Anda di halaman 1dari 35

Parameter Kualitas Air Secara Fisika, Kimia dan Biologi di Perairan

Ditulis pada 3 April 2016 oleh ayu permata sari


Air merupakan sumberdaya alam yang diperlukan untuk hajat hidup orang banyak, bahkan oleh
semua makhluk hidup. Oleh karena itu, sumberdaya air harus dilindungi agar tetap dapat
dimanfaatkan dengan baik oleh manusia serta makhluk hidup yang lain. Pemanfaatan air untuk
berbagai kepentingan harus dilakukan secara bijaksana, dengan memperhitungkan kepentingan
generasi sekarang maupun generasi mendatang. Aspek penghematan dan pelestarian sumberdaya
air harus di tanamkan pada segenap pengguna air.

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan suatu
kegiatan atau keperluan tertentu dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu kegiatan
ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan kualitas air
untuk keperluan air minum. Air yang jernih bukan berarti air yang baik bagi ikan, karena jernih
bukan satu-satunya sarat air berkualitas bagi ikan. Sering dijumpai ikan hidup dan berkembang
dengan “subur” justru pada air yang bagi manusia menimbulkan kesan jorok. Ikan hidup dalam
lingkungan air dan melakukan interaksi aktif antara keduanya.

Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana terjadi pertukaran materi (dan
energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-garaman, dan bahan buangan.
pertukaran materi ini terjadi pada antar muka (Interface). Ikan-air pada bahan berupa membran
semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan tertentu dalam jumlah tertentu
akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut, sehingga ikan pada akhirnya akan
terganggu dan bisa megakibatkan kematian.

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain di
dalam air. Kualitas air dinyatakan dengan beberapa parameter yaitu parameter fisika (suhu,
kekeruhan, padatan terlarut dan sebagainya), parameter kimia (pH, oksigen terlarut, BOD, kadar
logam dan sebagainya), dan parameter biologi (keberadaan plankton, bakteri, dan sebagainya)

Lima syarat utama kualitas air bagi kehidupan ikan adalah :

1. Rendah kadar amonia dan nitrit


2. Bersih secara kimiawi
3. Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang sesuai
4. Rendah kadar cemaran organik, dan
5. Stabil
I. Parameter Fisika
1. Suhu
Pola temperatur ekosistem air dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti intensitas cahaya matahari,
pertukaran panas antara air dengan udara sekelilingnya, ketinggihan geografis dan juga oleh
faktor kanopi (penutupan oleh vegetasi) dari pepohonan yang tumbuh di tepi. Di samping itu
pola temperatur perairan dapat di pengaruhi oleh faktor-faktor anthropogen (faktor yang di
akibatkan oleh aktivitas manusia) seperti limbah panas yang berasal dari air pendingin pabrik,
penggundulan DAS yang menyebabkan hilangnya perlindungan, sehingga badan air terkena
cahaya matahari secara langsung
Suhu tinggi tidak selalu berakibat mematikan tetapi dapat menyebabkan gangguan kesehatan
untuk jangka panjang, misalnya stres yang ditandai dengan tubuh lemah, kurus, dan tingkah laku
abnormal. Pada suhu rendah, akibat yang ditimbulkan antara lain ikan menjadi lebih rentan
terhadap infeksi fungi dan bakteri patogen akibat melemahnya sistem imun. Pada dasarnya suhu
rendah memungkinkan air mengandung oksigen lebih tinggi, tetapi suhu rendah menyebabkan
menurunnya laju pernafasan dan denyut jantung sehingga dapat berlanjut dengan pingsannya
ikan-ikan akibat kekurangan oksigen

2. Kecerahan
Kecerahan merupakan ciri penentu untuk pencerahan, penglihatan yang mana suatu sumber
dilihat memancarkan sejumlah kandungan cahaya.dalam kata lain kecerahan adalah pencerahan
yang terhasil dari pada kekilauan sasaran penglihatan, kecerahan merupakan suatu ukuran
dimana cahaya didalam air yang disebabkan oleh adanya partikel-partikel kaloid dan suspensi
dari suatu bahan pencemaran, antara lain bahan organik dari buangan-buangan industri, rumah
tangga, pertanian yang terkandung di perairan ( Chakroff dalam Syukur, 2002).
3 Kedalaman

Kedalaman disuatu perairan saangat penting untuk diperahatikan, hal ini diakrenakan kedalaman
suatu perairan dapat mempengaruhi jumlah cahaya yang akan masuk ke perairan dan
ketersediaan oksigen diperairan tersebut, jika disuatu perairan kekurangan cahaya masuk
kedalamnya maka ikan tersebut akan stress. Begitu juga halnya dengan kandungan oksigen,
biasanya diperairan dalam ketersediaan oksigen lebih sedikit dibandingkan dengan perairan
dangkal.

II. Parameter Kimia


1. pH (Derajat Keasaman)
pH adalah suatu ukuran keasaman dan kadar alkali dari sebuah contoh cairan. Kadar pH dinilai
dengan ukuran antara 0-14. Sebagian besar persediaan air memiliki pH antara 7,0-8,2 namun
beberapa air memiliki pH di bawah 6,5 atau diatas 9,5. Air dengan kadar pH yang tinggi pada
umumnya mempunyai konsentrasi alkali karbonat yang lebih tinggi. Alkali karbonat
menimbulkan noda alkali dan meningkatkan farmasi pengapuran pada permukaan yang keras.

2. DO (Disolved Oxigent)
Oksigen adalah unsur vital yang di perlukan oleh semua organisme untuk respirasi dan sebagai
zat pembakar dalm proses metabolisme. Sumber utama oksigen terlarut dalam air adalah
penyerapan oksigen dari udara melalui kontak antara permukaan air dengan udara, dan dari
proses fotosintesis. Selanjutnya daur kehilangan oksigen melalui pelepasan dari permukaan ke
atmosfer dan melalui kegiatan respirasi dari semua organisme.

Kadar oksigen terlarut juga berfluktuasi secara harian (diurnal) dan musiman, tergantung pada
pencampuran (mixing) dan pergerakan (turbulence) massa air, aktivitas fotosintesis, respirasi,
dan limbah (effluent) yang masuk ke dalam air (Effendi, 2003).

III. Parameter Biologi


1. Jenis-Jenis Plankton
Plankton adalah organisme yang berkuran kecil yang hidupnya terombang-ambing oleh arus.
Mereka terdiri dari makhluk yang hidupnya sebagai hewan (zooplankton) dan sebagai tumbuhan
(fitoplankton). Zooplankton ialah hewan-hewan laut yang planktonik sedangkan fitoplankton
terdiri dari tumbuhan laut yang bebas melayang dan hanyut dalam laut serta mampu
berfotosintesis (Dianthani, 2003).

Karena organisme planktonik biasanya ditangkap dengan menggunakan jaring-jaring yang


mempunyai ukuran mata jarring yang berbeda, maka penggolongoan plankton dapat pula
dilakukan berdasarkan ukuran plankton. Penggolongan ini tidak membedakan fitoplankton dari
zooplankton, dan dengan cara ini dikenal lima golongan plankton, yaitu : megaplankton ialah
organisme plaktonik yang besarnya lebih dari 2.0 mm; yang berukuran antara 0.2 mm-2.0 mm
termasuk golongan makroplankton; sedangkan mikroplankton berukuran antara 20 µm-0.2 mm.
Ketiga golongan inilah yang biasanya tertangkap oleh jaring-jaring plankton baku. Dua golongan
yang lainnya: nanoplankton adalah organisme planktonik yang sangat kecil, yang berukuran 2
µm-0.2 mm; organisme planktonik yang berukuran kurang dari 2 µm termasuk golongan
ultraplankton. Nanoplankton dan ultraplankton tidak dapat ditangkap oleh jaring-jaring
plankton baku.Untukdapat menjaringnya diperlukan mata jaring yang sangat kecil.
2.Ikan

Ikan adalah makhluk hidup yang hidupnya diperairan dan juga ikan merupakan parameter
biologi yang dapat digunakan untuk meneliti parameter kualitas air disuatu perairan. Jika disuatu
perairan memiliki jenis ikan tertentu dalam jumlah yang sedikit ini menunjukkan bahwa perairan
itu tercemar atau kurang baik untuk dilakukannya budidaya ikan, begitu pula sebaliknya, jika
suatu perairan jumlahnya yang terdapat didalamnya jumlah yang banyak dan beragam jenisnya,
maka hal ini menunjukkan bahwa perairan tersebut tidak mengalami pencemaran dan cocok
untuk pembudidayaan.

