Anda di halaman 1dari 14

“Asuhan Keperawatan Pada Pasien Gangguan Neurologis Stroke Hemoragik”

Di Ruang Stroke Centre

Mata Kuliah : Keperawatan Medikal Bedah

Di Susun Oleh :

SRI WAHYUNINGSIH

Nim : P180747

PROGRAM STUDI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIYATA HUSADA

SAMARINDA

2019
HALAMAN PENGESAHAN

LAPORAN PENDAHULUAN STROKE DI RUANG STROKE CENTRE


RSUD ABDUL WAHAB SJAHRANIE SAMARINDA

STASE KEPERAWATAN MEDIKAL BEDAH

Disusun oleh:

SRI WAHYUNINGSIH

Nim : P180747

Telah disetujui oleh pembimbing klinik dan pembimbing akademik

Pembimbing Akademik Pembimbing Klinik


BAB I

PENDAHULUAN

A. DEFINISI

Stroke Non Hemoragik merupakan proses terjadinya iskemia akibat emboli dan trombosis
serebral biasanya terjadi setelah lama beristirahat, baru bangun tidur atau di pagi hari dan tidak
terjadi perdarahan. Namun terjadi iskemia yang menimbulkan hipoksia dan selanjutnya dapat
timbul edema sekunder (Arif Muttaqin, 2008).

Stroke adalah suatu keadaan dimana terjadi gangguan neurologi baik lokal maupun umum

yang terjadi secara mendadak sebagai akibat peredaran darah serebral. Stroke adalah gangguan

fungsional otak yang terjadi secara mendadak atau akut dengan tanda klinis lokal maupun global

yang berlangsung selama + 24 jam. Dapat menyebabkan kematian karena gangguan peredaran

darah ke otak, termasuk di dalamnya peredaran Subarachnoid dan Infark Serebral (kematian
jaringan otak) tidak termasuk di dalamnya gangguan peredaran darah sepintas, misalnya karena

faktor fisiologis, tumor otak, infeksi karena trauma, dan lain-lain ( WHO ).
Jadi, stroke adalah gangguan fungsi syaraf yang akut yang bisa disebabkan oleh gangguan pada

pembuluh darah yang terjadi secara mendadak atau dalam beberapa detik sehingga menimbulkan

gangguan dengan ditandai terganggunya daerah lokal ke otak.

1. Stroke Hemoragik.

Adalah stroke disertai pendarahan akibat sobeknya pembuluh darah parenkim yang

menyebabkan kerusakan neuron dan menyebabkan peningkatan secara cepat.


2. Stroke Non Hemoragik.

Adalah stroke yang tidak disertai pendarahan otak yang dianggap sebagai kelainan suplai

darah ke otak yang membahayakan fungsi neuron tanpa memberikan perubahan yang

menetap.

B. ETIOLOGI

Pada tingkatan makroskopik, stroke non hemoragik paling sering disebabkan oleh emboli

ektrakranial atau trombosis intrakranial. Selain itu, stroke non hemoragik juga dapat diakibatkan
oleh penurunan aliran serebral. Pada tingkatan seluler, setiap proses yang mengganggu aliran
darah menuju otak menyebabkan timbulnya kaskade iskemik yang berujung pada terjadinya

kematian neuron dan infark serebri.


1. Emboli
a. Embolus yang dilepaskan oleh arteria karotis atau vertebralis, dapat berasal dari “plaque
athersclerotique” yang berulserasi atau dari trombus yang melekat pada intima arteri
akibat trauma tumpul pada daerah leher.
b. Embolisasi kardiogenik dapat terjadi pada:

1) Penyakit jantung dengan “shunt” yang menghubungkan bagian kanan dan bagian kiri
atrium atau ventrikel.
2) Penyakit jantung rheumatoid akut atau menahun yang meninggalkan gangguan pada

katup mitralis.
3) Fibrilasi atrium
4) Infarksio kordis akut
5) Embolus yang berasal dari vena pulmonalis

6) Kadang-kadang pada kardiomiopati, fibrosis endrokardial, jantung miksomatosus

sistemik

c. Embolisasi akibat gangguan sistemik dapat terjadi sebagai:

1) Embolia septik, misalnya dari abses paru atau bronkiektasis

2) Metastasis neoplasma yang sudah tiba di paru.


