Anda di halaman 1dari 11

Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No.

2, November 2018 1

PENGETAHUAN ASAM URAT, ASUPAN PURIN DAN STATUS GIZI


TERHADAP KEJADIAN HIPERURISEMIA PADA MASYARAKAT
PERDESAAN

Delita Septia Rosdiana1, Ali Khomsan2, Cesilia Meti Dwiriani2

Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor


delitaseptia@gmail.com

Abstrak: Penelitian ini bertujuan untuk melihat status hiperurisemia di pedesaan. Metode penelitian
ini dilakukan dengan cara cross-sectional studi yang dilakukan di pedesaan Kabupaten Cianjur.
Pemilihan subjek penelitian dengan teknik random sampling dan diperoleh 116 subjek terpilih yang
berpartisipasi dalam penelitian. Data penelitian yang dikumpulkan adalah pengetahuan terkait asam
urat, asupan purin subjek dengan menggunakan kuesioner dengan teknik wawancara. Data status gizi
berupa Indeks Massa Tubuh (IMT) dikumpulkan melalui berat badan (kg) dan tinggi badan (m2)
dikumpulkan melalui pengukuran antropomteri gizi serta serta data kadar asam urat sampel diperoleh
melalui pengambilan darah vena subjek. Hasil studi menunjukkan bahwa subjek dengan IMT normal
sebanyak 58,6% kadar asam urat subjek menunjukan normal (< 500 mg) sedangkan rata-rata
pengetahuan asam urat subjek terkategorikan rendah (< 60 ). Asupan purin subjek tergolong rendah.
Hasil uji hubungan menunjukkan bahwa kejadian hiperurisemia berhubungan signifikan dengan
tingkat asupan purin subjek. Hasil uji regresi berdasarkan jenis kelamin, pada pria dengan rentang usia
dewasa menengah menunjukkan bahwa asupan purin merupakan faktor risiko hiperurisemia p = 0.001
(OR = 24,5; 95% CI: 1.80-332.46).

Kata kunci: asupan purin, hiperurisemia, pengetahuan gizi, status gizi.

PENDAHULUAN pada wanita pada semua usia (Luk &


Hiperurisemia merupakan Simmin 2005).
kondisi meningkatnya kadar asam urat Peningkatan prevalensi
dalam darah. Asam urat merupakan hiperurisemia di seluruh dunia
produk akhir dari metabolisme purin. beberapa dekade ini mengalami
Proses metabolsime purin terjadi pada kenaikan. Torallba (1975) melakukan
hati manusia (Murray et al. 2009). Hal penelitian pada masyarakat Filipina
ini yang menjadi salah satu pemicu imigran dibeberapa negara
tingginya kadar asam urat di dalam menyebutkan bahwa hiperurisemia
darah. Hiperurisemia dapat menyerang berkembang menjadi gout disebabkan
pria pada usia sekitar 30-50 tahun dan faktor lingkungan, asupan purin, gagal
merupakan penyakit yang diturunkan ginjal. Di Cina, prevalensi
oleh generasi sebelumnya, tetapi tidak hiperurisemia pria dewasa sekitar
terjadi pada wanita. Wanita dapat 13,8% dan wanita dewasa sekitar
terserang hiperurisemia setelah 6,0% (Fang et al. 2006). Darmawan
mengalami menopause. Hal ini (1992) dalam Nan (2008) melaporkan
berkaitan dengan peran hormon prevalensi hiperurisemia pada usia 25-
estrogen yang berperan dengan proses 64 tahun di perdesaan Jawa diperoleh
regulasi asam urat di dalam darah. sekitar 24,3% pada pria dan 8,7% pada
(Ene-Stroecu & Corbien 2005). Pria wanita.
memiliki risiko lebih besar untuk Menurut data Riskesdas (2013)
terserang hiperurisemia dibandingkan hiperurisemia sering dihubungkan
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 2

