MAKALAH TUBERKULOSIS
Kelompok III
DAFTAR ISI
JUDUL
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I : PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN PENULISAN
C. MANFAAT
1. Defenisi Tuberkulosis
2. Etiologi
3. Penularan
4. Manifestasi klinis
6. Terapi
7. Pencegahan
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
B. TUJUAN
C. MANFAAT
Manfaat yang bisa kita ambil dari penulisan makalah yang berjudul
Tuberkulosis ini yaitu pembaca diharapkan bisa mengetahui dan mempelajari tentang
tuberkulosis pada anak itu seperti apa, serta tanda dan gejalanya.
BAB II
PEMBAHASAN
1. DEVENISI TUBERCULOSIS
Penyakit tuberkulosis pada bayi dan anak disebut juga tuberkulosis primer dan
merupakan suatu penyakit sistematik. Tuberkulosis primer biasanya mulai secara
perlahan – lahan sehingga sukar di tentukan saat timbulnya gejala pertama. Kadang
terdapat keluhan demam, yang tidak diketahui sebabnya dan sering disertai tanda –
tanda infeksi saluran nafas bagian atas. Penyakit ini bila tidak diobati sedini mungkin
dan setepat-tepatnya dapat timbul komplikasi yang berat dan reinfeksi pada usia
dewasa.
Tuberkulosis merupakan penyakit infeksi yang disebabkan oleh
Mycobacterium tuberculosis dan Mycobacterium bovis. Basil tuberkulosis dapat
hidup dan tetap virulen beberapa minggu dalam keadaan kering, tetapi mati di dalam
cairan yang bersuhu 60o selama 15-20 menit. Fraksi protein basil tuberkulosis
menyebabkan nekrosis jaringan, sedang lemaknya menyebabkan sifat tahan asam dan
merupakan faktor penyebab untuk terjadinya fibrosis serta terbentuknya sel epiteloid
dan tuberkel. Basil tuberkulosis tidak membentuk toksin.
2. ETIOLOGI
3. PENULARAN
Sekitar 70% fokus paru-paru adalah subpleura, dan sering ada pleuritis
setempat. Radang parenkim awal biasanya tidak dapat dilihat pada regional dada,
tetapi infiltrat nonspesifik mugkin tampak sebelum timbulnya hipersesnsitivitas
jaringan. Semua segmen lobus paru berisiko sama untuk infrksi awal. Dua fokus
primer atau lebih ada pada 25% kasus.
Gejala – gejala dan tanda fisik tuberkulosis primer paru pada anak secara
mengherankan sangat kurang mengingat tingkat perubahan radiografi yang sering
ditemukan. Lebih dari 50% bayi dan anak denga tuberkulosis sedang sampai berat
secara radiogafis, tidak mempunyai tanda – tanda fisik dan ditemukan hanya
penelusuran kontak. Bayi lebih mungkin mengalami tanda-tanda dan gejala. Abtuk
nonproduktif dan dispnea ringan merupakan gejala yang paling lazim. Keluhan
sistematik seperti demam, keringa malam, anoreksia, dan aktivitas berkurang, kurang
sering tejadi. Beberapa bayi empunyai kesukaran penambahan berat badan atau
berkembang sindrom gagal-tumbuh yang sebenarnya sering tidak membaik secara
bermakna sampai beberapa bulan dilakukan pengobatan efektif. Tanda – tanda paru
bahkan kurang lazim. Beberapa bayi dan anak muda dengan obstruksi bronkhial
menderita mengi setempat dengn takipnea atau kadang-kadang distres respirasi.
Kebanyakan kasus obstruksi bronkial tuberkulosis pada anak mengurang sepenuhnya
dengan pengobatan yang cukup. Kadang-kadang ada klasifikasi sisa fokus primer atau
limfonodi regional. Munculna klasifikasi menyatakan bahwa lesi telah ada selama
sekurang-kurangnya 6-12 bulan. Penyembuhan segmen jarang dikomplikasi oleh
parut atau kontraksi yang disertai dengan bronkiektasis silindris.
5. PATOGENESIS
b) Penatalaksanan medis
Pengobatan yang diberkan ialah :
- Rifampisin, dengan dosis 10-15 mg/kg BB/hari, diberikan 1 kali sehari
per oral, diminum dalam keadaan lambung kosong, diberikan selama 6-9
bulan.
- INH (Isoniazid), bekerja bakterisidal terhadap basil yang berkembang
aktif ekstraseluler dan basil di dalam makrofag. Dosis INH 10-20 mg/kg
BB/hari per oral, lama pemberian sampai 18-24 bulan.
