Anda di halaman 1dari 11

4/7/2019 Psikologi Faal - Sejarah, Pengertian dan Kajiannya - DosenPsikologi.

com
HEADLINE
Perbedaan Persepsi Dan Prasangka Dalam Psikologi (https://dosenpsikologi com/perbedaan persepsi dan prasangka)
18 March,2017 Saturday 06th, April 2019 / 11:49:32 am

()

GO TO...

Sponsors Link

Home (https://dosenpsikologi.com/) » Ilmu Psikologi (https://dosenpsikologi.com/dasar-ilmu-psikologi) » Psikologi Faal


(https://dosenpsikologi.com/dasar-ilmu-psikologi/psikologi-faal) » Psikologi Faal – Sejarah, Pengertian dan Kajiannya

Psikologi Faal – Sejarah, Pengertian dan Kajiannya


Sponsors Link

https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 1/11
4/7/2019 Psikologi Faal - Sejarah, Pengertian dan Kajiannya - DosenPsikologi.com

Psikologi faal (physiological psychology) adalah salah satu cabang ilmu psikologi (https://dosenpsikologi.com/cabang-
cabang-psikologi) yang berfokus pada perilaku manusia. Psikologi faal dalam kaitannya dengan segi fisiologis manusia.
Dengan kata lain, psikologi faal adalah gabungan antara psikologi dan fisiologi.

Ilmu ini khususnya mempelajari fungsi dan respon otak dan organ-organ tubuh terhadap perilaku ads

tertentu, misalnya stress, marah, gembira, dsb. Penelitian membuktikan bahwa stress yang
dialami seseorang (fenomena psikis) dapat menimbulkan atau memperparah penyakit
(fenomena fisiologis) pada orang tersebut. Baca juga: Antropologi
(https://dosenpsikologi.com/antropologi)

 Tentang Psikologi Faal

Sejarah Psikologi Faal


Sejak sejuta tahun lalu, manusia sudah memberi perhatian khusus kepada otak, dan mengetahui
bahwa kerusakan pada otak dapat berujung kematian. Bahkan pada zaman Neolitik, sekitar
tahun 7000 sM, telah diadakan pembedahan otak yang pertama.

Hippocrates (470-410 SM), melalui penelitiannya terhadap para gladiator yang menderita
kerusakan otak, menemukan bahwa otak adalah sumber segala perasaan gembira,
kesenangan, kesedihan dll. Begitu pula Plato (447-327 sM), berpendapat bahwa kedudukan
pikiran adalah di otak. Akan tetapi muridnya, Aristoteles (384-322 sM), berpendapat bahwa
pikiran terletak di dalam hati, sedang otak dianggapnya hanya seperti “radiator” untuk
mendinginkan darah.

Baca juga: Psikologi Sastra (https://dosenpsikologi.com/psikologi-sastra)

Sejalan dengan Plato, Rene Descartes (1596-1650) berpendapat bahwa di dalam pikiranlah
tersimpan gagasan-gagasan manusia. Descartes mengemukakan teorinya yang terkenal, yakni
“Keterpisahan Tubuh dan Pikiran” (Mind-Body Distinction), yang menyatakan bahwa tubuh dan
pikiran itu terpisah karena sifatnya yang sama sekali berbeda satu sama lain. Sebagai
implikasinya, yang satu dapat saja ada (eksis) tanpa keberadaan yang lain. Ia juga menjelaskan
bahwa gerak refleks disebabkan aliran “roh” ke dalam otot-otot dan menjadikannya berkontraksi.

Pengertian Psikologi Faal menurut Ahli


Francis Bacon (1561-1626), yang dikenal sebagai “Bapak Empirisisme”, berpendapat bahwa pada dasarnya “pengetahuan
diperoleh dari pengalaman”, terutama pengalaman inderawi. Empirisisme menyatakan bahwa teori dan hipotesa harus diuji
melalui pengamatan dan eksperimen.
https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal Dengan demikian, Bacon menolak rasionalisme yang semata-mata berpegang pada2/11
4/7/2019
penalaran Psikologi
(reasoning ) sebagai jalan untuk Faal - Sejarah,
mendapatkan Pengertian danMetode
pengetahuan. Kajiannya - DosenPsikologi.com
induktif, yakni metode yang menggunakan
bukti empirik yang spesifik untuk sampai kepada suatu kesimpulan yang bersifat umum, harus diutamakan sebagai metode
sains.

