Anda di halaman 1dari 8

PENGGAJIAN KARYAWAN

Setiap perusahaan biasanya memiliki cara dan perhitungan sendiri dalam masalah penggajian
karyawan. Hal ini yang menyebabkan adanya perbedaan yang diberlakukan oleh Perusahaan
mengenai kebijakan sistem penggajian karyawan. Perbedaan ini menyesuaikan pada kemampuan
dan bentuk perusahaan. Banyak faktor yang menyebabkan perbedaan ini tergantung pada struktur
organisasi perusahaan, kemampuan dan kesehatan finansial perusahaan, sistem UMR yang
diberlakukan di perusahaan, perbandingan bobot pekerjaan antar jabatan, dan masih banyak lagi
faktor yang menjadi pertimbangan.

Namun, setiap badan usaha haruslah mematuhi aturan dasar yang diberlakukan oleh Pemerintah.
Jadi setiap kebijakan yang dibuat oleh badan usaha haruslah mematuhi dan mengacu pada peraturan
yang telah diberlakukan. Berikut ini akan dibahas mengenai sistem penggajian karyawan yang ada di
Indonesia.

Peraturan Sistem Penggajian yang Berlaku di Indonesia

Ada beberapa aturan pemerintah yang mengatur sistem penggajian karyawan di Indonesia. Hal ini
diberlakukan untuk melindungi segenap warga Negara Indonesia agar sesuai kelayakan. Dapat kita
ketahui bahwa banyak sekali perusahaan asing yang masuk ke Indonesia. Sehingga harus diatur
secara tegas mengenai peraturan penggajiannya.

Berikut ini garis besar peraturan pemerintah Republik Indonesia Nomor 78 tahun 2015 tentang
pengupahan:

1. Upah wajib dibayarkan kepada Pekerja/buruh yang bersangkutan (Pasal 17 ayat 1).

2. Pengusaha wajib memberikan bukti pembayaran upah yang memuat rincian upah yang
diterima oleh pekerja/buruh pada saat upah dibayarkan (pasal 17 ayat 2).

3. Pengusaha wajib membayar upah pada waktu yang telah diperjanjikan antara pengusaha
dengan pekerja/buruh (pasal 18).

4. Pembayaran upah harus dilakukan dengan mata uang rupiah Negara Republik Indonesia
(pasal 21).

5. Dalam hal upah dibayarkan melalui bank, maka upah harus sudah dapat diluangkan oleh
pekerja/buruh pada tanggal pembayaran upah yang disepakati kedua belah pihak..

Sistem Penggajian Karyawan

Dalam sistem penggajian karyawan, biasanya perusahaan memiliki sistem perhitungan sendiri
dengan menggunakan excel ataupun software yang bisa didapatkan di berbagai situs online. Berikut
ini akan dijelaskan secara umum sistem penggajian karyawan.

1. Bagian HRD menerima data kehadiran yang sudah valid untuk kemudian diproses dalam
penggajian per orang.

2. Menghitung bagian pajak PPh 21 berdasarkan status jabatan maupun status keluarga.

3. Kemudian menerima rekapan revisi perhitungan pajak gaji dari bagian pajak, lalu membuat
slip gaji dan daftar gaji ke seluruh karyawan.

4. Di evaluasi oleh departemen atau divisi keuangan.


5. Jika tidak ada evaluasi atau kesalahan, membuat cek tunai sebesar jumlah gaji seluruh
karyawan lalu menyerahkannya kepada pimpinan perusahaan.

6. Cek tunai/bilyet kemudian ditransfer ke bank mitra untuk kemudian di transfer ke rekening
masing-masing karyawan.

Semua proses ini dilakukan oleh bagian HRD sebuah perusahaan.

Faktor yang Memengaruhi Besarnya Gaji Karyawan

Adapun yang memengaruhi besar kecilnya gaji karyawan antara lain menurut pasal 2 ayat 1
peraturan menteri ketenagakerjaan no. 1 tahun 2017 sebagai berikut :

1. Golongan

Pengelompokan jabatan berdasarkan nilai atau bobot pekerjaan. Jabatan-jabatan yang tugas serta
tanggungjawabnya relatif sama dapat digabung menjadi satu kelompok golongan jabatan. Golongan
jabatan seorang karyawan akan menentukan besar kecilnya gaji dan fasilitas yang ia terima dari
perusahaan.