3) Embolisasi lemak dan udara atau gas N (seperti penyakit “caisson”)

Emboli dapat berasal dari jantung, arteri ekstrakranial, ataupun dari right-sided
circulation (emboli paradoksikal). Penyebab terjadinya emboli kardiogenik adalah trombi
valvular seperti pada mitral stenosis, endokarditis, katup buatan), trombi mural (seperti infark

miokard, atrial fibrilasi, kardiomiopati, gagal jantung kongestif) dan atrial miksoma. Sebanyak

2-3 persen stroke emboli diakibatkan oleh infark miokard dan 85 persen di antaranya terjadi

pada bulan pertama setelah terjadinya infark miokard.

2. Thrombosis
Stroke trombotik dapat dibagi menjadi stroke pada pembuluh darah besar (termasuk sistem

arteri karotis) dan pembuluh darah kecil (termasuk sirkulus Willisi dan sirkulus posterior).

Tempat terjadinya trombosis yang paling sering adalah titik percabangan arteri serebral

utamanya pada daerah distribusi dari arteri karotis interna. Adanya stenosis arteri dapat
menyebabkan terjadinya turbulensi aliran darah (sehingga meningkatkan resiko pembentukan

trombus aterosklerosis (ulserasi plak), dan perlengketan platelet.

Penyebab lain terjadinya trombosis adalah polisetemia, anemia sickle sel, defisiensi protein

C, displasia fibromuskular dari arteri serebral, dan vasokonstriksi yang berkepanjangan akibat
gangguan migren. Setiap proses yang menyebabkan diseksi arteri serebral juga dapat
menyebabkan terjadinya stroke trombotik (contohnya trauma, diseksi aorta thorasik, arteritis).

Selain penyebab diatas terdapat juga faktor resiko terjadinya stroke, yaitu :
a. Usia diatas 30 tahun.
b. Hipertensi maligna yang tidak terkontrol.
c. Merokok.

d. Obesitas.
e. Diabetes Melitus.

f. Peningkatan kadar kolesterol dan trigliserida.


g. Arterosklerosis dan pengaruh kekentalan darah.
h. Riwayat keluarga mempunyai penyakit jantung.

C. PATOFISIOLOGI
Dalam keadaan fisiologis arah aliran darah ke otak dan kelangsungan fungsinya sangat
tergantung pada oksigen, dan otak tidak mempunyai cadangan oksigen. Apabila terdapat anorexia

seperti pada stroke metabolisme serebral terganggu dan kematian sel serta kerusakan yang

melekat dapat terjadi dalam 3–10 menit.

Berbagai kondisi yang menyebabkan gangguan perfusi serebral dapat mengakibatkan

hipoksia dan anoxia, bila aliran darah ke otak berkurang 24–30 ml/100gr jaringan otak dan akan

terjadi iskemia, untuk gangguan yang lama otak hanya mendapatkan suplai darah kurang dari 16
ml/100 gr jaringan otak/mnt akan terjadi infark jaringan yang sifatnya permanen. Gangguan aliran

darah serebral yang mengakibatkan stroke dapat disebabkan oleh penyempitan/ tertutupnya salah
satu pembuluh darah ke otak dan ini terjadi umumnya pada trombosis serebral dan pendarahan

intra kranial.

Pada dasarnya stroke infark serebra terjadi akibat berkurangnya suplai peredaran darah

menuju otak. Aliran atau suplai darah tidak disampingkan ke daerah tersebut. Oleh karena arteri

yang bersangkutan tersumbat atau padat sehingga aliran darah ke otak berkurang sampai 20–70

ml/ 100 gr. Jaring akan terjadi iskemik untuk jangka waktu yang lama dan akan mengalami
kerusakan yang bersifat permanen.

Tipe gangguan otak tergantung pada area otak yang terkena dan ini tergantung pula pada

pembuluh darah serebral yang mengalami gangguan. Gangguan aliran darah serebral yang

mengakibatkan stroke dapat disebabkan oleh penyempitan atau tertutupnya salah satu pembuluh
darah ke otak dan ini terjadi pada umumnya oleh :

a. Trombosis Serebral.

Yang diakibatkan adanya Arterosklerosis yang pada umumnya menyerang usia lanjut.

Trombosis ini biasanya terjadi pada pembuluh darah dimana ekluri terjadi. Trombosis ini dapat
menyebabkan iskemik jaringan otak. Endemik-endemik kongesti di area sekitarnya stroke
karena terbentuknya thrombus biasanya terjadi pada orang tua yang mengalami penurunan

aktivitas simpatis dan posisi recumben menyebabkan menurunnya tekanan darah sehingga
dapat mengakibatkan Iskemik Serebral.
b. Emboli Serebral.

Merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bawaan darah, lemak ataupun udara,
pada umumnya berasal dari trombus di jantung yang terlepas, dan menyumbat sistem
ateriserebral. Emboli serebral biasanya cepat dan gejala yang timbul < 10 – 30 detik.

c. Pendarahan Intra Serebral.


Terjadi karena Arterosklerosis dan Hipertensi, keadaan ini pada umumnya terjadi pada usia
diatas 50 tahun, sehingga menyebabkan penekanan, pergeseran, dan pemisahan jaringan otak
yang berdekatan, akibatnya otak akan membengkak. Jaringan otak internal tertekan sehingga

menyebabkan infark otak, edema, dan kemungkinan hemiase otak.

D. MANIFESTASI KLINIS

Tanda dan gejala dari stroke adalah :

a. Kehilangan motorik
Disfungsi motorik paling umum adalah hemiplegia (paralisis pada salah satu sisi)

dan hemiparesis (kelemahan salah satu sisi) dan disfagia


b. Kehilangan komunikasi

Disfungsi bahasa dan komunikasi adalah disatria (kesulitan berbicara) atau afasia (kehilangan

berbicara).

c. Gangguan persepsi

Meliputi disfungsi persepsi visual humanus, heminapsia atau kehilangan penglihatan perifer

dan diplopia, gangguan hubungan visual, spesial dan kehilangan sensori.


d. Kerusakan fungsi kognitif parestesia (terjadi pada sisi yang berlawanan).

Disfungsi kandung kemih meliputi: inkontinensiaurinarius transier, inkontinensia urinarius

peristen atau retensi urin (mungkin simtomatik dari kerusakan otak bilateral), Inkontinensia
urinarius dan defekasiyang berlanjut (dapat mencerminkan kerusakan neurologi ekstensif).
Tanda dan gejala yang muncul sangat tergantung dengan daerah otak yang terkena:

1) Pengaruh terhadap status mental: tidak sadar, konfus, lupa tubuh sebelah

2) Pengaruh secara fisik: paralise, disfagia, gangguan sentuhan dan sensasi, gangguan

penglihatan
3) Pengaruh terhadap komunikasi, bicara tidak jelas, kehilangan bahasa.
4) Dilihat dari bagian hemisfer yang terkena tanda dan gejala dapat berupa:
Hemisfer kiri Hemisfer kanan

Mengalami hemiparese kanan Hemiparese sebelah kiri tubuh

Perilaku lambat dan hati-hati Penilaian buruk


Kelainan lapan pandang kanan Mempunyai kerentanan terhadap sisi
Disfagia global kontralateral sehingga memungkinkan terjatuh ke
Afasia sisi yang berlawanan tersebut

Mudah frustasi
E. PATHWAY

Penyakit yang mendasari stroke (alcohol,

hiperkolesteroid, merokok, stress, depresi, kegemukan


)

Aterosklerosis (elastisitas
Kepekatan darah Pembentukan
pembuluh darah menurun )
meningkat thrombus

Obstruksi thrombus
di otak

Pembentukan darah ke otak

Hipoksia cerebri

Infark jaringan otak

Perubahan
Kelemahan pada nervus
Kerusakan pusat gerakan motoric di persepsi sensori
V, VII, IX, X
lobus frontalishemisphare hemiplagia

Penurunan kemampuan otot

mengunyah /menelan
Gangguan Mobilitas menurun

mobilitas fisik

Tirah baring Gangguan Keseimbangan nutrisi kurang


reflek menelan dari kebutuhan tubuh

Resiko kerusakan Defisit perawatan diri


integritas kulit
F. KOMPLIKASI

Komplikasi stroke menurut Smeltzer (2002,hal 2131):


a. Komplikasi Dini (0-48 jam pertama)
1) Edema serebri: defisit neurologis cenderung memberat, dapat mengakibatkan peningkatan

tekanan intrakranial, herniasi, dan akhirnya menimbulkan kematian.


2) Infark miokard: penyebab kematian mendadak pada stroke stadium awal.
b. Komplikasi Jangka pendek (1-14 hari pertama)
1) Pneumonia: Akibat immobilisasi lama

2) Infark miokard

3) Emboli paru: Cenderung terjadi 7-14 hari pasca stroke, seringkali pada saat penderita

mulai mobilisasi.

4) Stroke rekuren: Dapat terjadi pada setiap saat.

c. Komplikasi Jangka panjang


Stroke rekuren, infark miokard, gangguan vaskular lain: penyakit vaskular perifer.