- Streptomisin , bekerja bakterisidial hanya terhadap basil yang tumbuh
aktif ekstraseluler, cara pemberiaanya intramuskuler dengan dosis 30-
50mg/Kg BB/hari maksimum 750 mg/hari; diberikan setiap hari selama 1-
3 bulan, dilanjutkan 2-3 kali seminggu selama 1-3 bulan lagi.
- Pirazinamid, bekerja bakterisidal terhadap basil intraseluler; dosis 30-35
mg/kg BB/hari per oral, 2 kali sehari selama 4-6 bulan.
- Etambutol (belum jelas apakah bakterisidal atau bakteriostatik). Dosis
20mg/Kg BB/hari dalam keadaan lambung kosong , 1 kali sehari selama 1
tahun.
- PAS (para-aminosalisilat) sebagai bakteriostatik, dosisnya 200-300
mg/Kg BB/hari, secara oral 2-3 kali sehari. Obat ini jarang di pakai karena
dosisnya tinggi kurang menyenangkan pasien. Jika diberikan lamanya 1
tahun. Sekarang pemberian obat yang terbaik adalah kombinasi INH dan
rifampisin atau etambutol dan INH dengan/tanpa streptomisin tergantung
derajat penyakit.
- Kortikosteroid, diberikan bersama – sama dengan antituberkulosis yang
amsih sensitif; diberikan dalam bentuk prednison dosis 1-3 mg/kg BB/hari.
Kortikosteroid diberikan sebagai antiflogistik dan ajuran pada tubekulosis
milier, pleuritis tuberkulosa, penyebaran bronkogen, tuberkulosis berat
atau keadaan umum yang buruk.
Selain pemberian obat-obatan pada pasien tuberkulosis anak yang penting
diperhatikan keadan gizi dan lingkungan pasien, sumber infeksi harus dicari dan
juga harus di obati.
c) Penatalaksanaan keperawatan
Pasien dengan penyakit tuberkulosis tidak dirawat di rumah sakit oleh karena
jumlahnya cukup banyak dan dapat dirawat di rumah kecuali jika telah terjadi
komplikasi. Pasien dapat sembuh benar asalkan berobat secara teratur dan
mematuhi pengobatan dokter walaupun pengobatan ini akan berjalan bertahun
(dapat 1tahun 2tahun atau lebih bergantung dari keberhasilan pengobatannya).
Masalah pasien tuberkulosis yang perlu diperhatikan adalah keadaan pasien
yang sangat lemah, bahaya terjadi komplikasi, pengambilan bahan untuk
pemeriksaan laboratorium, gangguan psikososial/rasa aman dan nyaman,
kurangnya pengetahuan orang tua.
Keadaan umum pasien. Pada umumnya pasien tuberkulosis anak yang
berobat sering ditemukan sudah dalam keadaan lemah, pucat, kurus, dan tak
bergairah. Keadaan demikian karena disebabkan penyakit sebenarnya sudah
lam menghigapi pasien. Nafsu makannya buruk, anak sering demam walaupun
tidak terlalu tinggi, demam dapat lama atau naik turun seperti tifus. Pasien
juga batuk, pilek, batuk-batuk telah lama tidak membaik walaupun sudah
mendapatkan pengobatan, anak makin kurus dan lemah. Untuk
menyembuhkan pasien tuberkulosis hanya dengan pengobatan spesifik yang
benar dan adekuat. Misalnya pasien mendapat obat rifampisin atau ETB yang
harus diminum dalam keadaan lambung kosong (pagi), harus benar
dilaksanakan. Jika tidak, obat tidak bermanfaat sesuai petunjuknya, dan
penyakit yang seharusnya dapat sembuh1 tahun mungkin sampai 2-3 tahun.
Kepada orang tua pasien perlu dijelaskan selain kepatuhan mengenai
obat juga perlu memperbaiki keadaan umumnya dengan memberikan
makanan yang cukup bergizi bila mungkin TKTP; susu perlu diberikan lebih
dari anak-anak yang sehat untuk memenuhi kekurangan kalori akibat
anoreksia akan menghilang sejalan dengan pengobatan setelah beberapa bulan.
Bahaya terjadi komplikasi. Penyakit tuberkulosis karena bersifat kronis
dapat menyebabkan daya tahan anak sangat menurun sehingga mudah
mendapat infeksi sekunder. Adanya penyebaran secara hematogen
memungkinkan timbulnya komplikasi walaupun waktunya tidak sama.
