Anda di halaman 1dari 22

ALAT UKUR

“RALAT DAN PENGUKURAN”

OLEH :
KELOMPOK 1

AFRILIA LONDONAUNG ( 16 503 030)


MIRANDA N.M. TENDEAN (16 505 052)
NI KADEK JURNIAWATI (16 505 013)
NURLAILA E.P. UMACINA (16 505 025)
WELNY NGORYANTO (16 505 026)

JURUSAN FISIKA
FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS NEGERI MANADO

PENGUKURAN DAN RALAT 1


KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala rahmatNYA sehingga makalah

ini dapat tersusun hingga selesai . Tidak lupa kami juga mengucapkan banyak terimakasih atas

bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan sumbangan baik materi maupun

pikirannya.

Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman

bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi

makalah agar menjadi lebih baik lagi.

Karena keterbatasan pengetahuan maupun pengalaman kami, Kami yakin masih banyak

kekurangan dalam makalah ini, Oleh karena itu kami sangat mengharapkan saran dan kritik yang

membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Tondano, 25 Agustus 2015

Penyusun

PENGUKURAN DAN RALAT 2


DAFTAR ISI
Kata pengantar....................................................................................................................i
Daftar isi............................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1. Latar belakang.......................................................................................................1
2. Rumusan masalah..................................................................................................1
3. Tujuan penulisan....................................................................................................2
4. Metode pemecahan masalah……………………………………………………..2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
A. Devinisi pengukuran dan ralat…………...............................................................3
B. Ketelitian dan ketepatan……………………........................................................4
C. Angka berarti………………….............................................................................5
1. Ketentuan angka penting…………………………………………………….5
2. Aturan pembulatan…………………………………………………………..5
3. Aturan penjumlahan dan pengurangan……………………………………....5
4. Aturan perkalian dan pembagian…………………………………………….6
D. Jenis kesalahan………………………...…………….…………………………...6
1. Kesalahan umum……………………………………………………………..6
2. Kesalahan sistematis………………………………………………………….7
3. Kesalahan acak……………………………………………………………….8
E. Analisis statistic………………………………......................................................8
1. Pengukuran tunggal…………………………………………………………..9
2. Pengukuran berulang…………………………………………………………9
3. Teori ketidakpastian (kesalahan)……………………………………………..10
F. System satuan dalam pengukuran………………………………………………..11
1. Besaran fisis………………………………………………………………….11
2. Satuan dasar dan satuan turunan……………………………………………..11
3. System satuan lain dan factor pengubah……………………………………..13

PENGUKURAN DAN RALAT 3


BAB III PENUTUP............................................................................................................14
1. Kesimpulan.............................................................................................................14
2. Saran.......................................................................................................................14
Daftar pustaka…………………………………………………..…………………….15
Lampiran-lampiran……………………………………………………………………16

PENGUKURAN DAN RALAT 4


BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Pengukuran merupakan salah satu point penting dalam ilmu pengetahuan umumnya dan ilmu
fisika khususnya. Dari hal ini mahasiswa diharapkan mampu menyelesaikan persoalan
pengukuran dengan baik dan benar dan bukan untuk hasil yang bagus dengan menggunakan atau
menjiplak hasil tulisan orang lain melainkan hasil kerja dan perhitungan mahasiswa sendiri.
Pengukuran yang dimaksud adalah cara mahasiswa mendapatkan data percobaan,
pengamatan ataupun pengukuran yang akan diolah menjadi data hingga penyajian data dalam
bentuk grafik, tabel ataupun diagram. Selain diolah menjadi data yang baik mahasiswa juga
dituntut untuk dapat menyelesaikan persoalan data hasil penelitian ataupun pengukuran dalam
hal ini perhitungan data seperti menghitung ralat atau ketidakpastian data, probabilitas dan
bentuk perhitungan lainnya untuk mengetahui nilai kebenaran, ketelitian dan kepastian data
pengukuran ataupun penelitian yang dilakukan. Selain sebagai pengujian perhitungan yang
dilakukan juga dapat dijadikan tolok ukur hipotesa awal pengukuran yang dilakukan.
Dari hasil pengolahan data, perhitungan dan penyajian data mahasiswa dapat melihat
kemampuannya dalam hal pengukuran dan tingkat ketelitian mahasiswa tersebut. Mahasiswa
dinilai berhasil tidaknya melakukan percobaan ataupun penelitian dapat dilihat dari hasil laporan
yang dihasilkan karena didalam laporan tersebut dosen ataupun penguji lainnya melihat tingkat
penguasaan dan ketelitiannya merupakan hasil dari penelitian mahasiswa.
B. RUMUSAN MASALAH
a) Apa pengertian pengukuran dan ralat?
b) Apa pengertian ketelitian dan ketepatan?
c) Apa saja yang termasuk angka penting?
d) Apa saja jenis-jenis kesalahan dalam pengukuran?
e) Apa pengertian analisis statistic?
f) Apa saja system satuan dalam pengukuran?