dengan penyakit sendi. Pada usia 55- kadar asam urat berhubungan dengan
64 jumlah penyakit sendi sekitar 45%. indeks massa tubuh (IMT). Menurut
Prevalensi hiperurisemia memiliki Schlesinger (2005) kadar asam urat
angka yang cukup beragam. Banyak menurun seiring dengan penurunan
studi melaporkan bahwa hiperurisemia berat badan seseorang. Pengetahuan
merupakan prediktor penyakit berperan dalam perilaku seseorang
hipertensi, risiko penyakit jantung, dalam menjaga kesehatan dan memilih
metabolik sindrom, bahkan bisa jenis makanan yang baik untuk tubuh.
mengakibatkan kematian. (Juraschek Hasil penelitian Runtuwene (2016)
et al. 2014; Jin et al. 2013; Tsan et al. subjek yang mendapatkan konseling
2012). Penyakit lainnya yang dan pengetahuan terakait asam urat
diindikasikan berkaitan dengan mengalami penurunan setelah
hiperurisemia adalah gagal ginjal dan diberikan konseling dan informasi
obesitas (Harris et al. 1999; Choi et al. terakait asam urat baik sumber
2005; Cicero et al. 2016). makanan penyebab asam urat.
Obesitas mulai meningkat Berdasarkan latar belakang
sejak beberapa dekade terakhir. diatas rumusan penelitian ini adalah
Obesitas merupakan salah satu untuk mengetahui penderita
indikator metabolik sindrom dan hiperurisemia di perdesaan Kabupaten
faktor risiko diabetes melitus tipe-2. Cianjur. Tujuan umum penelitian ini
Studi yang dilakukan Takahashi et al. adalah menganalisis hubungan status
(1997) menyebutkan studi pada pria gizi, asupan purin serta pengetahuan
obesitas di Jepang terdapat asam urat terhadap kejadian
penumpukan lemak subkutan atau hiperurisemia pada masyarakat
lemak visceral dan meningkatkan perdesaan.
indeks massa tubuh serta
mempengaruhi metabolisme asam urat METODE
di dalam tubuh. Obesitas memiliki Metode penelitian yang digunakan
dampak pada metabolisme asam urat adalah studi deskriptif dengan metode
termasuk peningkatan produksi asam cross sectional study. Penelitian ini
urat serta penurunan ekskresi asam dilakukan di Kabupaten Cianjur,
urat melalui ginjal (Nan 2008). Provinsi Jawa Barat pada bulan
Faktor risiko yang November 2014 - April 2015. Data
berhubungan dengan peningkatan penelitian ini merupakan bagian dari
kadar asam urat di dalam darah penelitian Sosio-Economic,
diantaranya, faktor genetik, tingginya Demographic, Dietary and Lifestyle
konsumsi makanan seafood, daging- Characteristic and The Prevalence of
dagingan, makanan sumber fruktosa. Metabolic Syndrom of Middle Aged
(Choi et al. 2005; Johnson et al. 2005; Rural People (Nurdin et al. 2014).
Doherty 2009). Hiperurisemia Sebagian data diperoleh dari penelitian
diketahui berhubungan dengan indeks utama dan pengetahuan asam urat
massa tubuh, pada penelitian Jiang et merupakan variabel tambahan.
al. (2015) menyatakan bahwa indeks Penelitian ini dilakukan untuk melihat
massa tubuh (IMT) berpengaruh gambaran penderita hiperurisemia di
terhadap kadar asam urat. Studi perdesaan Kabupaten Cianjur.
sebelumnya yang dilakukan Conen et Populasi target dari penelitian
al. (2004) menyatakan peningkatan ini adalah pria dan wanita perdesaan
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 3

