PENDAHULUAN
1
diharapkan pembaca bisa lebih memahami tentang Kebijakan Politik Luar Negeri
Indonesia.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.1 Politik Luar Negeri Bebas Aktif
Politik Luar Negeri yang bebas aktif mengandung dua unsur pokok. Pertama,
"bebas" biasanya diartikan tidak terlibat dalam aliansi militer atau pakta
pertahanan dengan kekuatan-kekuatan luar yang merupakan ciri Perang Dingin.
Dalam arti lebih luas Politik Luar Negeri yang bebas menunjukkan tingkat
nasionalisme yang tinggi, yang menolak keterlibatan atau ketergantungan
terhadap pihak luar yang dapat mengurangi kedaulatan Indonesia. Kedua, kata
"aktif" menunjukkan bahwa Politik Luar Negeri Indonesia tidaklah pasif dan
hanya mengambil sikap netral dalam menghadapi permasalahan-permasalahan
international. Muqadimah UUD 45 secara jelas menuntut Indonesia untuk
menentang segala bentuk penjajahan dan ikut memajukan perdamaian dunia.
Dalam bulan september 1948 sebagai wakil Presiden merangkap Perdana
Menteri dan Menteri Pertahanan,bung Hatta memberi keterangan kepada Badan
Pekerja KNIP tentang kedudukan dan politik Negara Republik Indonesia dewasa
itu. RI menghadapi berbagai kesulitan yang tidak sedikit. Sejak keterangan bung
Hatta itu politik luar negeri Republik Indonesia di sebut ‘politik bebas aktif’.
Bebas, artinya menentukan jalan sendiri, tidak terpengaruh oleh pihak manapun
juga, Aktif, artinya menuju perdamaian dunia dan bersahabat dengan seluruh
bangsa.
Tampak jelas bahwa ide dasar politik luar negeri bebas aktif, Sudah
merupakan suatu konsensus nasional bahwa dasar politik luar negeri kita adalah
pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dan GBHN dengan tujuan untuk
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi
dan keadilan sosial. Sedangkan watak dan sifatnya adalah anti kolonialisme.
Secara eksplisit, istilah politik luar negeri bebas aktif tersebut tidak terdapat dalam
UUD ataupun peraturan-peraturan lainnya. Namun istilah ini mulai banyak
dipergunakan oleh para politisi dan negarawan kita semasa memuncaknya perang
Korea (1950 – 1953). Kabinet RI ke-12 di bawah Perdana Menteri Dr. Sukiman
(27 April 1951 – 3 April 1952) yang untuk pertama kalinya mencantumkan istilah
ini dalam Program Kabinet yang antara lain menyatakan, menjalankan politik luar
negeri yang bebas dan aktif menuju perdamaian“.
4
Isitilah ini dipertegas lagi oleh Presiden Soekarno pada HUT RI tgl. 17
Agustus 1952 bahwa „politik bebas dan aktif menuju perdamaian dunia“. Sejak
itulah, istilah politik luar negeri bebas dan aktif merupakan suatu istilah melekat
dan istilah pelengkap pada watak dan sifat haluan politik luar negeri yang berjiwa
anti kolonialisme dan pro-perdamaian dan tidak mengikatkan diri kepada salah
satu blok kekuatan militer serta dapat bekerjasama atas dasar hidup berdampingan
secara damai. Kebijakan politik luar negeri bebas aktif ini bukan merupakan suatu
dogma yang mati, melainkan hanya sebagai suatu pedoman dalam bertindak di
antara kedua kekuatan blok dunia pada saat itu yaitu Amerika Serikat dan
sekutunya vs Uni Soviet dan sekutunya, demi kepentingan nasional dan
perdamaian internasional. Dalam suasana perang dingin yang tidak menentu,
Gerakan Non Blok tahun 1961 muncul sebagai suatu gerakan moral dari negara-
negara dunia ketiga yang berupaya untuk menjembati perang dingin dua kekuatan
raksasa tersebut guna mencegah jangan sampai terjadi konfrontnasi terbuka
apalagi perang nuklir yang dapat memusnahkan peradaban manusia. Pelaksanaan
politik luar negeri yang bebas dan aktif itu sebenarnya dapat bersifat kenyal
artinya dapat disesuaikan dengan kondisi dan situasi pada saat itu walaupun
prinsipnya tetap tetapi nuansanya dapat berubah.
Pedoman pelaksanaan politik luar negeri bebas aktif Indonesia dewasa ini
adalah Ketetapan MPR No. IV/MPR/1999 tentang Garis-garis Besar Haluan
Negara (GBHN) yang antara lain menegaskan arah politik luar negeri Indonesia
yang bebas-aktif dan berorientasi pada kepentingan nasional dengan menitik-
beratkan pada solidaritas antara negara berkembang, mendukung kemerdekaan
bangsa, menolak penjajahan dalam segala bentuk serta meningkatkan kemandirian
bangsa dan kerjasama internasional bagi kesejahteraan rakyat.