C. TUJUAN PEMBAHASAN

PENGUKURAN DAN RALAT 5


a) Untuk mengetahui pengertian pengukuran dan ralat.
b) Untuk mengetahui pengertian ketelitian dan ketepatan.
c) Untuk mengetahui apa saja yang termasuk dalam angka penting.
d) Untuk mengetahui jenis-jenis kesalahan dalam pengukuran.
e) Untuk mengetahui pengertian analisis statistic
f) Untuk mengetahui sistim satuan dalam pengukuran

D. METODE PEMECAHAN MASALAH


Pemecahan masalah yaitu langkah-langkah yang ditempuh dalam menyelesaikan
permasalahan yang dituangkan dalam rumusan masalah, sedangkan langkah-langkah yang
dilakukan dalam menjawab permasalahan dalam makalah ini adalah Metode Library Research
(kepustakaan) yang berhubungan dengan permasalahan yang dibahasa dalam makalah ini.

PENGUKURAN DAN RALAT 6


BAB II
PEMBAHASAN

A. DEFINISI PENGUKURAN DAN RALAT


1. Pengukuran
Pengukuran adalah membandingkan suatu benda dengan besaran lain yang sejenis yang
dipergunakan sebagai satuan-nya, alat pembanding itulah yang dinamakan dengan alat
ukur. Pengukuransupaya memiliki ketelitian pengukuran dan ketepatan pengukuran, harus
digunakan alat yang sudah diakui secara internasional juga sudah
ditera ketepatan (akurasi) serta ketelitian (presisi). Misalnya bila kita akan mengukur panjang
meja maka harus digunakan mistar jangan menggunakan jari tangan atau kalau kita akan
mengukur suhu air harus menggunakan termometer tidak boleh dengan ujung jari yang hasilnya
hanya panas dingin atau hangat.
Fisika merupakan ilmu yang mempelajari segala sesuatu tentang gejala alam melalui
pengamatan atau observasi dan memperoleh kebenaran secara empiris melalui panca
indera karena itu pengukuran merupakan bagian yang sangat penting dalam proses
membangun konsep-konsep fisika. Pengukuran dilakukan langsung untuk mengetahui kuantitas
besaran-besaran fisika seperti yang sudah dibahas dalam besaran dan pengukuran

2. Ralat
Ralat ialah beda antara nilai sebenar bagi satu kuantiti fizik dan nilai yang didapati dalam
pengukuran.Oleh kerana nilai kuantiti yang sebenar tidak diketahui, maka ralat yang sebenar
juga tidak diketahui.Bagaimanapun, ralat satu ukuran biasanya dapat dianggar.Ralat bersistem
ialah ralat yang cenderung untuk mengalihkan semua pengukuran secara bersistem sehingga nilai
minnya tersesar daripada nilai sebenar.Ralat bersistem mengakibatkan semua bacaan yang
diperoleh sama ada terlalu besar atau terlalu kecil.Ralat bersistem tidak dapat dihapuskan dengan
mengambil purata terhadap beberapa bacaan yang diulang-ulang. Contoh ralat bersistem
termasuk:Contoh-contoh ralat bersistem termasuk