PARAMETER FISIK, BIOLOGI, KIMIAWI AIR

PARAMETER FISIK, BIOLOGI, KIMIA AIR

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang:

Kualitas air secara umum menunjukkan mutu atau kondisi air yang dikaitkan dengan
suatu kegiatan atau keperluan tertentu Dengan demikian, kualitas air akan berbeda dari suatu
kegiatan ke kegiatan lain, sebagai contoh: kualitas air untuk keperluan irigasi berbeda dengan
kualitas air untuk keperluan air minum. Ikan hidup dalam lingkungan air dan melakukan
interaksi aktif antara keduanya. Ikan-air boleh dikatakan sebagai suatu sistem terbuka dimana
terjadi pertukaran materi (dan energi), seperti oksigen (O2), karbon dioksida (CO2), garam-
garaman, dan bahan buangan. Pertukaran materi ini terjadi pada antarmuka (Interface) ikan-air
pada bahan berupa membran semipermeabel yang terdapat pada ikan. Kehadiran bahan-bahan
tertentu dalam jumlah tertentu akan mengganggu mekanisme kerja dari membran tersebut,
sehingga ikan pada akhirnya akan terganggu dan bisa tewas.

Kualitas Air adalah istilah yang menggambarkan kesesuaian atau kecocokan air untuk
penggunaan tertentu, misalnya: air minum, perikanan, pengairan/irigasi, industri, rekreasi dan
sebagainya. Peduli kualitas air adalah mengetahui kondisi air untuk menjamin keamanan dan
kelestarian dalam penggunaannya. Kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang biasa dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi,
atau uji kenampakan (bau dan warna).

Pembenihan ikan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan


benih dan selanjutnya benih yang dihasilkan menjadi komponeninput bagi kegiatan pembesaran.
Pembesaran ikan adalah kegiatan pemeliharaan yang bertujuan untuk menghasilkan ikan ukuran
konsumsi. pendederan adalah kegiatan pemeliharaan ikan untuk menghasilkan benih yang siap
ditebarkan di unit produksi pembesaran atau benih yang siap dijual. Hal-hal yang berhubungan
dengan permasalahan diatas berkaitan erat dengan studi penelitian yang dilaksanakan oleh
mahasiswa yaitu penelitian terhadap pengukuran parameter perairan. Mulai dari parameter fisik
perairan, parameter kimia perairan, dan parameter biologis perikanan.

1). Tujuan :

1. Memahami dan mengetahui cara pengukuran parameter lingkungan perairan , parameter fisik,
kimia dan biologi

2. Mengetahui cara penggunaan alat-alat pengukuran parameter lingkungan perairan , parameter


fisik, kimia dan biologi

2). Manfaat :

1. Dapat melakukan pengukuran kualitas air di lingkungan perairan , yaitu parameter fisik ,
kimia dan biologi

2. Dapat mengetahui cara menggunakan alat-alat yang digunakan pada pengukuran parameter
lingkungan perairan , parameter fisik kimia dan biologi

BAB II

TINJAUAN PUTAKA

2.1 Kualiatas Air

Kualitas air yaitu sifat air dan kandungan makhluk hidup, zat energi atau komponen lain
di dalam air. Dalam pengukuran kualitas air ada beberapa hal yang harus
diperhatikan diantaranya adalah Parameter Fisik, parameter kimia, dan parameter biologis.
a. Parameter fisik air terbagi atas beberapa bagian yaitu Suhu, Kecerahan, bau, dan Warna.

b. Parameter kimia air yaitu Oksigen Terlarut, pH, dan Salinitas.

c. Parameter biologs air yaitu Plankton.

2.2 Parameter Fisik

a. Suhu

Suhu udara adalah derajat panas dan dingin udara di atmofer. Berdasarkan
penyebarannya di muka bumi suhu udara dapat dibedakan menjadi dua, yakni sebaran secara
horisontal dan vertikal.air sebagai lingkungan hidup organisme air relatif tidak begitu banyak
mengalami fluktuasi suhu dibandingkan dengan udara, hal ini disebabkan panas jenis air lebih
tinggi daripada udara. Artinya untuk naik 1oC, setiap satuan Volume air memerlukan sejumlah
panas yang lebih banyak daripada udara. Pada perairan dangkal akan menunjukan fluktuasi suhu
air yang lebih besar daripada perairan yang dalam. Sedangkan organisme memerlukan suhu yang
stabil atau fluktuasi sushu yang rendah. Agar suhu air suatu perairan berfluktuasi rendah maka
perlu adanya penyebaran suhu. Hal tersebut tercapai secara sifat alam antara lain :

1. Penyerapan (Absorpsi) panas matahari pada bagian permukaan air.

2. Angin, sebagai penggerak pemindahan massa air.

3. Aliran vertikal dari air itu sendiri, terjadi bila disuatu perairan terdapat lapisan air yang bersuhu
rendah akan turun mendesak lapisan air yang bersuhu tinggi naik ke permukaan perairan.

Suhu air yang ideal bagii organisme air yang dibudidayakan sebaiknya adalah tidak
terjadi perbedaan suhu yang tidak mencolok antara siang dan malam (tidak lebih dari 5oC). Pada
perairan yang tergenang yag mempunyai kedalaman minimal 1,5 meter biasanya akan terjadi
pelapisan (strasifikasi) suhu. Pelapisan ini terjadi karena suhu permukaan air lebih tinggi
dibanding dengan suhu air dibagian bawahnya. Strasifikasi suhu terjadi karena masuknya panas
dari cahaya matahari kedalam kolam air yang mengakibatkan terjadinya gradien suhu yang
vertikal. Pada kolam yang kedalaman airnya kurang dari dua meter biasanya terjadi strasifikasi
suhu yang tidak stabil. Oleh karena itu bagi para pembudidaya ikan yang melakukan kegiatan
budidaya ikan kedalaman air tidak boleh lebiih dari 2 meter. Selain itu untuk memecah
strasifikasi suhu pada wadah budidaya ikan perlu iperhatikan dan harus menggunakan alat bantu
untuk pengukurannya.

Donald Ahrens, Meteorology Today: An Introduction to Weather, Climate, and an


Environment, Ninth edition. Thomson BrooksCole. New York. 2008.

b. Kecerahan

Gusriana, 2012, Sentra Edukasi, Budidaya Ikan (Jilid 1) Kecerahan air merupakan ukuran
transparansi perairan dan pengukuran cahaya sinar matahari didalam air dapat dilakukan dengan
menggunakan lempengan/kepingan Secchi disk. Satuan untuk nilai kecerahan dari suatu perairan
dengan alat tersebut adalah satuan meter. Jumlah cahaya yang diterima oleh phytoplankton
diperairan asli bergantung pada intensitas cahaya matahari yang masuk kedalam permukaan air
dan daya perambatan cahaya didalam air.

Masuknya cahaya matahari kedalam air dipengaruhi juga oleh kekeruhan air (turbidity).
Sedangkan kekeruhan air menggambarkan tentang sifat optik yang ditentukan berdasarkan
banyaknya cahaya yang diserap dan dipancarkan oleh bahan-bahan yang terdapat didalam
perairan. Faktor-faktor kekeruhan air ditentukan oleh:

a. Benda-benda halus yang disuspensikan (seperti lumpur dsb)

b. Jasad-jasad renik yang merupakan plankton.

c. Warna air (yang antara lain ditimbulkan oleh zat-zat koloid berasal dari daun-daun tumbuhan
yang terektrak)

c. Bau

Pada kolam budidaya ikan, air pada kolam ikan harus selalu di buang atau diganti, agar
tidak akan menimbulkan bau yang menyengat pada air. Faktor yang menyebabkan air pada
kolam berbau tidak sedap yaitu diantaranya; Pakan ikan yang tidak sempat termakan oleh ikan,
menjadi racun bagi kolam dengan amoniak yang muncul, Feses dari kotoran ikan yang
dibudidayakan dan terjadi dekomposisi di air yang menghasilkan amoniak.Material dalam air
dapat berupa jumlah zat tersuspensi (TDS) (Pemuji dan Anthonius, 2010 dalam Suwondo, 2005).

d. Warna

Kriteria warna air tambak yang dapat dijadikan acuan standar dalam pengelolaan kualitas
air adalah seperti di bawah ini:

1. Warna air tambak hijau tua yang berarti menunjukkan adanya dominansi chlorophyceae
dengan sifat lebih stabil terhadap perubahan lingkungan dan cuaca karena mempunyai waktu
mortalitas yang relatif panjang. Tingkat pertumbuhan dan perkembangannya yang relatif cepat
sangat berpotensi terjadinya booming plankton di perairan tersebut.

