Anda di halaman 1dari 21

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Penemuan partikel-pertikel elementer seperti : elektron, proton, neutron, ddl.
telah membawa ke-era baru yaitu era fisika modem dimana struktur materi itu tidak
kontinu tatepi tersusun dari molekul-molekul/pertikel-partikel. Pemahaman yang
mendalam tentang pertikel-partikel ini membawa kita ke pendekatan mekanika
kuantum dimana tingkah laku mikroskopik (perilaku partikel pembangun suatu
materi) dapat dijelaskan dengan benar dan tepat melalui teori peluang dan statistik.
Jika sebuah sistem makroskopik tersusun dari sejumlah besar elemen-elemen
yang identik maka tingkah laku yang mungkin dari elemen individual dapat
dipergunakan untuk meramalkan sifat-sifat sistem secara keseluruhan atau
sebaliknya siat-sifat sistem secara keseluruhan (makroskopik) dapat dipergunakan
untuk mengungkap perilaku yang mungkin dari elemen-elemen individual
(mikroskopik). Tugas mekanika statistik adalah membuat translasi dua arah antara
tingkah laku mikroskopik dan makroskopik dari sistem-sistem fisika, sedangkan
topik kajian termodinamika terbatas pada sifat-sifat sistem (makroskopik) yang
terpengaruh oleh perubahan suhu, tekanan dan parameter-parameter sejenis lainnya.
Pendekatan statistik mempunyai kaitan yang erat dengan termodinamika
dan teori kinetik. Untuk sistem-sistem partikel dimana energi partikel dapat
ditentukan dengan bantuan statistik, persamaan keadaan dan persamaan energi
suatu subtansi dapat diturunkan. Termodinamika statistik juga mengembangkan
interpretasi tambahan tentang konsep entropi. Berbeda dengan teori kinetik,
termodinamika, fisika statistik, mekanika statistik tidak tertarik mengkaji
molekul individual seperti tumbukan molekul-molekul dengan dinding kontainer,
tetapi mengkaji tingkah laku rata-rata dari sejumlah besar molekul, walaupun
tanpa informasi yang lengkap dari molekul-molekul tertentu. Metoda statistik
tidak hanya dapat diterapkan pada molekul-molekul, tapi juga pada foton, foton

1|Page
(ge1ombang elastik dalam zat padat) dan bahkan pada besaran-besaran mekanika
kuantum yang lebih abstrak seperti fungsi gelombang.
Energi dalam suatu sistem merupakan jumlah energi dari masing-masing
sistem yang tercakup di dalarnnya, seperti : energi kinetik, energi potensial dan
energi vibrasi. Sebagai contoh, energi internal dari sebatang besi mencakup energi
kinetik dari elektron konduksi, energi potensial dari atom-atom besi yang disebabkan
oleh interaksi dengan atom-atom sekitar dan energi kinetik vibrasi disekitar posisi
kesetimbangan.
1.2 Tujuan
Dengan mempelajari energi internal dalam fisika statistik, dapat diketahui
bahwa suatu sistem memiliki cakupan energi di dalamnya, energi disimpan
dalam bentuk energi kinetik dan energi potensial. Serta dapat menjelaskan cara
suatu sistem dapat menyimpan energi dalam bentuk energi potensial, energi
kinetik dan energi kinetik rotasi.
1.3 Manfaat
Dengan mempelajari energi internal, ilmu ini dapat diterapkan dalam
berbagai proses mekanisme untuk membantu manusia dalam menjalankan
kegiatannya. Mesin-mesin transportasi darat, laut, maupun udara merupakan
contoh yang sangat kita kenal dari mesin konversi energi, yang merubah energi
kimia dalam bahan bakar atau sumber energi lain menjadi energi mekanis dalam
bentuk gerak atau perpindahan diatas permukaan bumi, bahkan sampai di luar
angkasa.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Energi Internal

Sebelum diuraikan bahwa energi dihasilkan oleh kerja atau akibat beberapa
jenis gerakan. Molekul seperti yang lainnya, dapat bergerak hanya jika memiliki
energi. Sebab itu, sebuah benda yang mempunyai energi internal sebaik energi
eksternalnya. Mengingat benda mempunyai energi mekanik eksternal, maka
adanya kecepatan, posisi atau susunan yang berhubungan dengan beberapa
kondisi, juga memiliki energi internal sebagai hasil dari kecepatan, posisi dan
susunan molekul yang menyusun benda tersebut.
Molekul beberapa material memiliki dua energi yaitu energi kinetik dan
energi potensial. Energi internal total suatu zat adalah penjumlahan energi kinetik
dan energi potensial. Hubungan tersebut ditunjukkan oleh persamaan berikut:
U K +P (1.1)