Kemudian, Charles Bell (1774-1842) dan Francois Magendie (1783-1855) adalah dua tokoh yang untuk pertama kali
menemukan keberadaan syaraf sensorik dan syaraf motorik pada tubuh manusia. Syaraf sensorik berfungsi
mengirimkan informasi sensorik dari seluruh tubuh berupa impuls ke sistem syaraf pusat. Sebaliknya, syaraf motorik
bertugas membawa impuls motorik dari sistem syaraf pusat ke otot-otot tubuh, sehingga menimbulkan reaksi atau
gerakan tertentu dari anggota tubuh. Baca juga: Psikologi pendidikan (https://dosenpsikologi.com/psikologi-pendidikan)

Wilhelm Wundt (1832-1920) berpendapat akan adanya ‘aliansi antara dua bidang ilmu’, yakni fisiologi dan psikologi. Dengan
adanya aliansi ini, secara metodologis berarti alat atau teknik pengukuran dalam bidang fisiologi diterapkan kepada bidang
psikologi. Wundt menamakan bidang ilmu temuannya ini ‘psikologi eksperimental’.

Ada pula Johannes Mueller (1801-1858) dengan “Hukum Energi Spesifik” (Law of Specific Energies), menyatakan
bahwa jenis persepsi inderawi yang diterima bergantung kepada reseptor yang mengirimkan informasi sensorik itu.
Kemudian persepsi inderawi tersebut tidak bergantung kepada sumber rangsangan tersebut. Oleh karena itu,
perbedaan persepsi yang diterima oleh indera dengar, pandang atau sentuh tidak disebabkan oleh sumber rangsang itu
sendiri, melainkan oleh perbedaan struktur syaraf yang dirangsang olehnya.

Lalu, Marshall Hall (1790-1857) dalam penelitiannya tentang gerak refleks, menyatakan bahwa setiap gerak refleks yang
terjadi dipengaruhi hanya oleh syaraf tulang punggung (spinal cord) dan tidak oleh otak. Sehingga terjadi gerak yang tidak
disadari. Baca juga: Psikologi Keluarga (https://dosenpsikologi.com/psikologi-keluarga)

Mengenai pendefinisian gerak refleks ini timbul kontroversi antara Pfluger dan Lotze. Menurut Pfluger, refleks
bermanfaat bagi organisme, sehingga merupakan gerakan yang disadari. Sedang Lotze berpendapat, walaupun
bermanfaat tapi refleks tidak berfungsi dalam situasi baru yang belum pernah dihadapi oleh organisme. Menurut Lotze,
dalam setiap situasi yang baru bagi organisme tersebut, gerakan yang disadari adalah cara organisme menyesuaikan
diri dengan situasi baru itu.

Sumber kontroversi ini adalah pendefinisian kesadaran. Menurut Hall dan Lotze, otak adalah satu-satunya sumber
kesadaran, sedang menurut Pfluger, kesadaran diatur oleh seluruh sistem syaraf. Definisi oleh Hall dan Lotze lebih dapat
diterima dalam kerangka perkembangan ilmu faal dan psikologi di waktu kemudian, karena dalam perkembangannya gerak
refleks menjadi subyek pengkajian ilmu faal, sedang psikologi berfokus pada gerakan yang disadari.

Baca juga: Psikologi Sosial (https://dosenpsikologi.com/psikologi-sosial)

Kajian 1 : Biopsikologi
Biopsikologi (disebut juga behavioral neuroscience) merupakan ilmu yang mempelajari perilaku manusia melalui pendekatan
biologis atau fisiologis. Dengan kata lain, biopsikologi menerapkan prinsip-prinsip biologi pada studi tentang mekanisme
perilaku manusia dari sudut fisiologis, genetis, dan perkembangan.
Secara khusus biopsikologi mengkaji bagaimana cara kerja otak dan neurotransmiter mempengaruhi perilaku, pikiran dan
perasaan manusia. Neurotransmiter merupakan senyawa organik seperti asam amino, monoamina, dll., yang menghantar
sinyal antar neuron, yang memungkinkan terkirimnya pesan-pesan kimiawi dari otak ke bagian-bagian tubuh, dan sebaliknya.

