Anda di halaman 1dari 19

TUGAS KEPERAWATAN ANAK

MAKALAH TUBERKULOSIS

DI SUSUN OLEH KELOMPOK III :


DAMAYANTI JAMLEAN
DEWI TANJUNG
PALUPI MARDIKA
YULFINA

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA


FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN
2016
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Karena atas berkat rahmat-Nya
kami dapat menyelesaikan tugas ini tepat pada waktunya. Tak lupa pula kami mengucapkan
terima kasih kepada dosen Mata Kuliah Keperawatan Anak yang telah memberikan tugas ini
kepada kami sebagai upaya untuk menjadikan kami manusia yang berilmu dan
berpengetahuan.
Keberhasilan kami dalam menyelesaikan makalah ini tentunya tidak lepas dari bantuan
berbagai pihak. Untuk itu, kami menyampaikan terima kasih pada semua pihak yang telah
membantu dalam penyelesaian makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan dan
masih banyak kekurangan yang perlu diperbaiki, untuk itu, kami mengharapkan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, sehingga dapat bermanfaat bagi siapapun yang
membacanya.
Wassalam...

Jakarta, 23 September 2016

Kelompok III

DAFTAR ISI
JUDUL

KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I : PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

B. TUJUAN PENULISAN

C. MANFAAT

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

1. Defenisi Tuberkulosis

2. Etiologi

3. Penularan

4. Manifestasi klinis

5. Patofisiologi atau patogenesis

6. Terapi

7. Pencegahan

BAB III : PENUTUP

a. Kesimpulan

b. Saran

DAFTAR PUSTAKA

BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG

Perhatian ativis kesehatan sedunia dikejutkan oleh deklarasi “kedaruratan global”


(the gobal emergency) tuberkulosis (TBC) pada tahun 1993 dai WHO. Karena sebagian
besar negara – negara di dunia tidak berhasil mengendalikan penyakit TBC. Hal ini di
sebabkan oleh rendahnya angka kesembuhan penderita yang berdampak pada tingginya
penularan. Penyakit ini kembali menjadi perhatian dengan adanya fenomena ledakan kasus
HIV/AIDS dan kejadian MDR (multidrug resistance). Penyakit tuberkulosis merupakan
penyakit infeksi yang dapat menyerang beebagai organ atau jaringa tubuh. Tuberkulosis
paru merupakan bentuk yang paling banyak dan paling penting.
Penyakit tuberculosis sudah ada sejak ribuan tahun sebelum masehi. Menurut hasil
penelitian, penyakit tuberkulosis sudah ada sejak zaman mesir kuno yang dibuktikan
dengan penemuan pada mumi, dan penyakit ini juga sudah ada pada kitab pengobatan
Cina ’pen tsao’ sekitar 5000 tahun yang lalu. Pada tahun 1882, ilmuwan Robert Koch
berhasil menemukan kuman tuberkulosis, yang merupakan penyebab penyakit ini. Kuman
ini berbentuk batang (basil) yang dikenal dengan nama ‘Mycobacterium tuberculosis’.
Dengan meningkatnya kasus HIV/AIDS dari tahun ke tahun, diperkirakan kasus
TBC menjadi bertambah. Ronal bayer seorang ahli kesehatan masyarakat dari Amerika
Serikat, menyatakan bahwa kasus TBC merupakan ‘Bukti kegagalan para ahli kesehatan
masyrakat, dengan adanya fakta bahwa peningkatan status ekonomi mampu menurunkan
kasus secara signifikan’.

B. TUJUAN

1. Untuk mengetahui dan memahami Defenisi dari Tuberkulosis

2. Untuk mengetahui dan memahami Etiologi dari Tuberkulosis

3. Untuk mengetahui dan memahami Penularan dari Tuberkulosis

4. Untuk mengetahui dan memahami Manifestasi Klinis dari Tuberkulosis

5. Untuk mengetahui dan memahami Patofisiologi atau Patogenesis Tuberkulosis


6. Untuk mengetahui dan memahami Terapi (penatalaksanaan medik dan

keperawatan) dari Tuberkulosis.