2. Jabatan

Jabatan bisa dipahami sebagai sekolompok tugas dan pekerjaan dalam organisasi perusahaan.
Jabatan yang berbeda mempunyai risiko tugas yang berbeda pula. Jabatan ini berkaitan dengan
tugas, tanggung jawab, dan tingkat kesulitan yang berbeda pula. Maka hal ini sangat menentukan
besar kecilnya gaji seseorang.

3. Masa Kerja

Masa kerja adalah lamanya pengalaman melaksanakan pekerjaan tertentu yang disyaratkan dalam
suatu jabatan. Masa kerja berhubungan erat dengan pengalaman. Semakin berpengalaman, semakin
tinggi pula nilai seorang calon karyawan di mata sebuah perusahaan.

4. Pendidikan

Tingkat pengetahuan yang diperoleh dari jenjang pendidikan formal yang dipersyaratkan dalam suatu
jabatan. Biasanya hampir seluruh perusahaan maupun instansi mensyaratkan minimal persyaratan
tingkat pendidikan seorang karyawan.

5. Kompetisi

Kemampuan kerja yang mencakup aspek pengetahuan, keterampilan, dan sikap kerja sesuai dengan
standar yang dipersyaratkan untuk suatu jabatan. Jika kompetensi karyawan sesuai dengan jabatan
yang diembannya, perusahaan akan diuntungkan, karena akan berpengaruh pada produktivitas
perusahaan.
PPH PASAL 21

Informasi mengenai perhitungan PPh pasal 21 tentu dibutuhkan oleh seluruh wajib pajak, khususnya
mereka yang berperan sebagai pemotong PPh 21 seperti bagian keuangan/SDM perusahaan atau
pengusaha yang mengurus pajaknya sendiri.

Dasar Hukum Perhitungan PPh Pasal 21

Dasar hukum perhitungan dan pemotongan pajak penghasilan terdapat dalam:

o Undang-Undang No. 36 Tahun 2008

o Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 tentang Tarif Penghasilan Tidak Kena
Pajak (PTKP) 2019.

Sekilas informasi mengenai PTKP, perlu Anda ketahui bahwa tarif PTKP 2019 tidak berbeda dengan
tarif PTKP 2016.

Sehingga, penghitungan PPh Pasal 21 untuk tahun 2019 masih merujuk pada PTKP 2016.

Sekarang, mari kita ulas lebih lanjut mengenai komponen penting dalam perhitungan PPh pasal 21.

Komponen-komponen Perhitungan PPh Pasal 21

Untuk memahami detail perhitungan PPh Pasal 21, Anda bisa mempelajari komponen-komponen
dan konsep dasar cara perhitungan PPh 21 di bawah ini.

1. Penghasilan Bruto (Penghasilan Kotor) PPh Pasal 21

Penghasilan bruto atau penghasilan kotor adalah jenis penghasilan yang dikenakan pemotongan PPh
Pasal 21.

Unsur-unsur penambah penghasilan yang termasuk dalam penghasilan bruto, adalah:

o Penghasilan Rutin

Cara perhitungan PPh 21 tidak akan terlepas dari penghasilan rutin wajib pajak orang pribadi, yakni
upah atau gaji yang diterima secara teratur dalam jangka waktu tertentu, seperti:

o Gaji Pokok

Gaji pokok adalah gaji dasar yang ditetapkan untuk melaksanakan satu jabatan atau pekerjaan
tertentu pada golongan pangkat dan waktu tertentu.

o Tunjangan

Tunjangan adalah penghasilan tambahan di luar gaji pokok yang berkaitan dalam pelaksanaan tugas
dan sebagai insentif. Misalnya adalah tunjangan jabatan, tunjangan transportasi, tunjangan makan,
dll.

