Anda di halaman 1dari 3

Nama : Safira Andriana

NIM : 0603518100
KODE ETIK

Profesionalisme Muslim
Pengertian profesionalisme adalah kompetensi untuk melaksanakan tugas dan fungsinya secara baik dan
benar. Mereka yang bekerja secara baik dan benar akan mendapatkan penghargaan, contohnya dalam
bentuk gaji.
Ajaran islam memberi tahukan kepada semua penganutnya untuk bekerja secara profesional dalam segala
hal. Berikut karakteristik ajaran islam:
1. Rabbaniyyah, yang berarti segala konsep, hukum, peraturan, nilai, dan prinsip islam bersumber
dari Allah SWT. Dan sebagai seorang muslim harus mengakuinya.
2. Insaniyyah, Agama islam diperuntukan untuk manusia, dan tidak ada yang bertentangan antara
islam dan jiwa manusia. Semua sudah diatur sesuai kesimbangannya.
3. Syumuliyah, Islam memperhatikan semua aspek kehidupan manusia. dan persoalan persoalan
tentang kehidupan manusia sudah tertera didalam Al-Qur’an.
4. Al-Waqi’iyyah, yang berarti realistis. Islam dapat diamalkan oleh semua manusia, meskipun
terdapat perbadaan antara manusia yang satu dengan yang lain. Dan islam juga tidak bertentangan
dengan realistas perkembangan zaman.
5. Al – Wasathiyah, umat islam memiliki keseimbangan antara kebutuhan jasmani dan rohani.
6. Al – Wudhuh, Islam memiliki konsep yang jelas, sehingga tidak membuat umatnya bingung
untuk memahami dan memgamalkannya.
7. Al – Jam’u Baina ats-Tsabat Wa al – Murunnah, Ajaran islam memiliki sifat yang permanent
(tidak bisa diganggu gugat) & fleksibel (sesuai dengan situasi dan kondisi).

Dasar Profesionalisme dalam islam


Terdapat tiga aspek:
1. Iman sebagai basis moral, sesorang yang beriman akan menganggap aktivitas sebagai ibadah, dan
lebih mengutamakan Allah SWT. Dari termotivasi dengan iman, sehingga merasa pekerjaan lebih
bermakna dan memiliki arti.
2. Islam sebagai ekspresi operasional, aspek ini sama seperti karakteristik islam yaitu Insyaniyyah
adalah islam tidak bertentangan dengan aktivitas manusia di dunia.
3. Ihsan sebagai kualitas operasional, mengartikan bahwa Allah melihat semua aktivitas, sehingga
harus berbuat dengan baik. 3 hal utama ihsan adalah melakukan pekerjaan dengan bersih, rapih
dalam pekerjaan, dan melakukan pekerjaan hingga selesai.
Ciri Profesional Profetik
‘’lakukan apa saja yang halal sebaik mungkin dan tidak menghentikannya kecuali diperoleh perintah
keharamannya’’
1. Kafa’ah (Mampu), kemampuan dalam suatu bidang pekerjaan yang dilakukan. Pengangkatan
jabatan harus dilakukan jika sesorang dianggap mampu dalam bidang terserbut. Islam
mengungkapan bahwa pengangkatan jabatan harus di dasari dengan keahlian di bidang tersebut,
jika tidak itu berarti mengkhianati amanat dan tentu saja berkhianat pula kepada Allah SWT.
2. Himmatul’amal (Semangat Kerja), Motivasi kerja yang membuat seseorang jadi semangat untuk
bekerja. Islam mengajarkan untuk selalu semangat yang tinggi, karena bekerja merupakan bagian
dari ibadah kepada Allah SWT.
3. Aufa bi al-‘uqud (Memegang Perjanjian), bekerja pasti memiliki hubungan dengan orang lain,
dan didalam suatu pekerjaan terdapat komitmen yang memiliki manfaat. Dalam islam ini juga
sebagai kewajiban beragama.
4. Ansharullah (Penolong), dalam islam Ilmu tanpa amal ibarat pohon tidak berbuah. Jika manusia
menolong sesama manusia sama saja seperti menolong agama Allah dan semakin membuat
manusia lebih kuat di lingkungannya.
5. Amanah, menjaga kepercayaan adalah amanah, dengan bersikap amanah orang akan berasa aman
dari pengkhianatan, kecurangan, dusta, dan ingkar janji.

Karakter yang harus dimiliki


Menurut Toto Tasmara (1995) ciri-ciri etos kerja pribadi muslim:
1. Memiliki jiwa pemimpin
2. Selalu berhitung dalam dimensi dunia dan ukhrowi
3. Menghargai waktu
4. Hemat dan efisien
5. Memiliki jiwa wiraswasta
6. Insting bertanding dan bersaing
7. Haus akan ilmu
8. Sehat dan bergizi
9. Ulet dan pantang menyerah
10. Berorientasi produktivitas
11. Memperkaya jaringan silaturahmi
12. Berbaik sangka kepada Allah

Akhlak islami dalam konseling


Berikut adalah pedoman kepribadian konselor yang islami:
 menjadi cerimanan bagi konseli
Konseli yang datang kepada konselor membawa harapan supaya masalahnya dapat dituntaskan.
Karena beberapa alasan pula konseli memiliki keyakinan bahwa konselor lebih arif, bijak, dan bisa
jadi rujukan penyelesaian masalahnya.
 Bersimpati dan berempati melampaui dimensi duniawai
Rasa iba yang dikembangkan oleh konselor adalah kasih sebatas bingkai profesi. Sedangkan sebagai
muslim konselor kita harus menjadikan semangat belas kasih yang ukhrowi sebagai bentuk bukti
iman mencintai saudaranya apabila sesama muslim dan perwujudan rahmatan lil ‘alamin
 Konseling sebagai awal keinginan bertobat
Kebanyakan konselor akan memberikan nasihat atau bimbingan yang sifatnya berbentuk humanis,
behavioris, eklektis, bahkan liberalis. Konselor muslim memberikan bimbingan yang sifatnya fikroh
islamiah dengan sesuai derajat kasus dan konteks konseli.
 Sikap menerima penghormatan
Konselor memiliki kewajiban untuk menjawab salam sesuai dengan salam sapaan oleh konseli,
bahkan boleh saja jika sapaannya lebih baik daripada konseli.

 Keberhasilan konseling adalah sesuatu yang baru dikehendaki


Ukuran kesuksesan konseling ada pada seberapa besar konseli yang merasakan kepuasan pelayanan.
Konselor muslim dapat menyikapi profesinya dengan keyakinan, bahwa keberhasilan konseling
adalah sesuatu yang belum pasti.

Mencegah kecenderungan negative dalam praktik psikologi


Hukum-hukum yang diterapkan dalam konseling dan hubungan terapetik agar terhidar dari
kecenderungan negative:
a) Ujub, membanggakan diri sendiri.
b) Takabur, sikap merendahkan orang lain dan merasa dirinya tidak memiliki kekurangan.
c) Riya, sikap pamer diri sediri kepada orang lain agar mendapatkan pujian.
d) Hasad (iri dengki), iri dengki pada keberhasilan orang lain.
e) Ghibah, membicarakan kekeburukan orang kepada orang lain.
f) Bakhil (Kikir), sifat tidak mau memberi kepada orang lain atau pelit.
g) Kadzab (Dusta), bohong agar mencari manfaat untuk diri sendiri.

Anda mungkin juga menyukai