Anda di halaman 1dari 20

BAB 1

Ruang Lingkup Auditing


Audit merupakan serangkaian aktivitas menghimpun , mengevaluasi , menilai buti yang
mendukung informasi laporan keuangan. Informasi yang dinilai bersifat kuantitatif yang
melaporkan tingkat kesesuaian informasi yang dianalisis serta sesuai kriteria yang berlaku.
Pengertian Audit menurut para ahli yaitu pengumpulan dan evaluasi bukti tentang informasi
untuk menentukan dan melaporkan derajat kesesuaian informasi itu dan kriteria yang telah
ditetapkan . Auditing harus dilakukan oleh orang yang berkompeten dan indeenden. Yang
dikatakan kompeten harus memenuhi kualifikasi UU No 34 tahun 54. Independen merupakan
sebuah sikap mental yang tidak memihak.
Auditing adalah suatu proses sistematik untuk memperoleh dan mengevaluasi bukti secara
objektif mengenai pernyataan pernyataan tentang keiatan dan kejadian ekonomi, dengan
tujuan untuk menetapkan tingkat kesesuaian antara pernyataan pernyataan tersebut dengan
kriteria yang telah ditetapkan , serta penyampaian hasil hasilnya kepada pemakai yang
berkepentingan.
Ada beberapa jasa yang dihasilkan oleh eksternal Auditor (akuntan publik), profesi akuntan
publik menghasilkan berbagai macam jasa bagi masyarakat , yang dapat digolongkan dalam 2
kelompok yaitu:
A. Jasa Assurance
Jasa Assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi
pengambil keputusan. Pengambil keputusan memerlukan informasi yang andal dan relevan
sebagai basis untuk pengambilan keputusan. Oleh karena itu mereka mencari jasa assurance
untuk meningkatkan kualitas informasi yang akan dijadikan basis pengambilan keputusan.
Jasa Assurance dapat disediakan oleh profesi akuntan publik atau berbagai profesi lain.
Contoh jasa assurance yang disediakan oleh profesi lain adalah jasa pengujian berbagai
produk oleh organisasi konsumen (Non profit organization), jasa pemeringkatan televisi
(television rating), dan lain-lain.contoh jasa Assurance yang dihasilkan oleh Profesi Akuntan
Publik menyediakan jasa assurance mengenai informasi Laporan Keuangan historis kepada
masyarakat. Jasa ini dikenal dengan jasa Audit.
Salah satu tipe jasa assurance yang disediakan profesi akuntan publik adalah jasa atestasi.Jasa
Atestasi adalah jasa yang diberikan oleh profesi akuntan publik dimana profesi akuntan
publik akan mengeluarkan laporan tertulis yang menyatakan kesimpulan atas keandalan
asersi tertulis yang dibuat dan ditanggungjawabi pihak lain.
Sedangkan asersi adalah suatu pernyataan yang dibuat oleh satu pihak yang secara
implisit dimaksudkan untuk digunakan oleh pihak lain. Laporan Keuangan (LK) historis
adalah asersi manajemen. Manajemen menyatakan bahwa LK sesuai dengan prinsip
akuntansi yang berterima umum (PABU).
Ada Lima jenis jasa atestasi:
a. Audit atas Laporan Keuangan historis.
b. Review atas Laporan Keuangan historis.
c. Atestasi mengenai Pengendalian Internal atas Pelaporan keuangan
d. Jasa Atestasi mengenai Teknologi Informasi
e. Jasa Atestasi Lainnya

B. Jasa Nonassurance
Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh AP (Akuntan Publik) yang
didalamnya ia tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan atau bentuk lain dari keyakinan.
Jenis jasa non assurance yang dihasilkan olah akuntan publik adalah jasa kompilasi, jasa
perpajakan, jasa konsultasi.
Selanjutnya akan dibahas tentang laporan audit. Laporan audit merupakan media yang
dipakai oleh auditor dalam dengan masyarakat lingkungannya. Dalam laporan tersebut
auditor menyatakan pendapatnya mengenai kewajaran laporan keuangan yang telah diaudit.
Pendapat auditor tersebut disajikan dalam suatu laporan tertulis yang umumnya berupa
laporan audit baku. Laporan audit baku terdiri dari tiga paaragraf , paragraf yang pertama
yaitu
A.Paragraf pengantar yang berisi:
1. Tipe jasa yang diberikan oleh auditor
2. Objek yang di audit
3. Pengungkapan tanggung jawab manajemen atas laporan keuangan dan tanggung
jawab auditor atas pendapat yang diberikan atas laporan keuangan berdasarkan hasil
auditnya.
B.Paragraf lingkup berisi pernyataan ringkas mengenai lingkup audit yang dilaksanakan oleh
auditor.
C.Paragraf pendapat berisi pernyataan ringkas mengeai pendapat auditor tentang kewajaran
laporan keuangan.
Ada empat tipe pokok laporan audit yang diterbitkan oleh auditor :
1. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian.
2. Laporan yang berisi pendapat wajar tanpa pengecualian dengan bahasa penjelasan
3. Laporan yang berisi pendapat wajar dengan pengecualian
4. Laporan yang berisi pendapat tidak wajar
5. Laporan yang didalamnya auditor tidak menyatakan pendapat.
Ada tiga tipe auditor :
1. Auditor Independen : profesi auditor independen memperoleh honorarium dari
kliennya dalam menjalankan keahliannya , namun auditor independen harus
independen, tidak memihak kepada kliennya.
2. Auditor pemerintah : merupakan auditor profesional yang bekerja di instansi
pemerintah yang tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan
yang disajikan oleh unit-unit organisasi atau entitas pemerintah atau pertanggung
jawaban keuangan yang ditujukan kepada pemerintah.
3. Auditor intern : adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara
maupun swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah kebijakan dan
prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi , menentukan baik
atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan efisiensi dan
efektifitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan informasi yang
dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
Sedangkan tipe Audit yaitu :
1. Audit laporan keuangan yaitu audit yang dilakukan oleh auditor independen terhadap
lapora keuangan yang disajikan oleh kliennya untuk menyatakan pendapat mengenai
kewajaran laporan keuangan tersebut.
2. Audit Kepatuhan yaitu audit yang tujuannya untuk menentukan apakah yang diaudit
sesuai dengan kondisi ata peraturan tertentu.
3. Audt Operasional merupakan review secara sistematik kegiatan organisais dalam
hubungan dan tujuan tertentu. Tujuan audit operasional adalah untuk:
a. Mengevaluasi kinerja
b. Mengidentifikasi kesempatan untuk peningkatan
c. Membuat rekomendasi untuk perbaikan atau tindakan lebih lanjut
BAB 2
ETIKA PROFESIONAL