7. Untuk mengetahui dan memahami Pencegahan dari tuberkulosis

C. MANFAAT

Manfaat yang bisa kita ambil dari penulisan makalah yang berjudul

Tuberkulosis ini yaitu pembaca diharapkan bisa mengetahui dan mempelajari tentang

tuberkulosis pada anak itu seperti apa, serta tanda dan gejalanya.
BAB II
PEMBAHASAN

1. DEVENISI TUBERCULOSIS

Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistematik. Tuberkulosis primer biasanya mulai secara
perlahan – lahan sehingga sukar di tentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang
terdapat keluhan demam, yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda –
tanda infeksi saluran nafas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin
dan setepat-tepatnya dapat timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia
dewasa.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Basil tuberkulosis dapat
hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam
cairan yang bersuhu 60o selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid
dan tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin.

2. ETIOLOGI

Penyebab penyakit tuberkulosis adalah bakteri Mycobacterium tuberkulosis


dan Mycobacterium bovis. Kuman tersebut mempuyai ukuran 0,5-4 mikron x 0,3-0,6
mikron dengan bentuk batang tipis, lurus atau agak bengkok, berganular atau tidak
mempunyai selubung, tetapi mempunyai lapisan luar tebal yang terdiri dari lipoid
(terutama asam mikolat).
Bakteri ini mempunyai sifat istimewa, yaitu dapat bertahan terhadap
pencucian warna dengan asam dan alkohol, sehingga sering disebut basil tahan asam
(BTA), serta tahan terhadap zat kimia dan fisik. Kuman tuberkulosis juga tahan dalam
keadaan kering dan dingin, bersifat dorman dan aerob.
Bakteri tuberkulosis ini mati pada pemanasan 100oC selama 5-10 menit atau
pada pemanasan 60oC selama 30 menit , dan dengan alkohol 70-95% selama 15-30
detik. Bakteri ini tahan selama 1-2 jam diudara terutama di tempat yang lembap dan
gelap (bisa berbulan-bulan), namuj tidak tahan terhadap sinar atau aliran udara. Data
pada tahun 1993 melaporkan bahwa untuk mendapatkan 90% udara bersih dari
kontaminasi bakteri memerlukan 40 kali pertukaran udara perjam.

3. PENULARAN

Penyakit tuberkulosis yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium


tuberkulosis ditularkan melalui udara (droplet nuclei) saat seorang pasien TBC batuk
dan percikan ludah yang mengandung bakteri tersebut terhirup oleh orang lain saat
bernafas. Bila penderita batuk, bersin, atau berbicara saat berhadapan dengan orang
lain, basil tuberkulosis tersembur dan terhisap ke dalam paru orang sehat. Masa
inkubasinya selama 3-6 bulan.
Resiko terinfeksi berhubungan dengan lama dan kualitas paparan dengan
sumber infeksi dan tidak berhubungan dengan faktor genetik dan faktor pejamu
lainnya. Resiko tertinggi berkembangnya penyakit yaitu pada anak berusia dibawah 3
tahun, resiko rendah pada masa kanak-kanak dan meningkat lagi pada masa remaja,
dewasa muda, dan usia lanjut. Bakteri masuk ke dalam tubuh manusia melalui saluran
pernapasan dan bisa menyebar ke bagian tubuh lain melalui peredaran darah,
pembuluh limfe atau langsung ke organ terdekatnya.
Setiap satu BTA positif akan menularkan kepada 10-15 orang lainnya
sehingga kemungkinan setiap kontak terdekat (misalnya keluarga serumah) akan dua
kali berisiko dibandingkan kontak biasa (tidak serumah).
Seorang penderita dengan BTA (+) yang derajat positifnya tinggi berpotensi
menularkan penyakit ini. Sebaliknya penderita dengan BTA (-) dianggap tidak
menularkan. Angka resiko penularan infeksi TBC di Amerika serikat sekitar
10/100.000 populasi. Di indonesia angka ini sebesar 1-3% yang berarti diantara 100
penduduk terdapat 1-3 warga yang akan terinfeksi TBC. Setengahnya dari mereka
BTAnya akan positif (0,5%).
4. MANIFESTASI KLINIS