Komplikasi yang sering ialah tuberculosis milier jika pasien tuberkulosis tidak
segera mendapatkan pengobatan. Dari tuberkulosa milier akan terjadi
komplikasi meningitis tuberkulosa, pleuritis tuberkulosa, dsb. Meningitis
tuberkulosa akan menimbulkan gejala sisa baik mental maupun deformitas
anggota tubuh. Kesemuanya itu disebabkan karena pasien terlambat
mendapatkan pengobatan atau pasien berobat tetapi tidak sempurna. Misalnya
karena aak sudah bosan minum obat dan orang tua menghentikan sendiri
pengobatannya; atau karena anak kelihatan sehat, mau makan, maka psien
tidak di bawa berobat dan akibatnya obat terhenti sebelum waktunya.
Penyuluhan yang penting kepada orang tuanya adalah tentang bahaya
yang dapat terjadi akibat penyakit tersebut jika tidak mendapatkan pengobatan
yang adekuat. Pencegahan komplikasi hanya dengan memberikan pengobatan
sedini mungkin dan secara memadai.
Pengambilan bahan pemeriksaan untuk laboratorium. Pasien yang diduga
menderita tuberkulosis selain di lakukan uji tuberkulin juga diperlukan
pemeriksaan bakteriologi yang di ambil dari cairan/bilasan lambung.
Pengambilan cairan lambung harus pagi-pagi sebelum anak minum atau
makan (lambung masih kosong). Pengambilan cairan lambung dengan
menggunakan sonde lambung dan spuit 10 cc dan kemudian dimasukan ke
dalam botol steril. Bahan tersebut harus di segera di bawa ke laboratorium
yang memeriksa basil tahan asam. Jika bahan ini tidak segera dikirim ke lab
atau lab tersebut jauh bahan pemeriksaan tersebut harus disimpan didalam
termos yang berisi es agar basil tuberkulosis tidak mati.
7. PENCEGAHAN
Program pengontrolan tuberkulosis melibatkan penemuan kasus dan pengobatan dan
yang mengintervensi penularan sekunder penyakit. Orang yang terinfeksi TB
diidentifikasi dengan reaksi uji tuberkulin yang positif dan dapat dimulai pengobatan
yang sesuai untuk mencegah penularan.
Pencegahan penularan pada sarana kesehatan melibatkan ventilasi udara yang
baik di sekitar sumber kasus. Perkantoran, klinik, dan ruang rawat yang digunakan
oleh orang dewasa dengan kecurigaan tuberkulosis seharusnya memiliki ventilasi
yang cukup, dengan udara yang di keluarkan keluar. Petugas kesehatan sebaiknya uji
tuberkulin rutin tiap tahun.
Vaksin satu-satunya yang tersedia terhadap tuberkulosis adalah vaksin BCG.
Vaksin asli ini merupakan strain dari Mycobacterium bovis yang diperoleh oleh
subkultur setiap 3 minggu selama 13 tahun. Rute pemberian yang dianjurkan adalah
injeksi intradermal dengan jarum suntik, oleh karena hanya metode ini yang dapat
mengukur dosis individual secara akurat. Rekomendasi resmi dar World Health
Organization adalah dosis tunggal yang diberikan pada bayi.
Antara lain pencegahan :
- Vaksinasi BCG.
-
-
-
- Beri makanan yang bergizi dan seimbang pada anak
- Jika lingkungan rumah bersih, tidak lembap dan sinar matahari masuk ke
dalam rumah.
- Cari kemungkinan sumber penularan.
- Orang dewasa serumah (orang tua, pembantu rumah tangga, supir dll).
- Lingkungan sekolah (guru sekolah, satpam, guru less dll)
Pathway TB Paru
Anatomi Saluran Pernapasan
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
b. Saran
DAFTAR PUSTAKA
A.Aziz Alimul Hidayat.2006.Pengantar Ilmu Keperawatan Anak.Edisi
pertama.Salemba Medika;Jakarta
Ngastiyah.2005.Perawatan Anak Sakit.Edisi 2.Monica Ester.EGC;Jakarta
dr. Widoyono, MPH.2011.Penyakit Tropis.Edisi 2;Erlangga
Sharon Axton, RN, MS, PNP-BC & Terry Fugate, RN, MSN.Rencana Asuhan
Keperawatan Pediatrik.Edisi 3.EGC
Behrman Kliegman Arvin.Ilmu Kesehatan Anak.Edisi 15.EGC
Price, Sylvia Anderson.2005.Patofisiologi : konsep klinis proses-proses
penyakit.Edisi 6.EGC;Jakarta