KODE ETIK IKATAN AKUTANSI INDONESIA


Kode Etik Profesi Akuntan Publik (sebelumnya disebut Aturan Etika Kompartemen Akuntan
Publik) adalah aturan etika yang harus diterapkan oleh anggota Institut Akuntan Publik
Indonesia atau IAPI (sebelumnya Ikatan Akuntan Indonesia - Kompartemen Akuntan Publik
atau IAI-KAP) dan staf profesional (baik yang anggota IAPI maupun yang bukan anggota
IAPI) yang bekerja pada satu Kantor Akuntan Publik (KAP).
Dalam konggres 1986, nama Kode Etik Ikatan Akutansi Indonesia diubah menjadi “Kode
Etik Akutan Indonesia”. Pasal-pasal dalam Kode Etik Akutan dikelompokkan menjadi dua
golongan : (1) Pasal-pasal yang mengatur prilaku semua akutan anggota IAI. (2) Pasal-pasal
yang mengatur semua akutan yang berpraktik dalam profesi akutan publik.
Kode Etik Akutan Indonesia ada 9 bagian :
1) Pembukaan
2) Bab I Kepribadian
3) Bab II Kecakapan Profesional
4) Bab III Tanggung Jawab
5) Bab IV Ketentuan Khusus
6) Bab V Pelaksanaan Kode Etik
7) Bab VI Suplemen dan Penyempurnaan
8) Bab VII Penutup
9) Bab VIII Pengesahan