2. Warna air tambak kecoklatan yang berarti menunjukkan adanya dominansi diatomae. Jenis
plankton ini merupakan salah satu penyuplai pakan alami bagi udang, sehingga tingkat
pertumbuhan dan perkembangan udang relatif lebih cepat. Tingkat kestabilan plankton ini relatif
kurang terutama pada kondisi musim dengan tingkat curah hujan yang tinggi, sehingga
berpotensi terjadinya plankton collaps dan jika pengelolaannya tidak cermat kestabilan kualitas
perairan akan bersifat fluktuatif dan akan mengganggu tingkat kenyamanan udang di dalam
tambak.
3. Warna air tambak hijau kecoklatan yang berarti menunjukkan dominansi yang terjadi
merupakan perpaduan antara chlorophyceae dan diatomae yang bersifat stabil yang didukung
dengan ketersediaan pakan alami bagi udang.

hobiikan.blogspot.com/.../warna-air-tambak-kriteria-warna-air.html

2.3 Parameter Kimia

a. DO (Disolved Oxigent)

Semua makhluk hidup untuk hidup sangat membutuhkan oksigen sebagai faktor penting
bagi pernafasan. Ikan sebagai salah satu jenis organisme air juga membutuhkan oksigen agar
proses metabolisme dalam tubuhnya berlangsung. Oksigen yang dibutuhkan oleh ikan disebut
dengan oksigen terlarut. Oksigen terlarut adalah oksigen dalam bentuk terlarut didalam air
karena ikan tidak dapat mengambil oksigen dalam perairan dari difusi langsung dengan udara.
Satuan pengukuran oksigen terlarut adalah mg/l yang berarti jumlah mg/l gas oksigen yang
terlarut dalam air atau dalam satuan internasional dinyatakan ppm (part per million). Air
mengandung oksigen dalam jumlah yang tertentu, tergantung dari kondisi air itu sendiri,
beberapa proses yang menyebabkan masuknya oksigen ke dalam air yaitu:

1) Diffusi oksigen dari udara ke dalam air melalui permukannya, yang terjadi karena adanya
gerakan molekul-molekul udara yang tidak berurutan karena terjadi benturan dengan molekul air
sehingga O2 terikat didalam air.

2) Diperairan umum, pemasukan oksigen ke dalam air terjadi karena air yang masuk sudah
mengandung oksigen, kecuali itu dengan aliran air, mengakibatkan gerakan air yang mampu
mendorong terjadinya proses difusi oksigen dari udara ke dalam air.

3) Hujan yang jatuh,secara tidak langsung akan meningkatkan O2 di dalam air, pertama suhu air
akan turun, sehingga kemampuan air mengikat oksigen meningkat, selanjutnya bila volume air
bertambah dari gerakan air, akibat jatuhnya air hujan akan mampu meningkatkan O2 di dalam air.

4) Proses Asimilasi tumbuhtumbuhan. Tanaman air yang seluruh batangnya ada didalam air di
waktu siang akan melakukan proses asimilasi, dan akan menambah O2 didalam air. Sedangkan
pada malam hari tanaman tersebut menggunakan O2 yang ada didalam air.

www.sentra-edukasi.com/2011/06/parameter-kualitas-air.html

b. Ph

pH Air - pH (singkatan dari “ puisance negatif de H “ ), yaitu logaritma negatif dari


kepekatan ion-ion H yang terlepas dalam suatu perairan dan mempunyai pengaruh besar terhadap
kehidupan organisme perairan, sehingga pH perairan dipakai sebagai salah satu untuk
menyatakan baik buruknya sesuatu perairan. Pada perairan perkolaman pH air mempunyai arti
yang cukup penting untuk mendeteksi potensi produktifitas kolam. pH Air yang agak basa, dapat
mendorong proses pembongkaran bahan organik dalam air menjadi mineral-mineral yang dapat
diasimilasikan oleh tumbuh tumbuhan (garam amonia dan nitrat).

pH Air Pada perairan yang tidak mengandung bahan organik dengan cukup, maka
mineral dalam air tidak akan ditemukan. Andaikata kedalam kolam itu kemudian kita bubuhkan
bahan organik seperti pupuk kandang, pupuk hijau dsb dengan cukup, tetapi kurang mengandung
garam-garam bikarbonat yang dapat melepaskan kationnya, maka mineral-mineral yang mungkin
terlepas juga tidak akan lama berada didalam air itu. Untuk menciptakan lingkungan air yang
bagus, pH air itu sendiri harus mantap dulu (tidak banyak terjadi pergoncangan pH air). Ikan
rawa seperti sepat siam (Tricogaster pectoralis), sepat jawa (Tricogaster tericopterus ) dan ikan
gabus dapat hidup pada lingkungan pH air 4-9, untuk ikan lunjar kesan pH 5-8 ,ikan karper
(Cyprinus carpio) dan gurami, tidak dapat hidup pada pH 4-6, tapi pH idealnya 7,2.

Derajat keasaman pH Air suatu kolam ikan sangat dipengaruhioleh keadaan


tanahnya yang dapat menentukan kesuburan suatu perairan. Nilai pH air asam tidak baik untuk
budidaya ikan dimana produksi ikan dalam suatu perairan akan rendah. Pada pH air netral sangat
baik untuk kegiatan budidaya ikan, biasanya berkisar antara 7 – 8, sedangkan pada pH air basa
juga tidak baik untuk kegiatan budidaya. Pengaruh pH air pada perairan dapat berakibat terhadap
komunitas biologi perairan.

www.sentra-edukasi.com/2011/06/parameter-kualitas-air.html

c. Salinitas

salinitas air yang sangat mudah dipahami adalah jumlah kadar garam yang terdapat pada
suatu perairan. Hal ini dikarenakan salinitas air ini merupakan gambaran tentang padatan total
didalam air setelah semua karbonat dikonversi menjadi oksida, semua bromida dan iodida
digantikan oleh chlorida dan semua bahan organik telah dioksidasi.

salinitas air yang lainnya adalah jumlah segala macam garam yang terdapat dalam 1000
gr air contoh. Garam-garam yang ada di air payau atau air laut pada umumnya adalah Na, Cl,
NaCl, MgSO4 yang menyebabkan rasa pahit pada air laut, KNO3 dan lainlain.

www.sentra-edukasi.com/2011/06/parameter-kualitas-air.html

2.4 Parameter Biologi

a. Plankton

Kelimpahan plankton yang terdiri dari phytoplankton dan zooplankton sangat diperlukan
untuk mengetahui kesuburan suatu perairan yang akan dipergunakan untuk kegiatan
budidaya. Plankton sebagai organisme perairan tingkat rendah yang melayang-layang di air
dalam waktu yang relatif lama mengikuti pergerakan air. Plankton pada umumnya sangat peka
terhadap perubahan lingkungan hidupnya (suhu, pH, salinitas, gerakan air, cahaya matahari dll)
baik untuk mempercepat perkembangan atau yang mematikan.

Berdasarkan ukurannya, plankton dapat dibedakan sebagai berikut :

1. Macroplankton (masih dapat dilihat dengan mata telanjang/ biasa/tanpa pertolongan


mikroskop).

2. Netplankton atau mesoplankton (yang masih dapat disaring oleh plankton net yang mata
netnya 0,03 - 0,04 mm).

3. Nannoplankton atau microplankton (dapat lolos dengan plankton net diatas).

Berdasarkan tempat hidupnya dan daerah penyebarannya, plankton dapat merupakan :

1. Limnoplankton (plankton air tawar/danau).

2. Haliplankton (hidup dalam air asin)

3. Hypalmyroplankton (khusus hidup di air payau)

4. Heleoplankton (khusus hidup dalam kolam-kolam)

5. Petamoplankton atau rheoplankton (hidup dalam air mengalir, sungai).

KUALITAS AIR DAN PARAMETER KUALITAS AIR

Kualitas Air

1. Pengertian Kualitas Air

Kualitas air adalah kondisi kalitatif air yang diukur dan atau di uji berdasarkan
parameter-parameter tertentu dan metode tertentu berdasarkan peraturan perundang-undangan
yang berlaku (Pasal 1 keputusan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 115 tahun 2003).
Kualitas air dapat dinyatakan dengan parameter kualitas air. Parameter ini meliputi parameter
fisik, kimia, dan mikrobiologis(Masduqi,2009).

Menurut Acehpedia (2010), kualitas air dapat diketahui dengan melakukan pengujian
tertentu terhadap air tersebut. Pengujian yang dilakukan adalah uji kimia, fisik, biologi, atau uji
kenampakan (bau dan warna). Pengelolaan kualitas air adalah upaya pemaliharaan air sehingga
tercapai kualitas air yang diinginkan sesuai peruntukannya untuk menjamin agar kondisi air tetap
dalam kondisi alamiahnya.

2. Hubungan Antar Kualitas Air

Menurut Lesmana (2001), suhu pada air mempengaruhi kecepatan reaksi kimia, baik
dalam media luar maupun dalam tubuh ikan. Suhu makin naik, maka reaksi kimia akan
ssemakin cepat, sedangkan konsentrasi gas akan semakin turun, termasuk oksigen. Akibatnya,
ikan akan membuat reaksi toleran dan tidak toleran. Naiknya suhu, akan berpengaruh pada
salinitas, sehingga ikan akan melakukan prosess osmoregulasi. Oleh ikan dari daerah air payau
akan malakukan yoleransi yang tinggi dibandingkan ikan laut dan ikan tawar.

Manurut Anonymaus(2010), laju peningkatan pH akan dilakukan oleh nilai pH awal.


Sebagai contoh : kebutuhan jumlah ion karbonat perlu ditambahkan utuk meningkatkan satu
satuan pH akan jauh lebih banyak apabila awalnya 6,3 dibandingkan hal yang sama dilakukan
pada pH 7,5. kenaikan pH yang akan terjadi diimbangi oleh kadar Co2 terlarut dalan air.
Sehingga, Co2 akan menurunkan pH.