PENGUKURAN DAN RALAT 7


B. KETELITIAN DAN KETEPATAN
Pengertian yang jelas mengenai ketelitian (presisi) dan ketepatan (akurasi) dapat digunakan
untuk mengevaluasi suatu hasil analisis.
 Ketelitian (presisi) adalah kesesuaian diantara beberapa data pengukuran yang sama yang
dilakukan secara berulang. Tinggi rendahnya tingkat ketelitian hasil suatu pengukuran
dapat dilihat dari harga deviasi hasil pengukuran.
 Sedangkan ketepatan (akurasi) adalah kesamaan atau kedekatan suatu hasil pengukuran
dengan angka atau data yang sebenarnya (true value / correct result).
C. ANGKA BERARTI
Angka penting adalah bilangan yang diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri dari
angka-angka penting yang sudah pasti (terbaca pada alat ukur) dan satu angka terakhir yang
ditafsir atau diragukan. Sedangkan angka eksak/pasti adalah angka yang sudah pasti (tidak
diragukan nilainya), yang diperoleh dari kegiatan membilang (menghitung).
Bila kita mengukur panjang suatu benda dengan mistar berskala mm (mempunyai batas
ketelitian 0,5 mm) dan melaporkan hasilnya dalam 4 angka penting, yaitu 114,5 mm. Jika
panjang benda tersebut kita ukur dengan jangka sorong (jangka sorong mempunyai batas
ketelitian 0,1 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 5 angka penting, misalnya 114,40 mm,
dan jika diukur dengan mikrometer sekrup (Mikrometer sekrup mempunyai batas ketelitian
0,01 mm) maka hasilnya dilaporkan dalam 6 angka penting, misalnya 113,390 mm. Ini
menunjukkan bahwa banyak angka penting yang dilaporkan sebagai hasil pengukuran
mencerminkan ketelitian suatu pengukuran. Makin banyak angka penting yang dapat
dilaporkan, makin teliti pengukuran tersebut. Tentu saja pengukuran panjang dengan
mikrometer sekrup lebih teliti dari jangka sorong dan mistar.
Pada hasil pengukuran mistar tadi dinyatakan dalam bilangan penting yang mengandung
4 angka penting : 114,5 mm. Tiga angka pertama, yaitu: 1, 1, dan 4 adalah angka eksak/pasti
karena dapat dibaca pada skala, sedangkan satu angka terakhir, yaitu 5 adalah angka taksiran
karena angka ini tidak bisa dibaca pada skala, tetapi hanya ditaksir.
1. Ketentuan Angka Penting :
 Semua angka yang bukan nol merupakan angka penting. Contoh : 6,89 ml memiliki 3
angka penting.78,99 m memiliki empat angka penting. 7000,2003 ( 9 angka penting ).

PENGUKURAN DAN RALAT 8


 Semua angka nol yang terletak diantara bukan nol merupakan angka penting. Contoh
: 1208 m memiliki 4 angka penting. 2,0067 memiliki 5 angka penting.
 Semua angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir, tetapi
terletak di depan tanda desimal adalah angka penting. Contoh : 70000, ( 5 angka
penting).
 Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan di belakang
tanda desimal adalah angka penting. Contoh : 23,50000 (7 angka penting).
 Angka nol yang terletak di belakang angka bukan nol yang terakhir dan tidak dengan
tanda desimal adalah angka tidak penting. Contoh : 3500000 (2 angka penting).
 Angka nol yang terletak di depan angka bukan nol yang pertama adalah angka tidak
penting. Contoh : 0,0000352 (3 angka penting).
2. Aturan Pembulatan
 Jika angka pertama setelah angka yang hendak dipertahankan adalah 4 atau lebih
kecil, maka angka itu dan seluruh angka disebelah kanannya ditiadakan. Contoh (1) :
75,494 = 75,49 (angka 4 yang dicetak tebal ditiadakan). Contoh (2) : 1,00839 = 1,008
( kedua angka yang dicetak tebal ditiadakan)
 Jika angka pertama setelah angka yang akan anda pertahankan adalah 5 atau lebih
besar, maka angka tersebut dan seluruh angka di bagian kanannya ditiadakan. Angka
terakhir yang dipertahankan bertambah satu.Contoh (1) 1,037878 = 1,038 (ketiga
angka yang diberi garis bawah dihilangkan, sedangkan angka 7 yang dicetak tebal,
dibulatkan menjadi 8).
3. Aturan Penjumlahan dan Pengurangan
Apabila anda melakukan operasi penjumlahan atau pengurangan, maka hasilnya hanya
boleh mengandung satu angka taksiran (catatan : angka tafsiran adalah angka terakhir dari
suatu angka penting).
Contoh :
Jumlahkan 273,219 g; 15,5 g; dan 8,43 g (jumlahkan seperti biasa, selanjutnya bulatkan
hasilnya hingga hanya terdapat satu angka taksiran)
Angka 4 dan 9 ditiadakan. Hasilnya = 297,1

