Tugas Audit Meringkas
Tugas Audit Meringkas
B. Jasa Nonassurance
Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh AP (Akuntan Publik) yang
didalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan atau bentuk lain dari keyakinan.
Jenis jasa non assurance yang dihasilkan olah akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa
perpajakan, jasa konsultasi.
Selanjutnya akan dibahas tentang laporan audit. Laporan audit merupakan media yang
dipakai oleh auditor dalam dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut
auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah diaudit.
Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa
laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paaragraf , paragraf yang pertama
yaitu
A.Paragraf pengantar yang berisi:
1. Tipe jasa yang diberikan oleh auditor
2. Objek yang di audit
3. Pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung
jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil
auditnya.
B.Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh
auditor.
C.Paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengeai pendapat auditor tentang kewajaran
laporan keuangan.
Ada empat tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor :
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian.
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
3. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian
4. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar
5. Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat.
Ada tiga tipe auditor :
1. Auditor Independen : profesi auditor independen memperoleh honorarium dari
kliennya dalam menjalankan keahliannya , namun auditor independen harus
independen, tidak memihak kepada kliennya.
2. Auditor pemerintah : merupakan auditor profesional yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggung
jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor intern : adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara
maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi , menentukan baik
atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang
dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Sedangkan tipe Audit yaitu :
1. Audit laporan keuangan yaitu audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap
lapora keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
2. Audit Kepatuhan yaitu audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit
sesuai dengan kondisi ata peraturan tertentu.
3. Audt Operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisais dalam
hubungan dan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:
a. Mengevaluasi kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut
BAB 2
ETIKA PROFESIONAL
Pada tahun1998 sampai sekarang nama itu diubah kembali ke “Kode Etik Ikatan Akutansi
Indonesia (Kode Etik IAI). Dengan struktur etika profesional yang baru yaitu “Delapan
Prinsip Etika” yang berlaku bagi seluruh anggota IAI (seluruh Kompartemen dibawah
naungan IAI)
AKUTAN PUBLIK DAN AUDITOR INDEPENDEN
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance,
jasa atestasi, dan jasa nonassurance.
• Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi
pengambil keputusan.
• Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang
disepakati (agreed upon procedure).
• Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan
kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
• Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia
tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain
keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Auditor Independen : akutan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan
keuangan historis yang menyediakan jasa audit atas dasar standart auditing SPAP.
KERANGKA KODE ETIK IAI
(1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interprestasi Aturan Etika, (4) Tanya dan Jawab
1. PRINSIP ETIKA
a. Prinsip Pertama: Tanggung Jawab Profesi
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peranan tersebut, anggota memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka.
b. Prinsip Kedua: Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, mengormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c. Prinsip Ketiga: Integritas
Integritas adalah suatu satu kesatuan yang mendasari munculnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan standar
bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
d. Prinsip Keempat: Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota
berdasarkan apa yang telah pemberi nilai dapatkan. Prinsip objektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain
e. Prinsip Kelima: Kompetensi dan Kehati- hatian Profesional
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota tidak diperkenankan
menggambarkan pengalaman kehandalan kompetensi atau pengalaman yang belum anggota
kuasai atau belum anggota alami. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 fase yang
terpisah: (1) Pencapaian Kompetensi Profesional.(2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional
f. Prinsip Keenam: Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selam melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staff di bawah
pengawasannya dan orang- orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip
kerahasiaan.
g. Prinsip Ketujuh: Perilaku Profesional
Kewajiban untuk menghindari perbuatan atau tingkah laku yang dapat mendiskreditkan atau
mengurangi tingkat profesi harus dipenuhi oleh anggota sebgai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staff, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
h. Prinsip Kedelapan : Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan profesionalitasnya sesuai dengan standar teknis dan
standar professional yang ditetapkan secara relevan. Standar teknis dan standar professional
yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh IAI, International Federation
of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang- undangan yang relevan.
2. ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUTAN PUBLIK
a) 101 Independensi : Dalam menjalankan tugas seorang anngota KAP harus menerapkan
sikap independensi baik dalam fakta maupun penampilan.
b) 102 Integritas dan Objektivitas : Seorang anggota KAP harus bebas dari benturan
kepentingan dan tidak boleh membiarkan fakta salah saji material.
c) 201 Standart Umum : Anggota KAP harus mematuhi standart umum yang sudah
ditetapkan oleh IAI.
d) 202 Kepatuhan terhadap Standart : Anggota KAP dalam melakukan tugas jasa auditing
wajib mematuhi standart yang dikeluarkan oleh IAI.
e) 300 Tanggung Jawab Kepada Klien : Anggota KAP harus bertanggung jawab atas
pekerjaanya terhadap orang atau badan yang mengadakan perikatan dengan KAP.
f) 400 Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
g) 500 Tanggung Jawab dan Praktik lain
BAB 3
BUKTI AUDIT
· Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta keterangan secara lisan dari
klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan
tersebut merupakan tipe bukti lisan.
· Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih
intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan,
dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.
· Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus
dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh
auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien.
PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1. Inspeksi
2. Pengamatan
3. Konfirmasi
4. Permintaan keterangan
5. Penelusuran
6. Pemeriksaan dokumen pendukung.
7. Perhitungan
8. Scanning
9. Pelaksanaan ulang
10. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)
d. Menilai independensi
Standar umum yang kedua: “dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.” Oleh karena itu,
sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus memastikan bahwa setiap
profesional yang menjadi anggota tim auditnya tidak terlibat atau memiliki kondisi yang
menjadikan independensi tim auditnya diragukan oleh pihak yang mengetahui salah satu dari
delapan golongan informasi.
PERENCANAAN AUDIT
Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah
berikutnya yang perlu ditempuhhhh adalah merencanakan audit. Ada tujuah tahap yang harus
ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya:
1) Memahami bisnis dan industri klien
Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor
untuk memahami bisnis dan industri klien.
2) Melaksanakan prosedur analitik
Prosedur analitik memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik
pada tahap perencanaan audit, pada tahap pengujian dan pada tahapreview menyeluruh
terhadap hasil audit. Prosedur analitik dilaksanakan melalui enam tahap, yaitu:
· Menidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
· Megembangkan harapan
· Melaksanakan perhitungan/perbandingan
· Menganalisa data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
· Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan
tersebut
· Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit
3) Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
Pada tahap perencanaan audit, audit perlu mempertimbangkan materialitas awal pada dua
tingkat berikut ini:
· Tingkat kaporan keuangan
Materialitas awal pada tingkat laporan keuangan diterapkan oleh auditor karena pendapat
auditor atas kewajaran laporan keuangan diterapkan pada laporan keungan sebagai
keseluruhan.
· Tingkat saldo akun
Materialitas awal pada tingkat saldo akun ditentukan oleh auditor pada tahap perencanaan
audit karena untuk mencapai kesimpulan tentang kewajaran laporan keuangan sebagi
keseluruhan, auditor perlu melakukan verifikasi saldo akun.
4) Mempertimbangkan risiko bawaan
Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai dengan
tahap-tahap proses auditnya. Berbagai risiko yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam
setiap tahap proses auditnya.
5) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika
periaktan dengan klien berupaa audit tahun pertama
Auditor harus menetukan bahwa saldo awal mencerminkan penerpaan kebijakan akuntansi
yang semestinya dan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara konsisten dalam laporan
keuangan tahun berjalan. Bila terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi atau
penerapnnya, auditor harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang
semestinya dilakuakn, dan dipertanggungjawabkan, serta diungkapkan.
6) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
Dengan adanya keterkaitan antara bukti audit, materialitas dan komponen risiko audit (risiko
bawaan, risiko pengendalian dan riiko deteksi), auditor dapat memilih strategi audit awal
dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi. Ada dua strategi
audit awal yang dapat dipilih oleh auditor:
· Primarily substantive approach
· Lower assessed level of control risk approach
7) Memahami pengendalian intern klien
Langkah pertama dalam pengendalian intern adalah dengan mempelajari unsur-unsur
pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalah melakukan penilaian terhadap
efektivitas pengendalian intern dengan menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian
intern tersebut. Untuk mendukung keyakinan atas efektivitas pengendalian intern tersebut,
auditor melakukan pengujian pengendalian.
BAB 6
MATERIALITAS, RISIKO DAN STATEGI AUDIT AWAL
MATERIALITAS
Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan
atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
Pertimbangan Awal mengenai Materialitas
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan
auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang berkaitan
dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan dan
kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini :
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas
pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :
1. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan atau
kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan, sedemikian signifikan
sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai akibat
penerapan secara keliru prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan dari
fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan.
Berikut ini diberikan contoh beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :
a. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5
% sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
b. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½
% sampai 1 % dari total aktiva.
c. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1
% dari total pasiva.
d. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½
% sampai 1 % dari pendapatan bruto.
2. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam
saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada timgkat
saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material. Saldo akun
material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan
dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan.
RESIKO AUDIT
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah
saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko
audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya.
Resiko Audit dibagi menjadi 2 :
a) Resiko Audit Keseluruhan : merupakan besaranya risiko audit yang dapat ditanggung
oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
b) Risiko Audit Individual : pengalokasian resiko audit keseluruhan ke akun-akun secara
individual, sehingga sangat diperlukan penentuan risiko untuk setiap akun.
Unsur Resiko Audit :
a) Risiko Bawaan : kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian
intern yang terkait.
b) Risiko Pengendalian : risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern.
c) Risiko Deteksi : risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.
Penggunaan Informasi Audit :
Risiko Audit individual = Risiko bawaan x Risiko pengendalian x Risiko deteksi
𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑎𝑢𝑑𝑖𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙
𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑑𝑒𝑡𝑒𝑘𝑠𝑖 =
𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑏𝑎𝑤𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛
HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, BUKTI AUDIT
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut :
a) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini :
i. Menambah tingkat meterialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
ii. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
iii. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
STRATEGI AUDIT AWAL
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama
substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian
taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam :
1. Pendekatan Terutama Substantif. Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua
atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit
meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern.
2. Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah. Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan
kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan
sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.