3. Parameter Kualitas Air

3.1 Parameter Fisika

a) Kecerahan

Kecerahan adalah parameter fisika yang erat kaitannya dengan proses fotosintesis pada
suatu ekosistem perairan. Kecerahan yang tinggi menunjukkan daya tembus cahaya matahari
yang jauh kedalam Perairan.. Begitu pula sebaliknya(Erikarianto,2008).
Menurut Kordi dan Andi (2009), kecerahan adalah sebagian cahaya yang diteruskan
kedalam air dan dinyetakan dalam (%). Kemampuan cahaya matahari untuk tembus sampai
kedasar perairan dipengaruhi oleh kekeruhan (turbidity) air. Dengan mengetahui kecerahan suatu
perairan, kita dapat mengetahui sampai dimana masih ada kemungkinan terjadi proses asimilasi
dalam air, lapisan-lapisan manakah yang tidak keruh, yang agak keruh, dan yang paling keruh.
Air yang tidak terlampau keruh dan tidak pula terlampau jernih, baik untuk kehidupan ikan dan
udang budidaya.

b) Suhu

Menurut Nontji (1987), suhu air merupakan faktor yang banyak mendapat perhatian
dalam pengkajian- pengkajian kaelautan. Data suhu air dapat dimanfaatkan bukan saja untuk
mempelajari gejala-gejala fisika didalam laut, tetapi juga dengan kaitannya kehidupan hewan
atau tumbuhan. Bahkan dapat juga dimanfaatkan untuk pengkajian meteorologi. Suhu air
dipermukaan dipengaruhi oleh kondisi meteorologi. Faktor- faktor metereolohi yang berperan
disini adalah curah hujan, penguapan, kelembaban udara, suhu udara, kecepatan angin, dan
radiasi matahari.

Suhu mempengaruhi aktivitas metabolisme organisme, karena itu penyebaran organisme


baik dilautan maupun diperairan tawar dibatasi oleh suhu perairan tersebut. Suhu sangat
berpengaruh terhadap pertumbuhan dan kehidupan biota air. Secara umum, laju pertumbuhan
meningkat sejalan dengan kenaikan suhu, dapat menekan kehidupan hewan budidaya bahkan
menyebabkan kematian bila peningkatan suhu sampai ekstrim(drastis)(Kordi dan Andi,2009).

3.2 Parameter Kimia

a) pH
Menurut Andayani(2005), pH adalah cerminan derajat keasaman yang diukur dari jumlah
ion hidrogen menggunakan rumus pH = -log (H+). Air murni terdiri dari ion H+dan OH- dalam
jumlah berimbang hingga Ph air murni biasa 7. Makin banyak banyak ion OH+ dalam cairan
makin rendah ion H+ dan makin tinggi pH. Cairan demikian disebut cairan alkalis. Sebaliknya,
makin banyak H+makin rendah PH dan cairan tersebut bersifat masam. Ph antara 7 – 9 sangat
memadai kehidupan bagi air tambak. Namun, pada keadaan tertantu, dimana air dasar tambak
memiliki potensi keasaman, pH air dapat turun hingga mencapai 4.

pH air mempengaruhi tangkat kesuburan perairan karena mempengaruhi kehidupan jasad


renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat membunuh hewan budidaya. Pada pH
rendah( keasaman tinggi), kandungan oksigan terlarut akan berkurang, sebagai akibatnya
konsumsi oksigen menurun, aktivitas naik dan selera makan akan berkurang. Hal ini sebaliknya
terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini, maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam
air dengan pH 6,5 – 9.0 dan kisaran optimal adalah ph 7,5 – 8,7(Kordi dan Andi,2009).

b) Oksigan Terlarut / DO

Mnurut Wibisono (2005), konsentrasi gas oksigen sangat dipengaruhi oleh suhu, makin
tinggi suhu, makin berkurang tingkat kelarutan oksigen. Dilaut, oksigen terlarut (Dissolved
Oxygen / DO) berasal dari dua sumber, yakni dari atmosfer dan dari hasil proses fotosintesis
fitoplankton dan berjenis tanaman laut. Keberadaan oksigen terlarut ini sangat memungkinkan
untuk langsung dimanfaatkan bagi kebanyakan organisme untuk kehidupan, antara lain pada
proses respirasi dimana oksigen diperlukan untuk pembakaran (metabolisme) bahan organik
sehingga terbentuk energi yang diikuti dengan pembentukan Co2 dan H20.

Oksigen yang diperlukan biota air untuk pernafasannya harus terlarut dalam air. Oksigen
merupakan salah satu faktor pembatas, sehinnga bila ketersediaannya didalam air tidak
mencukupi kebutuhan biota budidaya, maka segal aktivitas biota akan terhambat. Kebutuhan
oksigen pada ikan mempunyai kepentingan pada dua aspek, yaitu kebutuhan lingkungan bagi
spesies tertentu dan kebutuhan konsumtif yang terandung pada metabolisme ikan(Kordi dan
Andi,2009).

C) CO2

Karbondioksida (Co2), merupakan gas yang dibutuhkan oleh tumbuh-tumbuhan air renik
maupun tinhkat tinggi untuk melakukan proses fotosintesis. Meskipun peranan karbondioksida
sangat besar bagi kehidupan organisme air, namun kandungannya yang berlebihan sangat
menganggu, bahkan menjadi racu secara langsung bagi biota budidaya, terutama dikolam dan
ditambak(Kordi dan Andi,2009).

Meskipun presentase karbondioksida di atmosfer relatif kecil, akan tetapi keberadaan


karbondioksida di perairan relatif banyak,kerana karbondioksida memiliki kelarutan yang relatif
banyak.

d) Amonia

Makin tinggi pH, air tambak/kolam, daya racun amnia semakin meningkat, sebab
sebagian besar berada dalam bentuk NH3, sedangkan amonia dalam molekul (NH3) lebih
beracun daripada yang berbentuk ion (NH4+). Amonia dalam bentuk molekul dapat bagian
membran sel lebih cepat daripada ion NH4+ (Kordi dan Andi,2009).

Menurut Andayani(2005), sumber amonia dalam air kolam adalah eksresi amonia
oleh ikan dan crustacea. Jumlah amonia yang dieksresikan oleh ikan bisa diestimasikan dari
penggunaan protei netto( Pertambahan protein pakan- protein ikan) dan protein prosentase dalam
pakan dengan rumus :

Amonia – Nitrogen (g/kg pakan) = (1-0- NPU)(protein+6,25)(1000)

Keterangan : NPU : Net protein Utilization /penggunaan protein netto


Protein : protein dalam pakan

6,25 : Rati rata-rata dari jumlah nitrogen.

e) Nitrat nitrogen

Menurut Susana (2002), senyawa kimia nitrogen urea (N-urea) ,algae memanfaatkan
senyawa tersebut untuk pertumbuhannya sebagai sumber nitrogen yang berasal dari senyawa
nitrogen-organik. Beberapa bentuk senyawa nitrogen (organik dan anorganik) yang terdapat
dalam perairan konsentrasinya lambat laun akan berubah bila didalamnya ada faktor yang
mempengaruhinya sehingga antara lain akn menyebabkan suatu permasalahan tersendiri dalam
perairan tersebut.

Menurut Andayani(2005), konsentasi nitrogen organik di perairan yang tidak terpolusi


sangat beraneka ragam. Bahkan konsentrasi amonia nitrogen tinggi pada kolam yang diberi
pupuk daripada yang hanya biberi pakan. Nitrogen juga mengandung bahan organik terlarut.
Konsentrsi organik nitrogan umumnya dibawah 1mg/liter pada perairan yang tidak polutan. Dan
pada perairan yang planktonya blooming dapat meningkat menjadi 2-3 mg/liter.

f) Orthophospat

Menurut Andayani (2005), orthophospat yang larut, dengan mudah tesedia bagi tanaman,
tetapi ketersediaan bentuk-bentuk lain belum ditentukan dengan pasti. Konsentrasi fosfor dalam
air sangat rendah : konsentasi ortophospate yang biasanya tidak lebih dari 5-20mg/liter dan
jarang melebihi 1000mg/liter. Fosfat ditambahkan sebagai pupuk dalam kolam, pada awalnya
tinggi orthophospat yang terlarut dalam air dan konsentrasi akan turun dalam beberapa hari
setelah perlakuan.
Menurut Muchtar (2002), fitoplankton merupakan salah satu parameter biolagi yang erat
hubungannya dengan fosfat dan nitrat. Tinggi rendahnya kelimpahan fitoplankton disuatu
perairan tergantung tergantung pada kandungan zat hara fosfat dan nitrat. Sama halnya seprti zat
hara lainnya, kandungan fosfat dan nitrat disuatu perairan, secara alami terdapat sesuai dengan
kebutuhan organisme yang hidup diperairan tersebut.