Sekitar 70% fokus paru-paru adalah subpleura, dan sering ada pleuritis
setempat. Radang parenkim awal biasanya tidak dapat dilihat pada regional dada,
tetapi infiltrat nonspesifik mugkin tampak sebelum timbulnya hipersesnsitivitas
jaringan. Semua segmen lobus paru berisiko sama untuk infrksi awal. Dua fokus
primer atau lebih ada pada 25% kasus.
Gejala – gejala dan tanda fisik tuberkulosis primer paru pada anak secara
mengherankan sangat kurang mengingat tingkat perubahan radiografi yang sering
ditemukan. Lebih dari 50% bayi dan anak denga tuberkulosis sedang sampai berat
secara radiogafis, tidak mempunyai tanda – tanda fisik dan ditemukan hanya
penelusuran kontak. Bayi lebih mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala. Abtuk
nonproduktif dan dispnea ringan merupakan gejala yang paling lazim. Keluhan
sistematik seperti demam, keringa malam, anoreksia, dan aktivitas berkurang, kurang
sering tejadi. Beberapa bayi empunyai kesukaran penambahan berat badan atau
berkembang sindrom gagal-tumbuh yang sebenarnya sering tidak membaik secara
bermakna sampai beberapa bulan dilakukan pengobatan efektif. Tanda – tanda paru
bahkan kurang lazim. Beberapa bayi dan anak muda dengan obstruksi bronkhial
menderita mengi setempat dengn takipnea atau kadang-kadang distres respirasi.
Kebanyakan kasus obstruksi bronkial tuberkulosis pada anak mengurang sepenuhnya
dengan pengobatan yang cukup. Kadang-kadang ada klasifikasi sisa fokus primer atau
limfonodi regional. Munculna klasifikasi menyatakan bahwa lesi telah ada selama
sekurang-kurangnya 6-12 bulan. Penyembuhan segmen jarang dikomplikasi oleh
parut atau kontraksi yang disertai dengan bronkiektasis silindris.

5. PATOGENESIS

Masuknya kuman tuberkulosis ke dalam tubuh tidak selalu menimbulkan


penyakit. Infeksi dipengaruhi oleh virulensi dan banyaknya basil tuberkulosis serta
daya tahan tubuh manusia. Sebagian besar (95%) infeksi primer terjadi di dalam paru.
Hal ini disebabkan penularan sebagian besar melaliu udara dan mungkin juga karena
jaringan paru mudah terkena infeksi tuberkulosis. Basil tuberkulosis asuk ke dalam
paru melalui udara dan dengan masuknya basil tuberkulosis maka terjadi eksudasi dan
konsilidasi yang terbatas, disebut fokus primer. Basil tuberkulosis akan menyebar
dengan cepat melalui saluran getah bening menuju kelenjar ragional yang kemudian
akan mengadakan reaksi eksudasi.
Pada anak lesi dalam paru dapat terjadi dimana pun terutamadi perifer dekat
pleura. Lebih banyak terjadi di lapangan bawah paru di banding dengan lapangan atas.
Pada orang dewasa lapangan atas paru merupakan predileksi. Pembesaran kelenjar
regional lebih banyak terdapat pada anak dibandingkan pada orang dewasa. Pada anak
penyembuhan terutama ke arah klasfikasi sedang pada dewasa ke arah fibrosis.
Penyebaran hematogen lebih banyak terjadi ada bayi dan anak kecil.
Tuberkulosis primer cenderung sembuh sendiri, akan tetapi sebagian
menyebar lebih lanjut dan dapat menimbulkan komplikasi. Juga dapat meluaske
dalam jaringan paru sendiri. Basil tuberkulosis dapat masuk langsung ke dalam aliran
darah atau melalui kelenja getah bening. Di dalam aliran darah basil tuberkulosis
dapat mati , tetapi dapat pula berkembang terus; hal ini bergantung pada keadaan
pasien serta virulensi kuman. Melalui aliran darah basil dapat mencapai alat tubuh
lain seperti paru, selaput otak, tulang, hati ginjal dan lain-lainnya. Dalam alat tubuh
tersebut basil tuberkulosis dapat segera menimbulkan penyakit, tetapi dapat juga
tenang dahulu kemudian setelah beberapa waktu menimbulkan penyakit atau tidak
pernah menimbulkan penyakit sama sekali.
Sebagian besar komplikasi tuberkulosis terjadi dalam 12 bulan setelah
tejadinya penyakit.penyebaran hematogen dan meningitis biasanya terjadi dalam 4
bulan, jarang terjadi sebelum 3-4 minggu setelah terbentuknya kompleks primer.
Efusi pleura dapat terjadi 6-12 bulan setelah kompleks primer. Komplikasi pada
tulang dan kelenjar getah bening permukaan (supersial) dapat terjadi akibat
penyebaran hematogen dalam 6-18 bulan.
Tiga macam penyebaran patogen pada tuberkulosis anak :
a) Penyebaran hematogen tersembunyi yang kemudian mungkin timbul
gejala atau tanpa gejala klinis.
b) Penyebaran hematogen umum, penyebaran milier, biasanya terjadi
sekaligus dan menimbulkan gejala akut; kadang-kadang kronis
c) Penyebaran hematogen berulang-ulang.
6. TERAPI
a) Pemeriksaan diagnostik
Uji tuberkulin. Pemeriksaan ini merupakan alat diagnosis yang penting dalam
menegakkan diagnosis tuberkulosis. Uji tuberkulin penting artinya pada anak
kecil jika diketahui adanya konversi dari negativ. Pada anak dibawah umur 5
tahun dengan uji tuberkulin positif, proses tuberkulosis biasanya masih aktif
meskipun tidak menunjukan kelainan klinis dan radiologis juga bila terdapat
konversi uji tuberkulin. Ada beberapa cara untuk uji tuberkulin ini yang
dipakai luas adalah cara Mantoux dengan suntikan intrakutan. Cara ini yang
dipergunakan karena jumlah tuberkulin yang dimasukan dapat diketahui
banyaknya.
Pembacaan uji tuberkulin dilakukan 48-72 jam setelah penyuntikan
dan di ukur diameter melintang dari indurasi yang terjadi. Tuberkulin yang
biasa di pakai adalah Old Tuberkulin (OT) dan Purified Protein Derivative
Tuberculin (PPD). Pengenceran OT dan PPD yang biasa di gunakan adalah :
Dosis baku tuberkulin uji Mantoux ialah 0,1 ml PPD-RT 23-2 TU atau OT 1 /
2.000 yang di suntikan intrakutan. Hasil di anggap positif bila terdapat
indurasi dengan 5 mm ke atas. Bila 4 mm negatif; 5,9 mm masih di anggap
meragukan, tetapi jika 10mm ke atas jelas positif.
Di indonesia uji tuberkulin dengan OT 1/100 atau PPD-R 23 100 TU
dikerjakan rutin bila dengan OT 1/2.000 atau PPD-RT 2 TU atau PPD-S TU
negatif. Uji tuberkulin dilakukan rutin dan jika negatif diulang lagi setelah 6-
12 bulan untuk menemukan tuberkulosis secara dini.
Pemeriksaan radiologis. Pada anak dengna uji tuberkulin positif dilakukan

