Anda di halaman 1dari 9

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa yang telah memberikan
segala berkat, rahmat, karunia, kemudahan dan kelancaran-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah “Alkaloid”
Makalah ini telah dibuat dengan beberapa bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh karena itu,
penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah
membantu dalam penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa dalam makalah ini masih banyak kekurangan. Oleh karena itu,
diharapkan kritik dan saran , komentar , serta masukan yang membangun untuk perbaikan
makalah ini sangat penulis harapkan. Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi seluruh
pembaca dan juga penulis khususnya.

Manado, 21 Mei 2018

Penyusun
Ni Made Dadiani
I. Pendahuluan
1.1 Latar belakang
Senyawa kimia terutama senyawa organik hasil metabolisme dapat dibagi dua yaitu yang
pertama senyawa hasil metabolisme primer, contohnya karbohidrat, protein, lemak, asam
nukleat, dan enzim. Senyawa kedua adalah senyawa hasil metabolisme sekunder, contohnya
terpenoid, steroid, alkaloid dan flavonoid.
Berdasarkan penelitian yang telah dilakukan terdahulu, senyawa yang berperanan sebagai
obat dalam tumbuhan adalah senyawa alkaloid. Dalam praktek medis kebanyakan alkaloid
mempunyai nilai tersendiri, disebabkan oleh sifat farmakologi dan kegiatan fisiologinya yang
menonjol sehingga dipergunakan luas dalam bidang pengobatan. Manfaat alkaloid dalam
bidang kesehatan antara lain adalah untuk memacu sistem saraf, menaikkan atau menurunkan
tekanan darah dan melawan infeksi mikrobia.
Sebagian besar alkaloid terdapat pada tumbuhan dikotil sedangkan untuk tumbuhan
monokotil dan pteridofita mengandung alkaloid dengan kadar yang sedikit. Selanjutnya dalam
Meyer’s Conversation Lexicons tahun 1896 dinyatakan bahwa alkaloid terjadi secara
karakteristik di dalam tumbuh- tumbuhan, dan sering dibedakan berdasarkan kereaktifan
fisiologi yang khas. Alkaloida adalah senyawa yang mempunyai struktur heterosiklik yang
mengandung atom N didalam intinya dan bersifat basa, karena itu dapat larut dalam asam-asam
serta membentuk garamnya, dan umumnya mempunyai aktifitas fisiologis baik terhadap
manusia ataupun hewan.
Senyawa ini terdiri atas karbon, hidrogen, dan nitrogen, sebagian besar diantaranya
mengandung oksigen. Sesuai dengan namanya yang mirip dengan alkali (bersifat basa)
dikarenakan adanya sepasang elektron bebas yang dimiliki oleh nitrogen sehingga dapat
mendonorkan sepasang elektronnya. Kesulitan mendefinisikan alkaloid sudah berjalan
bertahun-tahun.
Dari segi biogenetik, alkaloid diketahui berasal dari sejumlah kecil asam amino yaitu
ornitin dan lisin yang menurunkan alkaloid alisiklik, fenilalanin dan tirosin yang menurunkan
alkaloid jenis isokuinolin, dan triptofan yang menurunkan alkaloid indol, Reaksi utama yang
mendasari biosintesis senyawa alkaloid adalah Reaksi Mannich antara suatu aldehida dan suatu
amin primer dan sekunder, dan sutu enol atau fenol. Biosintesis alkaloid juga melibatkan reaksi
rangkap oksidatif fenol dan metilasi. Jalur poliketida dan jalur mevalonat juga ditemukan
dalam biosintesis alkaloid.
Kayu Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) atau dikenal dengan nama Bulian merupakan
salah satu jenis tumbuhan asli Indonesia yang penyebarannya terbatas. Sebagai jenis tumbuhan
asli Indonesia, Ulin telah lama dikenal memiliki mutu yang tinggi, tahan terhadap serangan
rayap dan berbagai kondisi alam, namun daya regenerasi dan pertumbuhannya sangat lambat.
Semakin gencarnya permintaan akan kebutuhan kayu Ulin maka keberadaan jenis ini di hutan
alam mulai terancam. Saat ini pemerintah Kalimantan Selatan telah menggalakkan penanaman
kayu Ulin pada hutan tanaman.
1.2 Rumusan masalah
a. Apa yang dimaksud dengan alkaloid?
b. Jelaskan klasifikasi dari alkaloid!
c. Sebutkan sifat-sifat dari alkaloid!
d. Apa itu tanaman bulian?
1.3 Tujuan
a. Untuk mengetahui apa itu alkaloid.
b. Untuk mengetahui dan memahami klasifikasi dari senyawa alkaloid.
c. Untuk mengetahui sifat-sifat dari senyawa alkaloid.
d. Untuk mengetahui tentang tanaman bulian.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Pengertian Alkaloid

Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada
umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek fisiologis kuat terhadap manusia.
Kegunaan senyawa alkaloid dalam bidang farmakologi adalah untuk memacu sistem syaraf,
menaikkan tekanan darah, dan melawan infeksi mikrobial (Pasaribu, 2009).

2.2 klasifikasi alkaloid

Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida
dinyatakan dengan nama trivial , misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir semua nama
trivial ini berakhiran ini yang mencirikan alkaloida.

Klasifikasi alkaloida dapat dilakukan berdasarkan beberapa cara yaitu :


1. Berdasarkan jenis cincin heterosiklik nitrogen yang merupakan bagian dari struktur
molekul. Berdasarkan hal tersebut, maka alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis
seperti alkaloida pirolidin, alkaloida piperidin, alkaloida isokuinolin, alkaloida kuinolin
dan alkaloida indol.
2. Berdasarkan jenis tumbuhan darimana alkaloida ditemukan. Cara ini digunakan untuk
menyatakan jenis alkaloida yang pertama-tama ditemukan pada suatu jenis tumbuhan.
Berdasarkan cara ini, alkaloida dapat dibedakan atas beberapa jenis yaitu alkaloida
tembakau, alkaloida amaryllidaceae, alkaloida erythrine dan sebagainya. Cara ini
mempunyai kelemahan yaitu : beberapa alkaloida yang berasal dari suatu tumbuhan
tertentu dapat mempunyai struktur yang berbeda-beda.
3. Berdasarkan asal-usul biogenetik. Cara ini sangat berguna untuk menjelaskan hubungan
antara berbagai alkaloida yang diklasifikasikan berdasarkan berbegai jenis cincin
heterosiklik. Dari biosintesa alkaloida, menunjukkan bahwa alkaloida berasal dari hanya
beberapa asam amino tertentu saja. Berdasarkan hal tersebut maka alkaloida dapat
dibedakan atas tiga jenis utama yaitu :
a. Alkaloida alisiklik yang berasal dari asam-asam amino ornitin dan lisin
b. Alkaloida aromatik jenis fenilalanin yang berasal dari fenil alanin, tirosin dan 3,4-
dihidrofenilalanin
c. Alkaloida aromatik jenis indol yang berasal dari triptopan.
Sebagian besar alkaloida mempunyai kerangka dasar polisiklik termasuk cincin
heterosiklik nitrogen serta mengandung substituen yang tidak terlalu bervariasi. Atom nitrogen
alkaloida hampir selalu berada dalam bentuk gugus amin (-N) atau gugus amida (-CO-NR2) dan
tidak pernah dalam bentuk gugus nitro (NO2) atau gugus diazo. Sedang substituen oksigen
biasanya ditemukan sebagai gugus fenol (-OH), metoksil (-OCH3) atau gugus metilendioksi (-
O-CH2-O). Substituen-substituen oksigen ini dan gugus N-metil merupakan ciri sebagian besar
alkaloida. Pada alkaloida aromatik terdapat suatu pola oksigenasi tertentu. Pada senyawa-
senyawa ini gugus fungsi oksigen ditemukan dalam posisi para atau posisi para dan meta dari
cincin aromatik.