Di mana :

U = Energi internal total

K = Energi kineti internal

P = energi potensial internal

Energi dalam (energy internal) (E) adalah total energi yang dikandung
dalam sebuah sistem dengan mengecualikan energi kinetik (Ek) pergerakan sistem
sebagai satu kesatuan dan energi potensial (Ep) sistem akibat gaya-gaya dari luar.
Oleh karena itu energi dalam bisa dirumuskan dengan persamaan selain pada
persamaan (1.1) yaitu E = Ek + Ep. Namun karena besar energi kinetik dan
energi potensial pada sebuah sistem tidak dapat diukur, maka besar energi dalam
sebuah sistem juga tidak dapat ditentukan, yang dapat ditentukan adalah besar

3|Page
perubahan energi dalam suatu sistem. Perubahan energi dalam dapat diketahui
dengan mengukur kalor (q) dan kerja (w), yang akan timbul bila suatu sistem
bereaksi. Oleh karena itu, perubahan energi dalam dirumuskan dengan
persamaan E = q – w.

Jika sistem menyerap kalor, maka q bernilai positif. Jika sistem


mengeluarkan kalor, maka q bernilai negatif. Jika sistem melakukan kerja, maka
w pada rumus tersebut bernilai positif. Jika sistem dikenai kerja oleh lingungan,
maka w bernilai negatif. Jadi bila suatu sistem menyerap kalor dari lingkungan
sebesar 10 kJ, dan sistem tersebut juga melakukan kerja sebesar 6 kJ, maka
perubahan energi dalam-nya akan sebesar 4 kJ. Perubahan energi dalam bernilai
0 jika jumlah kalor yang masuk sama besar dengan jumlah kerja yang dilakukan,
dan jika kalor yang dikeluarkan sama besar dengan kerja yang dikenakan pada
sistem. Artinya, tidak ada perubahan energi dalam yang terjadi pada sistem.dan
sop 2 botol bier 1 botol.

2.1.1 Energi Kinetik Internal


Energi kinetik internal adalah energi gerakan molekul atau
kecepatan molekul. Di mana energi panas mengalir ke dalam zat yang
menaikan energi kinetik internal dan kecepatan atau gerakan molekul juga
naik. Peningkatan kecepatan molekul selalu disertai oleh peningkatan
temperatur zat. Sebab itu, temperatur zat, dalam beberapa hal, adalah
diukur oleh rata-rata kecepatan molekul yang membungkus benda. Energi
kinetik yang besar dimiliki oleh molekul yang gerakannya sangat cepat,
yang paling panas dan zat yang memiliki internal energi yang besar.
Kemudian, jika internal energi kinetik dari zat diminimalisir oleh
penghilangan panas, maka gerakan molekul akan menurun atau
memperlambat dan temperatur zat akan turun.
Menurut teori kinetik, jika penghilangan panas kontinu sampai
energi kinetik internal zat berkurang sampai 0, temperatur zat akan turun

4|Page
sampai Nol Absolut (kira-kira – 460 oF) dan gerakan molekul akan
berhenti dititik awal.
“Sekarang diketahui bahwa energi tidak 0 pada nol absolute, ini
merupakan kekacauan (entropi) yang mana mengurangi nol. Panas kadang-
kadang didefinisikan sebagai “kekacauan energi”. Kedua energi dan
penurunan kekacauan sebagai penurunan temperatur. Penurunan kekacauan
yang cepat dari energi dan pengurangan nol sebelum energi mencapai nol.
2.1.2 Energi Potensial Internal
Energi potensial internal adalah energi molekul untuk memisahkan
atau menyusun. Merupakan energi molekul yang dimiliki dari hasil
posisinya dalam hubungan dengan yang lain. Tingkat pemisahan molekul
yang tinggi, tinggi pula energi potensial internalnya.
Ketika zat mengembang atau berubah bentuk fisiknya dengan
penambahan energi, penyusunan kembali molekul akan mengambil tempat
yang akan menaikan jarak diantara molekul. Oleh karena molekul dapat
menarik satu dari yang lain oleh gaya yang cenderung mendorong molekul
untuk menempel. Kerja internal harus diberikan agar molekul berubah lagi
melawan gaya tarik. Jumlah energi sama dengan jumlah kerja internal yang
harus dilakukan pada zat. Energi ini diset ke dalam zat yang akan menaikan
energi potensial internal. Energi yang disimpan diberikan oleh kenaikan
jarak antar molekul. Sumber dari energi ini adalah panas yang disuplai.
Ada hal penting untuk dimengerti bahwa dalam hal energi mengalir ke
dalam zat tidak mempunyai efek pada kecepatan molekul (energi kinetik
internal) hanya derajat pemisahan molekul (energi potensial internal yang
berpengaruh).

