Pendahuluan Batu Urater
Pendahuluan Batu Urater
Di Ruang Cempaka
Di Susun Oleh :
SRI WAHYUNINGSIH
Nim : P180747
SAMARINDA
2018
BAB I
PENDAHULUAN
Ureter adalah suatu saluran muskuler berbentuk silinder yang menghantarkan urin dari ginjal
menuju kandung kemih. Panjang ureter adalah sekitar 20-30 cm dengan diameter maksimum sekitar
1,7 cm di dekat kandung kemih dan berjalan dari hilus ginjal menuju kandung kemih. Ureter dibagi
menjadi pars abdominalis, pelvis,dan intravesikalis. Dindingnya terdiri atas mukosa yang dilapisi oleh
sel-sel transisional, otot-otot polos sirkuler dan longitudinal yang dapat melakukan gerakan
peristaltik (berkontraksi) guna mengeluarkan urine ke buli-buli. Secara anatomis terdapat beberapa
tempat yang ukuran diameternya relative lebih sempit daripada di tempat lain Sehingga batu atau
benda-benda lain yang berasal dari ginjal seringkali tersangkut. Tempat-tempat penyempitan itu
antara lain adalah : a. Pada perbatasan antara pelvis renalis dan ureter atau pelvi-ureter junction b.
Tempat ureter menyilang arteri iliaka di rongga pelvis c. Pada saat ureter masuk ke buli-buli Sistem
perdarahan ureter bersifat segmental dan berasal dari pembuluh arteri ginjal, gonad, dan buli-buli
dengan hubungan kolateral kaya sehingaa umumnya perdarahan tidak terancam pada tindak bedah
B. Pengertian
Ureterolithiasis adalah kalkulus atau batu di dalam ureter (Sue Hinchliff, 2000). Batu ureter
pada umumnya berasal dari batu ginjal yang turun ke ureter. Batu ureter mungkin dapat lewat
sampai ke kandung kemih dan kemudian keluar bersama kemih. Batu ureter juga bisa sampai ke
kandung kemih dan kemudian berupa nidus menjadi batu kandung yang besar. Batu juga tetap bisa
tinggal di ureter sambil menyumbat dan menyebabkan obstruksi kronik dengan hidroureter yang
mungkin asimtomatik. Tidak jarang hematuria yang didahului oleh serangan kolik (R. Samsuhidajat,
2011).
C. Klasifikasi
bentuk campuran, misalnya dengan batu kalsium oksalat, batu kalsium fosfat atau campuran dari
kedua unsur tersebut. Terbentuknya batu tersebut diperkirakan terkait dengan kadar kalsium
yang tinggi di dalam urine atau darah dan akibat dari dehidrasi. Batu kalsium terdiri dari dua tipe
yang berbeda, yaitu:
a. Whewellite (monohidrat) yaitu , batu berbentuk padat, warna cokat/ hitam dengan
2. Batu Asam Urat Lebih kurang 5-10% penderita BSK dengan komposisi asam urat. Pasien
biasanya berusia > 60 tahun. Batu asam urat dibentuk hanya oleh asam urat. Kegemukan,
peminum alkohol, dan diet tinggi protein mempunyai peluang lebih besar menderita penyakit
BSK, karena keadaan tersebut dapat meningkatkan ekskresi asam urat sehingga pH air kemih
menjadi rendah. Ukuran batu asam urat bervariasi mulai dari ukuran kecil sampai ukuran besar
sehingga membentuk staghorn (tanduk rusa). Batu asam urat ini adalah tipe batu yang dapat
dipecah dengan obat-obatan. Sebanyak 90% akan berhasil dengan terapi kemolisis.