Sistem klasifikasi yang paling banyak diterima adalah menurut Hegnauer, dimana
alkaloida dikelompokkan atas :

1. Alkaloida Sesungguhnya
Alkaloida ini merupakan racun, senyawa tersebut menunjukkan aktivitas fisiologis
yang luas, hampir tanpa terkecuali bersifat basa, umumnya mengandung nitrogen dalam
cincin heterosiklik, diturunkan dari asam amino, biasanya terdapat dalam tanaman sebagai
garam asam organik. Beberapa pengecualian terhadap aturan tersebut adalah kolkhisin
dan asam aristolokhat yang bersifat bukan basa dan tidak memiliki cincin heterosiklik dan
alkaloida quarterner yang bersifat agak asam daripada bersifat basa.
2. Protoalkaloida
Protoalkaloida merupakan amin yang relatif sederhana dimana nitrogen asam
amino tidak terdapat dalam cincin heterosiklik. Protoalkaloida diperoleh berdasarkan
biosintesa dari asam amino yang bersifat basa. Pengertian amin biologis sering digunakan
untuk kelompok ini.
3. Pseudoalkaloida
Pseudoalkaloida tidak diturunkan dari prekursor asam amino. Senyawa ini
biasanya bersifat basa. Ada dua seri alkaloida yang penting dalam kelompok ini yaitu
alkaloida steroidal dan purin.
4. Alkaloida golongan aforfin, yaitu alkaloida yang mengandung inti aporfin dalam struktur
kimianya. Contoh : Boldin pada tumbuhan (peumus boldus).

Metoda klasifikasi alkaloid yang paling banyak digunakan adalah berdasarkan struktur
nitrogen yang dikandungnya yaitu:
1. Alkaloid heterosiklis, merupakan alkaloid yang atom nitrogennya berada dalam cincin
heterosiklis. Alkaloid ini dibagi menjadi: alkaloid pirolidin, alkaloid indol, alkaloid
piperidin, alkaloid piridin, alkaloid tropan, alkaloid histamin, imidazol dan guanidin,
alkaloid isokuinolin, alkaloid kuinolin, alkaloid akridin, alkaloid kuinazolin, alkaloid
izidin.
2. Alkaloid dengan nitrogen eksosiklis dan amina alifatis, seperti efedrina.
3. Alkaloid putressin, spermin dan spermidin, misalnya pausina.
4. Alkaloid peptida merupakan alkaloid yang mengandung ikatan peptida.
5. Alkaloid terpena dan steroidal, contohnya funtumina.

2.3 Beberapa sifat dari alkaloid yaitu : (4)


1. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino.
2. Umumnya berupa Kristal atau serbuk amorf.
3. Alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin dan spartein.
4. Dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida atau dalam bentuk
garamnya.
5. Umumnya mempunyai rasa yang pahit.
6. Alkaloid dalam bentuk bebas tidak larut dalam air, tetapi larut dalam kloroform, eter dan
pelarut organik lainnya yang bersifat relative non polar.
7. Alkaloid dalam bentuk garamnya mudah larut dalam air.
8. Alkaloid bebas bersifat basa karena adanya pasangan elektron bebas pada atom N-nya.
Alkaloid dapat membentuk endapan dengan bentuk iodide dari Hg, Au dan logam berat
lainnya (dasar untuk identifikasi alkaloid).

2.4 Tanaman Bulian

Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) yang dikenal juga dengan nama kayu besi borneo,
belian (Kalimantan), bulian ataupun onglen (Sumatera), merupakan salah satu pohon penyusun
hutan tropika basah yang tersebar di Sumatera Bagian Selatan, Kepulauan Bangka Belitung dan
hampir seluruh wilayah Kalimantan. Kayu ini mempunyai serat lurus dan termasuk kayu kelas I
dalam hal kekuatan dan keawetannya. Pohon Ulin pada umumnya memiliki diameter batang
sampai 100 cm bahkan kadang-kadang bisa mencapai 150 cm, sedangkan tinggi pohon sampai
35 m. Batang pohon Ulin biasanya tumbuh lurus dan berbanir sampai tinggi 4 m. Kulit luar
berwarna coklat kemerahan sampai coklat tua, memiliki tebal 2-9 cm. Kayu teras berwarna
coklat kehitaman sedangkan kayu gubal berwarna coklat kekuningan dengan tebal 1-5 cm,
permukaan kayu licin dan mengkilap (Martawijaya et al. 1989).
Kayu Ulin tahan terhadap serangan rayap dan serangga penggerek, karena mempunyai zat
ekstraktif eusiderin turunan dari phenolic yang beracun (Syafii 1987). Kayu Ulin memiliki kelas
awet dan kelas kuat I. Oleh karena itu, jenis ini banyak digunakan untuk konstruksi berat,
konstruksi di laut, jembatan, bantalan rel kereta api, perkapalan, dan perabot di luar rumah
(Pandit & Kurniawan 2008).
III. PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Alkaloid merupakan suatu basa organik yang mengandung unsur Nitrogen (N) pada
umumnya berasal dari tanaman, yang mempunyai efek fisiologis kuat terhadap
manusia.
2. Alkaloida tidak mempunyai tatanam sistematik, oleh karena itu, suatu alkaloida
dinyatakan dengan nama trivial , misalnya kuinin, morfin dan stiknin. Hampir
semua nama trivial ini berakhiran ini yang mencirikan alkaloida.
3. Mengandung atom nitrogen yang umumnya berasal dari asam amino, umumnya
berupa Kristal atau serbuk amorf, alkaloid yang berbentuk cair yaitu konini, nikotin
dan spartein, dalam tumbuhan berada dalam bentuk bebas, dalam bentuk N-oksida
atau dalam bentuk garamnya, umumnya mempunyai rasa yang pahit.
4. Ulin (Eusideroxylon zwageri T. et B.) yang dikenal juga dengan nama kayu besi
borneo, belian (Kalimantan), bulian ataupun onglen (Sumatera), merupakan salah
satu pohon penyusun hutan tropika basah yang tersebar di Sumatera Bagian Selatan,
Kepulauan Bangka Belitung dan hampir seluruh wilayah Kalimantan.
DAFTAR PUSTAKA

Achmad. S.A. 1986. Kimia Organik Bahan Alam. Universitas Terbuka : Jakarta

Boettcher.C. et all. 2005. How human neuroblastoma cells make morphine. PNAS : New York

Hendrix, et al. 2008. Amino Acids. Redmond, WA: New York

Hutapea, Johny Ria. 2000. Inventaris Tanaman Obat Indonesia Jilid 1. Badan Penelitian dan

Pengembangann Kesehatan. Departemen Kesehatan Republik Indonesia: Jakarta.

Raina MH. 2011. Ensiklopedia Tanaman Obat Untuk Kesehatan. Absolut : Yogyakarta

Robbers.J.E., et al. 1996. Pharmacognosy and Pharmaco-biotechnology. PNAS : New York

Utami, Prapti. 2003. Tanaman Obat Untuk Mengatasi Diabetes Mellitus. Agromedia: Jakarta.

Widi, Restu Kartiko et al. , 2007. Penjaringan dan Identifikasi Senyawa Alkaloid dalam Batang

Kayu Kuning (Arcangelisia Flava Merr). Jurnal ILMU DASAR, Vol. 8 No. 1

Pandit IKN, Kurniawan D. 2008. Anatomi Kayu: Struktur Kayu, Kayu Sebagai Bahan Baku dan

Ciri Diagnostik Kayu Perdagangan Indonesia. Fakultas Kehutanan Institut Pertanian Bogor:

Bogor.

Anda mungkin juga menyukai