2.2 Derajat Kebebasan


Derajat kebebasan suatu sistem merupakan deskripsi formal dari parameter
yang berkontribusi untuk keadaan dari sistem fisika. Juga bisa didefinisikan

5|Page
sebagai suatu angka minimum yang diperlukan untuk menentukan koordinat
posisi suatu partikel atau sistem partikel. Dalam mekanika, partikel titik dapat
bergerak secara bebas tiga arah dalam ruang. Dengan demikian, momentum
suatu partikel terdiri atas tiga komponen, masing-masing disebut derajat
kebebasan. Suatu sistem terdiri atas N partikel bebas sehingga memiliki total
derajat kebebasan 3N. Demikian juga dalam mekanika statistik, derajat
kebebasan adalah angka skalar tunggal yang menggambarkan keadaan mikro
suatu sistem. Spesifikasi semua keadaan mikro sistem adalah suatu titik dalam
ruang fasa sistem. Derajat kebebasan yang digunakan tidak bergantung pada
variabel lain. Sebagai contoh, dalam model rantai ideal 3D, dua sudut yang
diperlukan untuk menjelaskan masing-masing orientasi monomor.
Contoh: Gas diatomik. Dalam ruang tiga dimensi, tiga derajat kebebasan
berkaitan dengan suatu mekanika partikel. Molekul gas diatomik memiliki 6
derajat kebebasan dalam bentuk translasi, rotasi, dan vibrasi molekul. Pergerakan
massa inti menyumbang 3 derajat kebebasan dan molekul meiliki satu vibrasi dan
dua rotasi sudut gerak. Rotasi terjadi disekitar dua sumbu yang saling tegak lurus
di antara dua atom. Rotasi disekitar ikatan atom-ato tidak dihitung. Untuk
molekul diatom menghasilkan:
3N  6  3  1  2
Untuk molekul dengan jumlah atom N > 2 N , dianggap memiliki 3 rotasi
derajat kebebasan.
3N  3  3  3N  6
Selain itu, menghitung derajat kebebasan dapat juga menggunakan nilai
minimum koordinat yang diperlukan untuk menentukan posisi. Hal ini dilakukan
sebagai berikut:
1. Untuk partikel tunggal diperlukan 2 koordinat pada bidang 2-D untuk
menentukan posisinya dan derajat kaebebasan pada bidang 3-D adalah 3.

6|Page
2. Untuk sistem yang terdiri atas 2 partikel (molekul diatomik) pada bidang 3-D
dengan jarak konstan (d) memiliki derajat kebebasan 5. Satu partikel memiliki
koordinat x1 , y1 , z1  dan koordinat lainnya x2  dan  y2 . Persamaan untuk

jarak antara 2 koordinat atom d  x2  x1 2   y2  y1 2  z 2  z1 2 diperoleh


nilai yang mengandung z 2  . (Catatan : x1 , x2 , y1 , y2 , z1 atau z 2 bisa aja tidak
diketahui.
Berlawanan dengan teorema equipartisi klasik, pada gerak vibrasi molekul
biasanya kapasitas suhu dapat diabaikan. Hal ini menyebabkan derajat kebebasan
dibekukan karena jarak antara energi nilai eigen melebihi energi yang sesuai
dengan suhu lingkungan (kT). Dalam tabel berikut derajat kebebasan diabaikan
karena efeknya yang kecil terhadap energi total. Namun, pada suhu yang sangat
tinggi derajat kebebasan tidak bisa diabaikan.
Manatomik Molekul Linear Non-linear Molekul
Posisi (x, y and z) 3 3 3
Rotasi (x, y and z) 0 2 3
Vibrasi 0 3N  5 3N  6
Total 3 3N 3N

Tiap-tiap cara masing-masing elemen dari sebuah sistem dapat menyimpan


energi, disebut derajat kebebasan. Tinjau atom-atom dalam zat padat, masing-
masing bervibrasi terhadap posisi kesetimbangan. Masing-masing atom dapat
1 1
menyimpan energi potensial (2 𝑘𝑟 2) dan energi kinetik (2 𝑚𝑣 2 ).