4. Kualitas Air yang Baik

Menurut O-fish (2010), ada lima syarat utama kualitas air yang baik untuk kehidupan
ikan :

 Rendah kadar amonia dan nitrit

 Bersih secara kimiawi

 Memiliki pH, kesadahan, dan temperatur yang memadai

 Rendah kadar cemaran organik

 Stabil

Apabila persyaratan tersebut diatas dapat dijaga dan dipelihara dengan baik, maka ikan yang
dipelihara mampu memelihara dirinya sendiri, terbebas dari berbagai penyakit, dan dapat
berkembang biak dengan baik.

Menurut Agromedia(2007), air yang baik untuk pertumbuhan lele dumbo adalah air
bersih yang berasal dari sungai, air hujan, dan air sumur. Pemanfaatan sumber air harus harus
dikelola dengan baik terutama kualitas dan kuantitas. Kualitas air sangat mendukung
pertumbuhan lele dumbo. Oleh karena itu, aor yang digunakan harus banyak mengandung zat
hara, serta tidak tercemar olah racun dan zat rumah tangga lainnya.
Parameter Kualitas Air : Parameter Kimia Kualitas Air
by aan supriatna on Friday, January 13, 2017 in Budidaya Perikanan, Perairan

Air yang digunakan untuk budidaya udang atau organisme perairan yang lain mempunyai
komposisi dan sifat-sifat kimia yang berbeda dan tidak konstan. Komposisi dan sifat-sifat kimia
air ini dapat diketahui melalui analisis kimia air. Dengan demikian apabila ada parameter kimia
yang keluar dari batas yang telah ditentukan dapat segera dikendalikan.

Parameter-parameter kimia yang digunakan untuk menganalisis air bagi kepentingan budidaya
antara lain :

1. Salinitas

Salinitas dapat didefinisikan sebagai total konsentrasi ion-ion terlarut dalam air. Dalam budidaya
perairan, salinitas dinyatakan dalam permil (°/oo) atau ppt (part perthousand) atau gram/liter.
Tujuh ion utama yaitu : sodium, potasium, kalium, magnesium, klorida, sulfat dan bikarbonat
mempunyai kontribusi besar terhadap besarnya salinitas, sedangkan yang lain dianggap kecil
(Boyd, 1990). Sedangkan menurut Davis et al. (2004), ion calsium (Ca), potasium (K), dan
magnesium (Mg) merupakan ion yang paling penting dalam menopang tingkat kelulushidupan
udang. Salinitas suatu perairan dapat ditentukan dengan menghitung jumlah kadar klor yang ada
dalam suatu sampel (klorinitas). Sebagian besar petambak membudidayakan udang dalam air
payau (15-30 ppt). Meskipun demikian, udang laut mampu hidup pada salinitas dibawah 2 ppt
dan di atas 40 ppt.
Refraktometer adalah alat untuk mengukur salinitas air

2. pH

pH didefinisikan sebagai logaritme negatif dari konsentrasi ion hidrogen [H+] yang mempunyai
skala antara 0 sampai 14. pH mengindikasikan apakah air tersebut netral, basa atau asam. Air
dengan pH dibawah 7 termasuk asam dan diatas 7 termasuk basa. pH merupakan variabel
kualitas air yang dinamis dan berfluktuasi sepanjang hari. Pada perairan umum yang tidak
dipengaruhi aktivitas biologis yang tinggi, nilai pH jarang mencapai diatas 8,5, tetapi pada
tambak ikan atau udang, pH air dapat mencapai 9 atau lebih (Boyd, 2002). Perubahan pH ini
merupakan efek langsung dari fotosintesis yang menggunakan CO2 selama proses tersebut.
Karbon dioksida dalam air bereaksi membentuk asam seperti yang terdapat pada persamaan di
bawah ini :

CO2 + H2O HCO3 - + H+

Ketika fotosintesis terjadi pada siang hari, CO2 banyak terpakai dalam proses tersebut. Turunnya
konsentrasi CO2 akan menurunkan konsentrasi H+ sehingga menaikkan pH air. Sebaliknya pada
malam hari semua organisme melakukan respirasi yang menghasilkan CO2 sehingga pH menjadi
turun. Fluktuasi pH yang tinggi dapat terjadi jika densitas plankton tinggi. Tambak dengan total
alkalinitas yang tinggi mempunyai fluktuasi pH yang lebih rendah dibandingkan dengan tambak
yang beralkalinitas rendah. Hal ini disebabkan kemampuan total alkalinitas sebagai buffer atau
penyangga (Boyd, 2002).
pH meter merupakan alat untuk mengukur kadar pH air

3. Alkalinitas

Alkalinitas merupakan kapasitas air untuk menetralkan tambahan asam tanpa menurunkan pH
larutan. Alkalinitas merupakan buffer terhadap pengaruh pengasaman. Dalam budidaya perairan,
alkalinitas dinyatakan dalam mg/l CaCO3. Penyusun utama alkalinitas adalah anion bikarbonat
(HC03 -), karbonat (CO3 2- ), hidroksida (OH-) dan juga ion-ion yang jumlahnya kecil seperti
borat (BO3 -), fosfat (P04 3-), silikat (SiO4 4-) dan sebagainya (boyd, 1990).
Kertas lakmus dapat digunakan untuk mengukur tingkat alkalinitas air

Peranan penting alkalinitas dalam tambak udang antara lain menekan fluktuasi pH pagi dan siang
dan penentu kesuburan alami perairan. Tambak dengan alkalinitas tinggi akan mengalami
fluktuasi pH harian yang lebih rendah jika dibandingkan dengan tambak dengan nilai alkalinitas
rendah (Boyd, 2002). Menurut Davis et al. (2004), penambahan kapur dapat meningkatkan nilai
alkalinitas terutama tambak dengan nilai total alkalinitas dibawah 75 ppm.

4. Oksigen Terlarut (dissolved oxygen)

Oksigen terlarut merupakan variabel kualitas air yang sangat penting dalam budidaya udang.
Semua organisme akuatik membutuhkan oksigen terlarut untuk metabolisme. Kelarutan oksigen
dalam air tergantung pada suhu dan salinitas. Kelaruran oksigen akan turun jika suhu dan
temperatur naik (Boyd, 1990). Hal ini perlu diperhatikan karena dengan adanya kenaikan suhu
air, hewan air akan lebih aktif sehingga memerlukan lebih banyak oksigen.

Oksigen masuk dalam air melalui beberapa proses. Oksigen dapat terdifusi secara langsung dari
atmosfir setelah terjadi kontak antara permukaan air dengan udara yang mengandung oksigen 21%
(Boyd, 1990). Fotosintesis tumbuhan air merupakan sumber utama oksigen terlarut dalam air.
Sedangkan dalam budidaya udang, penambahan suplai oksigen dilakukan dengan menggunakan
aerator (Hargreaves, 2003).

Siklus oksigen terlarut pada suatu perairan

Pada saat cuaca mendung atau hujan dapat menghambat pertumbuhan fitoplankton karena
kekurangan sinar matahari untuk proses fotosintesis. Kondisi ini akan menyebabkan penurunan
kadar oksigen terlarut karena oksigen tidak dapat diproduksi sementara organisme akuatik tetap
mengkonsumsi oksigen. Keterbatasan sinar matahari menembus badan air dapat juga disebabkan
oleh tingginya partikel yang ada dalam kolom air, baik karena bahan organik maupun densitas
plankton yang terlalu tinggi. Hal ini dapat menyebabkan terganggunya fotosintesis algae yang
ada di dasar tambak (Hargreaves, 1999).

Tingginya kepadatan tebar (stocking density) dan pemberian pakan (feeding rate) dapat
menyebabkan turunnya kensentrasi oksigen terlarut dalam air. Sisa pakan (uneaten feed) dan sisa
hasil metabolisme mengakibatkan tingginya kebutuhan oksigen untuk menguraikannya (oxygen
demand). Kemampuan ekosistem kolam budidaya untuk menguraikan bahan organik terbatas
sehingga dapat menyebabkan rendahnya konsentrasi oksigen terlarut dalam air (Boyd, 2004).

5. Biological Oxygen Demand (BOD)

Kebutuhan oksigen biologi (BOD) didefinisikan sebagai banyaknya oksigen yang diperlukan
oleh organisme pada saat pemecahan bahan organik pada kondisi aerobik. Pemecahan bahan
organik diartikan bahwa bahan organik ini digunakan oleh organisme sebagai bahan makanan
dan energinya diperoleh dari proses oksidasi (Pescod dalam Salmin, 2005).

Biological Oxygen Demand

Waktu yang diperlukan untuk proses oksidasi bahan organik secara sempurna menjadi CO2 dan
H2O adalah tidak terbatas. Penghitungan nilai BOD biasanya dilakukan pada hari ke 5 karena
pada saat itu persentase reaksi cukup besar, yaitu 70-80% dari nilai BOD total (Sawyer dan MC
Carty, 1978 dalam Salmin, 2005).