Pada tahun1998 sampai sekarang nama itu diubah kembali ke “Kode Etik Ikatan Akutansi
Indonesia (Kode Etik IAI). Dengan struktur etika profesional yang baru yaitu “Delapan
Prinsip Etika” yang berlaku bagi seluruh anggota IAI (seluruh Kompartemen dibawah
naungan IAI)
AKUTAN PUBLIK DAN AUDITOR INDEPENDEN
Profesi akuntan publik menghasilkan berbagai jasa bagi masyarakat, yaitu jasa assurance,
jasa atestasi, dan jasa nonassurance.
• Jasa assurance adalah jasa profesional independen yang meningkatkan mutu informasi bagi
pengambil keputusan.
• Jasa atestasi terdiri dari audit, pemeriksaan (examination), review, dan prosedur yang
disepakati (agreed upon procedure).
• Jasa atestasi adalah suatu pernyataan pendapat, pertimbangan orang yang independen dan
kompeten tentang apakah asersi suatu entitas sesuai dalam semua hal yang material, dengan
kriteria yang telah ditetapkan.
• Jasa nonassurance adalah jasa yang dihasilkan oleh akuntan publik yang di dalamnya ia
tidak memberikan suatu pendapat, keyakinan negatif, ringkasan temuan, atau bentuk lain
keyakinan. Contoh jasa nonassurance yang dihasilkan oleh profesi akuntan publik adalah jasa
kompilasi, jasa perpajakan, jasa konsultasi.
Auditor Independen : akutan publik yang melaksanakan penugasan audit atas laporan
keuangan historis yang menyediakan jasa audit atas dasar standart auditing SPAP.
KERANGKA KODE ETIK IAI
(1) Prinsip Etika, (2) Aturan Etika, (3) Interprestasi Aturan Etika, (4) Tanya dan Jawab
1. PRINSIP ETIKA
a. Prinsip Pertama: Tanggung Jawab Profesi
Sebagai profesional, anggota mempunyai peran penting dalam masyarakat. Sejalan dengan
peranan tersebut, anggota memiliki tanggung jawab kepada semua pemakai jasa profesional
mereka.
b. Prinsip Kedua: Kepentingan Publik
Setiap anggota berkewajiban untuk senantiasa bertindak dalam kerangka pelayanan kepada
publik, mengormati kepercayaan publik, dan menunjukkan komitmen atas profesionalisme.
c. Prinsip Ketiga: Integritas
Integritas adalah suatu satu kesatuan yang mendasari munculnya pengakuan profesional.
Integritas merupakan kualitas yang mendasari kepercayaan publik dan merupakan standar
bagi anggota dalam menguji semua keputusan yang diambilnya.
d. Prinsip Keempat: Objektivitas
Objektivitas adalah suatu kualitas yang memberikan nilai atas jasa yang diberikan anggota
berdasarkan apa yang telah pemberi nilai dapatkan. Prinsip objektivitas mengharuskan
anggota bersikap adil, tidak memihak, jujur, secara intelektual, tidak berprasangka atau bias,
serta bebas dari benturan kepentingan atau berada di bawah pengaruh pihak lain
e. Prinsip Kelima: Kompetensi dan Kehati- hatian Profesional
Kompetensi diperoleh melalui pendidikan dan pengalaman. Anggota tidak diperkenankan
menggambarkan pengalaman kehandalan kompetensi atau pengalaman yang belum anggota
kuasai atau belum anggota alami. Kompetensi profesional dapat dibagi menjadi 2 fase yang
terpisah: (1) Pencapaian Kompetensi Profesional.(2) Pemeliharaan Kompetensi Profesional
f. Prinsip Keenam: Kerahasiaan
Setiap anggota harus menghormati kerahasiaan informasi yang diperoleh selam melakukan
jasa profesional dan tidak boleh memakai atau mengungkapkan informasi tersebut tanpa
persetujuan. Anggota mempunyai kewajiban untuk memastikan bahwa staff di bawah
pengawasannya dan orang- orang yang diminta nasihat dan bantuannya menghormati prinsip
kerahasiaan.
g. Prinsip Ketujuh: Perilaku Profesional
Kewajiban untuk menghindari perbuatan atau tingkah laku yang dapat mendiskreditkan atau
mengurangi tingkat profesi harus dipenuhi oleh anggota sebgai perwujudan tanggung
jawabnya kepada penerima jasa, pihak ketiga, anggota yang lain, staff, pemberi kerja dan
masyarakat umum.
h. Prinsip Kedelapan : Standar Teknis
Setiap anggota harus melaksanakan profesionalitasnya sesuai dengan standar teknis dan
standar professional yang ditetapkan secara relevan. Standar teknis dan standar professional
yang harus ditaati anggota adalah standar yang dikeluarkan oleh IAI, International Federation
of Accountants, badan pengatur, dan peraturan perundang- undangan yang relevan.
2. ATURAN ETIKA KOMPARTEMEN AKUTAN PUBLIK
a) 101 Independensi : Dalam menjalankan tugas seorang anngota KAP harus menerapkan
sikap independensi baik dalam fakta maupun penampilan.
b) 102 Integritas dan Objektivitas : Seorang anggota KAP harus bebas dari benturan
kepentingan dan tidak boleh membiarkan fakta salah saji material.
c) 201 Standart Umum : Anggota KAP harus mematuhi standart umum yang sudah
ditetapkan oleh IAI.
d) 202 Kepatuhan terhadap Standart : Anggota KAP dalam melakukan tugas jasa auditing
wajib mematuhi standart yang dikeluarkan oleh IAI.
e) 300 Tanggung Jawab Kepada Klien : Anggota KAP harus bertanggung jawab atas
pekerjaanya terhadap orang atau badan yang mengadakan perikatan dengan KAP.
f) 400 Tanggung Jawab Kepada Rekan Seprofesi
g) 500 Tanggung Jawab dan Praktik lain
BAB 3
BUKTI AUDIT

ARSESI MANAJEMEN DALAM LAPORAN KEUANGAN


Arsesi : pernyataan manajemen yang terkandung di dalam komponen laporan keuangan.
Pernyataan tersebut dapat bersifat implisit atau eksplisit serta dapat diklasifikasikan
berdasarkan penggolongan besar sebagai berikut ini:
1) Asersi tentang keberadaan atau keterjadian berhubungan dengan apakah aktiva atau
utang entitas ada pada tanggal tertentu dan apakah transaksi yang dicatat telah terjadi selama
periode tertentu.
2) Asersi tentang kelengkapan berhubungan dengan apakah semua transaksi dan akun
yang seharusnya disajikan dalam laporan keuangan telah dicantumkan di dalamnya. Sebagai
contoh, manajemen membuat asersi bahwa seluruh pembelian barang dan jasa dicatat dan
dicantumkan dalam laporan keuangan. Demikian pula, manajemen membuat asersi bahwa
utang usaha di neraca telah mencakup semua kewajiban entitas.
3) Asersi tentang hak dan kewajiban berhubungan dengan apakah aktiva merupakan hak
entitas dan utang merupakan kewajiban perusahaan pada tanggal tertentu
4) Asersi tentang penilaian atau alokasi berhubungan dengan apakah komponen-
komponen aktiva, kewajiban, pendapatan dan biaya sudah dicantumkan dalam laporan
keuangan pada jumlah yang semestinya
5) Asersi tentang penyajian dan pengungkapan berhubungan dengan apakah komponen-
komponen tertentu laporan keuangan diklasifikasikan, dijelaskan, dan diungkapkan
semestinya
STANDART PEKERJAAN LAPANGAN KETIGA
Standart pekerjaan lapanga ketiga berbunyi : “Bukti kompeten yang cukup harus diperoleh
melalui inspeksi, pengamatan, permintaan keterangan, dan konfirmasi sebagai dasar yang
layak untuk menyatakan pendapat atas laporan keuangan yang diaudit.”
Empat standar penting itu sebagai berikut :
a) Bukti Audit
Bukti audit adalah semua informasi yang digunakan oleh auditor dalam pembuatan
kesimpulan (opini) dibuat. Bukti audit termasuk di dalamnya adalah: (1). catatan akuntansi
yang menghasilkan laporan keuangan, dan (2). Informasi lainnya yang berhubungan/terkait
dengan catatan akuntansi dan pendukung alasan logis dari auditor tentang laporan keuangan
yang layak.
b) Cukup atau tidaknya bukti audit : berkaitan dengan kuantitas bukti yang harus
dikumpulkan oleh auditor. Faktor yang mempengaruhinya adalah (a) Materialitas dan resiko,
(b) Faktor Ekonomi (c) Ukuran dan karakteristik populasi
c) Kompetensi Bukti Audit : berhubungan dengan kualitas atau keandalan data dan
informasi penguat
d) Bukti Audit sebagi Dasar yang Layak Menyatakan Pendapat Auditor : Pertimbangan
auditor tentang kelayakan bukti audit dipengaruhi oleh beberapa faktor berikut ini : (a)
Pertimbangan Profesional (b) Integritas manajemen (c) Kepemilikan publik versus terbatas
(d) Kondisi keuangan