Dalam kasus 3D, ada tiga cara untuk menyimpan energi potensial dari atom-atom
pada zat padat.
1 2 1 2 1 2
EP  kx  ky  kz
2 2 2
dan tiga cara menyimpan kinetik translasi

7|Page
1 2 1 2 1 2
EP  kx  ky  kz
2 2 2
Jadi masing-masing atom mempunyai 6 derajat kebebasan dan untuk N atom
memberikan 6N derajat kebebasan.
Contoh lain adalah suatu molekul gas diatomik berada dalam ruang 3D.
Masing-masing molekul dapat bergerak bebas dalam 3D sehingga mempunyai
"tiga derajat kebebasan translasi". Jika p melambangkan momentum dari
molekus gas diatomik, maka
2 2 2
P Py P
ETranslasi  x   z
2m 2m 2m
Disamping bertranslasi, atom-atom juga dapat berotasi. Jika Iy dan Iz menyatakan
momen inersia dari molekul-molekul gas maka gas mempunyai "dua derajat
kebebasan rotasi".
2 2
Ly Lz
E Rotasi  
2I y 2I z

Akhirnya, molekul juga mempunyai "dua derajat kebebasan vibrasi". Jika px


melambangkan momentum sepanjang sumbu-x dan x adalah jarak antara dua
molekul, maka
2
P 1
EVibrasi  x  kx2
2m 2
Jadi molekul gas diatomik mempunyai 7 derajat kebebasan, yaitu : 3 derajat
kebebasan translasi, 2 derajat kebebasan rotasi, dan 2 derajat kebebasan vibrasi.
Untuk N molekul, gas ideal diatomik mempunyai 7N derajat kebebasan.
2.2.1 Derajat Kebebasan Independen
Derajat kebebasan terdiri x1 , ..., x N atas suatu sistem yang independen jika
N
energi assosiatif diatur bisa ditulis sebagai berikut: E   E i  X i  di mana E i
i 1

adalah fungsi dengan variabel tunggal X i . Contoh : jika X 1 dan X 2 memiliki 2


derajat kebebasan, dan E adalah energi assosiatif:

8|Page
 Jika E  X 41  X 24 , dengan dua derajat kebebasan yang independen.

 Jika E  X 41  X 1 X 2  X 24 , dengan dua derajat kebebasan yang tidak

independen. Istilah yang melibatkan produk X 1 dan X 2 adalah istilah kopling,


yang menggambarkan interaksi antara dua derajat kebebasan.

Pada termodinamika equilibrium, x1 , ..., x N semua statistik independen satu sama

lain. Untuk i dari 1 sampai N, dengan i derajat kebebasan X i didistribusikan


berdasarkan distribusi Boltzmann. Probability fungsi kerapatan mengikuti:

Ei

kB T
pi  X i  
e
Ei

 dX i e kB T

Pada bagian ini, seluruh artikel dengan tanda kurung menunjukkan mean rata-

rata jumlah. Energi internal sistem merupakan jumlah dari rata-rata energi
asosiatif untuk setiap derjat kebebasan

N
E   Ei
i 1

2.2.2 Derajat Kebebasan Kuadratik


Suatu derajat kebebasan X i adalah kuadratik apabila energi terkait dengan
derajat kebebasan, dapat ditulis sebagai
E   i X i2   i X i Y

di mana Y adalah kombinasi linear dari setiap derajat kebebasan kuadratik.


Contoh: jika X 1 dan X 2 adalah dua derajat kebebasan, dan E adalah energi
asosiatif:

9|Page
 Jika E  X 41  X 13 X 2  X 24 , dengan dua derajat kebebasan yang tidak
independen dan non-kuadratik.
 Jika E  X 41  X 24 , dengan dua derajat kebebasan yang independen and non-
quadratik.
 Jika E  X 12  X 1 X 2  2X 22 , dengan dua derajat kebebasan yang tidak
independen dan kuadratik.
 Jika E  X 12  2X 22 , dengan dua derajat kebebasan yang independen dan
kuadratik.

Sebagai contoh, dalam Newtonian mechanics, dynamics suatu sistem dengan


derajat kebebasan kuadratik diatur sehingga homogen persamaan differential
linear dengan koefisien konstan.
2.2.3 Derajat Kebebasan Independen dan Kuadratik
X 1 , ..., X N adalah derajat kebebasan kuadratik dan independen apabila
energi assosiatif untuk keadaan mikro suatu sistem bisa dipresentasikan sebagai
berikut:

N
E    i X i2
i 1

Pada batasan klasik mekanika statisti, pada equilibrium termodinamika, energi


internal dari suatu sistem N derajat kebebasan independen dan kuadratik adalah:

kBT
U E N
2

Disini, mean energi assosiatif dengan derajat kebebasan adalah:

10 | P a g e
 i x I2

 dX  X e kB T
2

E i   dX i  i X p X  
2 i i i
i i i  2
i xI

 dX e
T
kB
i

x2

 dx x
2 2
kBT e kBT
Ei  x2

2  2
 dx e 2

2.3 Teori Ekuipartisi Energi


Untuk mengamati keadaan gas tersebut, dapat dilakukan dengan dua cara,
yaitu cara makroskopis dan mikroskopis. Jika Anda mengamati keadaan suatu
gas dalam ruang tertutup berdasarkan besaran-besaran yang dapat dilihat atau
diukur secara langsung, Anda dikatakan melakukan pengamatan secara
makroskopis. Namun, jika pengamatan yang Anda lakukan berdasarkan pada
variabel atau besaran yang tidak dapat dilihat atau diukur secara langsung, Anda
dikatakan melakukan pengamatan secara mikroskopis.
2.2.1 Tinjauan Tekanan Secara Mikroskopis
Berdasarkan sifat-sifat gas ideal, Anda telah
mengetahui bahwa setiap dinding ruang tempat gas
berada, mendapat tekanan dari tumbukan partikel-
partikel gas yang tersebar merata di dalam ruang
tersebut. Cobalah Anda amati gerak satu partikel
yang berada di dalam ruang berbentuk kubus
dengan panjang rusuk kubus L. Massa partikel
tersebut adalah m dan kecepatan partikel menurut
arah sumbu -x dinyatakan sebagai vx (perhatikan Gambar 8.6). Jika partikel
gas ideal tersebut menumbuk dinding ruang, tumbukan yang terjadi adalah
tumbukan lenting sempurna. Oleh karena itu, jika kecepatan awal partikel saat
menumbuk dinding A adalah +vx, kecepatan akhir partikel setelah terjadinya

11 | P a g e
tumbukan dinyatakan sebagai - vx. Perubahan momentum (Δ px) yang dialami
partikel adalah Δ px= pakhir – pawal = -mvx - (mvx) = -2mvx.
Setelah menumbuk dinding A, partikel gas ideal tersebut menumbuk
dinding B. Demikian seterusnya, partikel gas tersebut akan bergerak
bolakbalik menumbuk dinding A dan dinding B. Dengan demikian, Anda
dapat menghitung selang waktu antara dua tumbukan yang terjadi pada
dinding A dengan persamaan
𝟐𝑳
Δt = 𝑽
𝒙

Pada saat partikel gas tersebut menumbuk dinding, partikel


memberikan gaya sebesar Fx pada dinding. Pada pelajaran mengenai
momentum, Anda telah mempelajari bahwa besarnya gaya yang terjadi pada
∆𝑝
peristiwa tumbukan sama dengan laju perubahan momentumnya (𝐹 = ).
∆𝑡

Dengan demikian, besar gaya Fx tersebut dapat diketahui sebagai berikut.


∆𝑝𝑥 2𝑚𝑣𝑥
Fx = = 2𝐿
∆𝑡
𝑣𝑥

𝑚𝑣𝑥 2
Fx = 𝐿

Jika di dalam ruang berbentuk kubus tersebut terdapat sejumlah N


partikel gas, yang kecepatan rata-rata seluruh molekul gas tersebut dinyatakan
dengan vx, gaya yang dialami dinding dinyatakan sebagai Ftotal. Dengan
𝑚𝑣𝑥 2
demikian, Persamaan Fx = dapat dinyatakan menjadi
𝐿
̅̅̅̅̅
𝑁𝑚𝑣 2
𝑥
Ftotal = 𝐿

Anda dapat mencari besarnya tekanan (p) yang dilakukan oleh gaya total
(Ftotal) yang dihasilkan oleh N partikel gas ideal tersebut pada dinding A.
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙
p= 𝐴

12 | P a g e
Oleh karena luas dinding adalah perkalian antara dua panjang rusuk
dinding tersebtu (A = L2) maka persamaan tekanan pada dinding dapat ditulis
dengan
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ̅̅̅̅̅
𝑁𝑚𝑣 2 ̅̅̅̅̅
𝑁𝑚𝑣 2
p= = 𝑥
= 𝑥
atau pV = 𝑁𝑚𝑣𝑥 2
𝐿2 𝐿3 𝑉

dengan :p = tekanan pada dinding, dan


V = volume ruang.
Dalam tinjauan tiga dimensi (tinjauan ruang), kecepatan rata-rata gerak
partikel merupakan resultan dari tiga komponen arah kecepatan menurut
sumbu –x (𝑣
̅̅̅),
𝑥 sumbu –y (𝑣
̅̅̅),,
𝑥 dan sumbu -z (𝑣
̅̅̅),
𝑥 yang besarnya sama.
Oleh karena itu, dapat dituliskan 𝑣̅ = ̅̅̅
𝑣𝑥 + ̅̅̅
𝑣𝑦 +𝑣̅𝑧 dengan ̅̅̅
𝑣𝑥 = ̅̅̅
𝑣𝑦 = 𝑣̅𝑧 . Jika
setiap komponen pada kedua ruas penamaan kecepatan tersebut dikuadratkan,
dapat dituliskan
̅̅̅
𝑣 2 = ̅̅̅̅
𝑣𝑥2 + ̅̅̅̅
𝑣𝑦2 + ̅̅̅̅
𝑣𝑧 2
̅̅̅̅
𝑣𝑥2 = ̅̅̅̅
𝑣𝑦2 = ̅̅̅̅
𝑣𝑧 2
sehingga diperoleh ̅̅̅ ̅̅̅̅
𝑣 2 = 3𝑣 𝑥
2