pemeriksaan radiologi. Secara rutin dilakukan foto rontgen misalnya foto


tulang punggung pada spondilitis. Untuk diagnosis tidak cukup hanya
pemeriksaan radiologis tetapi diperlukan juga data klinis.
Pemeriksaan bakteriologis. Ditemukan basil tuberkulosis akan menghasilkan
tuberkulosis, tetapi walaupun tidak diketemukannya bukan berarti tidak
menderita tuberkulosis. Pemeriksaan patologi anatomi tidak dilakukan secara
rutin, tetapi hanya bila dianggap perlu misalnya pada kelenjar getah bening,
hepar, kulit dsb.
Uji BCG. Di indonesia BCG diberikan secara langsung tanpa didahului uji
tuberkulin. Bila ada anak yang mendapat BCG langsung terdapat reaksi lokal
yang besar dalam waktu kurang dari 7 hari setelah penyuntikan, berarti perlu
dicurigai adanya tuberkulosis dan perlu diperiksa lebih lanjut ke arah
tuberkulosis. Pada anak dengan tuberkulosis BCG akan menimbulkan reaksi
lokal yang kebih cepat dan besar, oleh karena itu reaksi BCG dapat dijadikan
alat diagnostik. Pada anak yang menderita malnutrisi/KKP sering mengalami
kesukaran untuk menentukan diagnosis tuberkulosis dengan uji tuberkulin
karena adanya reaksi energi. Tetapi apad BCG tidak.