G. DATA PENUNJANG

Pemeriksaan diagnostic:

a. CT Scan (Computer Tomografi Scan)

Pembidaian ini memperlihatkan secara spesifik letak edema, posisi hematoma adanya jaringan

otak yang infark atau iskemia, dan posisinya secara pasti. Hasil pemerikasaan biasanya

didapatkan hiperdens fokal, kadang pemadatan terlihat di ventrikel atau menyebar ke


permukaan otak.

b. Angiografi serebral

Membantu menentukan penyebab stroke secara spesifik seperti perdarahan atau obstruksi

arteri adanya titik okulasi atau raftur.


c. Pungsi Lumbal

Menunjukan adanya tekanan normal, tekanan meningkat dan cairan yang mengandung darah

menunjukan adanya perdarahan

d. Magnatik Resonan Imaging (MRI):


Menunjukan daerah yang mengalami infark, hemoragik.
e. Ultrasonografi Dopler :

Mengidentifikasi penyakit arteriovena.


f. Sinar X Tengkorak:
Menggambarkan perubahan kelenjar lempeng pineal.
g. Elektro Encephalografi (EEG)

Mengidentifikasi masalah didasarkan pada gelombang otak dan mungkin memperlihatkan


daerah lesi yang spesifik.
h. Pemeriksaan Laboratorium

Lumbal pungsi, pemeriksaan likuor merah biasanya di jumpai pada perdarahan yang masif,
sedangkan perdarahan yang kecil biasanya warna likuor masih normal sewaktu hari – hari
pertama.
i. Pemeriksaan kimia darah, pada stroke akut dapat terjadi hiperglikemia. Gula darah dapat

mencapai 250 mg didalam serum. (Arif Muttaqin, 2008, hlm. 139)

H. ASUHAN KEPERAWATAN

1. PENGKAJIAN

a. Identitas klien
Meliputi nama, umur (kebanyakan terjadi pada usia tua), jenis kelamin, pendidikan, alamat,

pekerjaan, agama, suku bangsa, tanggal dan jam MRS, nomor register, diagnose medis.
b. Keluhan utama

Biasanya didapatkan kelemahan anggota gerak sebelah badan, bicara pelo, dan tidak

dapat berkomunikasi.

c. Riwayat penyakit sekarang

Serangan stroke non hemoragik seringkali berlangsung sangat mendadak, pada saat klien

sedang melakukan aktivitas. Biasanya terjadi nyeri kepala, mual, muntah bahkan kejang
sampai tidak sadar, disamping gejala kelumpuhan separoh badan atau gangguan fungsi

otak yang lain.

d. Riwayat penyakit dahulu

Adanya riwayat hipertensi, diabetes militus, penyakit jantung, anemia, riwayat trauma
kepala, kontrasepsi oral yang lama, penggunaan obat-obat anti koagulan, aspirin,

vasodilator, obat-obat adiktif, kegemukan.

e. Riwayat penyakit keluarga

Biasanya ada riwayat keluarga yang menderita hipertensi ataupun diabetes militus.
f. Pola Fungsi Kesehatan
g. Pola nutrisi dan metabolism

Adanya keluhan kesulitan menelan, nafsu makan menurun, mual muntah pada fase akut.
h. Pola eliminasi
Biasanya terjadi inkontinensia urine dan pada pola defekasi biasanya terjadi konstipasi
akibat penurunan peristaltik usus.
i. Pola aktivitas dan latihan

Adanya kesukaran untuk beraktivitas karena kelemahan, kehilangan sensori atau paralise/
hemiplegi, mudah lelah
j. Pola tidur dan istirahat

Biasanya klien mengalami kesukaran untuk istirahat karena kejang otot/nyeri otot
k. Pola hubungan dan peran
Adanya perubahan hubungan dan peran karena klien mengalami kesukaran untuk
berkomunikasi akibat gangguan bicara.

l. Pola persepsi dan konsep diri

Klien merasa tidak berdaya, tidak ada harapan, mudah marah, tidak kooperatif.

m. Pola sensori dan kognitif

Pada pola sensori klien mengalami gangguan penglihatan/kekaburan pandangan,

perabaan/sentuhan menurun pada muka dan ekstremitas yang sakit. Pada pola kognitif
biasanya terjadi penurunan memori dan proses berpikir.

n. Pola reproduksi seksual


Biasanya terjadi penurunan gairah seksual akibat dari beberapa pengobatan stroke, seperti

obat anti kejang, anti hipertensi, antagonis histamin.

o. Pola penanggulangan stress

Klien biasanya mengalami kesulitan untuk memecahkan masalah karena gangguan proses

berpikir dan kesulitan berkomunikasi.

p. Pola tata nilai dan kepercayaan


Klien biasanya jarang melakukan ibadah karena tingkah laku yang tidak stabil,

kelemahan/kelumpuhan pada salah satu sisi tubuh

q. Pola persepsi dan tata laksana hidup sehat

Biasanya ada riwayat perokok, penggunaan alkohol, penggunaan obat kontrasepsi oral.