3. Batu Struvit Batu struvit disebut juga batu infeksi, karena terbentuknya batu ini disebabkan oleh
adanya infeksi saluran kemih. Kuman penyebab infeksi ini adalah golongan kuman pemecah urea
atau urea splitter yang dapat menghasilkan enzim urease dan merubah urine menjadi
bersuasana basa melalui hidrolisis urea menjadi amoniak. Kuman yang termasuk pemecah urea
di antaranya adalah : Proteus spp, Klebsiella, Serratia, Enterobakter, Pseudomonas, dan
Staphiloccocus. Ditemukan sekitar 1520% pada penderita BSK Batu struvit lebih sering terjadi
pada wanita daripada laki-laki. Infeksi saluran kemih terjadi karena tingginya konsentrasi
ammonium dan pH air kemih >7. Pada batu struvit volume air kemih yang banyak sangat
4. Batu Sistin terjadi pada saat kehamilan, disebabkan karena gangguan ginjal. Merupakan batu
yang paling jarang dijumpai dengan frekuensi kejadian 1-2%. Reabsorbsi asam amino, sistin,
arginin, lysin dan ornithine berkurang, pembentukan batu terjadi saat bayi. Disebabkan faktor
keturunan dan pH urine yang asam. Selain karena urine yang sangat jenuh, pembentukan batu
dapat juga terjadi pada individu yang memiliki riwayat batu sebelumnya atau pada individu yang
statis karena imobilitas. Memerlukan pengobatan seumur hidup, diet mungkin menyebabkan
pembentukan batu, pengenceran air kemih yang rendah dan asupan protein hewani yang tinggi
D. Etiologi
1. Teori Pembentukan Inti
Teori ini mengatakan bahwa pemebentukan batu berasal dari kristal atau benda asing yang
berada dalam urin yang pekat. Teori ini ditentang oleh beberapa argumen, dimana dikatakan
bahwa batu tidak selalu terbentuk pada pasien dengan hipereksresi atau mereka dengan resiko
dehidrasi. Teori inti matrik dimana pembentukan batu saluran kemih membutuhkan adanya
substansi organik terutama muko protein A mukopolisakarida yang akan mempermudah
4. Teori Berkurangnya Faktor Penghambat Tidak adanya atau berkurangnya substansi penghambat
pembentukan batu seperti fosfopeptida, pirofosfat, polifosfat, asam mukopolisakarida dalam urin
akan mempermudah pembentukan batu urin. Akan tetapi teori ini tidaklah benar secara absolut,
karena banyak orang yang kekurangan zat penghambat tak pernah menderita batu, dan
sebaliknya mereka yang memiliki faktor penghambat malah membentuk batu. e. Teori Lain
Berkurangnya volume urin. Dimana kekurangan cairan akan menyebabkan peningkatan
konsentrasi zat terlarut (misal kalsium, natrium, oksalat dan protein) yang mana ini dapat
menimbulkan pembentukan kristal urin. Selain itu juga terdapat beberapa faktor yang
a. Genetik
Anggota keluarga penderita batu urin lebih banyak kemungkinan menderita penyakit yang
sama dibanding dengan keluarga bukan penderita batu urin. Lebih kurang 30% sampai 40%
penderita batu kalsium oksalat mempunyai riwayat famili yang positif menderita batu.
b. Jenis Kelamin
Pria lebih banyak menderita batu saluran kemih dibanding wanita (3-4:1). Disebabkan oleh
anatomis saluran kemih pada laki-laki lebih panjang dibandingkan perempuan, secara
alamiah didalam air kemih laki-laki kadar kalsium lebih tinggi dibanding perempuan. Dan
pada air kemih perempuan kadar sitrat (inhibitor) lebih tinggi, laki-laki memiliki hormon
serta adanya hormon estrogen pada perempuan mampu mencegah agregasi garam kalsium.
c. Pekerjaan
Kejadian batu kemih lebih banyak terjadi pada orang-orang yang banyak duduk dalam
melakukan pekerjaannya.
d. Air
Banyak minum air meningkatkan diuresis sehingga mencegah pembentukan batu. Kurang
minum dapat mengurangi diuresis, kadar substansi dalam urin meningkat, mempermudah
pembentukan batu.
e. Diet
Konsumsi makanan tinggi protein yang akan meningkatkan resiko terjadinya batu. Konsumsi
makanan tinggi protein yang berlebihan dan garam atau antasida yang mengandung
kalsium, produk susu, makananan yang mengandung oksalat (misalnya teh, kopi instan,
menyebabkan pembentukan batu asam urat Makanan makanan yang banyak mengandung
serat dan protein nabati mengurangi resiko batu urin, sebaliknya makanan yang
mengandung lemak dan protein hewani akan meningkatkan resiko batu urin.
f. Infeksi
Hampir terbentuknya batu jenis struvit didahului oleh infeksi saluran kemih yang disebabkan
oleh bakteri pemecah urea, namun jenis batu lain tidak jelas apakah batu sebagai penyebab
infeksi atau infeksi sebagai penyebab batu.
g. Obat-obatan
Penggunaan obat anti hipertensi (Dyazide) berhubungan dengan peningkatan frekuensi batu
urin, begitu juga penggunaan antasida yang mengandung silica berhubungan dengan
E. Manifestasi Klinis
1. Nyeri
Batu yang berada di ureter dapat menyebabkan nyeri yang luar biasa, akut dan kronik. Nyeri
ini dapat menjalar hingga ke perut bagian depan, perut sebelah bawah, daerah inguinal, dan
sampai ke kemaluan. Penderita sering ingin merasa berkemih, namun hanya sedikit urine yang
keluar, dan biasanya air kemih disertai dengan darah, maka penderita tersebut mengalami kolik
ureter.