b) Penatalaksanan medis
Pengobatan yang diberkan ialah :
- Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari, diberikan 1 kali sehari
per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9
bulan.
- INH (Isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang
aktif ekstraseluler dan basil di dalam makrofag. Dosis INH 10-20 mg/kg
BB/hari per oral, lama pemberian sampai 18-24 bulan.
- Streptomisin , bekerja bakterisidial hanya terhadap basil yang tumbuh
aktif ekstraseluler, cara pemberiaanya intramuskuler dengan dosis 30-
50mg/Kg BB/hari maksimum 750 mg/hari; diberikan setiap hari selama 1-
3 bulan, dilanjutkan 2-3 kali seminggu selama 1-3 bulan lagi.
- Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler; dosis 30-35
mg/kg BB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
- Etambutol (belum jelas apakah bakterisidal atau bakteriostatik). Dosis
20mg/Kg BB/hari dalam keadaan lambung kosong , 1 kali sehari selama 1
tahun.
- PAS (para-aminosalisilat) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200-300
mg/Kg BB/hari, secara oral 2-3 kali sehari. Obat ini jarang di pakai karena
dosisnya tinggi kurang menyenangkan pasien. Jika diberikan lamanya 1
tahun. Sekarang pemberian obat yang terbaik adalah kombinasi INH dan
rifampisin atau etambutol dan INH dengan/tanpa streptomisin tergantung
derajat penyakit.
- Kortikosteroid, diberikan bersama – sama dengan antituberkulosis yang
amsih sensitif; diberikan dalam bentuk prednison dosis 1-3 mg/kg BB/hari.
Kortikosteroid diberikan sebagai antiflogistik dan ajuran pada tubekulosis
milier, pleuritis tuberkulosa, penyebaran bronkogen, tuberkulosis berat
atau keadaan umum yang buruk.
Selain pemberian obat-obatan pada pasien tuberkulosis anak yang penting
diperhatikan keadan gizi dan lingkungan pasien, sumber infeksi harus dicari dan
juga harus di obati.

c) Penatalaksanaan keperawatan
Pasien dengan penyakit tuberkulosis tidak dirawat di rumah sakit oleh karena
jumlahnya cukup banyak dan dapat dirawat di rumah kecuali jika telah terjadi
komplikasi. Pasien dapat sembuh benar asalkan berobat secara teratur dan
mematuhi pengobatan dokter walaupun pengobatan ini akan berjalan bertahun
(dapat 1tahun 2tahun atau lebih bergantung dari keberhasilan pengobatannya).
Masalah pasien tuberkulosis yang perlu diperhatikan adalah keadaan pasien
yang sangat lemah, bahaya terjadi komplikasi, pengambilan bahan untuk
pemeriksaan laboratorium, gangguan psikososial/rasa aman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua.
Keadaan umum pasien. Pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang
berobat sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus, dan tak
bergairah. Keadaan demikian karena disebabkan penyakit sebenarnya sudah
lam menghigapi pasien. Nafsu makannya buruk, anak sering demam walaupun
tidak terlalu tinggi, demam dapat lama atau naik turun seperti tifus. Pasien
juga batuk, pilek, batuk-batuk telah lama tidak membaik walaupun sudah
mendapatkan pengobatan, anak makin kurus dan lemah. Untuk
menyembuhkan pasien tuberkulosis hanya dengan pengobatan spesifik yang
benar dan adekuat. Misalnya pasien mendapat obat rifampisin atau ETB yang
harus diminum dalam keadaan lambung kosong (pagi), harus benar
dilaksanakan. Jika tidak, obat tidak bermanfaat sesuai petunjuknya, dan
penyakit yang seharusnya dapat sembuh1 tahun mungkin sampai 2-3 tahun.
Kepada orang tua pasien perlu dijelaskan selain kepatuhan mengenai
obat juga perlu memperbaiki keadaan umumnya dengan memberikan
makanan yang cukup bergizi bila mungkin TKTP; susu perlu diberikan lebih
dari anak-anak yang sehat untuk memenuhi kekurangan kalori akibat
anoreksia akan menghilang sejalan dengan pengobatan setelah beberapa bulan.
Bahaya terjadi komplikasi. Penyakit tuberkulosis karena bersifat kronis
dapat menyebabkan daya tahan anak sangat menurun sehingga mudah
mendapat infeksi sekunder. Adanya penyebaran secara hematogen
memungkinkan timbulnya komplikasi walaupun waktunya tidak sama.
Komplikasi yang sering ialah tuberculosis milier jika pasien tuberkulosis tidak
segera mendapatkan pengobatan. Dari tuberkulosa milier akan terjadi
komplikasi meningitis tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, dsb. Meningitis
tuberkulosa akan menimbulkan gejala sisa baik mental maupun deformitas
anggota tubuh. Kesemuanya itu disebabkan karena pasien terlambat
mendapatkan pengobatan atau pasien berobat tetapi tidak sempurna. Misalnya
karena aak sudah bosan minum obat dan orang tua menghentikan sendiri
pengobatannya; atau karena anak kelihatan sehat, mau makan, maka psien
tidak di bawa berobat dan akibatnya obat terhenti sebelum waktunya.
Penyuluhan yang penting kepada orang tuanya adalah tentang bahaya
yang dapat terjadi akibat penyakit tersebut jika tidak mendapatkan pengobatan
yang adekuat. Pencegahan komplikasi hanya dengan memberikan pengobatan
sedini mungkin dan secara memadai.
Pengambilan bahan pemeriksaan untuk laboratorium. Pasien yang diduga
menderita tuberkulosis selain di lakukan uji tuberkulin juga diperlukan
pemeriksaan bakteriologi yang di ambil dari cairan/bilasan lambung.
Pengambilan cairan lambung harus pagi-pagi sebelum anak minum atau
makan (lambung masih kosong). Pengambilan cairan lambung dengan
menggunakan sonde lambung dan spuit 10 cc dan kemudian dimasukan ke
dalam botol steril. Bahan tersebut harus di segera di bawa ke laboratorium
yang memeriksa basil tahan asam. Jika bahan ini tidak segera dikirim ke lab
atau lab tersebut jauh bahan pemeriksaan tersebut harus disimpan didalam
termos yang berisi es agar basil tuberkulosis tidak mati.