dengan rentang usia 40 - 60 tahun atau dan persentase. Hal ini menunjukkan
usia dewasa madya. Populasi gambaran karakteristik subjek (jenis
terjangkau diambil dari sebagian kelamin, usia, tingkat pendidikan,
subjek di salah satu perdesaan di pekerjaan, pendapatan), pengetahuan
Kecamatan Karang Tengah Kabupaten asam urat, asupan purin dan status gizi
Cianjur yang dipilih secara purposive (indeks massa tubuh). Uji bivariat
sampling. Cara pengambilan subjek menggunakan uji chi-square dengan
usia dewasa madya dengan rumus taraf kepercayaan (α) 0,05 atau 95%.
estimasi rata-rata populasi (Lwanga & Uji ini digunakan untuk mengetahui
Lemeshow et al. 1997). Pengambilan hubungan variabel yang diteliti dengan
sampel berdasarkan prevalensi kejadian hiperurisemia. Uji beda
hiperurisemia di perdesaan Jawa menggunakan uji mann-whitney, uji
Tengah (Hidayat 2009) sebesar 47.2%. ini bertujuan untuk mengetahui
Sampel minimal penelitian diperoleh terdapat perbedaan atau tidak beberapa
96 orang. Sampel yang berpartisipasi variabel berdasarkan jenis kelamin.
pada penelitian ini sebanyak 116 Uji multivariat untuk melihat faktor
subjek dengan asumsi subjek melebihi yang paling berpengaruh terhadap
sampel minimal. kejadian hiperurisemia pada kedua
Data yang dikumpulkan jenis kelamin. Selain uji multivariat,
meliputi karakteristik subjek (usia, untuk melihat faktor risiko pada setiap
pendidikan, pekerjaan, pendapatan), jenis kelamin menggunakan uji
pengetahuan gizi terkait asam urat, pearson-chi square.
asupan purin, status gizi (indeks massa
tubuh). Data katakteristik subjek, HASIL DAN PEMBAHASAN
pengetahuan asam urat dengan PENELITIAN
pernyataan 10 pertanyaan (B-S), data Karakteristik Subjek
asupan purin diperoleh dari data FFQ Kabupaten Cianjur merupakan
(Food Frequency Quessinaire) semi salah satu Kabupaten di Jawa Barat
kuantitatif melalui metode wawancara. yang memiliki luas 3.594.65 km2.
Data status gizi diperoleh melalui Menurut data BPS (2014)
pengukuran antropometri, indeks menyebutkan bahwa rata-rata jumlah
massa tubuh diperoleh dari tinggi pendududk di Jawa Barat lebih banyak
badan dan berat badan (kg/m2). Berat pria dibandingkan wanita dengan sex
badan diukur dengan menggunakan rasio 102.98. Sekitar 369.529 jiwa
timbangan digital dengan tingkat bekerja di sektor pertanian sebagai
ketelitian 0,1 kg dan tinggi badan pekerjaan utama atau sekitar 41,96%
menggunakan alat ukur microtoise atau kabupaten/kota kedua tertinggi
dengan tingkat ketelitian 0,01 cm. yang rata-rata pekerjaan utamanya
Pengukuran kadar asam urat dengan bergerak disektor pertanian. Lahan
menggunakan metode pengambilan pesawahan di Jawa Barat sekitar
darah vena oleh tenaga kesehatan. 938.000 Ha. Lahan pesawahan di
Semua data dianalisis Kabupaten Cianjur sekitar 66.283 Ha
menggunakan program Microsoft atau urutan ketiga dari seluruh
Office 2013 dan SPSS versi 16.0 for kabupaten/kota di Jawa Barat (BPS
Windows. Analisis deskriptif 2014). Hasil penelitian yang
digunakan untuk mengetahui distribusi dilakukan, berdasarkan karakteristik
frekuensi, rata-rata, standar deviasi subjek, usia subjek rta-rata sekitar
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 4

51,37±4,0 tahun. Usia subjek menyelesaikan pendidikan dasar (±6


dilakukan uji beda berdasarkan jenis tahun) sekitar 38,7% dan sekitar
kelamin terdapat perbedaan nyata 59,4% subjek tidak menyelesaikan
(p<0,05). Sejalan dengan penelitian pendidikan dasar (< 6 tahun). Rata-
Husnah & Chamayasinta (2013), rata- rata pendidikan subjek secara
rata usia subjek di perdesaan di Aceh keseluruhan < 6 tahun (4,45± 1,74)
berkisar pada rentang usia dewasa (Tabel 1).
madya. Pendidikan subjek penelitian

Tabel 1 Karakteristik subjek berdasarkan usia, pendidikan, pekerjaan, besar keluarga


dan pendapatan
Karakteristik subjek Pria Wanita Total p(value)
n % n % n %
Usia Dewasa Madya
<50 tahun 12 20,7 42 72,4 54 46,5
>50 tahun 46 79,3 16 27,6 62 53,5
Rataan±SD 53,48±3,6 49,26±3,2 51,37±4,0 0,00
Pendidikan
Tidak sekolah 1 1,7 1 1,7 2 1,7
Tidak tamat SD 32 55,2 37 63,8 69 59,6
Tamat SD 25 43,1 20 34,5 45 38,7
Rataan±SD 4,6±0,53 4,3±0,50 4,45±1,74 0,43
Pekerjaan
Tidak bekerja 4 6,9 2 3,4 6 5,17
Petani 3 5,2 0 0 3 2,6
Buruh tani 31 53,4 21 36,2 52 44,8
Buruh bangunan 7 12,1 1 1,7 8 6,9
Pedagang 3 5,2 7 12,1 10 8,6
IRT 0 0 24 41,4 24 20,7
Lain-lain 10 17,2 3 5,2 13 11,2