6. Produktivitas primer

Dalam kolam budidaya, tumbuhan air baik macrophyta maupun plankton merupakan produsen
primer sebagai sumber utama bahan organik. Melalui proses fotosintetis, tanaman menggunakan
karbon dioksida, air, cahaya matahari dan nutrien untuk menghasilkan bahan organik dan
oksigen seperti dalam reaksi :

6CO2 + 6H2O C6H12O6 + 6O2

Fotosintesis merupakan proses fundamental dalam kolam budidaya. Oksigen terlarut yang
diproduksi melalui fotosintesis merupakan sumber utama oksigen bagi semua organisme dalam
ekosistem kolam (Howerton, 2001). Glukosa atau bahan organik yang dihasilkan merupakan
penyusun utama material organik yang lebih besar dan kompleks. Hewan yang lebih tinggi
tingkatannya dalam rantai makanan menggunakan material organik ini baik secara langsung
dengan mengkonsumsi tanaman atau mengkonsumsi organisme yang memakan tanaman tersebut
(Ghosal et al. 2000).

Siklus fotosintesis pada suatu perairan

Proses biologi lainnya yang sangat penting dalam budidaya perairan adalah respirasi, dengan
reaksi :

C6H12O6 + 6O2 6CO2 + 6H2O

Dalam respirasi, bahan organik dioksidasi dengan menghasilkan air, karbon dioksida dan energi.
Pada waktu siang hari proses fotosintesis dan respirasi berjalan secara bersama-sama. Pada
malam hari hanya proses respirasi yang berlangsung, sehingga konsentrasi oksigen terlarut dalam
air turun sedangkan konsentrasi karbon dioksida naik.

Kedua proses tersebut mempunyai pengaruh langsung dalam budidaya perairan. Oksigen terlarut
dibutuhkan organisme untuk hidup sedangkan fitoplankton merupakan sumber utama oksigen
terlarut disamping sebagai penyusun utama rantai makanan dalam ekosistem kolam budidaya.
Salah satu cara untuk menentukan status suatu ekosistem pada sedimen adalah dengan
menghitung fotosintesis/respirasi rasio (P/R ratio). Jika P/R ratio lebih kecil dari satu (1) maka
sedimen tersebut termasuk heterotropik, dimana karbon lebih banyak digunakan untuk respirasi
dibandingkan yang dihasilkan dari fotosintesis. Sedangkan jika P/R ratio lebih besar dari satu (1)
menunjukkan sedimen tersebut termasuk autotofik, dimana karbon lebih banyak diproduksi dari
pada digunakan untuk respirasi (Eyre dan Ferguson, 2002).

7. Sedimen

Managemen dasar tambak atau sedimen masih kurang diperhatikan jika dibandingkan dengan
managemen kualitas air tambak budidaya. Banyak bukti yang mengindikasikan adanya pengaruh
yang kuat pertukaran nutrien antara sedimen dengan air terhadap kualitas air (Boyd, 2002).

Kandungan sedimen pada suatu perairan

8. Oxidized Layer

Oxidized layer merupakan lapisan sedimen yang berada paling atas yang mengandung oksigen.
Lapisan ini sangat bermanfaat dan harus dipelihara keberadaannya selama siklus budidaya (Boyd,
2002). Pada lapisan tersebut terjadi dekomposisi aerobik yang menghasilkan antara lain : CO2,
air, amonia, dan nutrien yang lainnya. Pada sedimen anaerobik, beberapa mikroorganisme
menguraikan material organik dengan reaksi fermentasi yang menghasilkan alkohol, keton,
aldehida, dan senyawa organik lainnya sebagai hasil metabolisme. Menurut Blackburn (1987)
dalam Boyd (2002), beberapa mikroorganisme anaerobik dapat memanfaatkan O2 dari nitrat,
nitrit,ferro, sulfat, dan karbon dioksida untuk menguraikan bahan organik dengan mengeluarkan
gas nitrogen, amonia, H2S, dan metan sebagai hasil metabolisme.
Beberapa produk metabolisme, khususnya H2S, nitrit, dan amonia berpotensi toksik terhadap
ikan atau udang. Lapisan oksigen yang ada pada permukaan sedimen dapat mencegah difusi
sebagian besar senyawa beracun menjadi bentuk yang tidak beracun melalui proses kimiawi dan
biologi ketika melalui permukaan yang beroksigen. Nitrit diokdidasi menjadi nitrat, ferro
dioksidasi menjadi ferri, dan H2S menjadi sulfat (Boyd, 2004c). Selanjutnya dikatakan bahwa
kehilangan oksigen pada sedimen dapat disebabkan oleh akumulasi bahan organik yang tinggi
sehingga oksigen terlarut terpakai sebelum mencapai permukaan tanah. Tingkat pemberian
pakan yang tinggi dan blooming plankton dapat menyebabkan penurunan oksigen terlarut.

9. Bahan Orgnik

Tanah dasar tambak yang mengandung karbon organik 15-20% atau 30- 40% bahan organik
tidak baik untuk budidaya perairan. Kandungan bahan organik yang baik untuk budidaya udang
sekitar 10% atau 20% kandungan karbon organik (Boyd, 2002). Kandungan bahan organik yang
tinggi akan meningkatkan kebutuhan oksigen untuk menguraikan bahan organik tersebut menjadi
molekul yang lebih sederhana sehingga akan terjadi persaingan penggunaan oksigen dengan
biota yang ada dalam tambak.

Peningkatan kandungan bahan organik pada tanah dasar tambak akan terjadi dengan cepat
terutama pada tambak yang menggunakan sistem budidaya secara semi intensif maupun intensif
dengan tingkat pemberian pakan (feeding rate) dan pemupukan yang tinggi (Howerton, 2001).
Disamping mengendap di dasar tambak, limbah organik juga tersuspensi dalam air sehingga
menghambat penetrasi cahaya matahari ke dasar tambak.
Melimpahnya kerang pada dasar perairan merupakan indikasi tingginya kandungan
nutrien pada dasar perairan

Limbah tambak yang terdiri dari sisa pakan (uneaten feed), kotoran udang (feces), dan
pemupukan terakumulasi di dasar tambak maupun tersuspensi dalam air. Limbah ini terdegradasi
melalui proses mikrobiologi dengan menghasilkan amonia, nitrit, nitrat, dan fosfat (Zelaya et al.,
2001). Nutrien ini merangsang tumbuhnya algae/plankton yang dapat menimbulkan blooming.
Sementara itu beberapa hasil degradasi limbah organik bersifat toksik terhadap udang pada level
tertentu. Terjadinya die off plankton dapat juga menyebabkan udang stress dan kematian karena
turunnya kadar oksigen terlarut. Limbah tambak udang mengandung lebih banyak bahan organik,
nitrogen, dan fosfor dibanding tanah biasa serta mempunyai nilai BOD dan COD yang lebih
tinggi (Latt, 2002).

10. Nutrien

Dua nutrien yang paling penting di tambak adalah nitrogen dan fosfor, karena kedua nutrien
tersebut keberadaannya terbatas dan dibutuhkan untuk pertumbuhan fitoplankton (Boyd, 2000).
Keberadaan kedua nutrien tersebut di tambak berasal dari pemupukan dan pakan yang diberikan.
Terlalu banyak kandungan nutrien pada perairan dapat mengakibatkan blooming alga

11. Nitrogen

Nitrogen biasanya diaplikasikan sebagai pupuk dalam bentuk urea atau amonium. Di dalam air,
urea secara cepat terhidrolisis menjadi amonium yang dapat langsung dimanfaatkan oleh
fitoplankton. Melalui rantai makanan, nitrogen pada fitoplankton akan dikonversi menjadi
nitrogen protein pada ikan. Sedangkan nitrogen dari pakan yang diberikan pada ikan, hanya 20-
40% yang dirubah menjadi protein ikan, sisanya tersuspensi dalam air dan mengendap di dasar
tambak (Boyd, 2002).

Siklus nitrogen pada suatu perairan

Amonium dapat juga teroksidasi menjadi nitrat oleh bakteri nitrifikasi yang dapat dimanfaatkan
langsung oleh fitoplankton. Nitrogen organik pada plankton yang mati dan kotoran hewan air
(feces) akan mengendap di dasar menjadi nitrogen organik tanah. Nitrogen pada material organik
tanah akan dimineralisasi menjadi amonia dan kembali ke air sehingga dapat dimanfaatkan
kembali oleh fitoplankton (Durborow, 1997).

12. Fosfor

Fosfor yang ada yang ada dalam tambak budidaya berasal dari pupuk seperti ammoniumfosfat
dan calsiumfosfat serta dari pakan. Fosf

Siklus fosfor pada suatu perairan

or yang ada dalam pakan tidak semua dikonversi menjadi daging ikan/udang. Menurut Boyd
(2002), dua pertiga fosfor dalam pakan terakumulasi di tanah dasar. Sebagian besar diikat oleh
tanah dan sebagian kecil larut dalam air. Fosfor dimanfaatkan oleh fitoplankton dalam bentuk
ortofosfat (PO4 3-) dan terakumulasi dalam tubuh ikan/udang melalui rantai makanan. Phosphat
yang tidak diserap oleh fitoplankton akan didikat oleh tanah. Kemampuan mengikat tanah
dipengaruhi oleh kandungan liat (clay) tanah. Semakin tinggi kandungan liat pada tanah,
semakin meningkat kemampuan tanah mengikat fosfat.