TIPE BUKTI AUDIT


1. Tipe Data Akutansi
a) Pengendalian Intern Sebagai Bukti
Pengendalian intern yang dibentuk dalam setiap kegiatan perusahaan dapat digunakan untuk
mengecek ketelitian dan keandalan data akuntansi. Auditor harus mengetahui bahwa klien
telah merancang pengendalian intern dan telah melaksanakannya dalam kegiatan usahanya
setiap hari, hal ini merupakan bukti yang kuat bagi auditor mengenai keandalan informasi
yang dicantumkan dalam laporan keuangan.
b) Catatan Akuntansi Sebagai Bukti
Auditor melakukan verifikasi terhadap suatu jumlah yang tercantum dalam laporan
keuangan,dengan melakukan penelusuran kembali jumlah tersebut melalui catatan akuntansi.
Dengan demikian, catatan akuntansi merupakan bukti audit bagi auditor mengenai
pengolahan transakasi keuangan yang telah dilakukan oleh klien.

2. Tipe Informasi Penguat


· Bukti Fisik
Bukti fisik adalah bukti audit yang diperoleh dengan cara inspeksi atau perhitungan aktiva
berwujud. Pengamatan fisik terhadap suatu aktiva merupakan cara untuk mengidentifikasi
sesuatu yang diperiksa, untuk menentukan kuantitas, dan merupakan suatu usaha untuk
menentukan mutu atau keaslian kekayaan tersebut.
· Bukti Dokumenter
Bukti dokumenter adalah bukti yang terbuat dari kertas bertuliskan huruf dan atau angka atau
symbol-simbol yang lain.
· Perhitungan Sebagai Bukti
Perhitungan yang dilakukan sendiri oleh auditor, dapat berupa:
1. Footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan vertikal.
2.Cross-footing, yaitu pembuktian ketelitian penjumlahan horizontal.
3.Pembuktian ketelitian perhitungan biaya depresiasi dengan cara menggunakan tarif
depressiasi yang digunakan oleh klien.
4.Pembuktian ketelitian penentuan taksiran kerugian piutang usaha, labaper saham yang
beredar, taksiran pajak perseroan, dan lain-lain.

· Bukti Lisan
Dalam rangka mengumpulkan bukti, auditor banyak meminta keterangan secara lisan dari
klien terutama para manajer. Jawaban lisan yang diperoleh dari permintaan keterangan
tersebut merupakan tipe bukti lisan.
· Perbandingan
Untuk menentukan akun atau transaksi yang akan dipisahkan guna penyelidikan yang lebih
intensif, auditor melakukan analis terhadap perbandingan setiap aktiva, utang, penghasilan,
dan biaya dengan saldo yang berkaitan dalam tahun sebelumnya.
· Bukti dari Spesialis
Spesialis adalah seorang atau perusahaan yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus
dalam bidang selain akuntansi dan auditing. Pada umumnya spesialis yang digunakan oleh
auditor bukan orang atau perusahaan yang mempunyai hubungan dengan klien.

PROSEDUR AUDIT
Prosedur audit yang biasa dilakukan oleh auditor meliputi:
1. Inspeksi
2. Pengamatan
3. Konfirmasi
4. Permintaan keterangan
5. Penelusuran
6. Pemeriksaan dokumen pendukung.
7. Perhitungan
8. Scanning
9. Pelaksanaan ulang
10. Teknik audit berbantuan komputer (computer-assisted audit techniques)

SITUASI AUDIT YANG MENGANDUNG RISIKO BESAR


Dalam situasi tertentu , resiko terjadinya kesalahan dan penyajian yang salah dalam akun dan
di dalam laporan keuangan jauh lebih besar dibandingkan dengan situasi yang biasa. Oleh
karena itu, auditor harus waspada jika menghadapi situasi audit yang mengandung risiko
besar seperti:
a. Pengendalian Intern yang Lemah.
b. Kondisi Keuangan yang tidak Sehat
c. Manajemen yang tidak dapat Dipercaya
d. Penggantian Auditor
e. Perubahan Tarif atau Peraturan Pajak atas Laba
f. Usaha yang Bersifat Spekulatif
g. Transaksi perusahaan yang Kompleks

KEPUTUSAN YANG HARUS DIAMBIL OLEH AUDITOR BERKAITAN DENGAN


BUKTI AUDIT
Dalam proses pengumpulan bukti audit,auditor melakukan 4 pengambilan keputusan yang
saling berkaitan, yaitu:
1) Penentuan prosedur audit yang akan digunakan
2) Penentuan Besarnya Sampel
3) Penentuan Unsur Tertentu yang Dipilih Sebagai Anggota Sampel
4) Penentuan Waktu yang Cocok untuk Melaksanakan Prosedur Audit
BAB 4
KERTAS KERJA