Baca juga: Psikologi Kognitif (https://dosenpsikologi.com/psikologi-kognitif)

Walau kajian atas perilaku manusia (ilmu psikologi) telah melalui sejarah yang panjang, namun biopsikologi sendiri sebagai
salah satu cabang disiplin ilmu neurosains baru mulai berkembang pada abad ke-20. Jurnal ilmiah karya D. O. Hebb berjudul
The Organization of Behavior yang terbit pada tahun 1949 dipandang sebagai tonggak dan asal-mula berkembangnya
biopsikologi.
https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 3/11
4/7/2019 Psikologi Faal
Kemudian. di -dalamnya
Sejarah, Pengertian dan Kajiannya - DosenPsikologi.com
Hebb mengemukakan teori bahwa fenomena psikologis yang
rumit seperti persepsi, emosi, pikiran dan ingatan mungkin bersumber dari aktivitas
otak. Ia membantah anggapan yang sebelumnya berlaku umum bahwa fungsi-fungsi
psikologis itu terlalu rumit untuk dikaitkan dengan faktor-faktor fisiologis dan kimiawi
otak. Hebb mendasarkan teorinya pada hasil-hasil percobaan laboratorium atas
manusia maupun hewan, berbagai studi kasus klinis, dan pengamatan pribadinya atas
kehidupan sehari-hari.

Baca juga: Psikologi Abnormal (https://dosenpsikologi.com/psikologi-abnormal)

Kajian Biopsikologi

Boleh dibilang biopsikologi merupakan kombinasi antara psikologi dasar dan


neurosains. Biopsikologi adalah disiplin ilmu yang integratif, yang menggabungkan
hasil-hasil kajian berbagai cabang neurosains, seperti neuroanatomi, neuropatologi,
neuroendokrinologi dll., dan menerapkannya pada studi tentang perilaku manusia.

Sebagaimana seseorang mewarisi sifat-sifat genetis dari orang tua, kakek nenek,
bahkan dari leluhurnya yang terdahulu, yang nampak dari ciri-ciri fisiknya yang khas,
begitu juga sifat dan tingkah lakunya yang khas juga dapat merupakan warisan genetis.
Entah itu sifat pendiam, dominan, ekstrovert dsb., itu dapat merupakan sifat bawaan
lahir, dan bukan berkembang dalam dirinya melalui pengalaman.

Dari segi obyek material, biologi sama dengan psikologi, karena sama-sama
mempelajari manusia. Perbedaan terletak pada segi obyek formal. Pada biologi, obyek
formalnya adalah tubuh jasmaniah manusia, sedangkan pada psikologi obyek
formalnya adalah perilaku manusia itu.

Kemudian, dalam memahami biopsikologi, perlu dipahami terlebih dahulu mengenai


proses-proses biologis, anatomis, dan fisiologis. Pemahaman ini mencakup tiga
komponen utama yaitu otak, susunan syaraf dan neurotransmiter.

Baca juga: Psikologi Industri (https://dosenpsikologi.com/psikologi-industri-dan-organisasi)

Otak dan Susunan Syaraf

Susunan syaraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang. Bagian terluar otak, yang dikenal sebagai cerebral
cortex, berperan dalam fungsi-fungsi kognitif, penginderaan, kemampuan motorik, dan emosi.

 Sistem Syaraf Tepi (Periferal)

 Neurotransmiter

Obyek Manusia dan Non-Manusia

Sebagai obyek studi, manusia memiliki kelebihan yaitu ia dapat dengan menjalankan dengan setepat-tepatnya instruksi yang
diberikan dalam rangka penelitian, dan ia juga dapat menceritakan pengalaman subyektif yang dialaminya. Namun terdapat
juga kekurangan, yaitu dari segi etika, ada batas-batas etis tertentu yang tak dapat dilanggar dalam menjadikan manusia
sebagai obyek penelitian.

Baca juga: Psikologi Forensik (https://dosenpsikologi.com/psikologi-forensik)

https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 4/11
4/7/2019
Di lain pihak, Psikologi
obyek studi non-manusia pun Faal - keuntungan.
memiliki Sejarah, Pengertian
Padadan Kajiannya -obyek
umumnya, DosenPsikologi.com
non-manusia lebih sederhana
dalam hal perilaku maupun struktur otak. Dengan demikian, dari hasil penelitian atas obyek tipe ini seringkali lebih mudah
mengambil kesimpulan yang fundamental tentang hubungan antara otak dan perilaku.

