PT. Sosro adalah perusahaan teh siap minum dalam kemasan botol yang pertama di
Indonesia. PT. Sosro resmi didaftarkan pada tanggal 17 Juli 1974 oleh Bapak Soegiharto
Sosrodjojo, yang berlokasi di Jalan Raya Sultan Agung KM. 28 kelurahan Medan Satria,
Bekasi.
Pada tahun 1940, keluarga Sosrodjojo memulai usahanya di kota Slawi, Jawa Tengah
dengan memproduksi dan memasarkan teh seduh dengan merk Teh Cap Botol. Pada tahun
1960, Soegiharto Sosrodjojo dan saudara-saudaranya hijrah ke Jakarta untuk
mengembangkan usaha keluarga Sosrodjojo kepada masyarakat di Jakarta. Saat ini
perusahaan ini semakin berkembang walaupun telah bermunculan perusahaan perusahaan
lain yang memproduksi produk sama.
PT. Sosro dengan teh Botolnya saat ini sudah merambah kemana-mana bahkan
sampai keluar Indonesia. Dengan Iklan “Apapun Makananya Minumnya Teh Botol Sosro”,
telah merebut hati masyarakat bahkan di restoran-restoran cepat saji seperti MC Donal, KFC
dan lain-lain yang dulu selalu memaket makanan mereka dengan Coca Cola, tapi saat ini
karena permintaan dari konsumen yang semakin banyak untuk meminta minumannya Teh
Botol, maka untuk tidak mengecewakan pelanggan Akhirnya mereka memasukan Teh Botol
Sosro kedalam daftar minuman yang dapat dipesan. Walaupun ada produk lain yang dibuat
oleh perusahaan lain, tapi dominasi teh botol tidak dapat digantikan oleh produk lain tersebut,
orang belum dikatakan minum teh botol jika yang diminum bukan teh botol sosro.
Untuk mengetahui kondisi dari fungsi pengadaan barang dan jasa di perusahaan
mereka, maka Tn. Joseph Soewito Sosrodjojo, Direktur Utama PT. Sosro, memanggil Tn.
Wijaya Soekanto, direktur pembelian, untuk menanyakan kondisi pembelian barang PT.Sosro
saat ini. Dari hasil pertemuan tersebut dirasa terdapat msalah dalam proses pengadaan barang
dan jasa. Oleh karena itu, mereka memutuskan untuk melakukan audit atas inspeksi dan
penerimaan barang/jasa.
Untuk melaksanakan audit tersebut, Bagian audit internal PT. SOSRO telah
ditugaskan untuk melaksanakan audit operasional atas fungsi pembelian. untuk mengadakan
audit terhadap proses pembelian barang di perusahaan ini.
Tugas pertama mereka adalah adalah mengkaji ulang kebijakan dan prosedur spesifik yang
ditetapkan oleh direktur pembelian.
Dalam hal ini ditemukan Indentifikasi kelemahan atau inefisiensi dalam fungsi
pembelian yaitu:
Berdasarkan hasil audit pendahuluan ini, Kemudian auditor internalal merumuskan tujuan
audit sementara sebagai berikut.
Audit di tuntut untuk menyelesaikan audit sementara berdasarkan permasalahan yang ada
maka dari itu seorang audit harus dapat memberi solusi atas permasalahan yang terjadi pada
perusahaan tersebut. Dan rekomendasi yang sesuai untuk permasalahan di atas yaitu :
1. Selain melakukan inspeksi semua barang yang masuk untuk meyakinkan standar mutu
dipenuhi, manajer material harus melakukan verifikasi kuantitas yang diterima
berdasarkan penghitungan fisik aktual. Semua penerimaan material tidak perlu di
hitung apabila program verifikasi efektif. Secara sistematis melakuakn verifikasi satu
atau beberapa penerimaan dari setiap pemasok selama waktu tertentu dapat
mengidentifikasi penerimaan yang bermasalah. Apabila telah di identifikasi usaha
dapat di arahkan untuk memperbaiki masalah. Proses verifikasi dilakukan dengan
membandingkan kuantitas berdasarkan dokumen penerimaan dengan penghitungan
fisik aktual untuk memastikan total faktur benar.
2. Permintaan pembelian disiapkan oleh manajer material berdasarkan pada permintaan
yang diterimadari departemen operasi dan bukan skedul produksi untuk periode empat
bulan. Skedul produksi mungkin ketingalan dan tidak menggambarkan
kecenderungan penjualan sekarang. Departemen operasi tetap melakukan penyesuaian
tingkat produksi untuk memperhitungkan perubahan-perubahan. Untuk memperbaiki
pengendalian anggaran terhadap pengeluaran, kantor kontroler juga menelaah
permintaan yang berhubungan dengan perencanaan ke depan untuk memastikan
pengeluaran konsisten dengan proyeksi penjualan perusahaan. Apabila analisis arus
persediaan lengkapa maka kuantitas pesanan ekonomis (EQQ=Economic Order
Quantity) dapat diterapkan untuk menentukan titik pemesanan kembali.
(ROP=Reorder Point) dan meminimalkan persediaan.
Bukti yang didapat melalui bukti wawancara 3 karyawan (operator) secara random,
serta observasi langsung untuk mendapatkan foto yang berkaitan dengan kegiatan ini. Bukti
yang didapat dari hasil wawancara (pertanyaan) sebagai berikut.
Setelah dilakukan pelaporan, maka auditor mendorong pihak yang berwenang untuk
melaksanakan tindak lanjut sesuai dengan rekomendasi yang diberikan.
Dari beberapa rekomendasi diatas dapat di simpulkan rekomendasi yang baik untuk
perusahaan ini yaitu:
Kelemahan
Perubahan rekayasa tidak didiskusikan dengan departemen lain sebelum material yang
diperlukan untuk mengimplementasikan perubahan tersebut dipesan.
Rekomendasi
Suatu kebijakan umum yang memberi garis besar wewenang dan tanggung jawab untuk
menerapkan perubahan perekayasaan harus di tetapkan. Perubahan yang di usulkan harus di
telaah secara mendalam oleh berbagai departemen perusahaan sebelum pesanan di lakukan.
Kantor kontroler harus menelaah usulanyang berhubugan dengan biaya tambahan
(incremental atau penghematan biaya yang diharapkan terjadi). Departemen manufakturing
harus meneelaah perubahan dari titik pandang adaptabilitas. Sebelum melakukan pesanan,
pembelian harus mendapatkan persetujuan dari departemen yang menelaah apabila
persetujuan telah diperoleh, proses seleksi pemasok dapat dimulai.
Kelemahan
Bagian akutansi tidak di beritahu oleh manajer material tentang penerimaan pengiriman
partial.
Rekomendasi
Selain memberitahu kepada departemen pembelian atas penerimaan pengiriman parsial,
manajer material harus juga memberitahu bagian akutansi agar faktur pemasok dapat di
peruses secara benar. Laporan penerimaan barang yang secara jelas mengidentifikasi
penerimaan sebagai pengiriman parsial merupakan alat yang paling efektif untuk
mengkomunikasikan hal ini. Dengan member catatan yang tepat dalam laporan penerimaan
barang, pemasok tidak akan di bayar untuk material yang perusahaan tidak terima.