KONSEP KERTAS KERJA


Kertas Kerja adalah catatan-catatan yang diselenggarakan auditor mengenai prosedur audit
yang ditempuhnya, pengujian yang dilakukannya, informasi yang diperolehnya dan
kesimpulan yang dibuatnya berkenan dengan pelaksanaan audit.
Isi Kertas Kerja :
1) Telah dilaksanakan standar pekerjaan lapangan pertama yaitu pemeriksaan telah
direncanakan dan disupervisi dengan baik.
2) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan kedua yaitu pemahaman memadai atas
pengendalian intern telah diperoleh untuk merencanakan audit dan menentukan sifat, saat,
dan lingkup pengujian yang telah dilakukan.
3) Telah dilaksanakannya standar pekerjaan lapangan ketiga yaitu bukti audit telah
diperoleh, prosedur audit telah ditetapkan, dan pengujian telah dilaksanakan , yang
memberikan bukti kompeten yang cukup sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan auditan.
Tujuan Kertas Kerja :
1) Mendukung pendapat auditor atas laporan keuangan auditan.
2) Menguatkan simpulan-simpulan auditor dan kompetensi auditnya.
3) Mengkoordinasi dan mengorganisasi semua tahap audit.
4) Memberikan pedoman dalam audit berikutnya.
KEPEMILIKAN KERTAS KERJA
Kertas kerja adalah milik kantor akutan publik, bukan milik klien atau milik pribadi auditor.
Namun hak kepemilikan kertas kerja oleh kantor akuntan publik masih tunduk pembatas-
pembatasan yang diatur dalam Kode Etik Akutansi Indonesia yang berlaku untuk
menghindari hal hal yang bersifat rahasia.
FAKTOR-FAKTOR YANG HARUS DIPERHATIKAN AUDITOR DALAM
PEMBUATAN KERTAS KERJA
a) Lengkap : kertas kerja harus lengkap berisi informasi yang pokok, dan tidak
memerlukan tambahan penjelasan lisan.
b) Teliti : Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan
sehingga kertas kerja bebas dari kesalahan tulis dan hitu ng.
c) Ringkas : Kertas kerja harus dibatasi dalam penyajian informasi yang pokok saja
sehingga tidak berkesan bertele-tele.
d) Jelas : isi Kertas kerja harus jelas dalam penyajianya, perlu dihindarinya penggunaan
istilah yang bermakna ganda
e) Rapi : Kerapian dalam pembuatan kertas kerja mempermudah auditor senior untuk me-
review pekerjaan audit tersebut.
TIPE KERTAS KERJA
1. Program audit,yaitu daftar prosedur audit untuk pemeriksaan elemen-elemen tertentu.
2. Working trial balance, adalah suatu daftar yang berisikan saldo berbagai akun buku besar
pada akhir tahun yang diaudit dan pada akhir tahun sebelumnya.
3. Ringkasan jurnal penyesuaian dan jurnal pengklasifikasian kembali, yaitu jurnal untuk
mengoreksi kembali atas kesalahan yang dilakukan auditor.
4. Daftar pendukung, yaitu daftar untuk melakukan verikasi elemen-elemen yang terdapat
dalam laporan keuangan
5. Daftar utama, yaitu ringkasan akun-akun yang saling berkaitan.
6. Memorandum audit dan dokumentasi audit merupakan data tertulis yang disiapkan
auditor dalam bentuk negatif.
7. Skedul dan analisis, yaitu akun yang ditunjukan dalam masing-masing buku besar dan
mengidentifikasinya.
EMBERIAN INDEKS PADA KERTAS KERJA
Pemberian indeks terhadap kertas kerja akan memudahkan pencarian informasi dalam
bebagai daftar yang terdapat diberbagai tipe kertas kerja. Faktor-faktor yang harus
diperhatikan dalam pemberian indeks kertas kerja adalah sebagai berikut :
1) Setiap kertas kerja harus diberi indeks, dapat disudut atas atu di sudut bawah.
2) Pencantuman indeks silang (cross index) harus dilakukan sebagai berikut :
1. Indeks silang dari skedul utama.
2. Indeks silang dari skedul akun pendapatan dan biaya.
3. Indeks silang antarskedul pendukung.
4. Indeks silang dari skedul pendukung ke ringkasan jurnal adjusment.
5. Indeks silang dari skedul utama ke working trial balance.
6. Indeks silang dapat digunakan pula untuk menghubungkan program audit dengan kertas
kerja.
3) Jawaban konfirmasi, pita mesin hitung, print-out komputer, dan sebagainya tidak diberi
indeks kecuali jika dilampirkan di belakang kertas kerja yang berindeks.
METODE PEMBERIAN INDEKS KERTAS KERJA
Ada tiga metode pemberian indeks terhadap kertas kerja :
1. Indeks angka. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi indeks dengan angka,
sedangkan skedul pendukung diberi subindeks dengan mencantumkan nomor kode skedul
utama yang berkaitan.
2. Indeks kombinasi angka dan huruf. Kertas kerja utama dan skedul utama diberi kode
huruf, sedangkan skedul pendukungnya diberi kode kombinasi huruf dan angka.
3. Indeks angka berurutan. Kertas kerja diberi angka yang berurutan.
SUSUNAN KERTAS KERJA
Auditor biasanya menyelenggarakan dua macam arsip kertas kerja untuk setiap kliennya :
· Arsip audit tahunan untuk setiap audit yang telah selesai dilakukan, yang disebut arsip
kini (current file)
· Arsip permanen (permanent file) untuk data yang secara relatif tidak mengalami
perubahan.
Arsip kini berisi kertas kerja yang informasinya hanya mempunyai manfaat untuk tahun yang
diaudit saja. Arsip permanen berisi informasi sebagai berikut :
1. Copy anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien
2. Bagan organisasi dan luas wewenang serta tanggung jawab para manajer
3. Pedoman akun, pedoman prosedur, dan data lain yang behubungan dengan
pengendalian
4. Copy surat perjanjian penting yang mempunyai masa laku jangka panjang.
5. Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk pokok perusahaan
6. Copy notulen rapat direksi, pemegang saham, dan komite-komite yang dibentuk klien.
Pembentukan arsip permanen ini mempunyai tiga tujuan yaitu :
a) Untuk menyegarkan ingatan auditor mengenai informasi yang akan digunakan dalam
audit tahun-tahun mendatang.
b) Untuk memberikan ringkasan mengenai kebijakan dan organisasi klien bagi staf yang
baru pertama kali menangani audit laporan keuangan klien tersebut.
c) Untuk menghindari pembuatan kertas kerja yang sama dari tahun ke tahun.
BAB 5
PENERIMAAN PERIKATAN DAN PERENCANAAN AUDIT