Keuntungan kedua adalah pendekatan komparatif, di mana hasil penelitian atas berbagai spesies obyek non-manusia yang
berbeda-beda dibandingkan satu sama lain. Misalnya, dari hasil penelitian atas species yang memiliki cerebral cortex
dibandingkan dengan species yang tidak memilikinya, dapat diperoleh informasi yang berharga mengenai fungsi kortikal otak.
Keuntungan ketiga adalah dari segi etika, di mana batasan-batasan etis penelitian terhadap obyek non-manusia lebih sedikit
(walaupun tetap ada), sehingga cakupan penelitian dapat lebih diperluas.

Baca juga: Kode etik psikologi (https://dosenpsikologi.com/kode-etik-psikologi)

Eksperimen dan Non-Eksperimen

Penelitian biopsikologi mencakup eksperimen dan non-eksperimen. Metode non-eksperimen sendiri terbagi dua, yaitu studi
kuasi-eksperimental dan studi kasus. Mari kita kaji satu demi satu:

1. Eksperimen

Dalam meneliti obyek hidup, yang pertama kali dilakukan oleh peneliti adalah mendesain dua kondisi atau lebih di dalam
mana obyek itu kemudian diteliti. Dalam tiap kondisi dapat dimasukkan kelompok obyek yang sama ataupun berbeda.

Selanjutnya obyek diberi perlakuan-perlakuan tertentu, dan hasilnya diukur, sedemikian rupa sehingga hanya ada satu
perbedaan yang relevan di antara kondisi-kondisi yang diperbandingkan itu. Perbedaan itu disebut variabel bebas
(independent variable).

Efek dari variabel bebas ini diteliti untuk mendapatkan variabel terikat (dependent variable). Jika penelitian itu dilakukan
dengan benar, perbedaan antara variabel-variabel terikat itu di dalam kondisi-kondisi yang berbeda-beda pastilah disebabkan
oleh variabel bebas tadi.

Kemudian, penting untuk memastikan tidak ada perbedaan apa pun antara kondisi-kondisi dimaksud, selain variabel bebas
itu. Jika terdapat lebih dari satu perbedaan yang dapat mempengaruhi variabel terikat, maka sulit memastikan apakah itu
adalah variabel bebas atau perbedaan yang tidak disengaja, yang disebut variable tercampur-aduk (confounded
variable).Walau metode eksperimental ini pada dasarnya sederhana, akan menjadi sangat sulit untuk menghilangkan semua
variabel tercampur-aduk ini.

Baca juga: Psikologi Keperawatan (https://dosenpsikologi.com/psikologi-keperawatan)

2. Studi Kuasi-Eksperimental

Dalam situasi tertentu, terkadang tidak mungkin metode eksperimental ini dijalankan. Hal-hal yang membatasi, misalnya
adalah batasan etis. Sebagai contoh, meneliti tingkat kerusakan otak akibat konsumsi alkohol selama bertahun-tahun.
Sangatlah tidak etis menempatkan subyek penelitian dalam “kondisi” mengkonsumsi alkohol, apalagi sampai bertahun-tahun,
demi mendapatkan hasil penelitian yang diinginkan. Sebagai gantinya dijalankan metode kuasi-eksperimental, di mana
subyek yang diteliti memang sudah ada di dalam kondisi demikian di dalam kehidupan nyata.

Resiko metode ini adalah besarnya kemungkinan munculnya variabel tercampur-aduk yang tidak terkontrol. Dalam contoh di
atas, walau sudah dibentuk 2 kelompok yang memisahkan antara pengkonsumsi alkohol dan yang tidak, tak dapat dipastikan
bahwa tak terdapat faktor-faktor lain yang turut mempengaruhi tingkat kerusakan otak di dalam 2 kelompok tersebut.

Pengalaman menunjukkan, pengkonsumsi alkohol cenderung lebih rendah tingkat pendidikannya, lebih berisiko mengalami
cidera di kepala, lebih berisiko mengkonsumsi obat-obatan lainya, dan asupan gizinya cenderung lebih buruk. Semua faktor
ini dapat turut berperan, sebagai variabel tercampur-aduk. Dengan demikian, metode ini dapat membuktikan tingkat
kerusakan otak yang lebih tinggi pada pengkonsumsi alkohol, tapi tak dapat menunjukkan apa penyebabnya.
https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 5/11
4/7/2019
Baca juga: Psikologi Faal - Sejarah, Pengertian dan Kajiannya - DosenPsikologi.com
Psikologi Abnormal (https://dosenpsikologi.com/psikologi-abnormal)

3. Studi Kasus

Metode ini digunakan untuk meneliti satu kasus saja secara mendalam. Keuntungan metode ini adalah hasil yang lebih
mendalam yang dapat diperoleh darinya. Namun kekurangannya adalah: sulit menerapkan secara langsung hasil-hasil itu
pada kasus-kasus lainnya. Fungsi otak dan perilaku manusia itu berbeda yang satu dari yang lainnya, sehingga perlu kehati-
hatian menyikapi teori-teori dalam biopsikologi yang disimpulkan lewat beberapa studi kasus saja.