2. Penghasilan Tidak Rutin

Penghasilan tidak rutin adalah upah atau gaji yang diterima secara tidak teratur oleh seorang
pegawai atau penerima penghasilan lainnya, seperti:

o Bonus
Bonus adalah tambahan penghasilan di luar gaji kepada pegawai atau dividen tambahan kepada
pemegang saham.

o Tunjangan Hari Raya Keagamaan (THR)

THR adalah pendapatan non upah yang wajib dibayarkan oleh pengusaha kepada pekerja/buruh yang
telah mempunyai masa kerja 1 bulan dengan perhitungan proposional dan dibayarkan menjelang
hari raya keagamaan.

o Upah Lembur

Upah lembur adalah tambahan upah yang dibayarkan perusahaan karena pekerja melakukan
perpanjangan jam kerja dari jam kerja normal yang telah ditentukan.

3. Iuran BPJS atau premi asuransi pegawai yang dibayarkan perusahaan

BPJS adalah program jaminan sosial yang diselenggarakan Badan Penyelenggara Jaminan Sosial
(BPJS).

Setiap warga negara Indonesia dan asing yang telah tinggal di Indonesia selama lebih dari 6 bulan
wajib menjadi anggota BPJS.

Iuran BPJS dibayar oleh pemberi kerja dan pekerja dengan persentase iuran dari gaji atau upah (tidak
dijelaskan dalam peraturan bahwa apakah gaji ini merupakan gaji pokok, gaji bruto, gaji bersih, dsb)
yang telah ditentukan dalam Peraturan Pemerintah.

4. Jaminan Kecelakaan Kerja (JKK)

Jaminan Kecelakaan Kerja adalah kompensasi dan rehabilitasi bagi tenaga kerja yang mengalami
kecelakaan saat mulai berangkat kerja sampai tiba kembali di rumah atau menderita penyakit yang
berhubungan dengan pekerjaan.

Iuran JKK dibayar sepenuhnya oleh perusahaan. Besarnya iuran berdasarkan kelompok jenis usaha
dan risiko:

o Kelompok I : premi sebesar 0,24% x upah kerja sebulan.

o Kelompok II : premi sebesar 0,54% x upah kerja sebulan.

o Kelompok III : premi sebesar 0,89% x upah kerja sebulan.

o Kelompok IV : premi sebesar 1,27% x upah kerja sebulan.

o Kelompok V : premi sebesar 1,74% x upah kerja sebulan.

5. Jaminan Kematian (JK)

Jaminan Kematian diperuntukkan bagi ahli waris dari peserta program BPJS Ketenagakerjaan yang
meninggal bukan karena kecelakaan kerja.

Pengusaha wajib menanggung iuran program Jaminan Kematian sebesar 0,3% dari gaji atau upah.

6. Jaminan Kesehatan (JKes / BPJS Kesehatan) berlaku sejak Juli 2015

Jaminan Kesehatan adalah program BPJS Kesehatan yang diikuti wajib pajak.

Sejak 1 Juli 2015, tarif iuran Jaminan Kesehatan adalah 5% dari gaji per bulan yaitu sebanyak 4%
dibayar oleh pemberi kerja dan 1% oleh pegawai.
Gaji atau upah yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran Jaminan Kesehatan terdiri dari gaji
atau upah pokok dan tunjangan tetap.

Batas paling tinggi gaji atau upah per bulan yang digunakan sebagai dasar perhitungan iuran adalah 2
kali PTKP dengan status kawin dengan 1 anak.

Untuk keluarga lainnya, yaitu terdiri dari anak keempat dan seterusnya, orang tua dan mertua,
besarnya iuran adalah 1% per orang dari gaji/upah.

7. Tunjangan PPh 21 (yang dibayarkan perusahaan, jika ada)

Bagi pemberi kerja yang memberikan tunjangan PPh 21 kepada pegawainya, dalam hal ini tunjangan
PPh 21 penuh atau sebagian, maka jumlah tunjangan PPh 21 ini merupakan komponen penambah
penghasilan bruto.