Mayoritas pekerjaan responden sebagai petani, 6,9% sebagai buruh


adalah buruh tani dengan durasi waktu bangunan serta 8,6% sebagai
serta beban kerja yang cukup lama pedagang dan 20,7% bekerja sebagai
hampir 49% subjek bekerja sebagai IRT. Hampir 36% bekerja sebagai
buruh tani baik pria dan wanita. 5,17% buruh tani. (Tabel 1)
tidak bekerja, sekitar 2,6% bekerja

Tabel 2 Jumlah anggota subjek dan pendapatan perkapita subjek


Karakteristik Subjek n %
Anggota Keluarga
Kecil (< 4 orang) 52 44,8
Sedang ( 5-6 orang) 46 39,7
Besar ( >7 orang) 18 15,5
Rataan±SD 4,98±2,08
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 5

Pendapatan perkapita/bulan
> Rp. 264.580,- 58 100
Rataan±SD 429 872±396 846

Jumlah anggota keluarga purin. Pengetahuan subjek sebagian


subjek termasuk kategorik keluarga besar mempunyai skor kurang dari
kecil yang terdiri atas <4 orang skor 60 pada pria maupun wanita.
(44,8%). Sebagian jumlah subjek Berdasarkan uji beda yang dilakukan,
lainnya termasuk pada keluarga tidak terdapat perbedaan yang nyata
sedang (5-6 orang) sekitar 39,7% dan pada skor pengetahuan berdasarkan
15,5% termasuk pada kategorik jenis kelamin. Hal ini bisa
keluarga besar (>7 orang) dalam satu diindikasikan karena lama pendidikan
rumah tangga. Pada penelitian ini subjek < 6 tahun. (Tabel 3).
pendapatan subjek dikategorikan Berdasarkan kategorik yang merujuk
berdasarkan garis kemiskinan pada Khomsan (2000) pengetahuan
Kabupaten Cianjur (2013) < Rp. subjek termasuk kategorik buruk (<
264.580,- perbulan/kapita. Hasil uji 60). Hal ini sejalan dengan penelitian
deskripstif pendapatan seluruh subjek Husnah dan Chamayasinta (2013) di
termasuk di atas garis kemiskinan perdesaan Aceh, pengetahuan subjek
(BPS 2014). Pendapatan subjek terkait diet purin tergolong kurang
perkapita perbulan sebesar Rp. (71%), cukup (21,1%) dan baik sekitar
429.872. (7,7%). Kedua hasil penelitian tersebut
berbeda dengan hasil penelitian
Pengetahuan Asam Urat Subjek Sidauruk (2011) yang menyatakan
terhadap Kejadian Hiperurisemia pengetahuan subjek termasuk pada
Pengetahuan asam urat terdiri kategorik sedang dengan konten
atas 10 pertanyaan dengan pilihan pertanyaan gambaran umum terkait
jawaban benar atau salah. Pertanyaan- asam urat. Hal ini merujuk pada
pertanyaan terdiri atas beberapa konsep pengetahuan yang diteliti
bagian pokok pengetahuan yaitu berbeda dengan penelitian-penelitian
pengetahuan asam urat secara umum, yang dilakukan.
faktor risiko asam urat, faktor protektif
asam urat serta makanan sumber

Tabel 3 Sebaran pengetahuan asam urat subjek berdasarkan jenis kelamin


Skor Pengetahuan Pria Wanita Total p(value)
n % n % n %
Baik > 80 2 3,4 1 1,7 3 2,6
Sedang 60–80 4 6,8 5 8,6 9 7,9
Buruk < 60 52 89,6 52 89,6 102 89,5
Rataan±SD 7,38±22,2 6,96±20,9 7,5±21,8 0,98

Hasil penelitian ini sekitar 7,9% dan kategorik baik


menggambarkan bahwa pengetahuan (2,6%). Berdasarkan uji beda yang
subjek hampir sebagian besar dilakukan pada pria dan wanita
termasuk kategorik buruk (89,5%). hasilnya tidak berbeda nyata
Berdasarkan kategorik sedang (60-80) p>0,05(0,98).
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 6

kadar asam urat dapat dipacu salah


Kadar Asam Urat Subjek satunya konsumsi asupan puirn yang
Asam urat merupakan tinggi. Pernyataan ini didukung oleh
indikator utama dalam menilai Brule et al. (1992) menyebutkan
seseorang mengalami hiperurisemia bahwa seseorang setelah
atau normourisemia. Hiperurisemia mengonsumsi sumber purin maka
terjadi apabila kadar asam urat kadar asam urat dalam darah akan
seseorang mengalami kenaikan kadar meningkat sekitar 2-4 jam, tetapi hal
asam urat melebihi normal (>7,0 berbeda jika seseorang mengonsumsi
mg/dl pada pria dan >6,0 mg/dl pada pangan bebas purin maka kadar asam
wanita) dalam darah. Studi Kuzuya urat akan meningkat membutuhkan
(2002) menyebutkan bahwa kadar waktu sekitar 7-10 hari setelah
asam urat dalam selang beberapa mengonsumsi pangan non purin.
waktu mengalami kenaikan. Kenaikan

