Anda di halaman 1dari 11

PENGARUH EKSTRAK DAUN PEGAGAN (Centella asiatica)

TERHADAP SIKLUS ESTRUS MENCIT (Mus musculus L) DAN


SUMBANGANNYA TERHADAP PEMBELAJARAN BIOLOGI SMA

Verly Tria Darma, Lucia Maria Santoso, Riyanto


Universitas Sriwijaya
e-mail : verlytriadarma@ymail.com

Abstract: The aimed of this study is to analyze the effect of Pegagan leaf extract to the estrous
cycle of mice. The method was implemented is the experimental method of Randomized
Complete Design ( RCD), which used twenty four female mice. The study consisted three
group of treatment with eight replications. Treatment for the provision of Pegagan leaf extract
with doses of 0 mg / 10 g body weight (BW) , 2 mg / 10 g BW , and 8 mg / 10 g BW. Pegagan
leaf extract given to the mice by gavage for 3 days. Parameters measured were cytological
picture of vaginal smears and the duration of the estrous cycle in the female mice. Total
average length of the estrous cycle in mice P0 , P1 and P2 were 4.5 days, 5.75 days, and 4.62
days. The results showed that the leaf extract of Pegagan with a dose of 2 mg / 10 g BW
maximum increase the duration of estrus cycle time in mice. The increasing of the estrous cycle
time because of the phase proestrus and estrus of the mice experienced an increasing of time.
The results of the studywere expected to be an additional material as well as additional
information on the Learning Sciences School (SMA) X class the second semester on Subject
Matter Kingdom Plantae basic competency 3.3 of Describing Characteristics Divisio in the
World of Plants and Role for Survival on earth.

Keywords : estrous cycle, mice (Mus musculus L), ovulation , pegagan (Centella asiatica).

Abstrak: Penelitian yang telah dilakukan ini bertujuan untuk menganalisa pengaruh ekstrak
daun pegagan terhadap siklus estrus mencit. Metode yang dilaksanakan adalah metode
eksperimen dengan Rancangan Acak Lengkap (RAL) yang menggunakan 24 ekor mencit
betina. Penelitian ini terdiri dari tiga kelompok perlakuan dengan delapan ulangan. Perlakuan
berupa pemberian ekstrak daun pegagan dengan dosis 0 mg/10 g BB, 2 mg/10 g BB, dan 8
mg/10 g BB. Ekstrak daun pegagan diberikan pada mencit secara gavage selama 3 hari.
Parameter yang diamati adalah gambaran sitologis apusan vagina dan lama waktu siklus estrus
pada mencit betina. Jumlah rata-rata lama siklus estrus mencit P0, P1, dan P2 adalah 4.5 hari,
5.75 hari, dan 4.62 hari. Hasil penelitian menunjukkan bahwa ekstrak daun pegagan dengan
dosis 2 mg/10 g BB paling maksimal dalam meningkatkan lama siklus estrus mencit.
Meningkatnya lama siklus estrus terjadi karena pada fase proestrus dan fase estrus mencit
mengalami peningkatan waktu. Hasil penelitian yang telah dilakukan ini diharapkan dapat
menjadi materi tambahan serta informasi tambahan pada Pembelajaran Biologi di Sekolah
Menengah Atas (SMA) kelas X semester II pada Materi Pokok Kingdom Plantae Kompetensi
Dasar 3.3 tentang Mendeskripsikan Ciri-Ciri Divisio dalam Dunia Tumbuhan dan Peranannya
bagi Kelangsungan Hidup di Bumi.
Kata kunci : siklus estrus, mencit (Mus musculus L), ovulasi, pegagan (Centella asiatica).

Pendahuluan sampai dengan 150 famili tumbuh-tumbuhan


Indonesia, negara kepulauan yang (Nasution, 1992). Selain merupakan Negara
sangat luas yang terdiri dari kurang lebih kepulauan yang kaya keanekaragaman jenis
35.000 pulau besar dan kecil dengan flora dan fauna, Indonesia merupakan Negara
keanekaragaman jenis flora yang sangat dengan penduduk yang banyak dan sebagian
tinggi. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100 besar penduduknya masih tinggal di pedesaan.

77
78 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

Banyaknya penduduk yang tinggal di Menurut hasil penelitian Hamzari (2008)


pedesaan yang sulit dijangkau atau terisolir teridentifikasi 37 jenis tanaman obat yang
memanfaatkan tumbuhan untuk pemenuhan terdapat didaerah hutan Tabo-Tabo yang
kebutuhan kesehatan misalnya sebagai obat- diantara jenis tanaman tersebut juga adalah
obatan tradisional (Sutarjadi, 1992). pegagan. Pegagan telah lama dimanfaatkan
Obat tradisional adalah ramuan bahan sebagai obat tradisional dan banyak
alam yang berasal dari tumbuhan, mineral, digunakan oleh masyarakat Indonesia untuk
atau hewan yang secara tradisional telah mengatasi berbagai masalah kesehatan,
digunakan untuk pengobatan dengan diantaranya adalah sebagai obat untuk
berdasarkan pengalaman. Obat tradisional mengatasi masalah reproduksi. Penelitian
Indonesia atau yang lebih dikenal dengan mengenai pemanfaatan daun pegagan untuk
nama jamu merupakan campuran herbal yang berbagai masalah reproduksi telah dilakukan
berasal dari bagian-bagian tertentu dari oleh beberapa peneliti, diantaranya adalah
tanaman. Bagian-bagian tanaman yang dapat penelitian yang dilakukan oleh Samsiar dan
digunakan sebagai obat dapat berupa akar, Dewi (2013) berdasarkan hasil penelitian
batang, daun, umbi atau bagian lainnya yang dilakukannya diketahui bahwa ekstrak
(Dewoto, 2007). Obat tradisional yang berasal daun pegagan berpengaruh terhadap
dari tanaman menjadi alternatif bagi morfologi spermatozoa pada mencit jantan.
masyarakat Indonesia baik sebagai obat Penelitian lain dilakukan oleh Fitriyah (2009)
maupun tujuan lainnya karena obat tradisional berdasarkan hasil penelitiannya diketahui
tersebut menggunakan bahan alamiah. bahwa ekstrak daun pegagan juga mampu
Meningkatnya penggunaan tanaman ini meningkatkan jumlah folikel primer, sekunder
membuat orang beranggapan bahwa dan tertier pada dosis tertentu, dikarenakan
penggunaan tanaman obat atau obat pegagan memiliki beberapa senyawa yang
tradisional relatif lebih aman dibandingkan mampu untuk mempengaruhi perkembangan
obat sintesis. Dilihat dari segi efek samping folikel. Perkembangan folikel merupakan
obat alam/Obat Tradisional memiliki efek proses yang dipengaruhi oleh FSH, kemudian
samping relatif kecil dibandingkan obat akan merangsang folikel untuk berkembang
modern, tetapi juga perlu diperhatikan dan memproduksi hormon estrogen. Estrogen
kepastian bahan aktif yang terkandung dan merupakan hormon yang berpengaruh untuk
konsistensinya yang belum dijamin terutama menstimulasi siklus estrus pada mencit.
untuk penggunaan secara rutin, serta Siklus estrus berhubungan dengan proses
ketepatan dalam penggunaan obat tradisional perkembangan folikel, dengan meningkatnya
yang menyangkut tepat dosis, cara, waktu sel folikel maka hormon estrogen yang
penggunaan dan pemilihan bahan ramuan dihasilkan akan meningkat (Gilbert dan
yang sesuai dengan indikasi penggunaannya Michael, 2016). Untuk itu diduga bahwa
(Katno dan Pramono, 2010). ekstrak pegagan mampu mempengaruhi lama
Beranekaragam jenis tanaman yang siklus estrus pada mencit, karenanya perlu
ada di Indonesia banyak yang dapat dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai
dimanfaatkan sebagai tanaman obat Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan terhadap
tradisional, hal ini telah dibuktikan dengan Siklus Estrus Mencit.
hasil penelitian yang dilakukan oleh Sarti, Penelitian ini bertujuan untuk
1
dkk., (2015) di beberapa desa sekitar gunung mengetahui bagaimana pengaruh ekstrak daun
Sesean Kabupaten Toraja Utara teridentifikasi pegagan terhadap lama siklus estrus pada
44 jenis tanaman obat, diantara tanaman mencit dan pengaruhnya terhadap empat fase
tersebut adalah pegagan (Centella asiatica). siklus estrus mencit.
Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica), Verly Tria Darma, Lucia Maria Santoso, Riyanto 79

Manfaat dari penelitian adalah 3. Kelompok III (P2) : Mencit yang diberi
sebagai Sumber informasi tentang pengaruh perlakuan ekstrak daun pegagan dengan dosis
ekstrak daun pegagan terhadap lama siklus 8 mg/10 g BB.
estrus pada mencit dan pengaruhnya terhadap Perlakuan pemberian ekstrak daun
empat fase siklus estrus mencit dan sebagai pegagan dilakukan pada saat akhir fase estrus,
bahan pengayaan pada materi pembelajaran diberikan secara gavage dengan dosis yang
biologi SMA kelas X pada kompetensi dasar sesuai dengan rancangan penelitian dan
3.3. mendeskripsikan ciri-ciri divisio dalam diberikan selama 3 hari.
dunia tumbuhan dan peranannya bagi Parameter yang diamati adalah
kelangsungan hidup dibumi. gambaran sitologis apusan vagina dan lama
waktu siklus estrus pada mencit betina. Tahap
Metode Penelitian pengamatan untuk pemeriksaan siklus estrus
Penelitian ini merupakan penelitian dengan menggunakan swab vagina dilakukan
eksperimen, rancangan penelitian yang terlebih dahulu sebelum mencit diberikan
digunakan adalah Rancangan Acak Lengkap ekstrak pegagan. Siklus estrus mencit diamati
(RAL) dengan delapan kali pengulangan. selama 2 kali siklus, mencit yang dapat
Kelompok eksperimen dalam penelitian ini diberikan esktrak daun pegagan adalah mencit
terbagi menjadi dua, yaitu kelompok kontrol yang mengalami siklus estrus normal, yaitu
yang tidak diberikan ekstrak daun pegagan, mencit yang mengalami siklus estrus selama 4
serta kelompok perlakuan yang diberikan hari. Pemeriksaan kembali dilakukan setelah
ekstrak daun pegagan dengan dosis berbeda mencit diberikan ekstrak daun pegagan,
pada setiap perlakuannya. pemeriksaan dimulai dari satu fase estrus
Ekstrak diperoleh dengan cara daun sampai mencit menunjukkan ke fase estrus
pegagan yang diperoleh dari daerah selanjutnya. Pengambilan sampel swab vagina
Pagaralam dicuci bersih, disortir, dan diambil dengan menggunakan cotton bud.
dikeringkan. Setelah itu daun pegagan yang Tahap pengumpulan data dilakukan
telah kering dihaluskan dengan blender. dengan melakukan pengamatan swab vagina
Setelah menjadi bubuk kemudian dimaserasi setiap 24 jam sekali setiap pukul 09:00 wib.
dengan etanol 70%, diamkan selama 24 jam. Setelah data hasil pemeriksaan swab vagina
Filtrat dari hasil maserasi kemudian diuapkan didapatkan, hitung berapa lama terjadinya
dengan menggunakan Rotary evaporator setiap fase reproduksi tersebut.
untuk menguapkan etanol hingga diperoleh
ekstrak yang kental. HASIL DAN PEMBAHASAN
Hewan uji dibagi secara acak ke Hasil Penelitian
dalam tiga kelompok perlakuan dengan Berdasarkan hasil pengujian
pengulangan sebanyak delapan ekor mencit menggunakan ekstrak daun pegagan terhadap
yang dibedakan dalam pemberian dosis lama siklus estrus mencit pada setiap fase,
ekstrak daun pegagan pada setiap kelompok yang diberikan selama 3 hari berturut-turut
perlakuan. Kelompok perlakuan dibagi secara gavage menunjukkan bahwa terdapat
menjadi sebagai berikut : perbedaaan rata-rata waktu siklus estrus
1. Kelompok I [kontrol] (P0) : Mencit yang mencit yang terjadi untuk satu kali siklus
tidak diberikan ekstrak daun pegagan estrus untuk setiap dosis perlakuan.
2. Kelompok II (P1) : Mencit yang diberi Perbedaan-perbedaan pada setiap perlakuan
perlakuan ekstrak daun pegagan dengan dosis tersebut dapat dilihat pada Tabel 4.1 dan
2 mg/10 g BB mencit Gambar 4.1
80 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

Tabel 4.1 Rata-Rata Lama Fase Siklus Estrus menambah waktu siklus estrus mencit adalah
Mencit Setelah Perlakuan Selama 3 Hari pada pada perlakuan P1 (Dosis 2 mg/10 g BB).
Setiap Dosis Perlakuan Data pada Tabel 4.1 dan Gambar 4.1
Pe Do Ulangan Juml menunjukkan bahwa fase yang mengalami
rla sis ah pertambahan waktu adalah pada fase proestrus
ku (m (Hari dan estrus, sedangkan pada fase metestrus
an g/1 Pro Estr Met Die ) maupun fase diestrus tidak, fase metestrus dan
0 g es us
es s diestrus tetap menunjukkan hasil yang sama
BB trus trus trus pada kelompok P0, P1 maupun P2. Jika
) dibandingkan dengan kelompok kontrol (P0)
0.5 2.5 yang menunjukkan lama siklus estrus yang
P0 0 1.25 0.25 4.50
0 0 normal, maka waktu fase proestrus yang
2.5 paling lama terdapat pada perlakuan P1 (Dosis
P1 2 1 2 0.25 5.75
0 2 mg/10 g BB) yaitu fase proestrus terjadi
0.5 2.5 selama 1 hari, sedangkan pada fase estrus
P2 8 1.34 0.25 4.66
6 0 yang mengalami pertambahan waktu fase
paling lama juga terdapat pada perlakuan P1
3 (Dosis 2 mg/10 g BB) yaitu fase estrus terjadi
2,5 selama 2 hari. Hal ini menunjukkan bahwa
2 pemberian ekstrak daun pegagan berpengaruh
1,5 P0 menambah waktu fase proestrus dan estrus
1
0,5 P1 adalah pada perlakuan P1 (Dosis 2 mg/10 g
0 P2 BB), sehingga dengan terjadinya pertambahan
lama fase proestrus dan estrus mengakibatkan
terjadinya pertambahan waktu siklus estrus
pada satu siklus estrus mencit, sehingga
Gambar 4.1 Diagram Batang lama Fase membuat proses terjadinya siklus estrus
Siklus Estrus Mencit yang Diberi Ekstrak menjadi lebih lama waktunya.
Daun Pegagan pada Setiap Dosis Perlakuan. Data yang didapatkan mengenai rata-
rata jumlah lama siklus estrus mencit
Berdasarkan data pada Tabel 4.1 selanjutnya dianalisis dengan analisis sidik
terdapat perbedaan rata-rata lama waktu siklus ragam (Uji F) untuk membandingkan nilai F
estrus mencit pada setiap dosis perlakuan. tabel dengan F hitung untuk mengatahui
Pada perlakuan dosis 0 mg/10 g BB (P0) hipotesis dapat diterima atau ditolak. Data
menunjukkan rata-rata lama waktu siklus hasil analisis keragaman yang dilakukan
estrus mencit adalah normal yaitu selama 4,50 tersebut dapat dilihat pada Tabel. 4.2.
hari, dibandingkan dengan kelompok SK Der Juml Kua F F Tabel
perlakuan dosis 2 mg/10 g BB (P1) dan ajat ah drat hitu 5% 1
perlakuan dosis 8 mg/10 g BB (P2). Pada Be Kua Ten ng %
perlakuan P1 terdapat pertambahan waktu bas drat gah
siklus estrus yang lebih lama 1.25 hari (5,75 (db (JK) (KT
hari). Sementara pertambahan waktu siklus ) )
estrus mencit pada perlakuan P2 hanya 0.16 Perl 3.47 5.
7.42 3.71 14.6
hari (4,66 hari). Hal ini menunjukkan bahwa aku 2 78
2 1 10*
pemberian ekstrak daun pegagan berpengaruh an
Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica), Verly Tria Darma, Lucia Maria Santoso, Riyanto 81

Gal 5.34 0.25 Hasil uji BNJ terhadap rata-rata


21
at 5 4 jumlah lama siklus estrus mencit
Tot 12.7 menunjukkan bahwa perlakuan P1 dan P2
23
al 67 menunjukkan hasil yang berbeda jika
Tabel 4.2. Rekapitulasi Analisis Sidik Ragam dibandingkan dengan P0 pada taraf 5% dan
Rata-Rata Jumlah Lama Siklus Estrus Mencit. 1%. Hal tersebut karena pada perlakuan P1
Ket : * = Berpengaruh sangat nyata (F Hitung dan P2 menunjukkan huruf yang berbeda jika
> F Tabel) dibandingkan dengan P0. Perlakuan P1
menunjukkan perbandingan huruf yang
Berdasarkan hasil uji F yang dilakukan berbeda terhadap P0 dan P2, hal ini bermakna
yang terdapat pada Tabel 4.2 menunjukkan bahwa perlakuan P1 merupakan dosis yang
bahwa pemberian ekstrak daun pegagan paling efektif untuk meningkatkan lama
berpengaruh sangat nyata dalam waktu siklus estrus pada mencit.
meningkatkan rata-rata jumlah lama siklus
estrus mencit. Berdasarkan hasil perhitungan Pembahasan
yang terdapat pada Tabel 4.2 dapat diketahui Berdasarkan hasil analisis uji F
bahwa F hitung bernilai 14.610 lebih besar diketahui bahwa pemberian ekstrak daun
nilainya dari F Tabel, F tabel 5% maupun F pegagan berpengaruh sangat nyata terhadap
tabel 1%, sehinga jika F hitung lebih besar lama waktu siklus estrus mencit. berdasarkan
daripada F tabel maka tolak Ho1 dan terima data hasil penelitian terlihat bahwa pemberian
H1, yang berarti hipotesis tentang ektrak daun ekstrak daun pegagan mampu menambah
pegagan berpengaruh terhadap lama siklus lama waktu siklus estrus mencit paling lama
estrus pada mencit dapat diterima. terjadi pada perlakuan P1 (Dosis 2 mg/10 g
Uji selanjutnya yang dilakukan adalah BB). Hal tersebut dapat terjadi karena
untuk mengetahui bagaimana pengaruh antar berdasarkan hasil dari uji fitokimia yang telah
perlakuan terhadap rata-rata jumlah lama dilakukan, ekstrak daun pegagan ini
siklus estrus mencit. Uji yang dilakukan mengandung senyawa flavonoid yaitu berupa
adalah uji Beda Nyata Jujur (BNJ), sehingga zat antosianin. Zat antosianin yang terdapat
melalui uji tersebut dapat diketahui pengaruh didalam ekstrak daun pegagan mampu
ekstrak daun pegagan antar perlakuan mempengaruhi hipotalamus untuk
terhadap rata-rata jumlah lama siklus estrus merangsang sekresi GnRH yang lebih banyak,
mencit. Hasil uji BNJ terdapat pada Tabel oleh karena itu dengan meningkatnya sekresi
4.3. GnRH maka sekresi FSH oleh hipofisis akan
menjadi semakin meningkat. Meningkatnya
Tabel 4.3. Hasil Uji BNJ pengaruh Perlakuan sekresi FSH pada mencit akan mengakibatkan
terhadap Rata-Rata Jumlah Lama Siklus sel-sel folikel menjadi semakin matang,
Estrus Mencit. menstimulasi oosit untuk mensekresikan
No Perlakuan Rerata BNJ hormon estrogen dengan lebih banyak dan
oosit sekunder yang dihasilkan menjadi lebih
5% 1%
banyak, sehingga mencit akan menunjukkan
1 P0 4.5 a A
fase birahi atau fase estrus lebih lama, karena
3 P2 4.66 ab AB pada saat itu folikel yang matang menjadi
lebih banyak dan siap untuk melepaskan oosit
2 P1 c
5.75 sekunder untuk dibuahi.
C
Hal tersebut sesuai dengan pernyataan
Omotuyi, dkk., (2010) bahwa zat antosianin
82 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

ini mampu untuk mempengaruhi peningkatan antosianin dapat masuk dalam otak melalui
hipotalamus untuk mensekresikan GnRH organ sirkumventrikular yaitu merupakan
sehingga merangsang peningkatan kadar FSH ventrikel yang ketiga dan keempat (Fennema,
oleh hipofisis, kemudian dengan terjadinya 1996). Zat antosianin mampu mempengaruhi
peningkatan kadar FSH akan memperbanyak peningkatan sekresi hormon GnRH yang di
hormon estrogen yang dihasilkan. Estrogen sekresi oleh hipotalamus (Omotuyi, dkk.,
akan menyebabkan tanda-tanda estrus pada 2010).
mencit tetap terjaga. pengaruh pemberian Peningkatan sekresi GnRH
ekstrak daun pegagan secara lebih rinci meyebabkan terjadinya sekresi hormon LH
terdapat pada Gambar 4.2. Pemberian ekstrak dan hormon FSH oleh hipofisis akan menjadi
daun pegagan seperti pada yang dilakukan lebih banyak, dengan meningkatnya hormon
secara gavage pada mencit menyebabkan LH dan hormon FSH, maka akan dapat
semua larutan yang dimasukkan melalui mempengaruhi lamanya siklus estrus yang
mulut akan masuk ke lambung mencit. terjadi pada mencit. Hipofisis kemudian akan
berinteraksi dengan reseptor hormon GnRH
pada sel-sel gonadotropin di hipofisis.
Hormon GnRH pada sel-sel gonadotropin ini
akan merangsang terjadinya pelepasan
hormon FSH oleh hipofisis untuk terjadinya
sirkulasi. Meningkatnya FSH akan
mengakibatkan peningkatan sensitivitas pada
sel-sel folikel (Carlson, 1988). Sel-sel folikel
yang telah mengalami perkembangan hingga
tahap folikel tersier akan dapat mencapai
Gambar 4.2 Diagram Ringkas Proses
membntuk sel teka. Sel teka akan
Pengaruh Zat Anthosianin terhadap Lama
mengekspresikan reseptor Luteinizing
siklus Estrus Mencit
Hormone (LH). LH menghambat produksi
androgen oleh sel teka. Beberapa
Zat antosianin yang terdapat pada
androstendion diaromatisasi oleh sel folikel
larutan tersebut kemudian akan berada dalam
untuk memproduksi estrogen, sehingga kadar
lambung, lalu larutan akan masuk menuju ke
estogen mulai meningkat dengan pesat
usus halus untuk diserap oleh dinding-dinding
(Liebermen dan Allan, 2000), sehingga folikel
usus halus yang terdapat dalam usus. Zat
akan mulai mensekresikan hormon estrogen
antosianin yang terdapat dalam larutan
yang kemudian akan disekresikan ke dalam
kemudian berdifusi masuk dalam darah dan
aliran darah. Jumlah hormon estrogen yang
melalui vena porta hepatica masuk dalam
meningkat menyebabkan mencit akan
hepar, selanjutnya masuk dalam jantung dan
mengalami sifat birahi serta tanda-tanda estrus
pada akhirnya akan dialirkan ke seluruh
lebih lama seperti yang terjadi pada mencit
tubuh. Salah satu dari aliran darah tersebut
kelompok P1. Dengan pesatnya peningkatan
adalah menuju ke otak, namun zat antosianin
hormon estrogen akan merangsang
yang dibawa oleh darah tidak dapat atau
hipotalamus bekerja sama dengan hipofisis
sangat lambat untuk menembus daerah
untuk melepaskan hormon LH yang akan
pembuluh darah yang ada pada otak. Hal ini
disekresikan oleh sel folikel, dengan tingginya
disebabkan karena zat antosianin tidak dapat
jumlah hormon LH maka sel-sel akan mulai
larut dalam lemak, meskipun berat
memproduksi hormon progesteron dengan
molekulnya sebesar 207,08 g/mol. Zat
jumlah tinggi (Ganaie dan Vinoy, 2010).
Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica), Verly Tria Darma, Lucia Maria Santoso, Riyanto 83

Kadar hormon LH yang tinggi akan serta sifat-sifat kelamin sekunder tetap akan
mengakibatkan terjadinya rangsangan untuk dipertahankan, sehingga tanda-tanda estrus
terjadinya proses ovulasi. Folikel yang kosong akan tetap berlangsung, dan mencit pada
setelah proses ovulasi kemudian akan berubah perlakuan P1 dapat mengalami lama waktu
menjadi korpus luteum dibawah stimulasi dari fase estrus lebih lama dari waktu normal yang
hormon LH. Sel-sel folikel ini sebelum terjadi pada mencit perlakuan P0.
terjadinya proses ovulasi akan mensekresikan Hal tersebut seperti yang dinyatakan
sebagian besar hormon estrogen dan sejumlah oleh Perry (1980) bahwa ekstrak daun
kecil hormon progesteron, namun setelah pegagan mengandung senyawa fitosterol yang
proses ovulasi sel-sel folikel yang telah merupakan turunan dari senyawa sterol yang
berubah menjadi korpus luteum akan berfungsi sebagai bahan baku untuk
mensekresikan sejumlah besar hormon pembentukkan hormon reproduksi seperti
progesteron serta sejumlah kecil hormon estrogen, estron, maupun estradiol, sehingga
estrogen, oleh karena itu pada ovarium akan berubah menjadi hormon estrogen
sebagian besar akan mensekresikan hormon melalui proses aromatisasi yang produksinya
progesteron. Konsentrasi yang tinggi pada berasal dari ovarium yang disekresikan oleh
hormon progesteron memberikan sebuah gonad. Senyawa fitosterol ini dapat terdapat
kontrol umpan balik negatif yang pada tubuh mencit melalui suatu zat
menghambat sekresi hormon GnRH oleh pembawa, pembawa senyawa fitosterol yang
hipotalamus serta hormon FSH dan hormon utama dalam sirkulasi adalah LDL atau low
LH oleh hipofisis (Pitutary anterior). Jika density lipoprotein. LDL ini akan terdapat
sebagian oosit sekunder tidak ditembus oleh dari sirkulasi oleh sel – sel steroidogenik
sperma untuk menuju terjadinya proses dengan menggunakan reseptor permukaan sel
pembuahan sel telur, maka korpus luteum yang dapat mengenali protein permukaan
akan mengalami degenerasi, sehingga akan yang spesifik pada LDL (apoprotein).
menyebabkan penurunan dengan cepat pada Kolesterol ini setelah berada dalam sel,
hormon progesteron dan terjadi peningkatan kemudian kolesterol tersebut akan mengalami
dengan cepat pada hormon estrogen. Sekali proses pengangkutan melalui suatu rangkaian
rendahnya tingkat hormon progesteron tidak perubahan enzimatik untuk menghasilkan
lagi menghambat hipotalamus, yang produk akhir berupa hormon steroid, misalnya
memungkinkan sekresi hormon GnRH, siklus seperti hormon estrogen (Fennema, 1996).
reproduksi berikutnya dimulai (Carlson, meningkatnya hormon estrogen yang
1988). disekresikan akan mengakibatkan mencit yang
Berdasarkan data hasil penelitian ketika saat itu mengalami fase akhir estrus
diketahui bahwa pemberian ekstrak daun dimana konsentrasi hormon estrogen mulai
pegagan mampu menambah lama waktu fase menurun akan kembali mengalami
estrus mencit. hal tersebut dikarenakan peningkatan hormon estrogen. Meningkatnya
senyawa fitosterol yang terdapat dalam kadar hormon estrogen tersebut menyebabkan
ekstrak daun pegagan merupakan bahan baku sifat birahi serta sifat-sifat kelamin sekunder
untuk pembentukkan hormon reproduksi tetap akan dipertahankan, sehingga tanda-
sehingga akan diaromatisasi menjadi hormon tanda estrus akan tetap berlangsung
estrogen, mengakibatkan sekresi hormon (Wodzicka, dkk., 1991). Oleh karena itu,
estrogen yang dihasilkan menjadi semakin pemberian ekstrak daun pegagan mampu
banyak karena hormon pembentukkan hormon mempengaruhi pertambahan waktu fase estrus
reproduksi meningkat. Meningkatnya hormon mencit.
estrogen tersebut menyebabkan sifat birahi
84 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

Senyawa lain yang terkandung dalam senyawa saponin dan senyawa flavonoid jenis
daun pegagan adalah senyawa triterpenoid, lainnya yang memiliki sifat antiestrogenik
dimana senyawa ini sangat diperlukan untuk yang berarti senyawa tersebut dapat disintesis
melindungi sel-sel folikel serta memperbaiki menjadi senyawa kimia yang bersifat
sel-sel folikel yang terdapat di ovarium antiestrogen di dalam tubuh mencit,
(Perry, 1980). Sel folikel adalah sel kuboid sedangkan senyawa estrogen ini sangat
yang membentuk penghalang di sekitar oosit penting bagi berlangsungnya proses siklus
yang sedang berkembang dalam ovarium. Saat estrus mencit. Senyawa estrogen yang
folikel matang, sel-sel folikel akan disekresikan oleh sel-sel folikel memiliki
berkembang biak untuk membentuk banyak fungsi untuk meningkatkan tingkat sensitivitas
lapisan sekitar oosit (Ganaie dan Vinoy, pada sel-sel folikel yang ada sehingga akan
2010). Sel-sel folikel ini sangat berpengaruh mengalami proses pematangan (Ganaie dan
dalam proses pembentukkan hormon pada Vinoy, 2010). Senyawa-senyawa kimia yang
siklus estrus, dengan tingginya jumlah sel-sel bersifat antiestrogenik atau antiestrogen
folikel maka akan meningkatkan terjadinya tersebut menyebabkan terjadinya sintesis
sekresi hormon estrogen Sel-sel folikel yang estrogen menjadi terhambat. Proses sintesis
matang dan meningkatnya hormon estrogen estrogen yang terhambat terjadi pada proses
menandakan bahwa mencit sedang mengalami sel teka yang tidak menghasilkan
fase estrus (Seire, dkk., 1991). androstenedion yang akan di sintesis menjadi
Fase estrus merupakan fase yang estrogen mengakibatkan proses pematangan
sangat penting, karena dalam fase ini mencit sel menjadi terhambat dan proses estrus
betina akan menunjukkan perilaku mau menjadi lebih cepat waktu terjadinya. Hal ini
menerima hewan jantan untuk melakukan mengakibatkan terjadinya penurunan jumlah
kopulasi, dikarenakan folikel-folikel yang rata-rata lama siklus estrus mencit pada
telah tumbuh sejak fase proestrus telah mencit perlakuan P2 (Dosis 8 mg/10 g BB).
matang dan siap untuk dibuahi. Fase ini juga Daun pegagan selain mengandung zat
merupakan waktu singkat dengan kesiapan kimia yang bersifat antiestrogenik atau
lengkap untuk terjadinya reproduksi disertai antiestrogen juga mengandung senyawa kimia
dengan hasrat seksual. Fase ini terjadi akibat yang memiliki sifat narkotis, sehingga dalam
pengaruh kadar estrogen yang meningkat pemakaian ekstrak daun pegagan ini harus
membuat aktivitas seksual menjadi tinggi dan sangat berhati-hati. Pemberian dosis yang
perilaku menarik perhatian hewan jantan sangat tinggi akan menyebabkan orang yang
menjadi lebih aktif, semakin lama waktu fase menggunakan daun pegagan untuk bahan
estrus pada mencit maka akan mengakibatkan makanan menjadi pusing. Hal ini dibuktikan
jumlah oosit sekunder yang dihasilkan saat melalui penelitian yang dilakukan oleh
ovulasi akan semakin banyak (Seire, dkk., Kristanti (2010). Berdasarkan hasil penelitian
1991). yang dilakukan oleh Kristatanti dapat
Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa pemberian ekstrak daun
menunjukkan bahwa pada mencit kelompok pegagan dengan kadar dosis yang berlebihan
perlakuan P2 terjadi penurunan jumlah rata- atau tinggi dapat menyebabkan senyawa aktif
rata lama waktu siklus estrus. Hal tersebut pegagan yang bersifat fertilitas akan menjadi
dapat terjadi karena daun pegagan antifertilitas pada mencit betina. Hal ini
mengandung beberapa senyawa yang mampu mengakibatkan mencit betina tersebut menjadi
mempengaruhi penuruan waktu siklus estrus tidak subur. Oleh karena itu jika kita hendak
mencit. Senyawa yang terkandung dalam menggunakan daun pegagan sebagai obat
ekstrak daun pegagan diantaranya adalah maka kita harus menggunakan daun pegagan
Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica), Verly Tria Darma, Lucia Maria Santoso, Riyanto 85

tersebut sesuai dengan dosis, karena jika dosis Fakultas Keguruan dan Ilmu
daun pegagan yang diminum berlebihan atau Pendidikan, Universitas Sriwijaya.
terlalu banyak maka akan mengakibatkan
terjadinya antifertiitas. Dewoto, Hedi R. (2007). Pengembangan Obat
Tradisional Indonesia menjadi
Kesimpulan Fitofarmaka. Maj Kedokt Indon.
Berdasarkan hasil penelitian ini dapat Volume: 57 (7).
disimpulkan bahwa pemberian ekstrak daun
pegagan (Centella asiatica) dengan dosis Fennema, O.R.. (1996). Food Chemistry Third
sebesar 2 mg/10 g BB mencit berpengaruh Edition. New York: M.Dekker Inc.
terhadap peningkatan waktu siklus estrus
mencit (Mus musculus L) dengan waktu fase Fitriyah. 2009. Pengaruh Pemberian Ekstrak
proestrus dan estrus pada fase siklus estrus Daun Pegagan Terhadap Perkembangan
bertambah dari waktu normalnya. Folikel Ovarium Mencit. Skripsi.
Saran Malang : Jurusan Biologi, Fakultas
Hasil penelitian ini menggambarkan Sains dan Teknologi, Universitas Islam
ekstrak daun pegagan mampu memperpanjang Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim
siklus estrus mencit pada dosis rendah. Oleh Malang.
sebab itu, penulis menyarankan agar perlu
dilakukan penelitian lebih lanjut tentang Ganaie, Javid Ahmad M.Phil. & Vinoy K.
pengaruh ekstrak daun pegagan terhadap lama Shrivastava Ph.D. (2010). Effects of
siklus estrus mencit pada dosis yang lebih Gonadotropin Releasing Hormone
tinggi, serta untuk pemeriksaan swab vagina Conjugate Immunization and
agar dapat dilakukan dalam jangka waktu Bioenhancingrole of Kamdhenu Ark On
yang lebih singkat. Estrous Cycle, Serum Estradiol and
Progesterone Levels in Female Mus
Daftar Pustaka musculus. Iranian Journal of
Arnon, Gal, Lin Po-Ching, Barger Anne M., Reproductive Medicine. Volume : 8(2):
MacNeil Amy L., & Ko CheMyong. 70-75.
(2014). Vaginal Fold Histology
Reduces The Variability Introduced by Gilbert, Scott F. dan Michael J. F. Barresi.
Vaginal Exfoliative Cytology In The (2016). Developmental Biology.
Classification of Mouse Estrous Cycle Eleventh Edition. New York : Sinauer
Stages. Toxicol Pathol. Volume : 42(8): Associates, Inc.
1212–1220.
Hamzari. (2008). Identifikasi tanaman obat-
Carlson, M. Bruce. (1988). Patten’s obatan yang dimanfaatkan oleh
Foundations of Embryology. Fifth masyarakat Sekitar Hutan Tabo-Tabo.
Edition. McGraw-Hill, Inc. Jurnal Hutan dan Masyarakat. Volume
3(2): 111-234.
Darma, Verly Tria. (2016). Pengaruh Ekstrak
Daun Pegagan (Centella asiatica) Hanafiah, Kemas Ali. (2014). Rancangan
terhadap Siklus Estrus Mencit (Mus Percobaan Teori dan Aplikasi. Edisi
musculus L) dan Sumbangannya ketiga. Jakarta : Raja Grafindo Persada.
terhadap Pembelajaran Biologi SMA.
Skripsi. Inderalaya : Jurusan Biologi,
86 JURNAL PEMBELAJARAN BIOLOGI, VOLUME 4, NOMOR 1, MEI 2017

Hua, Juan, Bo Xu, Yifan Yang, Rongjun Ban,


Furhan Iqbal, Howard J Cooke, Omotuyi,I.O., A. Ologundudul, V.O.
Yuanwei Zhang & Qinghua Shi. Onwubiko, M.D. Wogu & F.O Obi.
(2014). Follicle Online : An Integrated (2010). Hibiscus sabdariffa Linn
Database of Follicle Assembly, Anthocyanins Alter Circulatin
Development and Ovulation. Oxford Reproductive Hormones in Rabbits
Journal. Volume 10(36): 1-8. 37 (Oryctolagus cuniculus). Journal of
Diabetes and Endocrinology. Volume
Hodges, J.K. (1987). The Ovarian Cycle and 1(3): 36-45.
Control Of Ovulation. Journal Of
Zoology. Volume 213 : 383-394. Partodihardjo, Soebadi. (1987). Ilmu
Reproduksi Hewan. Jakarta: Mutiara
Katno & S. Pramono. (2010). Tingkat Sumber Widya.
Manfaat dan Keamanan Tanaman Obat
dan Obat Tradisional. Yogyakarta: Perry, L.M. (1980). Medicinal Plants of East
Fakultas Farmasi, Universitas Gajah and Southeast Asia. Dordrecht-Boston-
Mada. Lancaster : Martinus Nijjhoff Publisher.

Krida, Putri Gita Prayoga. (2012). Profil Rugh, R. (1968). The Mouse, It Reproduction
Hormon Ovari Sepanjang Siklus Estrus and Development. Minneapolis :
Tikus (Rattus Norvegicus) Betina Burgess Publishing.
Menggunakan Fourrier Transform
Infrared (FTIR). Skripsi. Depok : Sagi, M. (1994). Embriologi Perbandingan
Departemen Biologi, Fakultas pada Vertebrata. Yogyakarta: UGM
Matematika dan Ilmu Pengetahuan Press
Alam, Universitas Indonesia.
Samsiar, Ahmad Ramadhan & Dewi Tureni.
Kristanti A.N. (2010). Potensi Ekstrak Daun (2013). Pengaruh Pemberian Ekstrak
Pegagan (Centella asiatica L Uran) Daun Pegagan (Centella asiatica)
Dosis tinggi sebagai Antifertilitas pada terhadap Morfologi Spermatozoa
Mencit (Mus musculus) Betina. Skripsi. Mencit (Mus musculus) Galur DDY. e-
Malang : Jurusan Biologi, Fakultas Jipbiol. Volume 2: 20-23.
Sains dan Teknologi, Universitas Islam
Negeri (UIN) Maulana Malik Ibrahim Sarti, Yohana Pasorong, Elis Tambaru,
Malang. Muhammad Ruslan Umar & Andi
Masniawati. (2015). Identifikasi
Lieberman, Michael dan Allan D. Marks. Tumbuhan Berkhasiat Obat dan
(2000). Basic Medical Biochemistry A Potensi Pemanfaatannya pada
Clinical Approach 4th ed. Wolters Beberapa Desa Di Sekitar Gunung
Kluwer. Sesean Kabupaten Toraja Utara.
Jurusan Biologi, Fakultas Matematika
Nasution, R.E. (1992). Prosiding Seminar dan dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Loka Karya Nasional Etnobotani. Universitas Hasanuddin, Makasar.
Departement Pendidikan dan
Kebudayaan RI-LIPI. Perpustakaan Seevaratnam, Vasantharuba, P. Banumathi,
Nasional RI. Jakarta. M.R. Premalatha, SP. Sundaram & T.
Pengaruh Ekstrak Daun Pegagan (Centella Asiatica), Verly Tria Darma, Lucia Maria Santoso, Riyanto 87

Arumugam. (2012). Functional Sutarjadi. (1992). Tumbuhan Indonesia


Properties of Centella asiatica (L) : sebagai Sumber Obat, Kosmetika, dan
Review. International journal of Jamu. Prosiding Seminar dan Loka
Pharmacy and Pharmaceutical Karya Nasional Etnobotani. Fakultas
Sciences. Volume 4(5). Farmasi Universitas Airlanga.
Surabaya.
Seire JV. Venter FS, Ficham JE. dan Taljaard
JJF. (1991). Hormonal Vagina Taylor, Pamela. (1986). Practical Teratology.
Cytology of Vervet Monkeys. Tygerberg London : Academic Press.
: South African Medical Research
Council. Vohra, Kripi, Gagandeep Pal, Vivek Kumar
Gupta, Satnam Singh & Yogesh Bansal.
Singh, Sakshi, Asmita Gautam, Abhimanyu (2011). An Insight On Centella asiatica
Sharma & Amla Batra. (2010). Centella Linn. : A Review On Recent Research.
asiatica : A Plant with Immense Pharmacologyonline. Volume 2 : 440-
Medicinal Potential but Threatened. 462.
Volume 4(2): 003.
Wodzicka-Tomaszewska, M., I-K. Sutama, I-
Sprinse, Noverita Vinolina, Luthfi A.M. G. Putu and T.D. Chaniago. (1991).
Siregar & Justin A. Napitupulu. (2012). Reproduksi, Tingkah Laku dan
Morphology of Leaves and Content of Produksi Ternak di Indonesia. Jakarta :
Secondary Metabolites Asiaticoside in PT Gramedia Pustaka Utama.
Some Accession of Pegagan (Centella
asiatica L. Urban) in North Sumatera.
Proceedings of The Annual
International Conference Syiah Kuala
University. Volume 2(1).

Anda mungkin juga menyukai