TAHAP TAHAP AUDIT ATAS LAPORAN KEUANGAN


a) Penerimaan Perikatan : Kesepakatan kedua belah pihak untuk mengadakan suatu ikatan
perjanjian, dalam perikatan audit, klien yang memerlukan jasa auditing mengadakan suatu
perikatan dengan auditor.
b) Perencanaan Audit : Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari
kliennya, langkah berikutnya yang perlu ditempuhhhh adalah merencanakan audit. Ada
tujuah tahap yang harus ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya.
c) Pelaksanaan Pengujian Audit ; atau disebut juga pelaksaan pekerjaan lapangan,
bertujuan untuk memperoleh bukti audit tentang efektifitas pengendalian intern klien.
d) Pelaporan Audit : merupakan tahap terakhir ddan harus mengacu pada “standart
pelaporan”, dengan dua langkah (1)menyelesaikan audit dengan meringkas semua hasil
pengujian dan menarik kesimpulan, (2) menerbitkan laporan audit.

TAHAP TAHAP PENERIMAAN PERIKATAN AUDIT


a. Mengevaluasi integritas manajemen
Audit atas laporan keuangan bertujuan untuk memberikan pendapat atas laporan keuangan
yang disajikan oleh manajemen. Oleh karena itu, utnuk dapat, menerima perikatan audit,
auditor berkepneitngan untuk mengevaluasi integritas manajemen, agar auditor mendapatkan
keyakinan bahwa manajemen perusahaan klien dapat dipercaya, sehingga laporan keuangan
yang diaudit bebas dari salah saji material sebagai akibat dari adanya integritas manajemen.

b. Mengidentifikasi keadaan khusus dan risiko luar biasa


Faktor yang perlu dipertimbangkan oleh auditor tentang kondisi khusus dan risiko luar biasa
yang mungkin berdampak terhadap penerimaan perikatan audit dari calon klien dapat
diketahui dengan cara:
Ø Mengidentifikasi pemakai laporan audit
Ø Mendapatkan informasi tentang stabilitas keuangan dan legal calon klien di masa depan,
Ø Mengevaluasi kemungkinan dapat atau tidaknya laporan keuangan calon klien diaudit.

c. Menentukan kompetensi untuk melaksanakan audit


Standar umum yang pertama berbunyi sebagai berikut; “Audit harus dilaksanakan oleh
seorang atau lebih yang memiliki keahlian dan pelatihan teknis cukup sebagai auditor.” Oleh
karena itu, sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus mempertimbangkan
apakah ia dan anggota tim auditnya memiliki kompetensi memadai untuk menyelesaikan
perikatan tersebut, sesuai standatr auditing yang ditetapkan oleh IAI ( Ikatan Akuntan
Indonesia).

d. Menilai independensi
Standar umum yang kedua: “dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan,
independensi dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.” Oleh karena itu,
sebelum auditor menerima suatu perikatan audit, ia harus memastikan bahwa setiap
profesional yang menjadi anggota tim auditnya tidak terlibat atau memiliki kondisi yang
menjadikan independensi tim auditnya diragukan oleh pihak yang mengetahui salah satu dari
delapan golongan informasi.

e. Menentukan kemampuan untuk menggunakan kemahiran profesionalnya dengan


kecermatan dan keseksamaan.
Standar umum yang ketiga berbunyi sebagai berikut: “ dalam pelaksanaan audit dan
penyusunan laporannya, auditor wajib menggunakan kemahiran profesionalnya dengan
cermat dan seksama.” Dengan demikian, kecermatan dan keseksamaan penggunaan
kemahiran profesional auditor ditentukan oleh ketersediaan waktu yang memadai untuk
merencanakan dan melaksanakan audit.

f. Membuat surat perikatan audit


Surat perikatan audit dibuat oleh auditor untuk kliennya yang berfungsi untuk
mendokumentasikan dan menegaskan penerimaan auditor atas penunjukkan oleh klien, tujuan
dan lingkup audit, lingkup tanggungjawab yang dipikul oleh auditor bagi kliennya.

