selama siklus budidaya (Boyd,
2002). Pada lapisan tersebut terjadi dekomposisi aerobik yang menghasilkan antara lain : CO2,
air, amonia, dan nutrien yang lainnya. Pada sedimen anaerobik, beberapa mikroorganisme
menguraikan material organik dengan reaksi fermentasi yang menghasilkan alkohol, keton,
aldehida, dan senyawa organik lainnya sebagai hasil metabolisme. Menurut Blackburn (1987)
dalam Boyd (2002), beberapa mikroorganisme anaerobik dapat memanfaatkan O2 dari nitrat,
nitrit,ferro, sulfat, dan karbon dioksida untuk menguraikan bahan organik dengan mengeluarkan
gas nitrogen, amonia, H2S, dan metan sebagai hasil metabolisme.
Beberapa produk metabolisme, khususnya H2S, nitrit, dan amonia berpotensi toksik terhadap
ikan atau udang. Lapisan oksigen yang ada pada permukaan sedimen dapat mencegah difusi
sebagian besar senyawa beracun menjadi bentuk yang tidak beracun melalui proses kimiawi dan
biologi ketika melalui permukaan yang beroksigen. Nitrit diokdidasi menjadi nitrat, ferro
dioksidasi menjadi ferri, dan H2S menjadi sulfat (Boyd, 2004c). Selanjutnya dikatakan bahwa
kehilangan oksigen pada sedimen dapat disebabkan oleh akumulasi bahan organik yang tinggi
sehingga oksigen terlarut terpakai sebelum mencapai permukaan tanah. Tingkat pemberian
pakan yang tinggi dan blooming plankton dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut.
9. Bahan Orgnik
Tanah dasar tambak yang mengandung karbon organik 15-20% atau 30- 40% bahan organik
tidak baik untuk budidaya perairan. Kandungan bahan organik yang baik untuk budidaya udang
sekitar 10% atau 20% kandungan karbon organik (Boyd, 2002). Kandungan bahan organik yang
tinggi akan meningkatkan kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan organik tersebut menjadi
molekul yang lebih sederhana sehingga akan terjadi persaingan penggunaan oksigen dengan
biota yang ada dalam tambak.
Peningkatan kandungan bahan organik pada tanah dasar tambak akan terjadi dengan cepat
terutama pada tambak yang menggunakan sistem budidaya secara semi intensif maupun intensif
dengan tingkat pemberian pakan (feeding rate) dan pemupukan yang tinggi (Howerton, 2001).
Disamping mengendap di dasar tambak, limbah organik juga tersuspensi dalam air sehingga
menghambat penetrasi cahaya matahari ke dasar tambak.
Melimpahnya kerang pada dasar perairan merupakan indikasi tingginya kandungan
nutrien pada dasar perairan
Limbah tambak yang terdiri dari sisa pakan (uneaten feed), kotoran udang (feces), dan
pemupukan terakumulasi di dasar tambak maupun tersuspensi dalam air. Limbah ini terdegradasi
melalui proses mikrobiologi dengan menghasilkan amonia, nitrit, nitrat, dan fosfat (Zelaya et al.,
2001). Nutrien ini merangsang tumbuhnya algae/plankton yang dapat menimbulkan blooming.
Sementara itu beberapa hasil degradasi limbah organik bersifat toksik terhadap udang pada level
tertentu. Terjadinya die off plankton dapat juga menyebabkan udang stress dan kematian karena
turunnya kadar oksigen terlarut. Limbah tambak udang mengandung lebih banyak bahan organik,
nitrogen, dan fosfor dibanding tanah biasa serta mempunyai nilai BOD dan COD yang lebih
tinggi (Latt, 2002).
10. Nutrien
Dua nutrien yang paling penting di tambak adalah nitrogen dan fosfor, karena kedua nutrien
tersebut keberadaannya terbatas dan dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton (Boyd, 2000).
Keberadaan kedua nutrien tersebut di tambak berasal dari pemupukan dan pakan yang diberikan.