4. Riset Murni dan Terapan

Ditinjau dari sebutannya, riset murni pada dasarnya ditujukan untuk sekadar “memenuhi rasa ingin tahu” sang periset, atau
untuk menambah pengetahuan, sedang riset murni lebih ditujukan untuk memberi manfaat praktis bagi kemanusiaan. Namun
tidak selamanya semua riset dapat digolongkan dengan tajam ke dalam salah satu dari kedua tipe ini, karena ada banyak
program penelitian yang menggunakan pendekatan dari kedua tipe riset tersebut.

Baca juga: psikologi konseling (https://dosenpsikologi.com/psikologi-konseling)

Kajian 2 : Fisiologi
Fisiologi (atau disebut juga ilmu faal) merupakan suatu ilmu tentang sistem penunjang kehidupan. Fisiologi sebagai bidang
ilmu yang cukup luas, terbagi lagi atas beberapa disiplin ilmu, yakni fisiologi hewan (termasuk di dalamnya manusia), fisiologi
tumbuhan, fisiologi sel, fisiologi mikrobial, fisiologi bakterial, dan fisiologi viral. Khusus fisiologi manusia, fokusnya adalah
pada sistem organ dan jaringan tubuh manusia, yang mencakup otak, jantung, sistem syaraf, sampai ke sistem sel.

Sel merupakan unit dasar kehidupan. Tubuh manusia dibentuk oleh sebanyak kurang lebih 100 bilyun sel, masing-masing
dengan satu atau lebih fungsinya yang khusus. Namun, semua sel memiliki beberapa kesamaan, di antaranya: semua sel
melepas energi melalui reaksi antara oksigen dengan karbohidrat, lemak dan protein; semua sel menjalankan mekanisme
penyerapan nutrisi dan pelepasan energi yang sama; dan (hampir) semua sel memiliki kemampuan reproduksi.

Sekitar 60% tubuh manusia terdiri dari cairan, dan sekitar dua pertiga dari cairan itu tersimpan di dalam sel (intracellular),
sedang sepertiganya berada di luarnya (extracellular).

Baca juga: Psikologi Sosial (https://dosenpsikologi.com/psikologi-sosial)

Tokoh-tokoh Penting dalam Fisiologi

Sebagai disiplin ilmu, fisiologi manusia sudah ada setidaknya sejak tahun 420 sM, yakni pada zaman Hipocrates, yang
dikenal sebagai Bapak Kedokteran. Teorinya yang terkenal menguraikan tentang Empat Unsur yang membentuk tubuh
manusia. Ketidakseimbangan antara Empat Unsur ini dalam tubuh seseorang akan menyebabkan orang itu menderita
gangguan temperamental dan juga penyakit.

Teori Hipokrates ini begitu berpengaruh, dipercaya dan dijadikan pedoman oleh para praktisi medis bukan saja di dunia
Yunani Kuno, tetapi juga Romawi Kuno, dan para cendekiawan di dunia Islam. Baru pada abad ke-19, dengan
berkembangnya ilmu kedokteran modern, teori ini mulai ditinggalkan.

https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 6/11
4/7/2019 Iklan
Psikologi Faal - Sejarah, Pengertian dan Kajiannya - DosenPsikologi.com

Pada tahun 1838, tampillah Matthias Schleiden dan Theodor Schwann dengan Teori Sel, yang menyatakan bahwa tubuh
manusia tersusun atas unit-unit yang sangat kecil yang dinamakan sel. Pada tahun 1854, Claude Bernard tampil dengan
konsep milieu interieur (lingkungan internal) yang kemudian dikembangkan oleh Walter B. Cannon pada tahun 1929 menjadi
konsep homeostasis, yaitu kemampuan tubuh untuk mengatur dan memelihara kestabilan sistem dalam tubuh itu beserta
proses-proses fisiologisnya.