Air tidak pernah terdapat dalam keadaan benar-benar murni. Bahan/unsur yang terdapat
di dalam air umumnya berasal dari tanah, udara dan metabolisme jasad air. Unsur-unsur/bahan
tersebut dapat dikategorikan dalam tiga golongan yaitu: (1) gas, (2) unsur anorganik, dan (3)
organik. Distribusi ketiga golongan unsur/bahan kimia tersebut di atas, sangat menentukan sifat-
sifat kimia air.
Unsur-unsur/bahan kimia yang terdapat dalam air ada yang dapat larut dan ada yang tidak
larut. Pada umumnya unsur anorganik merupakan unsur kimia yang dapat larut,
Parameter kimia yang berpengaruh terhadap kehidupan biota air antara lain :

Derajat keasaman (pH air)


Derajat keasaman sering dikenal dengan istilah pH (puissance negative de H) yaitu kepekatan
ion-ion H (hydrogen) yang terlepas dalam suatu cairan. Ion hidrogen bersifat asam. Air murni
(H2O) berasosiasi secara sempurna sehingga memiliki ion H+ dan ion H-. Oleh karena itu, pH air
murni memiliki nilai 7. Semakin tinggi konsentrasi ion H+, maka ion OH- akan semakin rendah,
sehingga pH mencapai nilai < 7 (perairan asam). Sebaliknya, apabila konsentrasi ion OH- lebih
tinggi dibandingkan dengan konsentrasi ion H+, maka perairan tersebut sifatnya basa karena
memiliki nilai pH > 7.

Tabel Pengaruh pH terhadap komunitas biologi perairan


Nilai pH pada banyak perairan alami berkisar antara 4 – 9, kehadiran CO2 dan sifat basa yang
kuat dari ion natrium, kalium dan kalsium dalam air laut cenderung mengubah keadaan ini,
sehingga air laut sedikit lebih basa berkisar antara 7,5 – 8,4. sistem karbondioksida – asam
karbonat – bikarbonat berfungsi sebagai buffer yang dapat mempertahankan pH air laut dalam
suatu kisaran yang sempit. pH air mempengaruhi tingkat kesuburan perairan karena
mempengaruhi kehidupan jasad renik. Perairan asam akan kurang produktif, malah dapat
membunuh hewan budidaya. Pada pH rendah kandungan oksigen terlarut akan berkurang,
sebagai akibatnya konsumsi oksigen menurun, aktifitas pernafasan menurun, aktifitas pernafasan
naik dan selera makan akan berkurang, hal sebaliknya terjadi pada suasana basa. Atas dasar ini
maka usaha budidaya perairan akan berhasil baik dalam air dengan pH 6,5 – 9,0 dengan kisaran
optimal 7,5 – 8,7.

Tabel pengaruh antara pH air dan kehidupan hewan budidaya

Oksigen terlarut (DO)


Oksigen sangat penting karena dibutuhkanolehorganisme perairan. Kebutuhan akan
oksigen terlarut bagi jenis dan stadium (fase) kehidupan ikan berbeda-beda. Demikian pula
dalam lingkungan yang sama,kebutuhan akan oksigen berbeda-beda tergantung pada jenis
ikannya. Pada umumnya kebutuhan akan oksigen pada stadium dini lebih tinggi daripada
stadium yang lanjut. Batas-batas kritis bagi ikan sangat tergantung pada aklimatisasi dan faktor-
faktor lingkungan lainnya.
Oksigen terlarut diperlukan oleh hampir semua bentuk kehidupan akuatik untuk proses
pembakaran dalam tubuh. Beberapa bakteri dan binatang dapat hidup tanpa O2 (anaerobik)
sama sekali; lainnya dapat hidup dalam keadaan anaerobik hanya sebentar, tetapi memerlukan
penyediaan O2 yang berlimpah setiap saat. Kebanyakan dapat hidup dalam keadaankandungan
O2 yang rendah sekali, tapi tak dapat hidup tanpa O2 sama sekali.
Keadaan oksigen dalam air sangat mempengaruhi kehidupan organisme, baik secara langsung
maupun tidak langsung. Sedangkan keadaan oksigen dalam air sangat dipengaruhi oleh beberapa
faktor antara lain adalah suhu.
Oksigen terlarut dalam air diperoleh dari:
1. Langsung dari udara.
Penyerapan oksigen dari udara dapat dengan melalui dua cara yaitu:
Dengan difusi langsung dari atmosfir (udara),
Dengan melalui pergerakan air yang teratur seperti gerakan gelombang, air terjun dan perputaran
(rotasi) air.
2. Hasil fotosintesis dari tanaman berklorofil.
Aktivitas tanaman berklorofil melepaskano oksigen langsung ke dalam air melalui fotosintesis).
Jumlah oksigen yang diperoleh dari hasil fotosintesis tumbuhan tergantung pada dua faktor
yaitu:
Jumlah tanaman air dalam suatu perairan (konsentrasi fitoplankton dalam air).
Lamanya cahaya yang efektif diterima oleh tanaman air.
Pada dasarnya proses penurunan oksigen dalam air disebabkan oleh proses kimia, fisika dan
biologi yaitu:
 Proses pernafasan (respirasi) baik oleh hewan maupun tanaman.
 Proses penguraian (dekomposisi) bahan organik.
 Dasar perairan yang bersifat mereduksi.
Dasar perairan ini hanya dapat ditumbuhi oleh bakteri-bakteri anaerob saja, yang dapat
menimbulkan hasil pembongkaran yang bersifat mereduksi seperti metana, asam sulfide dan
sebagainya. Bila zat-zat yang berupa gas tersebut naik ke atas, maka air yang dilaluinya
melarutkan gas ini sambil melepaskan sebagian dari oksigen yang dikandungnya. Akibatnya air
makin kekurangan oksigen.
 Tingkat kejenuhan gas-gas dalam air sepertikarbondioksida.
 Proses penguapan(evaporasi) di musim panas.
 Peresapan air ke dalam tanah dasar perairan
Kelarutan oksigen ke dalam air terutama dipengaruhi oleh faktor suhu. Kelarutan gas oksigen
pada suhu rendah relative lebih tinggi. Hubungan antara suhu dengan kelarutan oksigen dalam
air dapat pada tabel dibawah ini.

Kelarutan oksigen pada suhu berbeda


Kelarutan oksigen tersebut diatas berlaku untuk air tawar, sedangkan kelarutan oksigen pada air
laut relatif lebih rendah 1–5 ppm dari angka tersebut di atas karena pengaruh salinitas (kadar
garam). Kadar garam ini mempengaruhi kelarutan gas-gas air. Kelarutan oksigen ini sangat
penting karena menentukan jumlah (kadar) oksigen terlarut dalam air. Besarnya kandungan
oksigen di dalam air pada suatu perairan sangat menentukan kehidupan organisme air. Batas-
batas toleransi organisme terhadap kadar oksigen tergantung pada jenis organisme tersebut
dalam air. Secara umum batas minimum kadar oksigen yang mendukung kehidupan organisme
akuatik adalah 3-5 ppm.
Selain untuk proses respirasi, oksigen juga mempengaruhi kehidupan organisme yang lain yaitu:
1. Menambah nafsu makan ikan atau organisme air lainnya.
2. Mempengaruhi kesehatan ikan, yang mana pada batas 12 ppm akan menimbulkan penyakit yang
disebabkan oleh gelembung gas (gas bubble diseases)
3. Mempengaruhi fungsi fisiologis dan lambatnya pertumbuhan ikan, bahkan dapat menyebabkan
kematian
4. Mempengaruhi proses penguraian dan perombakan bahan organik yang ada didasar kolam

Karbondioksida bebas (CO2)


Karbondioksida yang terdapat di dalam air dapat diperoleh dari:
 Difusi dari atmosfer secara langsung
 Air tanah yang melewati tanah organik
 Air hujan, air hujan yang jatuh ke permukaan bumi secara teoritis memiliki kandungan
karbondioksida sebesar 0,55 – 0,6 mg/l
 Hasil penguraian bahan organik di dasar perairan
 Dari hasil proses pernafasan (respirasi) hewan dan tumbuhan air,
 Hasil proses pemecahan/ penguraian senyawa-senyawa kimia.
Sebagaimana dengan faktorkimia lainnya, kelarutan karbondioksida ini dipengaruhi oleh faktor
suhu, pH dan senyawa karbondioksida. Kelarutan karbondioksida dalam air dapat dilihat
pada Tabel di bawah ini.
Pengaruh suhu terhadapkelarutan karbondioksida diperairan alami Suhu (oC)

Pengaruh karbondioksida terhadap kehidupan organisme air dapat secara langsung (proses
respirasi) maupun tidak langsung (proses fotosintesis). Secara umum pengaruh karbondioksida
terhadap organisme air adalah sebagai berikut:
a) Pada kisaran 15 ppm akan mempengaruhi kehidupan ikan (organisme akuatik) karena merupakan
racun bagi organisme tersebut.
b) Dibutuhkan oleh tanaman berhijau daun (berklorofil) untuk proses fotosintesis.
c) Dapat mempertahankan kestabilan pH dalam air, terutama dalam bentuk senyawa karbonat/
bikarbonat. Hal tersebut, berarti dapat mempertahankan kondisi lingkungan perairan yang stabil
untuk mendukung kehidupan organisme.