2. Hematuri
Penderita sering mengeluh hematuria atau urin berwarna seperti teh. Namun lebih kurang
10-15% penderita batu saluran kemih tidak menderita hematuria.
3. Infeksi
Biasanya dengan gejala-gejala menggigil, demam, nyeri pinggang, nausea serta muntah dan
disuria. Secara umum infeksi pada batu struvit (batu infeksi) berhubungan dengan infeksi dari
Proteus sp, Pseudomonas sp, Klebsiella sp, dan jarang dengan E.colli.
4. Demam
Hubungan batu urin dengan demam adalah merupakan kedaruratan medik relatif. Tanda-tanda
klinik sepsis adalah bervariasi termasuk demam, takikardi, hipotensi dan vasodilatasi perifer.
Demam akibat obstruksi saluran kemih memerlukan dekompresi segera.
F. Patofisiologi
Komposisi batu saluran kemih yang dapat ditemukan adalah dari jenis urat, asam urat,
oksalat, fosfat, sistin, dan xantin. Batu oksalat kalsium kebanyakan merupakan batu idiopatik. Batu
campuran oksalat kalsium dan fosfat biasanya juga idiopatik; di antaranya berkaitan dengan sindrom
alkali atau kelebihan vitamin D. Batu fosfat dan kalsium (hidroksiapatit) kadang disebabkan
hiperkalsiuria (tanpa hiperkalsemia). Batu fosfat amonium magnesium didapatkan pada infeksi kronik
yang disebabkan bakteria yang menghasilkan urease sehingga urin menjadi alkali karena pemecahan
ureum. Batu asam urin disebabkan hiperuremia pada artritis urika. Batu urat pada anak terbentuk
karena pH urin rendah. Pada kebanyakan penderita batu kemih tidak ditemukan penyebab yang
jelas. Faktor predisposisi berupa stasis, infeksi, dan benda asing. Infeksi, stasis, dan litiasis merupakan
faktor yang saling memperkuat sehingga terbentuk lingkaran setan atau sirkulus visiosus. Jaringan
abnormal atau mati seperti pada nekrosis papila di ginjal dan benda asing mudah menjadi nidus dan
inti batu. Demikian pula telor sistosoma kadang berupa nidus batu (R. Sjamsuhidajat, 2011).
G. Pathway
Pembentukan batu
Dinding ureter
Out put berlebihan
Gangguan rasa
nyaman, nyeri
Gangguan
pemenuhan
nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
Intoleransi aktivitas
H. Pemeriksaan Penunjang
1. Pemeriksaan Fisik
a. Inspeksi : Terlihat pembesaran pada daerah pinggang atau abdomen sebelah atas.
positif.
c. Perkusi : Ditemukan nyeri ketok pada sudut kostovertebra yaitu sudut yang dibentuk oleh
2. Pemeriksaan Diagnostik
a. Air kemih
- Mikroskopis endapan: sedimen urin yang menunjukkkan adanya leukosituria, hematuria,
- Sensitivitas kuman
b. Faal Ginjal
Pemeriksaan ureum dan kreatinin adalah untuk melihat fungsi ginjal baik atau tidak.
Pemeriksaan elektrolit untuk memeriksa factor penyebab timbulnya batu antara lain kadar
kalsium, oksalat, fosfat maupun urat di dalam urin.
3. Radiologis
Foto BNO-IVP untuk melihat lokasi batu, besarnya batu, apakah terjadi bendungan atau tidak.
Pada gangguan fungsi ginjal maka IVP tidak dapat dilakukan; pada keadaan ini dapat dilakukan
retrograd pielografi atau dilanjutkan dengan antegrad pielografi, bila hasil retrograd pielografi
tidak memberikan informasi yang memadai. Pada foto BNO batu yang dapat dilihat disebut
sebagai batu radioopak, sedangkan batu yang tidak tampak disebut sebagai batu radiolusen,
berikut ini adalah urutan batu menurut densitasnya, dari yang paling opaq hingga yang paling
bersifat radiolusent; calsium fosfat, calsium oxalat, magnesium amonium fosfat, sistin, asam urat,
xantine.
