Acute Decompensated Heart Failure (ADHF) merupakan gagal jantung akut yang
didefinisikan sebagai serangan yang cepat dari gejala atau tanda akibat fungsi jantung yang
abnormal. Disfungsi ini berupa disfungsi sistolik maupun diastolik, abnormalitas irama
jantung, atau ketidakseimbangan preload dan afterload. ADHF dapat merupakan serangan
baru tanpa kelainan jantung sebelumnya, atau dapat merupakan dekompensasi dari gagal
jantung kronik (chronic heart failure) yang telah dialami sebelumnya. ADHF muncul bila
cardiac output tidak dapat memenuhi kebutuhan metabolisme tubuh (Putra, 2012).
Menurut Kirk (2006), Tipe pasien ADHF terdiri dari ADHF normotensif, hipertensi, dan
hipotensi. Pasien ADHF normotensif memiliki tekanan darah sistolik berkisar antara 90-140
mmHg dengan dispnea dan edema perifer yang sering timbul secara bertahap (hari/minggu).
Pada pasien ADHF normotensif, rales and pulmonary edema mungkin ada atau tidak ada.
Data ADHERE untuk pasien ADHF hipertensi, menunjukkan 50% pasien memiliki tekanan
darah sistolik >140 mmHg. Pasien ADHF hipertensi lebih sering wanita, lansia, dan yang
mengalami disfungsi diastolik dengan fungsi ventrikel kiri yang relative terjaga. Gejala
pasien ADHF hipertensi berupa dispnea dan edema paru akut yang umumnya terjadi tiba-
tiba. Pasien ADHF hipotensi biasanya memiliki hipoperfusi organ akhir (perubahan status
mental, ekstremitas dingin, output urin yang buruk) selain pulmonary congestion. Pasien
ADHF hipotensi memiliki tekanan darah sistolik <90 mmHg yang biasanya memiliki curah
jantung yang rendah tapi dapat mengikuti rangkaian syok kardiogenik hingga gagal jantung
dengan kompensasi yang cukup baik. Pasien ADHF hipotensi terhitung hanya 3% dari
populasi ADHERE, ini dikaitkan dengan tingkat kematian di rumah sakit yang sangat tinggi
mendekati 30%.
Menurut ESC Guidelines for the diagnosis and treatment of acute and chronic heart
failure 2012, faktor pencetus dan penyebab gagal jantung akut yaitu :
Indeks jantung (CI) menunjukkan tingkat perfusi; pasien dikarakterisasi sebagai "hangat"
atau "dingin" tergantung pada adanya hipoperfusi. CI <2,2 L/menit/m2 diklasifikasi "dingin"
yang mengindikasikan hipoperfusi. Tanda dan gejala yang konsisten dengan hipoperfusi
meliputi kelelahan, hipotensi, ekstremitas dingin, penurunan fungsi ginjal, dan perubahan
status mental. Pulmonary Capillary Wedge Pressure (PCWP) menunjukkan status cairan.
Pasien diklasifikasikan sebagai "kering" atau "basah" tergantung pada adanya edema dengan
PCWP> 18 mmHg. Tanda dan gejala volume berlebih termasuk batuk, dispnea, dispnea
nokturnal paroksismal, peningkatan tekanan vena jugularis, edema perifer, asites,
hepatomegali, dan splenomegaly (Galdo, dkk., 2013).
DAFTAR PUSTAKA
Galdo, J. A., A. R., Riggs, dan A. L. Morris. 2013. Acute decompensated heart failure. US
Pharmacist, 38(2), HS-2.
Putra, Semara. 2012. Asuhan Keperawatan pada Pasien ADHF. Jakarta : ECG.