Tabel 4 Sebaran kadar asam urat subjek


Kadar Asam Urat Subjek Pria Wanita Total p(value)
n % n % N %
Normal (<7 mg/dL; <6
mg/dL) 51 87,9 55 94,8 106 91,3
Tinggi (>7 mg/dL; >6
mg/dL) 7 12,1 3 5,2 10 8,6
Rataan±SD 5,15±1,59 4,31±1,07 4,73±1,41 0,00

Berdasarkan Tabel 4 ini adalah status gizi antropometri.


menjelaskan kadar asam urat subjek Antropometri gizi berkaitan dengan
pria maupun wanita termasuk pada berbagai macam pengukuran dimensi
kategori normal. Hanya 12,1 % pria tubuh dan komposisi tubuh dari
dan 5,2 % wanita yang mengalami berbagai tingkat usia dan tingkat gizi.
hiperurisemia. Hal ini disebabkan IMT merupakan salah satu penilaian
peran faktor hormon. Wanita status gizi yang paling sederhana
cenderung memiliki kadar asam urat dalam menentukan seseorang
lebih stabil pada pramenopause. mengalami kurus, normal atau
Hormon estrogen berperan dalam kegemukan. Berdasarkan cut off IMT,
meregulasi kadar asam urat.(Ene- sebanyak 58,6% subjek termasuk pada
Stroecu & Corbien 2005) hal ini tidak kategori normal (18,5 kg/m2 < 24,9
terjadi pada pria. Berdasarkan uji kg/m2). Sekitar 25,9% mengalami
beda, kadar asam urat pada pria dan obesitas dan sekitar 15,5% termasuk
wanita memiliki perbedaan. kategorik kurus. Akan tetapi
pengukuran IMT memiliki
Status Gizi terhadap kejadian keterbatasan hanya sebatas
Hiperurisemia berdasarkan berat badan, kecuali
Status gizi merupakan salah pengukuran menggunakan BIA untuk
satu variabel dalam menetapkan menghitung massa otot dan massa
kondisi kesehatan seseorang. Status lemak.
gizi yang digunakan pada penelitian
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 7

Tabel 5 Sebaran status gizi dan kadar asam urat subjek


Indikator Status Gizi Pria Wanita Total p(value)
n % n % n %
IMT
Kurus (< 18.5 kg/m2) 13 22,4 5 8,6 18 15,5
Normal ( 18.5 <24.9
kg/m2) 34 58,6 34 58,6 68 58,6
Obesitas (≥ 25.0 kg/m2) 11 19 19 32,8 30 25,9
Rataan±SD 22,0±3,61 23,68±4,22 22,91±4,0 0,01

Asupan Purin Subjek terhadap purin. Baik pria maupun wanita tidak
kejadian Hiperurisemia terdapat perbedaan yang nyata dalam
konsumsi makanan sumber purin
Penelitian Kusmayanti et al (p>0,05).
(2015) salah satu faktor penyebab Bahan makanan tinggi purin
hiperurisemia adalah konsumsi bahan diantaranya adalah daging-dagingan,
makanan mengandung purin tinggi makanan laut, sayuran tanaman hijau
atau sekitar >1000 mg/hari. Asupan pekat, kacang-kacangan. Berdasarkan
makanan tinggi purin, tingkat data penelitian yang dikumpulkan
konsumsi purin dan serta frekuensi asupan makanan sumber purin
konsumsi bahan makanan sumber termasuk rendah (100-500 mg)
purin signifikan terhadap kejadian sedangkan makanan yang disebutkan
hiperurisemia. Berdasarkan Tabel 6 di atas rata-rata termasuk pada
diketahui bahwa sebagian besar subjek makanan sumber purin tinggi (>1000
rendah mengonsumsi makanan sumber mg) dalam 100 gram makanan (Garrel
purin, hampir sebagian besar (96,6%) et al 1991). Hal ini disebabkan
subjek mengonsumsi purin 100- kemampuan subjek dalam memenuhi
500mg/hari. Hanya 3,4% subjek kebutuhan pangan yang cukup
gemar mengonsumsi makanan sumber terbatas.