7. PENCEGAHAN
Program pengontrolan tuberkulosis melibatkan penemuan kasus dan pengobatan dan
yang mengintervensi penularan sekunder penyakit. Orang yang terinfeksi TB
diidentifikasi dengan reaksi uji tuberkulin yang positif dan dapat dimulai pengobatan
yang sesuai untuk mencegah penularan.
Pencegahan penularan pada sarana kesehatan melibatkan ventilasi udara yang
baik di sekitar sumber kasus. Perkantoran, klinik, dan ruang rawat yang digunakan
oleh orang dewasa dengan kecurigaan tuberkulosis seharusnya memiliki ventilasi
yang cukup, dengan udara yang di keluarkan keluar. Petugas kesehatan sebaiknya uji
tuberkulin rutin tiap tahun.
Vaksin satu-satunya yang tersedia terhadap tuberkulosis adalah vaksin BCG.
Vaksin asli ini merupakan strain dari Mycobacterium bovis yang diperoleh oleh
subkultur setiap 3 minggu selama 13 tahun. Rute pemberian yang dianjurkan adalah
injeksi intradermal dengan jarum suntik, oleh karena hanya metode ini yang dapat
mengukur dosis individual secara akurat. Rekomendasi resmi dar World Health
Organization adalah dosis tunggal yang diberikan pada bayi.
Antara lain pencegahan :
- Vaksinasi BCG.
-
-
-
- Beri makanan yang bergizi dan seimbang pada anak
- Jika lingkungan rumah bersih, tidak lembap dan sinar matahari masuk ke
dalam rumah.
- Cari kemungkinan sumber penularan.
- Orang dewasa serumah (orang tua, pembantu rumah tangga, supir dll).
- Lingkungan sekolah (guru sekolah, satpam, guru less dll)
Pathway TB Paru
Anatomi Saluran Pernapasan
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan

Dengan demikian, bahwa penyakit tuberculosis (TBC) itu disebabkan karena


adanya bakteri Mikobakterium tuberkulosa. Oleh karena itu untuk mencegah
penularan penyakit ini sebaiknya harus menjaga kebersihan diri dan lingkungan.
Tuberkulosis juga penyakit yang harus benar-benar segera ditangani dengan cepat.

b. Saran

Saran yang paling tepat untuk mencegah penyakit tuberkulosis adalah


Meningkatkan daya tahan tubuh dengan makanan bergizi TBC adalah penyakit yang
dapat disembuhkan, untuk mencapai hal tersebut penderita dituntut untuk minum obat
secara benar sesuai yang dianjurkan oleh dokter serta teratur untuk memeriksakan diri
ke klinik/puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz Alimul Hidayat.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Edisi
pertama.Salemba Medika;Jakarta
Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Edisi 2.Monica Ester.EGC;Jakarta
dr. Widoyono, MPH.2011.Penyakit Tropis.Edisi 2;Erlangga
Sharon Axton, RN, MS, PNP-BC & Terry Fugate, RN, MSN.Rencana Asuhan
Keperawatan Pediatrik.Edisi 3.EGC
Behrman Kliegman Arvin.Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 15.EGC
Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit.Edisi 6.EGC;Jakarta

Anda mungkin juga menyukai