Sedangkan metode perhitungan gaji bagi pegawai yang menerima tunjangan PPh 21 adalah metode
gaji bersih atau gross-up.

8. Tunjangan BPJS (yang dibayarkan perusahaan, jika ada)

Bagi pemberi kerja yang memberikan tunjangan BPJS (JKK, JK, JP, JKes) secara penuh dengan metode
perhitungan gaji bersih atau gross up, maka tunjangan ini dijadikan komponen penambah
penghasilan bruto.

9. Pengurang Penghasilan Bruto

Pengurang penghasilan bruto adalah biaya-biaya yang dapat mengurangi penghasilan bruto atau
kotor. Termasuk di dalamnya adalah:

o Biaya Jabatan

Biaya jabatan adalah biaya yang diasumsikan petugas perpajakan sebagai pengeluaran (biaya) selama
setahun yang berhubungan dengan pekerjaan. Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016
menetapkan, biaya jabatan adalah sebesar 5% dari penghasilan bruto setahun dan setinggi-tingginya
Rp 500.000 sebulan atau Rp 6 juta setahun. Dari staf biasa hingga direktur berhak mendapatkan
pengurang penghasilan bruto ini.

o Biaya Pensiun

Biaya pensiun adalah pengurang penghasilan bruto dalam menghitung PPh Pasal 21 yang terutang
dan harus dipotong atas penghasilan yang diterima penerima pensiun secara bulanan. Besarnya
biaya pensiun yang ditetapkan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 adalah 5% dari
penghasilan bruto dan setinggi-tingginya Rp 200.000 per bulan atau Rp 2.400.000 per tahun.

o Iuran BPJS yang Dibayarkan Karyawan

Dalam hal iuran BPJS yang persentasenya dibayarkan karyawan, maka komponen dimasukkan sebagai
pengurang penghasilan bruto. Iuran BPJS yang termasuk sebagai pengurang penghasilan bruto
tersebut adalah:

1. Jaminan Hari Tua (JHT)

Program ini ditujukan sebagai pengganti terputusnya penghasilan tenaga kerja karena meninggal,
cacat atau hari tua dan diselenggarakan dengan sistem tabungan hari tua. Jumlah iuran program
jaminan hari tua yang ditanggung perusahaan adalah 3,7%, sedangkan yang ditanggung pekerja
adalah 2%. Premi JHT yang diberikan pemberi kerja tidak dimasukkan sebagai komponen penambah
penghasilan. Pengenaan pajaknya akan dilakukan pada saat karyawan menerima JHT. Sedangkan
premi JHT yang dibayar sendiri oleh karyawan merupakan pengurang penghasilan bruto.

2. Jaminan Pensiun (JP)

Jaminan pensiun adalah jaminan sosial yang bertujuan memberikan derajat kehidupan yang layak
bagi pesertanya dan/atau ahli warisnya dengan memberikan penghasilan setelah peserta memasuki
usia pensiun, cacat total atau meninggal dunia. Jaminan Pensiun (JP) berlaku sejak Juli 2015. Iuran
program JP adalah 3%, yang terdiri atas 2% iuran pemberi kerja dan 1% iuran pekerja.

3. Jaminan Kesehatan (JKes)

Sejak 1 Juli 2015, tarif iuran Jaminan Kesehatan yang dibayarkan pegawai adalah 1%.

o PTKP (Penghasilan Tidak Kena Pajak)

Penghasilan Tidak Kena Pajak (PTKP) yang merupakan komponen penting cara perhitungan PPh 21
2018 adalah jumlah nilai penghasilan bruto bagi wajib pajak yang tidak dikenakan pajak. Sesuai
dengan Peraturan Direktur Jenderal Pajak No. PER-16/PJ/2016 dan PMK No. 101/PMK.010/2016,
berikut ini tarif PTKP terbaru yang perlu Anda ketahui:

o Rp 54.000.000 per tahun atau Rp 4.500.000 per bulan untuk diri Wajib Pajak orang pribadi

o Rp 4.500.000,- per tahun atau Rp 375.000 per bulan tambahan untuk Wajib Pajak yang kawin

o Rp 54.000.000 per tahun atau Rp 375.000 per bulan untuk istri yang penghasilannya
digabung dengan penghasilan suami

o Rp 4.500.000 per tahun atau Rp 375.000 per bulan tambahan untuk setiap anggota keluarga
sedarah dan keluarga semenda dalam garis keturunan lurus serta anak angkat yang menjadi
tanggungan sepenuhnya, paling banyak 3 orang untuk setiap keluarga.