I. Penatalaksanaan
1. Medikamentosa
Ditujukan untuk batu yang ukurannya < 5 mm, karena batu diharapkan dapat keluar spontan.
Terapi yang diberikan bertujuan mengurangi nyeri, memperlancar aliran urine dengan
pemberian diuretikum, dan minum banyak supaya dapat mendorong batu keluar.
Alat ini dapat memecah batu ginjal, batu ureter proksimal, atau batu buli-buli tanpa melalui
tindakan invasif atau pembiusan. Batu dipecah menjadi fragmen-fragmen kecil dengan
menggunakan gelombang kejut sehingga mudah dikeluarkan melalui saluran kemih. Terdapat 3
Teknik ini paling sering digunakan untuk membangkitkan gelombang kejut. Pengisian arus
listrik voltase tinggi terjadi melintasi sebuah elektroda spark-gap yang terletak dalam
kontainer berisi air. Pengisian ini menghasilkan gelembung uap, yang membesar dan
kemudian pecah, membangkitkan gelombang energi bertekanan tinggi.
b. Energi pizoelektrik.
Pada teknik ini, ratusan sampai ribuan keramik atau kristal pizo dirangsang dengan denyut
listrik energi tinggi. Ini menyebabkan vibrasi atau perpindahan cepat dari kristal sehingga
menghasilkan gelombang kejut.
c. Energi elektromagnetik. Aliran listrik di alirkan ke koil elektromagnet pada silinder berisi air.
jarak antara F1 dan F2 melebihi spesifikasi lothotriptor. Pada penderita seperti ini
3) Penderita dengan deformitas spinal atau orthopedik, ginjal ektopik dan atau malformasi
ginjal (meliputi ginjal tapal kuda) mungkin mengalami kesulitan dalam pengaturan posisi
yanng sesuai untuk ESWL. Selain itu, abnormalitas drainase intrarenal dapat
menghambat pengeluaran fragmen yang dihasilkan oleh eswl
4) Masalah paru dan jantung yang sudah ada sebelumnya dan dapat diatasi dengan
anastesi
5) Pasien dengan pacemaker (alat pacu jantung) aman diterapi dengan ESWL, tetapi
pemeriksaan laboratorium baik darah maupun urin untuk melihat fungsi ginjal, jenis
batu, dan kesiapan fisik pasien - Pemeriksaan yang paling penting adalah rontgen atau
USG untuk menentukan lokasi batu dan kemungkinan jenisnya. - meminum antibiotik
untuk mencegah infeksi dan puasa minimal 4 jam sebelumnya. - hidrasi yang baik untuk
memperlancar keluarnya batu yaitu minimal 2 liter air sehari. (Pramod, 2009).
3. Endourologi
Tindakan Endourologi adalah tindakan invasif minimal untuk mengeluarkan batu saluran kemih
yang terdiri atas memecah batu, dan kemudian mengeluarkannya dari saluran kemih melalui alat
yang dimasukkan langsung ke dalam saluran kemih. Alat itu dimasukkan melalui uretra atau
melalui insisi kecil pada kulit (perkutan). Proses pemecahan batu dapat dilakukan secara
mekanik, dengan memakai energi hidraulik, energi gelombang suara, atau dengan energi laser.
Beberapa tindakan endourologi antara lain:
a. PNL (Percutaneous Nephro Litholapaxy) : mengeluarkan batu yang berada di saluran ginjal
dengan cara memasukkan alat endoskopi ke sistem kaliks melalui insisi kulit. Batu kemudian
dikeluarkan atau dipecah terlebih dahulu.
b. Litotripsi : memecah batu buli-buli atau batu uretra dengan memasukkan alat pemecah batu
Dormia.
4. Bedah Laparoskopi
Pembedahan laparoskopi untuk mengambil batu saluran kemih saat ini sedang berkembang.
Cara ini banyak dipakai untuk mengambil batu ureter
5. Uroterolitotomi
Ureterolitotomi adalah suatu tindakan operasi yang bertujuan untuk mengambil batu ureter baik
ureter proksimal (atas) ataupun distal (bawah). Operasi ini dengan menggunakan sayatan di
kulit. Letak irisan sangat bergantung letak batu. Untuk batu di ureter atas, irisan berada di
pinggang berbentuk garis lurus yang oblik. Untuk batu di ureter bawah maka irisan di perut
bawah garis lurus yang sejajar tubuh. Panjang irisan sangat bergantung gemuk tidaknya pasien.