Terlalu banyak kandungan nutrien pada perairan dapat mengakibatkan blooming alga
11. Nitrogen
Nitrogen biasanya diaplikasikan sebagai pupuk dalam bentuk urea atau amonium. Di dalam air,
urea secara cepat terhidrolisis menjadi amonium yang dapat langsung dimanfaatkan oleh
fitoplankton. Melalui rantai makanan, nitrogen pada fitoplankton akan dikonversi menjadi
nitrogen protein pada ikan. Sedangkan nitrogen dari pakan yang diberikan pada ikan, hanya 20-
40% yang dirubah menjadi protein ikan, sisanya tersuspensi dalam air dan mengendap di dasar
tambak (Boyd, 2002).
Amonium dapat juga teroksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi yang dapat dimanfaatkan
langsung oleh fitoplankton. Nitrogen organik pada plankton yang mati dan kotoran hewan air
(feces) akan mengendap di dasar menjadi nitrogen organik tanah. Nitrogen pada material organik
tanah akan dimineralisasi menjadi amonia dan kembali ke air sehingga dapat dimanfaatkan
kembali oleh fitoplankton (Durborow, 1997).
12. Fosfor
Fosfor yang ada yang ada dalam tambak budidaya berasal dari pupuk seperti ammoniumfosfat
dan calsiumfosfat serta dari pakan. Fosf
or yang ada dalam pakan tidak semua dikonversi menjadi daging ikan/udang. Menurut Boyd
(2002), dua pertiga fosfor dalam pakan terakumulasi di tanah dasar. Sebagian besar diikat oleh
tanah dan sebagian kecil larut dalam air. Fosfor dimanfaatkan oleh fitoplankton dalam bentuk
ortofosfat (PO4 3-) dan terakumulasi dalam tubuh ikan/udang melalui rantai makanan. Phosphat
yang tidak diserap oleh fitoplankton akan didikat oleh tanah. Kemampuan mengikat tanah
dipengaruhi oleh kandungan liat (clay) tanah. Semakin tinggi kandungan liat pada tanah,
semakin meningkat kemampuan tanah mengikat fosfat.
Air tidak pernah terdapat dalam keadaan benar-benar murni. Bahan/unsur yang terdapat
di dalam air umumnya berasal dari tanah, udara dan metabolisme jasad air. Unsur-unsur/bahan
tersebut dapat dikategorikan dalam tiga golongan yaitu: (1) gas, (2) unsur anorganik, dan (3)
organik. Distribusi ketiga golongan unsur/bahan kimia tersebut di atas, sangat menentukan sifat-
sifat kimia air.
Unsur-unsur/bahan kimia yang terdapat dalam air ada yang dapat larut dan ada yang tidak
larut. Pada umumnya unsur anorganik merupakan unsur kimia yang dapat larut,
Parameter kimia yang berpengaruh terhadap kehidupan biota air antara lain :
Pengaruh karbondioksida terhadap kehidupan organisme air dapat secara langsung (proses
respirasi) maupun tidak langsung (proses fotosintesis). Secara umum pengaruh karbondioksida
terhadap organisme air adalah sebagai berikut:
a) Pada kisaran 15 ppm akan mempengaruhi kehidupan ikan (organisme akuatik) karena merupakan
racun bagi organisme tersebut.
b) Dibutuhkan oleh tanaman berhijau daun (berklorofil) untuk proses fotosintesis.
c) Dapat mempertahankan kestabilan pH dalam air, terutama dalam bentuk senyawa karbonat/
bikarbonat. Hal tersebut, berarti dapat mempertahankan kondisi lingkungan perairan yang stabil
untuk mendukung kehidupan organisme.
Tabel Jenis asam amino dan jumlah nitrogen organik dalam air
Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium
(Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garamkarbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang
memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang
rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam
lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan
kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang
banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali
busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Total kesadahan dinyatakan dalam ppm ekuivalen CaCO3 . Total kesadahan erat kaitannya
dengan alkalinitas sebab anion dari alkalinitas dan kation dari kesadahan diperoleh dari senyawa
yang sama seperti senyawa karbonat.
Oleh sebab itu kesadahan dan alkalinitas dapat menggambarkan tingkat kesuburan air dan daya
sangga suatu perairan. Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan adalah sebagai berikut :