Tabel 6 Sebaran subjek berdasarkan dengan asupan purin


Asupan Purin Pria Wanita Total p (value)
n % n % n %
Rendah (100-500 mg) 55 94,8 57 98,3 112 96,6
Cukup (500-1000 mg) 3 5,2 1 1,7 4 3,4
Rataan±SD 246,6±129,5 245,1±129,0 246,2±128,9 0,45

Kusmayanti et al. (2015) dengan kadar asam urat. Asupan tinggi


menyebutkan bahwa kenaikan kadar purin belum tentu menjadi faktor
asam urat disebabkan tubuh penyebab peningkatan kadar asam
kekurangan enzim urikinase untuk urat. Banyak faktor lainnya yang
mengubah asam urat sebagai produk mempengaruhi seperti kegemukan
akhir metabolisme purin menjadi (Astuti dan Tjahjono 2014). Akan
allantoin larut air, sehingga berbagai tetapi berdasarkan penelitian
penelitian menyebutkan bahwa Kusmayanti et al (2015) menyebutkan
terdapat hubungan asupan purin
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 8

bahwa asupan purin berhubungan erat asam urat dalam darah ( p< 0,05; r=
dengan kejadian hiperurisemia. 0,01). Asam urat di dalam tubuh tidak
hanya bersumber dari asupan tinggi
Faktor-faktor yang berhubungan dengan purin saja, akan tetapi asam urat
kejadian Hiperurisemia diketahui merupakan hasil degradasi
Berbagai penelitian materi genetik yang terjadi secara
menyebutkan banyak faktor yang terus menerus dalam proses
berhubungan dengan kejadian metabolisme di dalam tubuh. Sehingga
hiperurisemia. Hasil uji bivariat (uji tidak menjadi dasar bahwa kadar asam
chi-square) menunjukan bahwa subjek urat bersumber dari asupan purin
penelitian di perdesaan Kabupaten tinggi saja.
Cianjur, asupan purin berkorelasi
positif terhadap peningkatan kadar

Tabel 6 Faktor-faktor yang berhubungan dengan kadar asam urat


Hubungan antar variabel r P value
Asupan purin – Kadar asam urat 0,279 0,01
Usia – kadar asam urat 0,252 0,00
Pengetahuan – kadar asam urat 0,104 0,26
Indeks massa tubuh – kadar asam urat 0,99 0,29

Berdasarkan uji bivariat


disebukan bahwa usia berhubungan KESIMPULAN, IMPLIKASI
dengan peningkatan kadar asam urat. DAN REKOMENDASI
Dalam penelitian Yu et al. (2016) Kesimpulan
menyebutkan bahwa berdasarkan usia Hasil penelitian menunjukkan
subjek terdapat korelasi positif baik bahwa terdapat perbedaan nyata antara
pada pria maupun wanita (<0, 05). usia pada pria dan wanita. Pendidikan
Berdasarkan jenis kelamin, asupan subjek tidak berbeda nyata baik pada
purin merupakan faktor risiko yang pria maupun wanita. Keduanya tidak
paling berperan dalam kejadian menyelesaikan pendidikan dasar atau
hiperurisemia. Hasil uji statistic lama pendidikan < 6 tahun.
menunjukan apabila seseorang Pengetahuan asam urat subjek
mengonsumsi purin lebih dari 1000 termasuk pada kategorik buruk dengan
mg dalam sehari maka akan berisiko skor < 60 baik pada pria dan wanita.
terkena hiperurisemia sekitar 24.5 kali. Indeks massa tubuh subjek terdapat
p=0.001(95% CI: 1.805-332.4). Faktor perbedaan berdasarkan jenis kelamin
risiko pada wanita diketahui adalah dan kadar asam urat. Asupan purin
faktor usia merupakan faktor yang subjek tergolong rendah. Berdasarkan
berisiko terkena hiperurisemia. uji hubungan hasil penelitian ini
Semakin bertambah usianya maka menunjukkan bahwa asupan purin,
risiko terkena hiperurisemia sekitar usia berhubungan signifikan dengan
1,15 kali p=0.023(95%CI:0.981- kejadian hiperurisemia di masyarakat
1.367). perdesaan Kabupaten Cianjur.
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 9

Implikasi dalam program yang


Implikasi dari hasil penelitian, diselenggarakan pemerintah
menunjukkan bahwa studi cross- setempat dalam upaya pengenalan
sectional tidak hanya sekedar serta promosi terkait informasi
mengetahui angka kejadian penderita gizi dan kesehatan khususnya
hiperurisemia, tetapi studi yang yang berkaitan dengan
dilakukan dapat dilakukan dengan hiperurisemia. Dibutuhkan
metode penelitian lain sebagai langkah penelitian selanjutnya keterkaitan
studi perbaikan status gizi dan status ekonomi, serta faktor lain
mengenalkan faktor-faktor yang yang dapat memicu kejadian
diketahui sebagai langkah lanjutan hiperurisemia pada usia dewasa
dalam penanganan kasus-kasus pria dan wanita.
kesehatan tertentu.

Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA


Berdasarkan hasil penelitian Astuti STW, Tjahjono HD. 2014.
yang telah dilakukan berikut beberapa Faktor-faktor yang
rekomendasi bagi pihak – pihak terkait mempengaruhi kadar asam
diantaranya: urat pada laki-laki di RT 04/03
1. Bagi mahasiswa Simomulyo Baru Surabaya.
Studi ini akan memberikan Keperawatan 3(2).
dampak positif sebagai Brule D, Sarwar G, Savoie L. 1992.
pengembangan kemampuan Changes in serum and urinary
mahasiswa dalam ranah uric acid levels in normal
penelitian. Sehingga selain human subjects fed purine-
menambah kemampuan dalam rich foods containing different
bidang penelitian, akan tetapi amounts of adenine and
menambah wawasan terkait hal- hypoxanthine. J Am Coll Nutr
hal yang berkaitan dengan judul 11(3): 353-358.
studi pada umumnya. [BPS] Badan Pusat Statistik. 2014.
2. Bagi masyarakat Jawa Barat Dalam Angka
Pada masyarakat perdesaan, 2014. http://jabar.bps.go.id
pengetahuan terhadap kesehatan, Choi HK, Liu S, Curhan G. 2005.
faktor-faktor pengaruh serta jenis- Intake of purine-rich foods,
jenis asupan makanan hanya protein, and dairy products
diketahui sebatas pada kejadian and relationship to serum
kesehatan tertentu saja, sehingga levels of uric acid; The Third
informasi masih terbatas. Dengan Nationatl Health and Nutrition
adanya studi penelitian ini Examination Survey. Arthritis
diharapkan dapat memberikan Rheum 52(1): 283-289.
informasi tambahan terkait hal – Cicero AFG, Martina R, Federica F,
hal kesehatan, asupan makanan Elisa G, Sergio D, Claudio B.
yang sehat dan direkomendasikan 2016. High serum uric acid is
untuk jangka panjang. associated to poorly controlled
3. Bagi Instansi pemerintah terkait blood pressure and higher
Dibutuhkan penindaklanjutan arterial stiffness in
terkait pengetahuan gizi subjek hypertensive subjects.
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 10

European Journal of Internal Kedokteran Syiah Kuala


Medicine 37:38-42. 13(1):13-17.
Conen D, Wietlisbach V, Bovet P, Jiang L, Dongping M, Yang R, Ye Q,
Shamlye C, Riesen W, Wu J, Yu G, Xu J, Pan S.
Paccaud F, Burnier M. 2004. 2015. Joint Effects Of Serum
Prevalence of hyperuricemia Uric Acid And Body Mass
and relation of serum uric with Index On Risk Of
cardiovascular risk factors in Prehypertension In Chinese
developing country. BMC Population. Clinica Chimica
Public Health 4(1):9.doi: Acta 446:1-5.
10.1186/1471-2458-4-9. doi.10.2016/J.Cca.2015.03.04
Doherty M. 2009. New insights into 0.
the epidemiology of gout. Jin YL, Zhu T, Xu L, Zhang WS, Liu
Rheumatology (Oxford) 48(2): B, Jiang CQ, Yu H, Huang
ii2-8. LM, Cheng KK, Thomas GN,
Ene-Stroescu D, Gorbien MJ. 2005. Lam T. H. (2013). Uric acid
Gouty arthritis. A primer on levels, even in the normal
late-onset gout. Geriatrics range, are associated with
60(7):24. increased cardiovascular risk:
Fang WG, Zeng XJ, Li MT, Chen the Guangzhou Biobank
LX, Schummacher HR, Cohort Study. International
Jr.Zhang FC. 2006. Decision- journal of cardiology
making about gout by 168(3):2238-2241.
phycisians of China and Johnson RJ, Titte S, Cade JR, Rideout
influencing factors thereof. BA., Oliver WJ. 2005. Uric
Zhonghua YI xie Za Zhi acid, evolution and primitive
86(27):1901-1905. cultures. In Seminars in
Garrel DR, Verdy M, PetitClerc C, nephrology 25(1):3-8. WB
Martin C, Brule D, Hamet P. Saunders.
19991. Milk and soy protein Juraschek SP, Kovell LC, Miller ER,
in ingestion: acute effect on Gelber AC. 2014. Serum uric
serum uric acid concentration. acid and the risk of mortality
AM J Cln Nutr 53(3):665-669. during 23 years follow up in
Harris MD, Siegel LB, Alloway JA. the Scottish Heart Health
1999. Gout and Extended Cohort Study.
hyperuricemia. Am Fam Atherosclerosis 233(2):623-
Physician 59(4):925. 629.
Hidayat R. 2009. Gout dan Khomsan A. 2002. Pangan dan Gizi
Hiperurisemia. Jakarta: Divisi Untuk Kesehatan. Jakarta: PT
Reumatologi, Departemen Raja Grafindo. Persada.
Ilmu Penyakit Dalam, Kuzuya M, Ando F, Iguchi A,
Fakultas Kedokteran, Shimokata H. 2002. Effect of
Universitas Indonesia, 47-50. aging on serum uric acid
Husnah H, Chamayasinta DR. 2013. levels longitudinal changes in
Hubungan pengetahuan diet a large Japanese population
purin dengan kadar asam urat group. The Journals of
pasien gout arthritis. Jurnal Gerontology Series A:
Media Pendidikan, Gizi dan Kuliner. Vol. 7, No. 2, November 2018 11