Tarif PPh 21

Tarif PPh 21 merupakan tarif pajak yang dikenakan kepada wajib pajak orang pribadi dengan jumlah
penghasilan tertentu.

Tarif ini merupakan salah satu komponen penting dalam perhitungan PPh 21 dan ditentukan
berdasarkan Pasal 17 Ayat (1) huruf a Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2008.

Berikut ini tarif PPh 21 yang berlaku bagi wajib pajak yang memiliki Nomor Pokok Wajib Pajak
(NPWP):

o WP dengan penghasilan tahunan sampai dengan Rp 50.000.000 adalah 5%

o WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 50.000.000 sampai dengan Rp 250.000.000


adalah 15%

o WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 250.000.000 sampai dengan Rp 500.000.000


adalah 25%

o WP dengan penghasilan tahunan di atas Rp 500.000.000 adalah 30%

o Untuk Wajib Pajak yang tidak memiliki NPWP, dikenai tarif 20% lebih tinggi dari mereka yang
memiliki NPWP.
ASURANSI KARYAWAN

Pada dasarnya kewajiban asuransi tenaga kerja ini merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari
hukum di Indonesia. Aturan tersebut diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia No. 40 Tahun
2004 Tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional serta UU RI No.24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial.

Kedua payung hukum inilah yang menjadi dasar bahwa pemberi kerja wajib mendaftarkan
pekerjanya sebagai peserta BPJS Kesehatan DAN BPJS Ketenagakerjaan. Setidaknya jika tenaga kerja
sudah bekerja selama enam bulan di wilayah Indonesia.

Syarat dan ketentuan pemberi kerja memberikan asuransi kepada tenaga kerja setidaknya seperti di
bawah ini:

 Peserta bekerja paling lambat 6 bulan di Indonesia

 Memiliki minimal 10 (sepuluh) orang tenaga kerja

 Pekerja menerima upah paling sedikit Rp 1.000.000 per bulan

Proses Klaim Asuransi Tenaga Kerja

Kalau Anda sudah punya asuransi tenaga kerja dari perusahaan maka Anda berhak dapat beragam
manfaat. Manfaat tersebut sudah disebutkan di paragraf sebelumnya, antara lain bila terjadi
kecelakaan, kematian, dan apabila Anda resign atau PHK.

Khususnya terjadi kecelakaan dan kematian, Anda yang merupakan anggota keluarga tenaga kerja
tersebut pun harus tahu prosedurnya. Dengan demikian, klaim bisa segera dilakukan.

Berikut proses pengajuan klaim jika terjadi kecelakaan:

1. Jika peserta mendapatkan kecelakaan, makan wajib melaporkan kecelakaan yang terjadi
kepada dinas ketenagakerjaan setempat tidak melebihi waktu 2×24 jam sejak terjadinya
kecelakaan.

2. Jika terjadi cacat atau meninggal dunia maka laporan harus disertai dengan surat keterangan
dokter yang menerangkan;

1. Pekerja tidak dapat bekerja sementara

2. Surat keterangan cacat total tetap

3. Surat keterangan cacat sebagian anatomis

Berikut proses pengajuan klaim jika terjadi kematian:

1. Kartu asuransi

2. Fotokopi KTP
3. Surat keterangan kematian dari pejabat yang berwenang

4. Fotokopi kartu keluarga

5. Surat keterangan ahli waris dari pejabat berwenang

6. Dokumen lain yang dibutuhkan

7. Ahli waris bisa mendapatkan klaim selama 3 hari kerja jika dokumen lengkap

Anda mungkin juga menyukai