Di samping itu, dengan telah disyahkannya Undang-Undang No. 37 tahun
1999 tentang Hubungan Luar Negeri tanggal 14 September 1999 maka
Pemerintah Indonesia dalam melaksanakan politik luar negeri selalu merujuk pada
ketentuan-ketentuan dalam Undang-Undang tersebut.
5
2.1.2 Tujuan Politik Luar Negeri
Tujuan politik luar negeri setiap negara adalah mengabdi kepada tujuan
nasional negara itu sendiri. Tujuan nasional bangsa Indonesia tercantum dalam
Pembukaan UUD 1945 Alinea keempat yang menyatakan ”… melindungi
segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia dan untuk
memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut
melaksanakan ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi dan keadilan
sosial…”
Menurut Drs. Moh. Hatta, mengatakan, bahwa tujuan politik luar negeri
Indonesia adalah sebagai berikut:
a. Mempertahankan kemerdekaan bangsa dan menjaga keselamatan
Negara
b. Memperoleh barang-barang dari luar untuk memperbesar kemakmuran
rakyat, apabila barang-barang itu tidak atau belum dapat dihasilkan
sendiri
c. Meningkatkan perdamaian internasional, karena hanya dalam keadaan
damai Indonesia dapat membangun dan syarat-syarat yang diperlukan
untuk memperbesar kemakmuran rakyat
d. Meningkatkan persaudaraan segala bangsa sebagai cita-cita yang
tersimpul dalam Pancasila, dasar dan falsafah negara Indonesia.
6
d. Indonesia membantu pelaksanaan keadilan sosial internasional dengan
berpedoman kepada Piagam PBB.
7
benua Eropa. Adanya liberalisme dapat terlihat dari pola kehidupan sehari-hari
penduduk negara ini. Mereka merupakan masyarakat yang bebas namun tetap
berada dalam lingkup peraturan perundang-undangan. Di sisi lain, pemerintahan
di negara ini juga menerapkan aspek kebebasan yang baik.
3. Jerman
Negara yang menganut ideologi liberalisme di dunia yang selanjutnya
yaitu negara Jerman. Keberadaan dari ideologi liberalisme di negara ini semakin
diperkuat dengan adanya Partai Demokrat Liberal yang banyak mendominasi
kursi parlemen Jerman. Penggunaan liberalisme sebagai ideologi di negara Jerman
mulai terjadi setelah runtuhnya tembok Berlin pada tahun 1989.
Adapun sistem pemerintahan parlementer yang merupakan tonggak dalam
perkembangan ideologi liberalisme mulai resmi digunakan pada tahun 1990.
Negara Jerman terdiri dari 16 negara bagian yang setiap negara bagian tersebut
memiliki parlemen, konstitusi, dan pemerintah sendiri. Di sisi lain, kekuasaan
negara yang tertinggi ada pada federasi. Di samping Bundestag (parlemen),
anggota majelis federal diutus oleh negara bagian untuk ikut serta dalam
pembuatan peraturan perundang-undangan yang ada di tingkat federal. Prinsip ini
agak mirip dengan fungsi DPRD.
4. Inggris
Negara yang saat ini sedang dipimpin oleh Ratu Elizabeth II ini
merupakan salah satu negara yang menganut paham liberalisme dalam
pelaksanaan kehidupan berbangsa dan bernegaranya. Pada awalnya, negara ini
menggunakan sistem monarki absolut, dimana kekuasaan tertinggi ada di tangan
Raja yang menjabat dan tidak terdapat adanya batasan terhadap kekuasaan raja
tersebut. Penggunaan sistem tersebut tentu menyebabkan rakyat hidup menderita
(terutama jika raja bersikap tirani). Maka dari itu, pada tahun 1215, muncullah
Magna Charta yang menandai pelaksanaan demokrasi dalam negara tersebut.
setelah itu, terbentuk suatu parlemen (badan pembuat hukum) yang memiliki
tugas untuk membatasi kekuasaan raja dengan menyatakan bahwa konstitusi
memiliki kekuasaan yang lebih tinggi dibandingkan raja. Liberalisme yang
diselenggarakan oleh negara ini juga memiliki beberapa ciri khusus seperti
digunakannya konstitusi tidak tertulis, menggunakan sistem negara kesatuan,
8
parlemennya terdiri dari dua kamar (bicameral), tidak memiliki lembaga yudikatif
yang sejajar, dan lain sebagainya.
5. Perancis
Negara yang menganut ideologi liberalisme yang selanjutnya yaitu negara
Perancis. Seperti yang telah dinyatakan sebelumnya, pahami ini lahir bersamaan
dengan lahirnya revolusi Perancis. Dalam magna charta revolusi tersebut, terdapat
sebuah istilah liberte atau kebebasan. Munculnya paham ini tidak terlepas dari
peran masyarakat yang sangat merasakan kepincangan dalam penyelenggaraan
negara. Kepincangan yang dimaksud ialah terpisahnya masyarakat menjadi tiga
golongan. Golongan pertama dan kedua (yaitu bangsawan dan orang kaya)
memiliki banyak hak namun hanya memiliki sedikit kewajiban. Sebaliknya,
golongan ketiga (rakyat biasa) memiliki begitu banyak kewajiban dengan hanya
sedikit hak. Bisa ditebak bahwa Oleh sebab inilah, terjadi pemberontakan oleh
rakyat yang dicetuskan oleh Montesquieu, JJ. Rousseau, dan Voltaire.