2. DIAGNOSA KEPERAWATAN

a. Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak (00201)

b. Hambatan mobilitas fisik (00085) berhubungan dengan gangguan neuromuscular


3. INTERVENSI

No Diagnosa Keperawatan NOC NIC

1. Resiko ketidakefektifan Tujuan : Monitor tanda-tada vital


perfusi jaringan otak Perfusi jaringan: Serebral (6680)

(00201) (0406)
Kriteria hasil: 1. Monitor tekanan

(040617) nilai rata-rata darah, nadi, suhu,


tekanan darah ditingkatkan dan status

dari skala 3 (sedang) ke pernafasan dengan

skala 5 (normal) tepat

(040619) penurunan tingkat 2. Monitor tekanan

kesadaran ditingkatkan dari darah setelah pasien


skala 3 (sedang) ke skala 4 minum obat jika
(ringan) memungkinkan

(040620) refleks saraf 3. Monitor pola


terganggu dipertahankan pernapasan

pada skala 3 (sedang) abnormal

4. Monitor terkait

dengan adanya tiga

tanda Cushing reflek

(misalnya, tekanan

nadi lebar,

bradikardia, dan
peningkatkan
tekanan darah

sistolik)

5. Identifikasi

kemungkinan
penyebab

perubahan tanda-
tanda vital
2. Hambatan mobilitas fisik Tujuan : Perawatan tirah baring

(00085) berhubungan Pergerakan sendi (0206) (0740)


dengan gangguan Kriteria hasil :
neuromuscular (020620) punggung 1. Jelaskan alas an

ditingkatkan dari skala 2 diperlukannya tirah


(cukup besar) ke skala 4 baring
(ringan) 2. Hindari

(020604) jari (kiri) menggunakan kain

ditingkatkan dari skala 2 linen kasur yang

(cukup besar) ke skala 4 teksturnya kasar

(ringan) 3. Gunakan alat

(020606) jempol (kiri) ditempat tidur yang


ditingkatkan dari skala 2 melindungi pasien
(cukup besar) ke skala 4 4. Balikkan pasien yang

(ringan) tidak dapat

(020608) pergelangan mobilisasi paling

tangan (kiri) ditingkatkan tidak setiap 2 jam,

dari skala 2 (cukup besar) sesuai dengan

ke skala 4 (ringan) jadwal yang spesifik

(020614) pergelangan kaki 5. Ajarkan latihan di


(kiri) ditingkatkan dari skala tempat tidur, dengan

3 (sedang) ke skala 4 cara yang tepat

(ringan)

(020616) lutut (kiri)


ditingkatkan dari skala 3
(sedang) ke skala 4 (ringan)
DAFTAR PUSTAKA

Bulechek, Gloria M, dkk. 2016. Nursing Interventions Classification (NIC). Yogyakarta: ELSEVIER
Kaharu, Atika.2015. Laporan Pendahuluan Stroke Non Haemoragik. (Online) Available: (diakses pada

tanggal 26 oktober 2015 pukul 20.00 Wita)


Moorhead, Sue,dkk. 2016. Nursing Outcomes Classification (NOC). Yogyakarta: ELSEVIER
Muttaqin, Arif. 2008. Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien dengan Gangguan Sistem Persarafan .
Jakarta: Salemba Medika

NANDA. 2015. Diagnosis Keperawatan Definisi & Klasifikasi 2015-2017 Edisi 10 editor T Herdman,

Shigemi Kamitsuru. Jakarta: EGC


Padila. 2012. Buku Ajar: Keperawatan Medikal Bedah. Yogyakarta: Nuha Medika.

Price, SA dan Wilson, 2006. Patofisiologi: Konsep klinis proses- proses penyakit ed. 6 vol.1. Jakarta: EGC.

Smeltzer, Suzanne C & Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Brunner &
Suddarth (Edisi 8). Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Tarwoto, 2007. Keperawatan Medikal Bedah: Gangguan Sistem Persyarafan . Jakarta: Sagung Seto.
William, Lippicont . 2008 . Nursing: Memahami Berbagai Macam Penyakit . Jakarta: Indeks.

Yanti, Fardi. 2015. Laporan Pendahuluan Klien Dengan Stroke Non Haemoragik (SNH). (Online)

Available :

Anda mungkin juga menyukai