Anda di halaman 1dari 6

Profesor Nelson Tansu

Pria kelahiran 20 Oktober 1977 ini adalah seorang jenius. Ia adalah


pakar teknologi nano. Fokusnya adalah bidang eksperimen
mengenai semikonduktor berstruktur nano. Teknologi nano adalah
kunci bagi perkembangan sains dan rekayasa masa depan. Inovasi-
inovasi teknologi Amerika, yang mempengaruhi kehidupan sehari-hari
seluruh orang di dunia, bertopang pada anak anak muda brilian
semacam Nelson. Nelson, misalnya, mampu memberdayakan sinar
laser dengan listrik superhemat. Sementara sinar laser biasanya perlu
listrik 100 watt, di tangannya cuma perlu 1,5 watt. Pada usia yang
belum 32 tahun, Nelson diangkat sebagai profesor di Universitas
Lehigh. Itu setelah ia memecahkan rekor menjadi asisten profesor
termuda sepanjang sejarah pantai timur di Amerika. Ia menjadi asisten
profesor pada usia 25 tahun, sementara sebelumnya, Linus Pauling,
penerima Nobel Kimia pada 1954, menjadi asisten profesor pada usia
26 tahun. Mudah bagi anak muda semacam Nelson ini bila ingin
menjadi warga negara Amerika. Sampai kini ia getol merekrut
mahasiswa Indonesia untuk melanjutkan riset S-2 dan S-3 di Lehigh. Ia
masih memiliki ambisi untuk balik ke Indonesia dan menjadikan universitas di Indonesia sebagai universitas
papan atas di Asia

Muhammad Arief Budiman


Di sebuah ruang kerja di kompleks Orion Genomic,
salah satu perusahaan riset bioteknologi terkemuka di
Saint Louis, Missouri, Amerika Serikat. Seorang
lelaki Jawa berwajah “dagadu”—sebab senyum tak
pernah lepas dari bibirnya—kerap terlihat sedang salat.
Dialah, Muhammad Arief Budiman, anak pekerja
pabrik tekstil GKBI itu sekarang menjadi motor riset
utama di Orion. Jabatannya: Kepala Library
Technologies Group. Menurut BusinessWeek, ia
merupakan satu dari enam eksekutif kunci perusahaan
genetika itu.
Arief tak hanya terpandang di perusahaannya. Namanya
juga moncer di antara sejawatnya di negara yang menjadi
pusat pengembangan ilmu tersebut: menjadi anggota
American Society for Plant Biologists dan—ini lebih
bergengsi baginya karena ia ahli genetika tanaman—
American Association for Cancer Research. Agar seseorang bisa menjadi anggota asosiasi ini, ia harus aktif
meneliti penyakit kanker pada manusia. Ia juga harus membawa surat rekomendasi dari profesor yang lebih
dulu aktif dalam riset itu serta tahu persis riset dan kontribusi orang itu di bidang kanker. Arief mendapatkan
kartu itu karena, “Meskipun latar belakang saya adalah peneliti genome tanaman, saya banyak melakukan
riset genetika mengenai kanker manusia,” ujarnya.
Prof Dr. Khoirul Anwar

Para ilmuwan dunia berkhidmat ketika pada paten pertamanya Khoirul,


bersama koleganya, merombak pakem soal efisiensi alat komunikasi
seperti telepon seluler. Graduated from Electrical Engineering
Department, Institut Teknologi Bandung (with cum laude honor) in
2000. Master and Doctoral degree is from Nara Institute of Science and
Technology (NAIST) in 2005 and 2008, respectively. Dr. Anwar is a
recipient of IEEE Best Student Paper award of IEEE Radio and
Wireless Symposium (RWS) 2006, California, USA. Prof Dr. Khoirul
Anwar adalah pemilik paten sistem telekomunikasi 4G berbasis OFDM
(Orthogonal Frequency Division Multiplexing) adalah seorang Warga Negara Indonesia yang kini bekerja
di Nara Institute of Science and Technology, Jepang.
Pada paten kedua, lagi-lagi Khoirul menawarkan sesuatu yang tak lazim. Untuk mencapai kecepatan yang
lebih tinggi, dia menghilangkan sama sekali guard interval (GI). “Itu mustahil dilakukan,” begitu kata teman-
teman penelitinya. Tanpa interval atau jarak, frekuensi akan bertabrakan tak keruan. Persis seperti di kelas
saat semua orang bicara kencang secara bersamaan. Istilah ilmiahnya, terjadi interferensi yang luar biasa.
Namun, dengan algoritma yang dikembangkan di laboratorium, Khoirul mampu menghilangkan interferensi
tersebut dan mencapai performa (unjuk kerja) yang sama. “Bahkan lebih baik daripada sistem biasa dengan
GI,” kata pria 31 tahun ini. Itulah yang mengantarkan alumnus Jurusan Teknik Elektro Institut Teknologi
Bandung tersebut kini menjadi asisten profesor di JAIST, Jepang. Dia mengajar mata kuliah dasar engineering,
melakukan penelitian, dan membimbing mahasiswa.

Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto


Prestasi membanggakan ditorehkan Profesor Dr. Ken Kawan Soetanto. Pria
kelahiran Surabaya ini berhasil menggondol gelar profesor dan empat
doktor dari sejumlah universitas di Jepang. Lebih hebatnya, puncak
penghargaan akademis itu dicapainya pada usia 37 tahun. ia sudah
mematenkan 31 penemuannya, 29 di Jepang, dua di AS, untuk bidang
interdisipliner ilmu elektronika, kedokteran, dan farmasi.
Sebegitu terkenalnya Soetanto di Jepang sampai-sampai oleh
mahasiswanya ia memiliki metode khusus mengajar yang diberi nama
“Metode Soetanto” atau “Efek Soetanto”. Pada 1988-1993, dia tercatat
sebagai direktur Clinical Education and Science Research Institute
(CERSI) merangkap associate professor di Drexel University dan School
Medicine at Thomas Jefferson University, Philadelphia, AS. Dia juga
pernah tercatat sebagai profesor di Biomedical Engineering, Program
University of Yokohama (TUY). Selain itu, pria kelahiran 1951 tersebut
saat ini masih terdaftar sebagai prosefor di almameternya, School of
International Liberal Studies (SILS) Waseda University, serta profesor
tamu di Venice International University, Italia.
Otak arek Suroboyo itu memang brilian. Dia berhasil menggabungkan empat disiplin ilmu berbeda. Hal
tersebut terungkap dari empat gelar doktor yang diperolehnya. Yakni, bidang applied electronic engineering
di Tokyo Institute of Technology, medical science dari Tohoku University, dan pharmacy science di Science
University of Tokyo. Yang terakhir adalah doktor bidang ilmu pendidikan di almamater sekaligus tempatnya
mengajar, Waseda University. “Sistem pendidikan di sini (Indonesia) sudah tertinggal jauh”. Satu
penemuannya bernama NEDO (The New Energy and Industrial Technology Development Organization)
memberinya penghormatan sebagai penelitian puncak di Jepang dalam rentang 20 tahun, 1987-2007.
Prof Dr. Ing BJ Habibie
Prof. Dr.-Ing. Dr. Sc. H.C. Mult. Bacharuddin Jusuf Habibie lahir tanggal
25 Juni 1936 di Parepare, Sulawesi Selatan Indonesia. Setelah menyelesaikan
kuliahnya dengan tekun selama lima tahun, B.J. Habibie memperoleh gelar
Insinyur Diploma dengan predikat Cum Laude di Fakultas Teknik
Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara. Kejeniusannya
membawanya memperoleh Gelar Doktor Insinyiur di Fakultas Teknik
Mekanik Bidang Desain dan Konstruksi Pesawat Udara dengan predikat
Cum Laude tahun 1965.
B.J. Habibie memulai kariernya di Jerman sebagai Kepala Riset dan
Pembangunan Analisa Struktur Hamburger Flugzeugbau Gmbh,
Hamburg Jerman (1965-1969). Kepala Metode dan Teknologi Divisi
Pesawat Terbang Komersial dan Militer MBB Gmbh, Hamburg dan Munchen
(1969-1973). Wakil Presiden dan Direktur Teknologi MBB Gmbh Hambur dan Munchen (1973-1978),
penasehat teknologi senior untuk Direktur MBB bidang luar negeri (1978). Pada tahun 1977 dia
menyampaikan orasi jabatan guru besarnya tentang konstruksi pesawat terbang di ITB Bandung. Tergugah
untuk melayani pembangunan bangsa, tahun 1974 B.J. Habibie kembali ke tanah air, ketika Presiden Soeharto
memintanya untuk kembali. Dia memulai kariernya di tanah air sebagai Penasehat Pemerintah Indonesia pada
bidang teknologi tinggi dan teknologi pesawat terbang yang langsung direspon oleh Presiden Republik
Indonesia (1974-1978). Pada tahun 1978 dia diangkat sebagai Menteri Negara Riset dan Teknologi merangkap
sebagai kepala BPPT. Dia memegang jabatan ini selama lima kali berturut-turut dalam kabinet pembangunan
hingga tahun 1998.
Presiden B.J. Habibie memegang jabatan presiden selama 518 hari dan sukses menyelenggarakan Pemilu
paling demokratis yang pernah ada yaitu Pemilu 1999. Prof. B.J. Habibie mempunyai medali dan tanda jasa
nasional dan internasional, termasuk ‘Grand Officer De La Legium D’Honour, hadiah tertinggi dari
Pemerintah Perancis atas konstribusinya dan pembangunan industri di Indonesia pada tahun 1997; ‘Das
Grosskreuz’ medali tertinggi atas konstribusinya dalam hubungan Jerman-Indonesia tahun 1987; ‘Edward
Warner Award, pemberian dari Dewan Eksekutif Organisasi Penerbangan Sipil Internasional (ICAO) pada
tahun 1994; ‘Star of Honour ‘Lagran Cruz de la Orden del Merito Civil dari Raja Spanyol tahun 1987. Dia
juga menerima gelar doktor kehormatan dari sejumlah universitas, seperti Institut Teknologi Cranfield,
Inggris; Universitas Chungbuk Korea dan beberapa universitas lainnya.
Habibie terlibat dalam proyek perancangan dan desain pesawat terbang seperti Fokker 28, Kendaraan Militer
Transall C-130, CN-235, N-250 dan N-2130. Dia juga termasuk perancang dan desainer yang jlimet
Helikopter BO-105, Pesawat Tempur, beberapa missil dan proyek satelit.Banyak orang menganggap beliaulan
orang tercerdas, terpintar yang pernah dimiliki Indonesia
Johny Setiawan, Ph.D
Johny Setiawan membuat mata dunia tercengang dengan penemuan
planet pertama yang mengelilingi bintang baru TW Hydrae. Penemuan
itu sangat spektakuler karena dari 270 planet di luar tata surya yang telah
ditemukan astronom dalam 12 tahun terakhir, tak satu pun planet yang
muncul dari bintang muda. Johny yang memimpin tim peneliti di Max
Planck Institute for Astronomy (MPIA), Heidelberg, Jerman itu
menemukan planet pertama yang disebut TW Hydrae b dan bintang baru
TW Hydrae dengan menggunakan teleskop spektrograf F EROS
sepanjang 2,2 meter di La Silla Observatory, Chile. Setamat SMA, pada
1992–1993,Johny mengenyam pendidikan pra-universitas di
Studienkolleg Heidelberg,Jerman. Johny kemudian mempelajari Fisika di Albert-Ludwigs-Universitat,
Freiburg, Jerman, dan mengambil Master di Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg.
Disertasinya di Kiepenheuer-Institute for Solar Physics, Freiburg, berjudul Radial velocity variation of G and
K Giants. Sejak Juni 2003, Johny bekerja sebagai peneliti post-doctoral di MPIA, di Department of Planet and
Star Formation (Prof. Dr.Thomas Henning). Wilayah risetnya saat ini meliputi planet-planet di luar tata surya
di sekitar bintangbintang muda dan bintang-bintang yang sedang terbentuk. Selain itu,Johny yang tinggal di
Bintaro Sektor IX ini juga meneliti atmosfer yang berperan sebagai bintang.

Yow-Pin Lim
Yow-Pin Lim, putra kelahiran Surabaya adalah contoh lain kisah sukses
putra Indonesia di luar negeri. Ia adalah pendiri Chief Scientific Officer Pro
Thera Biologics, sebuah perusahaan di Rhode Island, AS. Pro Thera
dibentuk sebagai keberlanjutan teknologi yang telah dikembangkan di Rhode
Island Hospital, dengan misi mengembangkan dan memasarkan produk
berbasiskan protein theranostic dan therapeutic. Riset yang dihasilkan pria
kelahiran Cirebon 49 tahun yang lalu ini berkontribusi pada pemahaman
terhadap molekul kompleks pada fisiologi manusia dan berbagai macam
penyakit, terutama sepsis, anthrax, dan kanker. Lim kini memiliki beberapa
paten, antara lain Preparative Electrophoresis Device and Methods for
Detecting Cancer of the Central Nervous System. Hebatnya penemuan Lim
menjadi acuan utama rumah sakit-rumah sakit di AS saat ini.
Yanuar Nugroho
Tahun 2009 lalu, seorang putra Indonesia menyedot perhatian dunia
akademik di Inggris . Namanya Yanuar Nugroho, pengajar di
Institut Kajian Inovasi ata Manchester Institution of
Innovation Research dan Pusat Informatika Pembangunan
Universitas Manchester. Yanuar meraih penghargaan sebagai
dosen terbaik 2009 dan hebatnya ia adalah satu-satunya orang
Indonesia yang jadi dosen di Inggris. Menurut Yanuar, Desember
tahun lalu, kriteria utama penilaian penghargaan tersebut adalah
sumbangan akademik lewat penelitian, tulisan, seminar, kuliah dan
konferensi. Selama dua tahun terakhir ini, ia terlibat pada lebih dari
15 penelitian yang didanai oleh Uni Eropa, Dewan Riset Inggris,
Dewan Riset Eropa, serta Departemen Industri dan Perdagangan
Inggris.
Selain mempublikasikan tulisannya di berbagai jurnal
internasional, presentasi di konferensi kelas dunia, dan menjadi
dosen tamu di beberapa universitas termasyhur, seperti Oxford
dan Cambridge. Nugroho adalah alumnus Teknik Industri ITB
tahun 1994. Ia mendapatkan gelar PhD-nya dari Universitas
Manchester dalam waktu kurang dari tiga tahun pada 2007, dan menyelesaikan post-doctoral pada 2008. Sejak
Agustus 2008, Nugroho menjadi staf penuh di Universitas Manchester.

Andreas Raharso
Satu lagi putra Indonesia yang membanggakan di luar negeri adalah
Andreas Raharso. Pria berusia 44 tahun itu saat ini menduduki
pimpinan atau CEO pada sebuah lembaga riset global Hay Group.
Hay Group mempunyai jaringan di hampir belahan dunia dan berkantor
pusat di Amerika. Klien dari Hay Group ini kebanyakan adalah para
pemimpin dunia seperti AS, Perancis, dan Inggris. Jabatan yang diraih
Andreas cukup fenomenal, karena merupakan satu-satunya orang Asia
yang berhasil menduduki posisi puncak. Selama ini jabatan itu
didominasi warga Amerika dan Eropa.
Menilik prestasi dan kegigihan orang-orang Indonesia ini memang tidak
kalah bahkan setara dengan ilmuwan dunia. Kesadaran bahwa kondisi
pendidikan di Tanah Air masih belum kondusif membuat mereka harus
meninggalkan Indonesia untuk meraih sukses. Di Tanah Air, dunia
pendidikan kita saat ini malah masih mempersoalkan perlu tidaknya ujian
nasional (UN).
March Boedihardjo
Bocah Indonesia, March Boedihardjo, mencatatkan diri
sebagai mahasiswa termuda di Universitas Baptist Hong
Kong (HKBU). March akan memiliki gelar sarjana sains ilmu
matematika sekaligus master filosofi matematika. Karena
keistimewaannya itu, perguruan tinggi tersebut menyusun
kurikulum khusus untuknya dengan jangka waktu penyelesaian
lima tahun(dari 2007). Ketika ditanya tentang cara beradaptasi
dengan lingkungan dan orang-orang baru, March mengaku tidak
pernah cemas berhadapan dengan teman sekelas yang lebih tua
darinya. ”Ketika saya di Oxford, semua rekan sekelas saya
berusia di atas 18 tahun dan kami kerap mendiskusikan tugas-
tugas matematika,’’ kisahnya. March memang menempuh
pendidikan menengah di Inggris. Hebatnya, dia masuk dalam
kelas akselerasi, sehingga hanya perlu waktu dua tahun
menjalani pendidikan setingkat SMA itu. Hasilnya, dia
mendapat dua nilai A untuk pelajaran matematika dan B untuk
statistik. Dia juga berhasil menembus Advanced Extension
Awards (AEA), ujian yang hanya bisa diikuti sepuluh persen
pelajar yang menempati peringkat teratas A-level. Dia lulus dengan predikat memuaskan. Dalam sejarah AEA,
hanya seperempat peserta AEA yang bisa mendapat status tersebut.
Itulah beberapa nama orang Indonesia yang bias dikatakan jenius dan sukses dalam karir akademisnya.
Mungkin bias dikatakan anda boleh jenius, tapi jika ingin sukses jangan berkarir di Indonesia. Memang miris
melihat banyak orang pintar Indonesia yang tinggal dan meneliti untuk Negara lain. Tapi hal ini masuk akal
karena perhatian pemerintah terhadap riset masih sangat kurang. Hal ini bias dilihat dari sikap pemerintah
yang lebih sibuk menaikkan gaji pejabat dan PNS daripada menaikkan anggaran penelitian. Lebih sibuk
menganggarkan dana pembelian mobil baru, gedung baru, renovasi ini itu daripada hal yang jauh lebih penting
untuk perkembangan ilmu pengetahuan di Indonesia. Kalo buat naikin ID kami sih masih dapat diampuni.

Anda mungkin juga menyukai