Di bawah pimpinan dari Napoleon Bonaparte, ideologi liberalisme mulai tersebar
di seluruh penjuru benua Eropa dan hingga kini eksistensinya senantiasa terjaga.
6. Jepang
Negara yang menganut ideologi liberalisme yang terakhir kita bahas dalam
kesempatan ini ialah negara Jepang. Hampir sama dengan praktek liberalisme di
dunia barat, pelaksanaan liberalisme di Jepang juga terlihat dari digunakannya
sistem pemerintahan parlementer. Sistem parlementer yang digunakan pun meniru
apa yang digunakannya oleh negara Inggris, yaitu sistem dua kamar.
Perwujudan dari liberalisme di Jepang pun semakin diperkuat dengan adanya
partai demokrasi liberal yang telah menguasai parlemen di Jepang sejak tahun
1955 hingga saat ini. Jika di Jerman nama parlemen disebut dengan Bunderstag,
maka di Jepang parlemen dikenal dengan sebutan kokkai. Kokkai terbagi menjadi
dua, yaitu majelis tinggi dan majelis rendah. Kedua majelis tersebut dipilih secara
langsung dalam pemilu dengan sistem paralel. Berdasarkan konstitusi Jepang.
Kokkai merupakan lembaga kekuasaan tertinggi dan satu-satunya yang berkuasa
untuk membuat peraturan perundang-undangan. Uraian yang telah disampaikan di
atas merupakan penjelasan secara lengkap mengenai materi negara yang
menganut ideologi liberalisme di dunia yang dapat penulis sampaikan kepada
9
pembaca dalam kesempatan yang indah kali ini. Semoga dengan membaca artikel
ini pembaca dapat memahami secara lebih baik apa itu ideologi liberalisme dan
negara yang mana saja yang menganut ideologi tersebut. Perlu kita pahami
bersama bahwa setiap ideologi yang ada di dunia ini tidak akan pernah lepas dari
lika liku kehidupan berbangsa dan bernegara di Indonesia. sampai jumpa pada
kesempatan yang lain dan semoga kesuksesan senantiasa mengiringi langkah
pembaca dalam menjalani hidup
10
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Politik luar negeri adalah strategi dan taktik yang digunakan oleh suatu negara
dalam hubungannya dengan negara-negara lain. Dalam arti luas, politik luar
negeri adalah pola perilaku yang digunakan oleh suatu Negara dalam
hubungannya dengan negara-negara lain. Politik luar negeri berhubungan dengan
proses pembuatan keputusan untuk mengikuti pilihan jalan tertentu. Menurut buku
Rencana Strategi Pelaksanaan Politik Luar Negeri Republik Indonesia (1984-
1988),politik luar negeri diartikan sebagai “suatu kebijaksanaan yang diambil
oleh pemerintah dalam rangka hubungannya dengan dunia internasional dalam
usaha untuk mencapai tujuan nasional”. Melalui politik luar negeri, pemerintah
memproyeksikan kepentingan nasionalnya ke dalam masyarakat antar bangsa”.
Dari uraian di muka sesungguhnya dapat diketahui bahwa tujuan politik luar
negeri adalah untuk mewujudkan kepentingan nasional. Tujuan tersebut memuat
gambaran mengenai keadaan negara dimasa mendatang serta kondisi masa depan
yang diinginkan. Pelaksanaan politik luar negeri diawali oleh penetapan
kebijaksanaan dan keputusan dengan mempertimbangkan hal-hal yang didasarkan
pada faktor-faktor nasional sebagai faktor internal serta faktor-faktor internasional
sebagai faktor eksternal.
11
DAFTAR PUSTAKA
http://www.tempo.co/read/news/2014/10/13/078613808/Empat-Rapor-Merah-
Kebijakan-Luar-Negeri-SBY/1/0
http://www.jakarta.diplo.de/Vertretung/jakarta/id/06_20Wirtschaft/0-
Wirtschaft.html
http://www.voaindonesia.com/content/indonesia-dan-rusia-sepakat-tingkatkan-
kerjasama-ekonomi/1858852.html
http://www.ekon.go.id/berita/view/imt-gt-harus-lebih-baik-less.967.html#.VFhhjj-
Szi8
http://www.academia.edu/3725620/Politiki_Luar_Negeri_Indonesia_terhadap_AS
EAN
http://www.demokrat.or.id/2014/10/presiden-sby-bawa-indonesia-diakui-dunia/
Artikel kompas “Potret Politik Luar Negeri Kita. Sebuah tulisan dari Muhammad
Takdir (kredit penuh atas lembaran artikel untuk Pak Suhanto)
12