PENGUKURAN DAN RALAT 9


4. Aturan Perkalian dan Pembagian
 Pada operasi perkalian atau pembagian, hasil yang diperoleh hanya boleh memiliki
jumlah angka penting sebanyak bilangan yang angka pentingnya paling
sedikit.Contoh : hitunglah operasi perkalian berikut ini : 0,6283 x 2,2 cm
(petunjuk : lakukanlah prosedur perkalian atau pembagian dengan cara biasa.
Kemudian bulatkan hasilnya hinga memiliki angka penting sebanyak salah satu
bilangan yang memiliki angka penting paling sedikit)
Hasilnya dibulatkan menjadi 1,4 cm2 (dua angka penting)
 Hasil perkalian atau pembagian antara bilangan penting dengan bilangan
eksak/pasti hanya boleh memiliki angka penting sebanyak jumlah angka penting
pada bilangan penting.Contoh : hitunglah operasi perkalian berikut ini : 25 x 8,95
Hasilnya dibulatkan menjadi 224 cm (tiga angka penting) agar sama dengan banyak
angka penting pada bilangan penting 8,95.
D. JENIS KESALAHAN
Tidak ada pengukuran yang menghasilkan ketelitian yang sempurna, tetapi penting untuk
mengetahui : ketelitian yang sebenarnya dan bagaimana kesalahan yang berbeda digunakan
dalam pengukuran. Kesalahan-kesalahan pada pengukuran, umumnya dibagi dalam 3 ( tiga )
jenis utama, yaitu :
1. Kesalahan umum ( gross errors ) :
Kesalahan besar (blunder) terjadi akibat dari kesalahan personal (kecerobohan pengukur)
yang membuat hasil dari pengukuran menjadi terlalu kecil atau terlalu besar sehingga nilai
hasil pengukuran sangat jauh dari nilai ukur yang sebenarnya. Contoh hasil pengukuran suatu
benda : 45,934 ; 45,935 ; 45,934 ; 4,593; 45,936.
Kesalahan ini Kebanyakan disebabkan kesalahan manusia, antara lain :
a. kesalahan pembacaan alat ukur
b. penyetelan yang tidak tepat
c.pemakaian instrumen yang tidak sesuai
d. kesalahan penaksiran

PENGUKURAN DAN RALAT 10


2. Kesalahan sistematis ( systematic errors )
Kesalahan sistematis terjadi akibat dari alat yang digunakan selama proses pengukuran.
Hasil dari kesalahan tersebut dirata-ratakan sehingga mendapatkan rata-rata dari pengukuran.
Jarak/rentang dari rata-rata pengukuran ke nilai yang sebenarnya inilah yang dinamakan
dengan kesalahan sistematik.

Disebabkan kekurangan-kekurangan pada instrumen sendiri, Kesalahan sistem


matematis, umumnya dikelompokkan kedalam dua bagian, yaitu :
 Kesalahan – kesalahan instrumental ( instrumental errors ), kesalahan-kesalahan
yang tidak dapat dihindarkan dari instrumen, karena struktur mekanisnya.
Misalnya :
 gesekan komponen yang bergerak terhadap bantalan, dapat menimbulkan
pembacaan yang tidak tepat ( pada alat ukur d’Arsonval ).
 tarikan pegas yang tidak teratur, perpendekan pegas.
 berkurangnya tarikan karena penanganan yang tidak tepat atau pembebanan
instrumen secara berlebihan.
Jenis kesalahan instrumen lainnya :
 Kalibrasi yang menyebabkan pembacaan instrumen yang terlalu tinggi atau
terlalu rendah sepanjang seluruh skala.
 Kegagalan mengembalikan jarum penunjuk ke angka nol sebelum melakukan
pengukuran
Kesalahan-kesalahan instrumen dapat dihindari dengan cara :
- pemilihan instrumen yang tepat untuk pemakaian tertentu
- penggunaan faktor-faktor koreksi, jika mengetahui banyaknya kesalahan
instrumental.
- Mengkalibrasi instrumen tersebut terhadap instrumen standar