PERENCANAAN AUDIT
Setelah auditor memutuskan untuk menerima perikatan audit dari kliennya, langkah
berikutnya yang perlu ditempuhhhh adalah merencanakan audit. Ada tujuah tahap yang harus
ditempuh oleh auditor dalam merencanakan auditnya:
1) Memahami bisnis dan industri klien
Pemahaman atas bisnis klien memberikan panduan tentang sumber informasi bagi auditor
untuk memahami bisnis dan industri klien.
2) Melaksanakan prosedur analitik
Prosedur analitik memberikan panduan bagi auditor dalam menggunakan prosedur analitik
pada tahap perencanaan audit, pada tahap pengujian dan pada tahapreview menyeluruh
terhadap hasil audit. Prosedur analitik dilaksanakan melalui enam tahap, yaitu:
· Menidentifikasi perhitungan/perbandingan yang harus dibuat
· Megembangkan harapan
· Melaksanakan perhitungan/perbandingan
· Menganalisa data dan mengidentifikasi perbedaan signifikan
· Menyelidiki perbedaan signifikan yang tidak terduga dan mengevaluasi perbedaan
tersebut
· Menentukan dampak hasil prosedur analitik terhadap perencanaan audit
3) Mempertimbangkan tingkat materialitas awal
Pada tahap perencanaan audit, audit perlu mempertimbangkan materialitas awal pada dua
tingkat berikut ini:
· Tingkat kaporan keuangan
Materialitas awal pada tingkat laporan keuangan diterapkan oleh auditor karena pendapat
auditor atas kewajaran laporan keuangan diterapkan pada laporan keungan sebagai
keseluruhan.
· Tingkat saldo akun
Materialitas awal pada tingkat saldo akun ditentukan oleh auditor pada tahap perencanaan
audit karena untuk mencapai kesimpulan tentang kewajaran laporan keuangan sebagi
keseluruhan, auditor perlu melakukan verifikasi saldo akun.
4) Mempertimbangkan risiko bawaan
Dalam keseluruhan proses audit, auditor mempertimbangkan berbagai risiko, sesuai dengan
tahap-tahap proses auditnya. Berbagai risiko yang harus dipertimbangkan oleh auditor dalam
setiap tahap proses auditnya.
5) Mempertimbangkan berbagai faktor yang berpengaruh terhadap saldo awal, jika
periaktan dengan klien berupaa audit tahun pertama
Auditor harus menetukan bahwa saldo awal mencerminkan penerpaan kebijakan akuntansi
yang semestinya dan bahwa kebijakan tersebut diterapkan secara konsisten dalam laporan
keuangan tahun berjalan. Bila terdapat perubahan dalam kebijakan akuntansi atau
penerapnnya, auditor harus memperoleh kepastian bahwa perubahan tersebut memang
semestinya dilakuakn, dan dipertanggungjawabkan, serta diungkapkan.
6) Mengembangkan strategi audit awal terhadap asersi signifikan
Dengan adanya keterkaitan antara bukti audit, materialitas dan komponen risiko audit (risiko
bawaan, risiko pengendalian dan riiko deteksi), auditor dapat memilih strategi audit awal
dalam perencanaan audit terhadap asersi individual atau golongan transaksi. Ada dua strategi
audit awal yang dapat dipilih oleh auditor:
· Primarily substantive approach
· Lower assessed level of control risk approach
7) Memahami pengendalian intern klien
Langkah pertama dalam pengendalian intern adalah dengan mempelajari unsur-unsur
pengendalian intern yang berlaku. Langkah berikutnya adalah melakukan penilaian terhadap
efektivitas pengendalian intern dengan menentukan kekuatan dan kelemahan pengendalian
intern tersebut. Untuk mendukung keyakinan atas efektivitas pengendalian intern tersebut,
auditor melakukan pengujian pengendalian.
BAB 6
MATERIALITAS, RISIKO DAN STATEGI AUDIT AWAL