Memasuki abad ke-20, para ahli biologi mulai mengembangkan studi mereka kepada fungsi-fungsi fisiologis pada organisme
di luar manusia. Dari sinilah muncul cabang-cabang baru fisiologi, seperti fisiologi komparatif dan ekofisiologi, yang
memunculkan nama-nama seperti Knut Schmidt-Nielsen dan George Bartholomew yang berperan penting dalam
mengembangkannya. Dari cabang-cabang baru yang muncul kemudian, yang paling mutakhir adalah fisiologi evolusi.

Baca juga: Psikologi Kepribadian (https://dosenpsikologi.com/psikologi-kepribadian)

Proses Kehidupan Psikis (Intensionalitan) dalam Psikologi Faal


Ada tiga aspek proses kehidupan psikis dalam psikologi faal, yakni:

1. Kognitif

Aspek ini bersifat persepsi, pemikiran, kreativitas, pemecahan masalah, dsb. Misalnya, Anda melihat sesuatu dan
menggambarkannya dengan jelas di pikiran (melihat ular, dsb), atau Anda melihat sesuatu tapi kemudian membayangkan
sesuatu yang lain, yang tidak sesuai kenyataanya (seperti melihat sesuatu yang dikira hantu).

2. Emosional

Aspek ini bersifat afektif, perasaan, emosi, yang menyertai pengenalan. Anda melihat atau mengalami sesuatu, lalu timbul
emosi-emosi tertentu. Misalnya, Anda melihat kecelakaan lalu-lintas, lalu timbul rasa ngeri. Atau Anda melihat suatu
pemandangan indah, lalu timbul rasa kagum akan kebesaran Tuhan.

3. Konatif

Aspek ini mencakup kehendak, nafsu, kemauan, karsa, dsb. Hal-hal ini mendorong seseorang pada suatu ‘tujuan’, dan itu
menjadi motivasi bagi dirinya untuk berbuat sesuatu. Pada seseorang yang sehat mentalnya, ketiga aspek ini akan berjalan
secara harmonis dan seimbang. Ketidakseimbangan atau ketidakharmonisan antara pikiran, perasaan, dan kehendak,
adalah gejala sakit mental. Misalnya, seseorang yang sudah memahami bahaya merokok bagi kesehatan, tapi masih saja
merokok.

Baca juga : Psikologi Pendidikan (https://dosenpsikologi.com/psikologi-pendidikan)

Sponsors Link

https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 7/11
4/7/2019 Psikologi Faal - Sejarah, Pengertian dan Kajiannya - DosenPsikologi.com

New space strategy 2019


Create the empire in which you
want to live. Start in 2 seconds

FB (https://www.facebook.com/sharer/sharer.php?u=https%3A%2F%2Fdosenpsikologi.com%2Fpsikologi-faal)

Twitter (https://twitter.com/intent/tweet?text=Psikologi%20Faal%20–
%20Sejarah,%20Pengertian%20dan%20Kajiannya&url=https%3A%2F%2Fdosenpsikologi.com%2Fpsikologi-
faal&via=DosenPsikologi.com)

WA (whatsapp://send?text=Psikologi%20Faal%20–%20Sejarah,%20Pengertian%20dan%20Kajiannya
https%3A%2F%2Fdosenpsikologi.com%2Fpsikologi-faal)

Line (http://line.me/R/msg/text/?text=Psikologi%20Faal%20–%20Sejarah,%20Pengertian%20dan%20Kajiannya
https%3A%2F%2Fdosenpsikologi.com%2Fpsikologi-faal)

Pinterest (https://pinterest.com/pin/create/button/?url=https%3A%2F%2Fdosenpsikologi.com%2Fpsikologi-
faal&media=&description=Psikologi%20Faal%20–%20Sejarah,%20Pengertian%20dan%20Kajiannya)

G+ (https://plus.google.com/share?url=https%3A%2F%2Fdosenpsikologi.com%2Fpsikologi-faal)

LinkedIn (https://www.linkedin.com/shareArticle?mini=true&url=https%3A%2F%2Fdosenpsikologi.com%2Fpsikologi-
faal&title=Psikologi%20Faal%20–%20Sejarah,%20Pengertian%20dan%20Kajiannya)

Biopsikologi (https://dosenpsikologi.com/tag/biopsikologi), cabang (https://dosenpsikologi.com/tag/cabang), Faal