PENGUKURAN DAN RALAT 11


 Kesalahan-kesalahan lingkungan ( environmental errors ), disebabkan oleh
keadaan luar, dan termasuk keadaan disekitar instrumen yang mempengaruhi alat
ukur, seperti :
- pengaruh perubahan temperatur.
- kelembaban.
- tekanan udara luar atau medan maknetik atau medan elektrostat
3. Kesalahan yang tidak disengaja (acak) ( random errors )
Disebabkan oleh penyebab-penyebab yang tidak dapat secara langsung diketahui,
karena perubahan-perubahan parameter atau sistem pengukuran terjadi secara
acakKesalahan random terjadi akibat dari kesalahan personal, alam dan alat yang
digunakan selama proses pengukuran. Jarak/rentang terlebar atau terjauh dari pengukuran
berulang dinamakan kesalahan random.

E. ANALISIS STATISTIC
Di dalam fisika, terdapat dua jenis pengukuran yaitu pengukuran tunggal dan pengukuran
berulang. Pengukuran tunggal adalah pengukuran yang dengan satu kali pengukuran langsung
diperoleh hasil ukurnya berupa (x ± Δx) satuan dan jika dilakukan pengukuran berulang hasilnya
tetap sama. Sedangkan pengukuran berulangadalah pengukuran dimana untuk mendapatkan
hasil (x ± Δx) satuan harus dilakukan beberapa kali pengukuran karena disetiap kali pengukuran
memperoleh hasil yang berbeda.
Pengukuran tunggal dan pengukuran berulang hasil ukurnya ditulis ke dalam
bentuk (x ± Δx) dimana pada pengukuran tunggal nilai x merupakan angka pasti sebuah
pengukuran dan Δx merupakan nilai ketidakpastiannya atau ralat. Sedangkan pada pengukuran
berulang nilai x merupakan rata-rata perkiraan terbaik dari setiap pengulangan pengukuran
dan Δx merupakan nilai ralat yang diperoleh dari nilai sebaran sekitar rata-rata atau standar
deviasi.
PENGUKURAN DAN RALAT 12
1. Pengukuran Tunggal
Dalam pengukuran tunggal, penentuan hasil ukurnya tidak ada aturan tertentu (tidak harus
½ Nilai Skala Terkecil) dan hasil ukurnya ditentukan oleh keprofesionalitas si pengukur itu
sendiri yang dilakukan secara logis dan rasional berdasarkan intuisi dan pemahaman yang
dikuasainya.
Untuk contoh pengukuran tunggal Anda bisa membacanya pada artikel berjudul sistem
pengukuran beserta alat ukur tentang pengukuran panjang benda menggunakan mistar. Di artikel
tersebut dijelaskan bahwa penggunaan aturan ½ Nilai Skala Terkecil tidak bisa diterapkan
disemua penguran alias tidak baku.
2. Pengukuran Berulang
Ada beberapa sebab mengapa sebuah pengukuran dilakukan secara berulang-ulang antara lain
 Adanya kesulitan eksperimen dalam pengulangan pengukuran
 Besaran yang diukur bersifat fluktuatif (berubah-ubah)
 Adanya variasi dari medium pada saat eksperimen dilakukan
Nah disini kita dapat menentukan angka pastinya dengan cara mengambil sejumlah data yang
kemudian diambil nilai rata-ratanya. Sedangkan nilai ketidakpastiannya dapat diambil dari nilai
deviasinya.
Nilai rata-ratanya dapat kita tentukan menggunakan persamaan di bawah ini:

Keterangan:
N merupakan jumlah data sedangkan ni merupakan banyaknya data xi yang muncul.
Untuk nilai deviasinya dapat kita tentukan dengan persamaan akar kuadrat dari ragam rerata
sampel (averaged sample variance), yakni

Standar deviasi adalah nilai statistic yang digunakan untuk menentukan bagaimana
sebaran data dalam sampel, dan seberapa dekat titik data individu ke data tengan dan rata-rata
nilai sampel yang didapat saat melakukan praktikum.