Biological Sciences and Rurukan Kota Tomohon.


Medical Sciences GIZIDO Vol 8 No.2.
57(10):M660-M664. Schlesinger N. 2005. Dietary
Kusumayanti DGA, Wiardani NK, factors and hyperuricaemia.
Antarini NAA. 2015. Pola Curr Pharm Des.
konsumsi purin dan 11(32):4133-4138.
kegemukan sebagai faktor Sidauruk P. 2011. Hubungan tingkat
risiko hiperurisemia pada pengetahuan masyarakat
msyarakat Kota Denpasar. dengan tindakan terhadap
Jurnal Skala Husada Vol 12 : faktor-faktor yang
27-31. memperberat terjadinya gout
Luk AJ, Simkin PA. 2005. Arthritis [Skripsi]. Medan :
Epidemiology of Universitas Sumatera Utara.
Hyperuricemia and Gout. AM Takahashi S, Yamamoto T, Tsutsuni
J Manag Care 11(15 Z,Moriwaki Y, Yamakita J,
Supl.):S435-442. Higashino K. 1997. Close
Lwanga SK, Lemeshow S. 1997. correlation between visceral
Sample Size Determination in fat accumulation and uric acid
Health Studies A Practical metabolism in healthy men.
Manual. Geneva, WHO. Metabolism 46(10): 1162-
Murray RK. Bender DA. Botham 1165.
KM. Kennelly PJ. Rodwell Torralba TP, Bayani-Sioson PS. 1975.
VW. Weil PA. 2009. Harper’s The Filipino and gout. In
Illustrated Biochemistry 28th Seminars in arthritis and
edition. USA: The McGraw rheumatism 4(4):307-320.
Hill Companies. Tsan Y, Chi HC, Chyi-HB, San-LY,
Nan H. [Disertation]. 2008. Serum Yu-CC, Wan-YC, Kuo-LC,
uric acid and metabolic risk Lee-CH, Ta- CS, Chin- HT,
factors in three ethnic groups : Chien- AS. 2012. Uric acid
Asian Indians and Creoles level as a risk marker for
inMauritius and Chinese in metabolic syndrome : A
Qingdao China. Finland : Chinese cohort study.
Department of Public Health Artherosclerosis 220(2):525-
University Helsinki. 531.
[RISKESDAS] Riset Kesehatan Yu TY, Jee JH, Bae JC, Jin SM, Baek
Dasar. Laporan Hasil Riset JH, Lee MK, Kim JH. 2016.
Kesehatan Dasar 2013. Serum uric acid: A strong and
Jakarta (ID) : Badan independent predictor of
Litbangkes,Depkes RI. 2013. metabolic syndrome after
Runtuwene Y, Purba RB, Kereh PS. adjusting for body
2016. Asupan purin dan composition. Metabolism
tingkat pengetahuan dengan 65(4):432-440.
kadar asam urat di Puskesmas

Anda mungkin juga menyukai