Dengan demikian, Persamaan pV = 𝑁𝑚𝑣𝑥 2 dapat diubah menjadi


1 ̅̅̅̅̅̅
2
pV = 3 N𝑚𝑣

atau
1 𝑁𝑚𝑣 2
p=3 𝑉

dengan : N = banyaknya partikel gas,


m = massa 1 partikel gas,
v = kecepatan partikel gas, dan
V = volume gas.

2.2.2 Hubungan Antara Tekanan Gas dan Energi Kinetik


1 ̅̅̅̅̅̅2 , Anda telah menyatakan hubungan antara
Pada Persamaan pV = N𝑚𝑣
3

besaran tekanan, volume, dan suhu (besaran makroskopis) suatu gas dengan

13 | P a g e
besaran mikroskopis (massa, jumlah, dan kecepatan) partikel gas tersebut. Dari
pelajaran sebelumnya, Anda juga telah mempelajari bahwa setiap benda yang
bergerak memiliki energi kinetik. Bagaimanakah hubungan antara ketiga variabel
makroskopis gas (tekanan, volume, dan suhu) terhadap energi kinetiknya?
𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ̅̅̅̅̅
𝑁𝑚𝑣 2 ̅̅̅̅̅
𝑁𝑚𝑣 2
𝑥 𝑥
Perhatikanlah kembali Persamaan p = = = dan
𝐿2 𝐿3 𝑉

1 𝑁𝑚𝑣 2 𝐹𝑡𝑜𝑡𝑎𝑙 ̅̅̅̅̅


𝑁𝑚𝑣 2 ̅̅̅̅̅
𝑁𝑚𝑣 2
𝑥 𝑥
Persamaan p = . Jika Persamaan p = = = dituliskan
3 𝑉 𝐿2 𝐿3 𝑉
𝑁𝑘𝑇 1 𝑁𝑚𝑣 2 1 𝑁𝑚𝑣 2
menjadi p= dan Persamaan p = 3 dituliskan sebagai p = 3 maka
𝑉 𝑉 𝑉

dapat diturunkan persamaan


𝑁𝑘𝑇 1 𝑁𝑚𝑣 2
p= =3
𝑉 𝑉

2.2.3
𝟏
mv2 = kT
𝟐

1 𝟏
Oleh karena EK = mv2 maka Persamaan 𝟐mv2 = kT dapat dituliskan
2
2 1
menjadi 3 (2 𝑚𝑣 2 ) = kT sehingga diperoleh
𝟐
Ek = kT
𝟑

Atau
𝟑
Ek = 𝟐 kT

𝟑
Dari Persamaan Ek = 𝟐 kT Anda dapat menyatakan bahwa energi kinetik

gas berbanding lurus dengan temperaturnya. Jadi, jika temperatur gas naik,
energi kinetiknya akan membesar. Demikian juga sebaliknya, jika suhu gas
turun, energi kinetiknya akan mengecil.
3
Jika energi kinetik Persamaan Ek = kT dituliskan sebagai EK =
2
1 1
3(2 𝑘𝑇), besaran 2kT disebut juga sebagai derajat kebebasan gas. Apakah derajat

14 | P a g e
kebebasan gas itu? Derajat kebebasan berhubungan dengan kebebasan partikel
gas untuk bergerak di dalam ruang. Jadi, jika energi kinetik suatu gas dinyatakan
3
sebagai 2kT, Anda dapat mengatakan bahwa gas tersebut memiliki 3 derajat

kebebasan menurut sumbu -x, sumbu -y, dan sumbu -z. Derajat kebebasan ini
berlaku untuk gas monoatomik, seperti Helium (He), Argon (Ar), dan Neon (Ne).
Semakin tinggi suhu suatu gas, energi kinetiknya akan semakin besar. Secara
fisis, meningkatnya energi kinetik gas tersebut berhubungan dengan
meningkatnya jumlah derajat kebebasan yang dimilikinya. Pada gas-gas
3
diatomik, seperti H2, N2, dan O2, energi kinetiknya pada suhu rendah adalah 2kT,
5 7
pada suhu sedang 2kT, dan suhu tinggi 2kT.