PENGUKURAN DAN RALAT 13


Sedangkan pengertian ralat relative adalah nilai ralat (nilai perkiraan ) yang didapat
dalam pengukuran.relativ maksudnya, yang kecil yang besarnya tambah sedikit, bukan hanya
perkiraan ralat relative dan standar relative (artinya mutu).
1. Teori ketidakpastian(kesalahan)
dalam melakukan praktikum kita pasti sangat di batasi oleh waktu. Sehingga tidak mungkin
kita dapat melakukan pengukuran terus menerus untuk mendapatkan nilai benar atau nilai
hamper benar( true value). Untuk mencari harga sebenarnya dari suatu besaran, menurut
beberapa teori kita dapat mengambil data sedemikian rupa sehingga data tersebut dapat mewakili
nilai universal dari besaran yang di ukur.
Dari percobaan kita harus menemukan suatu nilai terbaik sebagai nilai benar. Dan juaga kita
harus menentukan suatu nilai yang menyatakan sampai seberapa jauh hasil ini dapat dipercaya.
Nilai ini kita sebut sebagai nilai ketidakpastian. Nilai sebenarnya dapat di tulis dalam bentuk:
𝑥 = 𝑥̅ ± ∆𝑥
Dimana x menyatakan nilai terbaik dan Δx menyatakan perkiraan kesalahan.
Contoh dalam pengukuran
Data hasil pengamatan

No Panjang
1 9,25 mm
2 9,20 mm
3 9,30 mm
4 9,90 mm
5 9,05 mm
6 9,35 mm
7 9,90 mm
8 9,25 mm
9 9,20 mm
10 9,15 mm

∑ 𝑥 9,25 + 9,20 + 9,30 + 9,90 + 9,05 + 9,35 + 9,90 + 9,25 + 9,20 + 9,15
𝑥̅ = =
𝑛 10

PENGUKURAN DAN RALAT 14


93,55
= = 9,35 𝑚𝑚
10

∆𝑥 = 𝑠𝑥

∑(𝑥̅ − 𝑥𝑖 )2 (9,35 − 9,25)2 + (9,35 − 9,20)2 + (9,35 − 9,30)2 + (9,35 − 9,90)2 + (9,35 − 9,05)2
=√ = √
𝑛(𝑛 − 1) 10

(9,35 − 9,35)2 + (9,35 − 9,90)2 + (9,35 − 9,25)2 + (9,35 − 9,20)2 + (9,35 − 9,15)2
=√
10

0,01 + 0,02 + 0,0025 + 0,3025 + 0,09 + 0 + 0,3025 + 0,01 + 0,0225 + 0,04


=√
10

√0,08 = 0,28 mm
𝑗𝑎𝑑𝑖, 𝑛 = 9,35 ± 0,28 𝑚𝑚

∆𝑛 0,28
𝑟𝑎𝑙𝑎𝑡 𝑟𝑒𝑙𝑎𝑡𝑖𝑣𝑒 𝑥100% = 𝑥100% = 0,03%
𝑛̅ 9,35

F. SISTEM SATUAN DALAM PENGUKURAN


1. Besaran fisis

Besaran Fisis adalah segala sesuatu yang dapat diukur dan dinyatakan dengan angka. Besaran
Fisis dilelompokkan menjadi dua, yaitu:
Besaran pokok adalah besaran yang satuannya telah ditetapkan terlebih dahulu dan tidak
diturunkan dari besaran lain. Tujuh besaran pokok, yaitu: panjang, massa, waktu, suhu, kuat arus
listrik, intensitas cahaya, dan jumlah zat.
Besaran turunan adalah besaran yang diturunkan dari satu atau lebih besaran pokok.
Misalnya, luas yang dirumuskan sebagai panjang X lebar, termasuk besaran turunan karena luas
diturunkan dari dua besaran panjang. Demikian juga volum yang dirumuskan sebagai panjang X
lebar X tinggi, termasuk besaran turunan karena volum diturunkan dari tiga besaran panjang.
2. Satuan dasar dan satuan turunan
 Satuan dasar