MATERIALITAS
Pengertian Materialitas adalah besarnya nilai yang dihilangkan atau salah saji informasi
akuntansi yang dilihat dari keadaan yang melingkupinya, dapat mengakibatkan perubahan
atas atau pengaruh terhadap pertimbangan orang yang meletakkan kepercayaan terhadap
informasi tersebut, karena adanya penghilangan atau salah saji itu.
Pertimbangan Awal mengenai Materialitas
Auditor melakukan pertimbangan awal tentang tingkat materialitas dalam perencanaan
auditnya. Pertimbangan materialitas mencakup pertimbangan kuantitatif yang berkaitan
dengan hubungan salah saji dengan jumlah kunci tertentu dalam laporan keuangan dan
kualitatif yang berkaitan dengan penyebab salah saji.
Dalam perencanaan suatu audit, auditor harus menetapkan materialitas pada dua tingkat
berikut ini :
a. Tingkat laporan keuangan, karena pendapat auditor atas kewajaran mencakup laporan
keuangan sebagai keseluruhan.
b. Tingkat saldo akun, karena auditor memverifikasi saldo akun dalam mencapai
kesimpulan menyeluruh atas kewajaran laporan keuangan.
Faktor yang harus dipertimbangkan dalam melakukan pertimbangan awal tentang materialitas
pada setiap tingkat dijelaskan berikut ini :
1. Materialitas pada Tingkat Laporan Keuangan
Laporan keuangan mengandung salah saji material jika laporan tersebut berisi kekeliruan atau
kecurangan yang dampaknya, secara individual atau secara gabungan, sedemikian signifikan
sehingga mencegah penyajian secara wajar laporan keuangan tersebut sesuai dengan prinsip
akuntansi berterima umum. Dalam keadaan ini, salah saji dapat terjadi sebagai akibat
penerapan secara keliru prinsip akuntansi berterima umum di Indonesia, penyimpangan dari
fakta, atau penghilangan informasi yang diperlukan.
Berikut ini diberikan contoh beberapa panduan kuantitatif yang digunakan dalam praktik :
a. Laporan keuangan dipandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 5
% sampai 10 % dari laba sebelum pajak.
b. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½
% sampai 1 % dari total aktiva.
c. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji 1
% dari total pasiva.
d. Laporan keuangan di pandang mengandung salah saji material jika terdapat salah saji ½
% sampai 1 % dari pendapatan bruto.
2. Materialitas pada Tingkat Saldo Akun
Materialitas pada tingkat saldo akun adalah salah saji minimum yang mungkin terdapat dalam
saldo akun yang dipandang sebagai salah saji material. Konsep materialitas pada timgkat
saldo akun tidak boleh dicampuradukkan dengan istilah saldo akun material. Saldo akun
material adalah besarnya saldo akun yang tercatat, sedangkan konsep materialitas berkaitan
dengan jumlah salah saji yang dapat mempengaruhi keputusan pemakai informasi keuangan.
RESIKO AUDIT
Risiko audit adalah risiko yang terjadi dalam hal auditor, tanpa disadari, tidak memodifikasi
pendapatnya sebagaimana mestinya, atas suatu laporan keuangan yang mengandung salah
saji material. Semakin pasti auditor dalam menyatakan pendapatnya, semakin rendah risiko
audit yang auditor bersedia untuk menanggungnya.
Resiko Audit dibagi menjadi 2 :
a) Resiko Audit Keseluruhan : merupakan besaranya risiko audit yang dapat ditanggung
oleh auditor dalam menyatakan bahwa laporan keuangan disajikan secara wajar.
b) Risiko Audit Individual : pengalokasian resiko audit keseluruhan ke akun-akun secara
individual, sehingga sangat diperlukan penentuan risiko untuk setiap akun.
Unsur Resiko Audit :
a) Risiko Bawaan : kerentanan suatu saldo akun atau golongan transaksi terhadap suatu
salah saji material, dengan asumsi bahwa tidak terdapat kebijakan dan prosedur pengendalian
intern yang terkait.
b) Risiko Pengendalian : risiko terjadinya salah saji material dalam suatu asersi yang tidak
dapat dicegah atau dideteksi secara tepat waktu oleh pengendalian intern.
c) Risiko Deteksi : risiko sebagai akibat auditor tidak dapat mendeteksi salah saji material
yang terdapat dalam suatu asersi.
Penggunaan Informasi Audit :
Risiko Audit individual = Risiko bawaan x Risiko pengendalian x Risiko deteksi
𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑎𝑢𝑑𝑖𝑡 𝑖𝑛𝑑𝑖𝑣𝑖𝑑𝑢𝑎𝑙
𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑑𝑒𝑡𝑒𝑘𝑠𝑖 =
𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑏𝑎𝑤𝑎𝑎𝑛 𝑥 𝑟𝑒𝑠𝑖𝑘𝑜 𝑝𝑒𝑛𝑔𝑒𝑛𝑑𝑎𝑙𝑖𝑎𝑛
HUBUNGAN ANTARA MATERIALITAS, RISIKO AUDIT, BUKTI AUDIT
Berbagai kemungkinan hubungan antara materialitas, bukti audit, dan risiko audit
digambarkan sebagai berikut :
a) Jika auditor mempertahankan risiko audit konstan dan tingkat meterialitas dikurangi,
auditor harus menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan.
b) Jika auditor mempertahankan tingkat materialitas konstan dan mengurangi jumlah bukti
audit yang dikumpulkan, risiko audit menjadi meningkat.
c) Jika auditor menginginkan untuk mengurangi risiko audit, auditor dapat menempuh
salah satu dari tiga cara berikut ini :
i. Menambah tingkat meterialiras, sementara itu mempertahankan jumlah bukti
audit yang dikumpulkan.
ii. Menambah jumlah bukti audit yang dikumpulkan, sementara itu tingkat
materialitas tetap dipertahankan.
iii. Menambah sedikit jumlah bukti audit yang dikumpulkan dan tingkat materialitas
secara bersama-sama.
STRATEGI AUDIT AWAL
Karena adanya hubungan antara tingkat materialitas, risiko audit, dan bukti audit, auditor
dapat memilih strategi audit awal dalam perencanaan audit atas asersi individual atau
sekelompok asersi. Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam, yaitu pendekatan terutama
substantif (primarily substantive approach), dan pendekatan tingkat risiko pengendalian
taksiran rendah (lower assessed level of control risk approach).
Strategi audit awal dibagi menjadi dua macam :
1. Pendekatan Terutama Substantif. Dalam strategi audit ini, auditor mengumpulkan semua
atau hampir semua bukti audit dengan menggunakan pengujian substantif dan auditor sedikit
meletakkan kepercayaan atau tidak mempercayai pengendalian intern.
2. Pendekatan Risiko Pengendalian Rendah. Dalam pendekatan ini, auditor meletakkan
kepercayaan moderat atau pada tingkat kepercayaan penuh terhadap pengendalian, dan
sebagai akibatnya auditor hanya melaksanakan sedikit pengujian substantif.

Anda mungkin juga menyukai