2.4 Hukum I Termodinamika


Hukum ini terkait dengan kekekalan energi. Hukum ini menyatakan
perubahan energi dalam dari suatu sistem termodinamika tertutup sama dengan
total dari jumlah energi kalor yang disuplai ke dalam sistem dan kerja yang
dilakukan terhadap sistem. Hukum pertama termodinamika adalah konservasi
energi. Secara singkat, hukum tersebut menyatakan bahwa energi tidak dapat
diciptakan dan tidak dapat dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah dari bentuk
yang satu ke bentuk yang lainnya.
Jika suatu gas dengan volume tetap dipanaskan, maka suhu gas bertambah.
Akibat kenaikan suhu ini, molekul-molekul gas bergerak lebih cepat yang
mengakibatkan tumbukan antara molekul dengan dinding lebih banyak.
Tumbukan ini menyebabkan tekanan gas bertambah. Selain tekanan yang
bertambah besar, energi kinetik gas juga meningkat. Dengan pertambahan energi
kinetik berarti energi dalam gas juga bertambah. Untuk menaikkan suhu gas,
sehingga mempunyai suhu tertentu, diperlukan sejumlah kalor (Q). Jika sejumlah
kalor ditambahkan pada sistem, maka energi kalor akan digunakan untuk

15 | P a g e
melakukan usaha. Namun, tidak semua energi kalor digunakan untuk usaha. Jadi,
jumlah kalor yang diterima sistem digunakan untuk menambah energi dalam
sistem dan untuk melakukan usaha. Pemberian kalor pada suatu sistem, akan
menambah energi dalam sistem (U). Banyaknya kalor yang diperlukan untuk
menaikkan energi dalam sebesar ∆U dan melakukan usaha sebesar W dapat
dicari dengan persamaan :
Q  U  W
Keterangan:
∆U = perubahan energi dalam sistem (J)
Q = jumlah kalor yang ditambahkan (J)
W = usaha yang dilakukan sistem (J)
Persamaan tersebut merupakan rumusan Hukum I Termodinamika yang
digunakan apabila sistem menerima kalor dari lingkungan (Q bernilai positif) dan
sistem melakukan usaha (W bernilai positif). Namun, bagaimanakah jika sistem
memberikan kalor kepada lingkungan dan pada sistem dilakukan usaha (sistem
menerima usaha dari lingkungan)? Untuk mencari energi dalam sistem
menggunakan hukum termodinamika I, kita mengikuti perjanjian sebagai berikut.
a. Jika sejumlah kalor ditambahkan pada sistem (kalor memasuki sistem), maka
Q bernilai positif (+Q). Sementara, jika sejumlah kalor dikurangi (kalor keluar
dari sistem), maka Q bernilai negatif (-Q).
b. Jika sistem melakukan usaha, W bernilai positif (+W). Sementara jika pada
sistem dilakukan usaha (sistem menerima usaha), W bernilai negatif (-W).
Energi internal bersifat kekal dan tidak dapat dimusnahkan dan tidak pula
diciptakan. Energi internal dapat berubah dari suatu bentuk ke bentuk lain. Ada
tiga cara untuk mengubah energi internal, yaitu:
1. Dengan menambah atau mengambil kalor dari sistem.
2. Dengan melakukan kerja pada sistem atau sistem melakukan kerja pada
lingkungan.
3. Dengan menambah atau mengambil partikel dari sistem.

16 | P a g e
Jika dE menyatakan perubahan energi internal dari sistem, dQ adalah
jumlah kalor yang ditambahkan pada sistem, dW adalah kerja yang dilakukan
pada sistem dan dN adalah perubahan (penambahan) partikel pada sistem, maka
hukum pertama termodinamika dapat ditulis
dE = dQ + dW + μdN
dimana μ adalah potensial kimia. Perlu diperhatikan bahwa dE adalah diferensial
eksak sehingga nilainya bergantung pada keadaan awal dan akhir proses.
Sedangkan dQ dan dW adalah diderensial tak eksak sehingga nilainya
bergantung kepada jalannya proses.
2.4.1 Penerapan Hukum I Termodinamika Pada Beberapa Proses
Perubahan energi dalam ΔU tidak bergantung pada proses bagaimana
keadaan sistem berubah, tetapi hanya bergantung pada keadaan awal dan keadaan
akhir sistem tersebut. Kita telah mengetahui bahwa proses-proses dalam
termodinamika terbagi atas empat jenis, yaitu isotermal, isokhorik, isobarik, dan
adiabatik. Perubahan energi dalam terjadi pada setiap proses tersebut dijelaskan
sebagai berikut.
a. Proses Isotermal
Kita telah memahami bahwa proses isotermal merupakan suatu proses
yang terjadi dalam sistem pada suhu tetap. Besar usaha yang dilakukan sistem
proses isotermal ini adalah W = nRT In (V2/V1). Oleh karena ΔT = 0, menurut
Teori Kinetik Gas, energi dalam sistem juga tidak berubah (ΔU = 0) karena
perubahan energi dalam bergantung pada perubahan suhu. Ingatlah kembali
persamaan energi dalam gas monoatomik yang dinyatakan dalam persamaan
ΔU = 3/2 nRΔT yang telah dibahas.
Dengan demikian, persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk
proses isotermal ini dapat dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W = 0 + W
Q = W = nR T ln (V2/V1)
b. Proses Isokhorik