PENGUKURAN DAN RALAT 15


Ilmu pengetahuan dan teknik menggunakan dua jenis satuan, yaitu satuan dasar dan
satuan turunan. Satuan-satuan dasar dalam mekanika terdiri dari panjang, massa dan waktu.
Biasa disebut dengan satuan – satuan dasar utama. Dalam beberapa besaran fisis tertentu pada
ilmu termal, listrik dan penerangan juga dinyatakan satuan-satuan dasar. Arus listrik,
temperatur, intensitas cahaya disebut dengan satuan dasar tambahan. Sistem satuan dasar
tersebut selanjutnya dikenal sebagai sistem internasional yang disebut sistem SI. Sistem ini
memuat 6 satuan dasar seperti tabel berikut:
Kuantitas Satuan Dasar Simbol
Panjang meter m
Massa kilogram kg
Waktu sekon s
Arus listrik amper A
Temperatur kelvin K
Intensitas cahaya kandela Cd

 Satuan turunan

Satuan-satuan lain yang dapat dinyatakan dengan satuan-satuan dasar disebut satuan-
satuan turunan. Untuk memudahkan beberapa satuan turunan telah diberi nama baru, contoh
untuk daya dalam SI dinamakan watt yaitu menggantikan j/s. berikut contoh satuan turunan:
Dinyatakan dalam
Satuan
satuan SI atau
Kuantitas yang Simbol
satuan yang
diturunkan
diturunkan
Frekuensi hertz Hz 1 Hz = 1 s-1
Gaya newton N 1 N = I kgm/s2
Tekanan pascal Pa 1 Pa = 1 N/m2
Enersi kerja joule J 1 J = 1 Nm
Daya watt W 1 W = 1 J/s
Muatan listrik coulomb C 1 C = 1 As
GGL/beda potensial volt V 1 V = 1 W/A

PENGUKURAN DAN RALAT 16


Kapasitas listrik farad F 1 F = 1 AsIV
Tahanan listrik ohm Ω 1 = I V/A
Konduktansi siemens S 1 S = 1 Ω– 1
Fluksi magnetis Weber Wb 1 Wb = I Vs
Kepadatan fluksi Tesla T 1 T = 1 Wb/m2
Induktansi Henry H 1 H = 1 Vs/A
Fluksi cahaya Lumen lM l m = 1 cd sr
Kemilauan lux lx l x = 1 lm/m2

3. System satuan lain dan factor pengubah

Di Inggris sistem satuan panjang menggunakan kaki (ft), massa pon (lb), dan waktu
adalah detik. (s). Satuan-satuan tersebut dapat dikonversikan ke satuan SI, yaitu panjang 1 inci =
1/12 kaki ditetapkan = 25,4 mm, untuk massa 1 pon (lb) = 0,45359237 kg. Berdasarkan dua
bentuk ini memungkinkan semua satuan sistem Inggris menjadi satuan – satuan SI. Lebih
jelasnya perhatikan tabel berikut.tabel konversi satuan inggris ke SI yaitu sebagai berikut:
Satuan Inggris Simbol Ekivalensi Kebalikan
metrik
Panjang 1 kaki ft 30,48 cm 0,0328084
1 inci In 25,40 mm 0,0393701
Luas 1 kaki kuadrat Ft2 9,2903 x 102 cm2 0,0107639×102
1 inci kuadrat In2 6,4516 x 102 0,15500 x 10-2
Isi 1 kaki kubik Ft3 mm2 35,3147
Massa 1 pon lb 0,0283168 m3 2,20462
Kerapatan 1 pon per kaki kubik lb/ft3 0,45359237 kg 0,062428
Kecepatan 1 kaki per sekon ft/s 16,0185 kg/m3 3,28084
Gaya 1 pondal pdl 0,3048 m/s 7,23301
Kerja, energi 1 kaki-pondal ft pdl 0,138255 N 23,7304
Daya 1 daya kuda Hp 0,0421401 J 0.00134102
745,7 W

PENGUKURAN DAN RALAT 17


PENGUKURAN DAN RALAT 18
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN

A. KESIMPULAN
Pengukuran adalah membandingkan suatu benda dengan besaran lain yang sejenis
yang dipergunakan sebagai satuan-nya, alat pembanding itulah yang dinamakan
dengan alat ukur. Sedangkan Ralat ialah beda antara nilai sebenarnya bagi suatu kuantiti
fizik dan nilai yang didapati dalam pengukuran. Di dalam pengukuran juga terdapat
kesalahan baik itu kesalahan umum yang di sebabkan oleh praktikan itu sendiri,maupun
kesalahan sistematis yang di sebabkan oleh alat yang di gunakan ataupun kesalahan acak
yang terjadi tanpa di sengaja. Dalam pengukuran dapat di lakukan dengan pengukuran
satu kali maupun pengukuran berulangkali. Selain itu dalam pengukuran juga terdapat
besaran fisis yang di berikan pada hasil yang didapat mulai dari satuan dasar hingga
satuan turunan yang merupakan turunan dari satuan dasar itu sendiri.