(https://dosenpsikologi.com/tag/faal), Fisiologi (https://dosenpsikologi.com/tag/fisiologi), Ilmu Psikologi (https://dosenpsikologi.com/tag/ilmu-
psikologi), Psikologi (https://dosenpsikologi.com/tag/psikologi), Psikologi Faal (https://dosenpsikologi.com/tag/psikologi-faal)

https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 8/11
4/7/2019 Psikologi Faal - Sejarah, Pengertian dan Kajiannya - DosenPsikologi.com

RELATED POSTS

10 Bahaya 10 Bahaya Gangguan 10 Gangguan 14 Cara


Kecanduan Kecanduan Psikologis Pentingnya Perilaku Menerima T
Drama Korea Alkohol Penyebab ASI Eksklusif Mythomania Kritik
Menurut untuk Impotensi bagi (https://dosenpsikologi.com
Tentang Diri
Psikologi Kesehatan (https://dosenpsikologi.com/gangguan-
Psikologi Sendiri
(https://dosenpsikologi.com/bahaya-
Mental psikologis- Anak Dengan (
kecanduan- (https://dosenpsikologi.com/bahaya-
penyebab- (https://dosenpsikologi.com/pentingnya-
Tenang t
drama-korea- kecanduan- impotensi) asi-eksklusif- (https://dosen
menurut- alkohol- bagi- menerima-
psikologi) untuk- psikologi- kritik-
kesehatan- anak) tentang-diri-
mental) sendiri)

Oleh : Khanza Savitra (https://dosenpsikologi.com/author/khanza)

Kategori : Psikologi Faal (https://dosenpsikologi.com/dasar-ilmu-psikologi/psikologi-faal)

RECOMMENDED REC ENT

10 Bahaya Kecanduan Drama Korea Menurut Psikologi (https://dosenpsikologi.com/bahaya-kecanduan-drama-


korea-menurut-psikologi)
https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 9/11
4/7/2019 Psikologi Faal - Sejarah, Pengertian dan Kajiannya - DosenPsikologi.com
12 Bahaya Kecanduan Pornografi Menurut Psikologi (https://dosenpsikologi.com/bahaya-kecanduan-pornografi-
menurut-psikologi)

10 Bahaya Kecanduan Alkohol untuk Kesehatan Mental (https://dosenpsikologi.com/bahaya-kecanduan-alkohol-


untuk-kesehatan-mental)

10 Bahaya Anak Kecanduan You Tube Menurut Psikologi (https://dosenpsikologi.com/bahaya-anak-kecanduan-you-


tube-menurut-psikologi)

Gangguan Psikologis Penyebab Impotensi (https://dosenpsikologi.com/gangguan-psikologis-penyebab-impotensi)

10 Efek Psikologis dari Seringnya Melarang Anak (https://dosenpsikologi.com/efek-psikologis-dari-seringnya-


melarang-anak)

10 Pentingnya ASI Eksklusif bagi Psikologi Anak (https://dosenpsikologi.com/pentingnya-asi-eksklusif-bagi-


psikologi-anak)

Gangguan Psikogenik (https://dosenpsikologi.com/gangguan-psikogenik)

Gangguan Perilaku Eksibisionis (https://dosenpsikologi.com/eksibisionis)

Gangguan Perilaku Mythomania (https://dosenpsikologi.com/mythomania)

RECOMMENDED

Film Psikologi ini Patut kita tonton, gimana reviewnya ? yuk cek.

Review Film Keira - Genre Psikologi Tujuh Kepribadian Pert…


Pert…

Tentang Kami (https://dosenpsikologi.com/tentang-kami) | Hubungi Kami (https://dosenpsikologi.com/hubungi-kami)

Informasi di web ini hanya bersifat informasi dan tidak untuk menggantikan pendapat ahli atau profesional.
https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 10/11
4/7/2019
2017 © Copyright dosenpsikologi.com. All RightPsikologi
ReserveFaal - Sejarah,
World Wide Pengertian dan Kajiannya - DosenPsikologi.com
Ketentuan Layanan (https://dosenpsikologi.com/ketentuan-layanan) | Kebijakan Privasi (https://dosenpsikologi.com/kebijakan-privasi) | Disclaimer

(https://dosenpsikologi.com/disclaimer) | Cookies Term Of Use (https://dosenpsikologi.com/cookies-term-use) | Adchoices


(https://dosenpsikologi.com/adchoices)

https://dosenpsikologi.com/psikologi-faal 11/11

Anda mungkin juga menyukai