Biochemical Oxygen Demand (BOD)


BOD atau Biochemical Oxygen Demand adalah suatu karakteristik yang menunjukkan jumlah
oksigen terlarut yang diperlukan oleh mikroorganisme (biasanya bakteri) untuk mengurai atau
mendekomposisi bahan organik dalamkondisi aerobik.
Selain itu BOD juga merupakan sebagai suatu ukuran jumlah oksigenyang digunakan oleh
populasi mikroba yang terkandung dalam perairan sebagai respon terhadap masuknya bahan
organik yang dapat diurai. Dari pengertian-pengertian ini dapat dikatakan bahwa walaupun nilai
BOD menyatakan jumlah oksigen, tetapi untuk mudahnya dapat juga diartikan sebagai
gambaran jumlah bahan organik mudah urai (biodegradable organics) yang ada di perairan.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan dan
untuk mendesain sistem pengolahan secara biologis. Adanya bahan organik yang cukup tinggi
(ditunjukkan dengan nilai BOD dan COD) menyebabkan mikroba menjadi aktif dan
menguraikan bahan organik tersebut secara biologis menjadi senyawa asam-asam organik.
Pemeriksaan BOD diperlukan untuk menentukan beban pencemaran akibat air buangan
penduduk atau industri, dan untuk mendisain sistem-sistem pengolahan biologis bagi air yang
tercermar tersebut. Penguraian zat organik adalah peristiwa alamiah; kalau sesuatu badan air
dicemari oleh zat organik, bakteri dapat menghabiskan oksigen terlarut, dalam air selama proses
oksidasi tersebut yang bisa mengakibatkan kematian ikan-ikan dalam air dan keadaan menjadi
anaerobik dan dapat menimbulkan bau busuk pada air.Pemeriksaan
BOD didasarkan atas reaksi oksidasi zat organik dengan oksigen di dalam air, dan proses
tersebut berlangsung karena adanya bakteri aerob.
Apabila di dalam perairan banyak mengandung sampah organik, jumlah oksigen yang diperlukan
oleh mikroorganisme untuk memecah sampah tersebut akan besar, dan ini berarti angka BOD-
nya tinggi. Angka BOD tinggi berarti angka DO rendah. Dengan banyak oksigen yang
digunakan untuk memecah sampah maka kadar oksigen yang terlarut dalam air akan menurun,
demikian pula untuk angka COD. Perairan yang mempunyai BOD tinggi umumnya akan
menimbulkan bau tidak sedap, sebab apabila BOD tinggi berarti DO rendah dan berarti pula
pemecahan sampah organik akan berlangsung anaerob (tanpa oksigen). Air yang bersih adalah
yang B.O.D nya kurang dari 1 mg/l atau 1ppm, jika B.O.D nya di atas 4 ppm, air dikatakan
tercemar.

Chemical Oxygen Demand (COD)


COD atau Chemical Oxygen Demand adalah jumlah oksigenyang diperlukan untuk
mengurai seluruh bahan organik yang terkandung dalam air Chemical oxygen Demand (COD)
atau kebutuhan oksigen kimia (KOK) merupakan jumlah oksigen yang dibutuhkan untuk
mengoksidasi zat- zat organik yang ada dalam sampel air atau banyaknya oksigen yang
dibutuhkan untuk mengoksidasi zat- zat organik menjadi CO2 dan H2O.
COD adalah banyaknya oksigen yang dibutuhkan untuk mengoksidasi senyawa organik dalam
air, sehingga parameter COD mencerminkan banyaknya senyawa organik yang dioksidasi secara
kimia. Tes COD digunakan untuk menghitung kadar bahan organik yang dapat dioksidasi
dengan cara menggunakan bahan kimia oksidator kuat dalam media asam.
Air yang telah tercemar limbah organik sebelum reaksi berwarna kuning dan setelah reaksi
oksidasi berubah menjadi warna hijau. Jumlah oksigen yang diperlukan untuk reaksi oksidasi
terhadap limbah organik seimbang dengan jumlahkalium dikromat yang digunakan pada reaksi
oksidasi.

Total Organic Mater (TOM)


Bahan organik merupakan salah satu bentuk partikel (komponen) yang terdapat di dalam
air. Air di perairan umum seperti sungai dan danau yang diduga hanya mengandung unsur
organik, ternyata mengandung bahan organik dari jasad-jasad dan detritus.
Bahan organik ini mengalami proses perombakan oleh bakteri nitrifikasi dan menghasilkan
beberapa komponen (unsur) seperti:
a) Nitrogen terlarut (nitrogen organik)
Nitrogen ini ditunjukkan oleh jenis asam amino yang dihasilkan dari proses nitrifikasi oleh
bakteri nitrit.

Tabel Jenis asam amino dan jumlah nitrogen organik dalam air

b) Karbon organik terlarut.


Unsur karbon adalah bagian dari suatu senyawa seperti karbohidrat, protein dan lemak.Unsur
karbon ini diperoleh dari hasil prosesoksidasi senyawa karbohidrat dan protein. Senyawa
karbohidrat, proteindan lemak banyak terkandung dalam organisme (hewan dan tumbuhan).
Total karbon organik di dalam air ditentukan oleh organismedalamairdan karbon terlarut yang
terkandung dalam larutan sejati/ larutan koloid.
Bahanorganik dalam air pada suatu perairan berasal dari beberapa sumber yaitu:
 Dari sisa-sisa organisme yang telah mati
 Dari hasilekskresi organisme
 Dari hasil ikutan aliran air yang masuk dalam areal perairan tertentu.
Bahan organik dalam suatu perairan mempunyai pengaruh secara langsung dan tidak langsung
terhadap kehidupan organisme (biota) perairan. Pengaruh bahan organik inisecaraumum
digunakan oleh:
 Jasad renik untuk pertumbuhan dan perkembangannya seperti bakteri, alga tertentu dan protozoa
tertentu.
 Secara tidak langsung dengan konsentrasi relatif tinggi dapat mengurangi kadar oksigen dan
meningkatkan gas-gas yang beracun bagi organisme air seperti H2S dan metana.

Kesadahan
Kesadahan air adalah kandungan mineral-mineral tertentu di dalam air, umumnya ion kalsium
(Ca) dan magnesium (Mg) dalam bentuk garamkarbonat. Air sadah atau air keras adalah air yang
memiliki kadar mineral yang tinggi, sedangkan air lunak adalah air dengan kadar mineral yang
rendah. Selain ion kalsium dan magnesium, penyebab kesadahan juga bisa merupakan ion logam
lain maupun garam-garam bikarbonat dan sulfat. Metode paling sederhana untuk menentukan
kesadahan air adalah dengan sabun. Dalam air lunak, sabun akan menghasilkan busa yang
banyak. Pada air sadah, sabun tidak akan menghasilkan busa atau menghasilkan sedikit sekali
busa. Kesadahan air total dinyatakan dalam satuan ppm berat per volume (w/v) dari CaCO3.
Total kesadahan dinyatakan dalam ppm ekuivalen CaCO3 . Total kesadahan erat kaitannya
dengan alkalinitas sebab anion dari alkalinitas dan kation dari kesadahan diperoleh dari senyawa
yang sama seperti senyawa karbonat.
Oleh sebab itu kesadahan dan alkalinitas dapat menggambarkan tingkat kesuburan air dan daya
sangga suatu perairan. Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan adalah sebagai berikut :

Tabel Klasifikasi perairan berdasarkan nilai kesadahan


Secara lebih rinci kesadahan dibagi dalam dua tipe, yaitu: (1) kesadahan umum (“general
hardness” atau GH) dan (2) kesadahan karbonat (“carbonate hardness” atau KH). Disamping
dua tipe kesadahan tersebut, dikenal pula tipe kesadahan yang lain yaitu yang disebut
sebagai kesadahan total atau total hardness. Kesadahan total merupakan penjumlahan dari GH
dan KH. Kesadahan umum atau “General Hardness” merupakan ukuran yang menunjukkan
jumlah ion kalsium (Ca++) dan ion magnesium (Mg++) dalam air.
Tabel Konversi tingkat kesadahan dengan kadar CaCO3
Dan tingkat kekerasan perairan.
Dalam kaitannya dengan proses biologi, GH lebih penting peranananya dibandingkan dengan
KH ataupun kesadahan total. Setiap jenis ikan memerlukan kisaran kesadahan (GH) tertentu
untuk hidupnya. Pada umumnya, hampir semua jenis ikan dan tanaman dapat beradaptasi dengan
kondisi GH lokal, meskipun demikian, tidak demikian halnya dengan proses
pemijahan. Pemijahan bisa gagal apabila dilakukan pada nilai GH yang tidak tepat.

Anda mungkin juga menyukai