Semakin gemuk maka irisan makin panjang. Semakin kecil batu irisan juga makin panjang.
Seandainya batu tersebut bergerak gerak maka sangat mungkin irisan lebih lebar (Franzoni,
2009).
J. Komplikasi
1. Obstruksi urine dapat terjadi di sebelah hulu dari batu dibagian mana saja di saluran kemih.
Obstruksi diatas kandung kemih dapat menyebabkan hidroureter, yaitu ureter membengkak oleh
urine. Hidoureter yang tidak diatasi, atau obstruksi pada atau atas tempat ureter keluar dari
ginjal dapat menyebabkan hidronefrosis yaitu pembengkakan pelvis ginjal dan sistem duktus
pengumpul. Hidronefrosis dapat menyebabkan ginjal tidak dapat memekatkan urine sehingga
terjadi ketidakseimbangan elektrolit dan cairan.
berkepanjangan pada urothelium yang dapat menyebabkan tumbuhnya keganasan yang sering
berupa karsinoma epidermoid.
4. Sebagai akibat obstruksi, khususnya di ginjal atau ureter, dapat terjadi hidronefrosis dan
kemudian berlanjut dengan atau tanpa pionefrosis yang berakhir dengan kegagalan faal ginjal
yang terkena. Bila terjadi pada kedua ginjal, akan timbul uremia karena gagal ginjal total. Hal
yang sama dapat juga terjadi akibat batu kandung kemih, lebih-lebih bila batu tersebut
membesar sehingga juga mengganggu aliran kemih dari kedua orifisium ureter. Khusus pada
batu uretra, dapat terjadi diverticulum uretra. Bila obstruksi berlangsung lama, dapat terjadi
ekstravasasi kemih dan terbentuklah fistula yang terletak proksimal dari batu ureter (Corwin,
2009).
K. Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Aktivitas / istirahat
Gejala : pekerjaan monoton, pekerjaan di mana klien terpajan pada lingkungan bersuhu
b. Sirkulasi
Tanda : peningkatan TD / nadi, (nyeri, obstruksi oleh kalkulus) kulit hangat dan kemerahan,
pucat.
c. Eliminasi
Gejala : riwayat adanya ISK kronis, penurunan haluaran urine, distensi vesica urinaria, rasa
d. Makanan / cairan
Gejala : mual / muntah, nyeri tekan abdomen, diet tinggi purin, kalsium oksalat / fosfat,
e. Nyeri / kenyamanan
Gejala : episode akut nyeri berat, lokasi tergantung pada lokasi batu, nyeri dapat
digambarkan sebagai akut, hebat, tidak hilang dengan perubahan posisi atau tindakan lain.
h. Pemeriksaan diagnostik Urinalisis, urine 24 jam, kultur urine, survey biokimia, foto Rontgen,
IVP, sistoureteroskopi, scan CT, USG
2. DIAGNOSA KEPERAWATAN
a. Nyeri akut
c. Defisit pengetahuan
d. Ansietas
3. INTERVENSI
4. Tingkatkan istirahat
5. Kolaborasi: -berikan obat sesuai
indikasi: Narkotik, contoh
meperidin (Demerol), morfin
Kortikosteroid
2 Gangguan Eliminasi Tujuan: Setelah dilakukan 1. Awasi pemasukan dan pengeluaran
edema periorbital/tergantung
kesadaran
6. Kolaborasi:
- Awasi pemeriksaan
BUN, kretinin
- Ambil urine untuk kultur dan
sensitivitas
- Pielolitotomi terbuka
atau perkutaneus,
nefrolitotomi, ureterolitotomi
- ESWL
Nadi:86 x/mnt
Suhu : 36, 50 C
DAFTAR PUSTAKA
Sjamsuhidajat, R. & Jong, Wim de. 2011. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta: EGC
Susanne, C Smel zer. 2014. Keperawatan Medikal Bedah (Brunner &Suddart) , Edisi VIII, Volume 2,
Jakarta, EGC,
Pramod PR, Barrieras DJ, Bagli DJ, et al. 2010. Initial experience with endoscopic Holmium laser
lithotripsy for pediatric urolithiasis. J Urol 162:1714-1716.
Wehle MJ, Segura JW. In : Belman AB., Eds. 2012. Clinical pediatric urology. Martin Dunitz.:1241.
Franzoni DF, Decter RM. 2009. Percutaneous vesicolithotomy: an alternative to open bladder surgery in
Doenges E. Marilynn. 2010 Rencana Asuhan keperawatan : Pedoman Untuk Perencanaan dan