B. SARAN
Kami menyadari kekurangan dari makalah ini. Sehingga kami manyarankan kepada
pembaca agar bisa memberikan kritik dan sarannya, agar makalah ini bisa jadi lebih baik.
Terima kasih.

PENGUKURAN DAN RALAT 19


DAFTAR PUSTAKA

http://www.kajianpustaka.com/2014/01/pengukuran-dan-ralat.html

http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2010/03/angka-penting-dan-jenis-kesalahan/

https://ridwanmuslim.wordpress.com/2013/01/18/besaran-fisis/

PENGUKURAN DAN RALAT 20


LAMPIRAN-LAMPIRAN

NAMA PERTANYAAN JAWABAN

Nadya tambaani Berikan contoh perbedaan Contohnya misalnnya mistar 4 cm di ukur


(kelompok 2) antara ketelitian dan mendapat data hasil pengamatan yaitu
ketepatan(akurasi) 3,98 , 3,98 , 3,98 , 3,99 , 3,99
Maka untuk hasil 3,98 pengukuran di
katakanan teliti sedangkan untuk hasil 3,99
di katakan tepat karena hampir mencapai
nilai yang sebenarnya .
Namun nilai ssebenarnya dapat di cari
dengan standar deviasi yaitu dengan
menjumlahkan semua hasil kemudian di
bagi jumlah data sehingga dari data di atas
hasilnya yaitu 3,984
Nurlaili E.p Bagaimana cara agar dalam Cara agar pada pengukuran mendapat nilai
umacina pengukurunan mendapat kesalahan sangat kecil adalah:
(kelompok 2) teori kesalahan yang sangat 1. Mengkalibrasi terlebih dahulu alat
kecil ? yang digunakan.
2. Membaca pengukuran secara tegak
lurus
3. Mengetahui terlebih dahulu cara-
cara menggunakan alat yang di
pakai.
4. Selain itu factor alam terhadap alat
juga sangat berpengaruh terhadap
alat yang di gunakan (mis : pengaruh
temperatur, kelembapan, dan juga
tekanan udara)
Aron komea Berikan contoh dari Jumlahkan 273,219 g; 15,5 g; dan 8,43 g
(kelompok 4) penjumlahan dan
(jumlahkan seperti biasa, selanjutnya
pengurangan
bulatkan hasilnya hingga hanya terdapat
satu angka taksiran)
Angka 4 dan 9 ditiadakan. Hasilnya = 297,1
Irfandi ismail Sebutkan ketelitian dari Ketelitian dari alat ukur yaitu:
(kelompok 3) mistar,jangka sorong dan 1. mistar yaitu 1 mm
micrometer sekrup 2. jangka sorong yaitu 0,1 mm

PENGUKURAN DAN RALAT 21


3. micrometer sekrup yaitu 0,01 mm
Melfa sumigar Apa perbedaan satuan Perbedaannya jika satuan turunan satuannya
(kelompok ) turunan dan besaran turunan yang di turunkan seperti satuan(N/kgms-
2
),(J/Nm),(N/m2) dll. Sedangkan untuk
besaran turunan besarannya yang di
turunkan seperti: gaya, daya, tekanan dll.
Jibrael yohan Jelaskan pengertian angka Angka penting adalah bilangan yang
(kelompok ) penting dan mengapa di diperoleh dari hasil pengukuran yang terdiri
ingris menggunakan system dari angka-angka penting yang sudah pasti
satuan lain (terbaca pada alat ukur) dan satu angka
terakhir yang ditafsir atau diragukan.

Sedangkan alasan mengapa di ingris


menggunakan system satuan lain karena
mereka lebih nyaman menggunakan system
satuan itu namun, system satuan itu
memiliki pembanding yang nanti hasilnya
akan di konversikan kesatuan internasional
(SI)

PENGUKURAN DAN RALAT 22

Anda mungkin juga menyukai