17 | P a g e
Dalam proses isokhorik perubahan yang dialami oleh sistem berada
dalam keadaan volume tetap. Kita telah memahami bahwa besar usaha pada
proses isokhorik dituliskan W = pΔV = 0. Dengan demikian, persamaan
Hukum Pertama Termodinamika untuk proses ini dituliskan sebagai
Q = ΔU + W = ΔU + 0
Q = ΔU = U2 - U1
Dari Persamaan kita dapat menyatakan bahwa kalor yang diberikan
pada sistem hanya digunakan untuk mengubah energi dalam sistem tersebut.
Jika persamaan energi dalam untuk gas ideal monoatomik disubstitusikan ke
dalam Persamaan diatas, didapatkan perumusan Hukum Pertama
Termodinamika pada proses isokhorik sebagai berikut.
Q = ΔU = 3/2 nR ΔT, atau Q = U2 - U1 = 3/2 nR (T2 —T1)
c. Proses Isobarik
Jika gas mengalami proses isobarik, perubahan yang terjadi pada gas
berada dalam keadaan tekanan tetap. Usaha yang dilakukan gas dalam proses
ini memenuhi persamaan W = P ΔV = p(V2 – V1). Dengan demikian,
persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk proses isobarik dapat
dituliskan sebagai berikut.
Q = ΔU + W
Q = ΔU + p(V2 – V1)
Untuk gas ideal monoatomik, Persamaan diatas dapat dituliskan sebagai :
Q = 3/2 nR (T2 —T1) + p (V2 – V1)
d. Proses adiabatic
Dalam pembahasan mengenai proses adiabatik, Kita telah mengetahui
bahwa dalam proses ini tidak ada kalor yang keluar atau masuk ke dalam
sistem sehingga Q = 0. Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk
proses adiabatik ini dapat dituliskan menjadi
Q = ΔU + W
0 = ΔU + W, atau, W = - ΔU = - (U2 - U1)

18 | P a g e
Berdasarkan Persamaan tersebut, Kita dapat menyimpulkan bahwa usaha
yang dilakukan oleh sistem akan mengakibatkan terjadinya perubahan energi
dalam sistem di mana energi dalam tersebut dapat bertambah atau berkurang
dari keadaan awalnya. Persamaan Hukum Pertama Termodinamika untuk gas
ideal monoatomik pada proses adiabatik ini dituliskan sebagai :
W = - ΔU = - 3/2 nR (T2 —T1)

19 | P a g e
BAB III
KESIMPULAN

3.1 Kesimpulan
1. Energi dalam (energy internal) (E) adalah total energi yang dikandung dalam
sebuah sistem dengan mengecualikan energi kinetik (Ek) pergerakan sistem
sebagai satu kesatuan dan energi potensial (Ep) sistem akibat gaya-gaya dari
luar.
2. Derajat kebebasan suatu sistem merupakan deskripsi formal dari parameter
yang berkontribusi untuk keadaan dari sistem fisika. Juga bisa didefinisikan
sebagai suatu angka minimum yang diperlukan untuk menentukan koordinat
posisi suatu partikel atau sistem partikel.
3. Jumlah energi yang disimpan dalam semua derajat kebebasan adalah sama,
Ini disebut teori ekuipartisi.
4. Hukum pertama termodinamika adalah konservasi energi. Secara singkat,
hukum tersebut menyatakan bahwa energi tidak dapat diciptakan dan tidak
dapat dimusnahkan tetapi hanya dapat berubah dari bentuk yang satu ke
bentuk yang lainnya.

20 | P a g e
DAFTAR PUSTAKA

Fauzi, Ahmad. 2014. Handout Fisika Statistik. Padang: Jurusan Fisika Fakultas dan
Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Padang.

Ricky E, Ega T, 2012. Bahan Ajar Teknik Refrigerasi. Fakultas Pendidikan


Teknologi dan Kejuruan UPI.

From, http://www.e-sbmptn.com/2014/09/contoh-soal-dan-pembahasan-fisika.html

From, http://perpustakaancyber.blogspot.com/2013/03/usaha-dan-proses-dalam
termodinamika-hukum-termodinamika-1-2-dan-3-rumus-contoh-soal-kunci
jawaban.html

21 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai