Anda di halaman 1dari 5

Kos – Kosan Ir.

Soekemi
Tempat tinggal Raden Soekemi selama mengadu nasib sebagai guru di Sekolah SD 1 dan 2 Paket
Agung, Kabupaten Buleleng. Terletak di jalan gunung batur batur dekat dengan tempat beliau
mengajar. Raden Soekemi mengajak Nyoman Rai Srimben untuk tinggal Bersama di kos- kosan ini
usai mempersuntingnya tanpa restu. Di tempat inilah anak pertama mereka, yang diberi nama
Raden Soekarmini dilahirkan, yang pada saat itu Raden Soekemi dan Nyoman Rai menanam ari –
ari putri pertama mereka tepat dibelakang kamar kos -kosan yang kemudian ditanam pohon
belimbing putih di atas ari – ari tersebut oleh Raden Soekemi. Namun saat mengandung Soekarno,
kedua pasutri tersebut memutuskan untuk pindah ke Jawa Timur. Kos – kosan ini merupakan milik
dari keluarga Nyoman Suma Artana. Ia memperkirakan Raden Soekami dan Nyoman Rai Serimben
tinggal di kos-kosan milik leluhurnya itu selama kurang lebih enam tahun.

Rumah Kos – kosan Raden Soekemi saat ini


Sumber : Survey tim konsultan, tahun 2018
Pohon Belimbing Putih di Kos – kosan Raden Soekemi
Sumber : Survey tim konsultan, tahun 2018

Rumah Nyoman Rai Srimben


Di rumah inilah Nyoman Rai dilahirkan yang tanggal dan tahun kelahirannya tidak pernah ada yang
menyebut maupun menuliskan.Sewaktu kecil orang tuanya, memberi nama panggilan Srimben
dari kata “Mben” yang berarti rimbun, berlimpahan atau penuh sementara “sri” mengandung arti
kebahagiaan. Semasa remaja, Nyoman Rai Srimben lebih banyak beraktivitas di Lingkungan Bale
Agung. Srimben tak pernah mengenyam pendidikan formal. Karena berasal dari keluarga pemuka
agama, Srimben juga banyak bersentuhan dengan kegiatan adat dan keagamaan. Ia diketahui
bergabung dengan pesaren atau Sekaa Truni pada masa itu. Tugasnya di pesaren adalah
menarikan tari rejang yang sakral setiap kali piodalan di Pura Bale Agung. Selain itu ia juga lebih
banyak menenun membuat kain songket atau kain endek. Raden Soekeni yang saat itu ditugaskan
sebagai guru di Sekolah Rakyat (SR) 1 Singaraja - kini SDN 1 Paket Agung - oleh pemerintahan
kolonial, jatuh cinta pada Srimben saat melihat Srimben menari rejang di Pura Bale Agung, tepat
saat umanis galungan. Saat itu Soekeni yang memiliki darah biru dari Panembahan Senopati dan
Sunan Kalijaga itu sempat melempar Srimben menggunakan bunga cempaka. Konon Soekeni
sudah sering melihat Srimben saat menenun.

Rumah kelahiran Nyoman Rai Srimben


Sumber : Survey tim konsultan, tahun 2018

Pura Bale Agung yang menjadi saksi pertemuan Raden Soekemi dan Nyoman Rai Srimben
Sumber : Survey tim konsultan, tahun 2018
Sekolah SD 1 dan 2 Paket Agung
Pada sekolah ini sekitar tahun 1890 Soekemi Raden Sosrodihardjo diangkat menjadi guru, pada
sekolah yang dekat dengan rumah kosnya. R. Soekemi pada masa itu merupakan orang yang
terpelajar dengan perhatian dan rasa ingin tahu luas. Penulis biografi, Nasution melaporkan
bahwa ayah Soekarno pernah menjadi “asisten” sarjana peneliti Bahasa van den Tuuk yang
bekerja menyusun kamus Bahasa Bali-Kawi-Belanda yang awal tahun 90 tinggal di buleleng serta
meninggal di Surabaya tahun 1894. Minat pada akar – akar budaya jawa sebelum masuk islam,
membuat R. Soekemi tertarik dengan budaya Hindu, sehingga membuatnya sering mengunjungi
Pura Hindu di Buleleng selain ada alas an mencari siswa yang pada saat itu ketertarikan
masyarakat untuk menyekolahkan anak yang masih kurang.

Sekolah SD 1 dan 2 Paket Agung


Sumber : Survey tim konsultan, tahun 2018

Kantor Bupati Buleleng


Kantor Bupati Buleleng yang terletak di Jl. Pahlawan ini dahulunya merupakan bangunan kantor
Asisten Resident pada masa pemerintahan Hindia Belanda di Bali. Bangunan ini dibangun pada
tahun 1849 M setelah pemerintah Hindia Belanda resmi menguasai Kota Singaraja. Fungsi
bangunan kantor tersebut oleh pemerintah Hindia Belanda adalah sebagai pusat pemerintahan
di Kota Singaraja. Setelah periode kemerdekaan oleh pemerintah daerah bangunan ini digunakan
sebagai Gedung Veteran dan Perguruan Tinggi. Dipertengahan tahun 1950-an Presiden RI
Soekarno berkunjung ke Bali dalam acara malam kebudayaan. Konon saat Soekarno mengunjungi
rumah Ibunya di Singaraja ia sempat menggunakan Kantor Bupati Buleleng sebagai tempar
beristirahat kala itu.
Kantor Bupati Buleleng
Sumber : Survey tim konsultan, tahun 2018

Anda mungkin juga menyukai