Anda di halaman 1dari 13

EKLAMPSIA

1. DEFINISI
Istilah eklampsia berasal dari bahasa Yunani yang berarti “halilintar”. Kata tersebut
dipakai karena seolah-seolah gejala-gejala eklampsia timbul dengan tiba-tiba tanpa
didahului oleh tanda-tanda lain.
Eklampsia merupakan kelainan akut pada ibu hamil, saat persalinan atau masa nifas
ditandai dengan timbulnya kejang atau koma, dimana sebelumya sudah menunjukkan
gejala-gejala pre eklampsia (Hipertensi,oedema,proteinuria).
Eklampsia adalah suatu komplikasi kehamilan yang ditandai dengan peningkatan TD
(Sistole > 180 mmHg, Diastole > 110 mmHg), proteinuria, oedema, kejang dan/atau
penurunan kesadaran.
Eklampsia adalah suatu keadaan dimana didiagnosis ketika pre eklampsia memburuk
menjadi kejang (Helen Varney,2007).
Berdasarkan pengertian-pengertian diatas dapat disimpulkan bahwa eklampsia adalah
suatu keadaan dimana preeklampsia tidak dapat diatasi sehingga mengalami gangguan
yang lebih lanjut yaitu hipertensi, oedema, dan proteinuria serta kejang.

2. ETIOLOGI
Penyebab eklampsia secara pasti belum diketahui, tetapi banyak teori yang
menerangkan tentang sebab akibat dari penyakit ini, antara lain :
a. Teori Genetik
Eklampsia lebih sering ditemukan pada anak wanita dari ibu penderita pre
eklampsia.
b. Teori Imunologik
Kehamilan sebenarnya merupakan hal yang fisiologis. Janin yang merupakan
benda asing karena ada faktor dari suami secara imunologik dapat diterima dan
ditolak oleh ibu. Adaptasi dapat diterima oleh ibu bila janin dianggap bukian
benda asing dan rahim tidak dipengaruhi oleh sistem imunologi normal sehingga
penurunan atau kegagalan dalam adaptasi imunologik yang tidak terlalu kuat
sehingga konsepsi tetap berjalan.
c. Teori Iskhemia Regio Utero Palcental
Kejadian eklampsia pada kehamilan dimulai dengan iskhemia utero placenta
menimbulkan bahan vaso konstriktor yang bila memakai sirkulasi, menimbulkan
bahan vaso konstriksi ginjal. Keadaan ini mengakibatkan peningkatan produksi
renin angiotensin dan aldosteron. Renin angiotensin menimbulkan vasokonstriksi
general, termasuk oedema pada arteriol. Perubahan ini menimbulkan kekakuan
arterioral yang mengakibatkan sensitifitas terhadap angiotensin vasokonstriksi
selanjutnya akan mengakibatkan hipoksia kapiler dan peningkatan peremabilitas
pada membran glomerulus sehingga menyebabkan proteinuria dan oedema lebih
jauh.
d. Teori Radikal Bebas
Faktor yang dihasilkan oleh iskhemia placenta adalah radikal bebas. Radikal
bebas merupakan produk sampingan metabolisme oksigen yang sangat labil,
sangat reaktif dan berumur pendek. Pada eklampsia, sumber radikal bebas yang
utama adalah placenta karena placenta dalam pre eklampsia mengalami iskhemia.
Radikal bebas akan bekerja pada asam lemak tak jenuh yang banyak dijumpai
pada membran sel, sehingga radikal bebas merusak membran sel. Pada eklampsia
kadar lemak lebih tinggi daripada kehamilan normal, dan produksi radikal bebas
menjadi tidak terkendali karena kadar anti oksidan juga menurun.
e. Teori Kerusakan Endotel
Fungsi sel endotel adalah melancarkan sirkulasi darah, melindungi pembuluh
darah agar tidak banyak terjadi timbunan trombosit dan menghindari pengaruh
vasokonstriktor. Kerusakan endotel merupakan kelanjutan dari terbentuknya
radikal bebas yaitu peroksidae lemak asam jenuh. Pada eklmapsia diduga bahwa
sel tubuh yang rusak akibat adanya peroksidae lemak adalah sel endotel pembuluh
darah. Kerusakan endotel ini sangat spesifik dujumpai pada glomerulus ginjal
yaitu berupa “glomerulus endotheliosis”. Gambaran kerusakan endotel pada ginjal
yang sekarang dijadikan diagnosa pasti adanya pre eklampsia.
f. Teori Trombosit
Placenta pada kehamilan normal membentuk derivat prostaglandin dari asam
arakidonik secara seimbang yang aliran darah menuju janin. Iskhemia regio utero
placenta menimbulkan gangguan metabolisme yang menghasilkan radikal bebas
asam lemak tak jenuh dan jenuh. Keadaan iskhemia regio utero placenta yang
terjadi menurunkan pembentukan derivat prostaglandin (tromboksan dan
prostasiklin), tetapi kerusakan trombosit meningkatkan pengeluaran tromboksan
sehngga berbanding 7:1 dengan prostasiklin yang menyebabkan tekanan darah
meningkat dan terjadi kerusakan pembuluh darah karena gangguan sirkulasi.
g. Teori Diet Ibu Hamil
Kebutuhan kalsium ibu hamil 2-2½ gram per hari. Bila terjadi kekurangan
kalsium, kalsium ibu hamil akan digunakan untuk memnuhi kebutuhan janin,
kekurangan kalsium yang terlalu lama menyebabkan dikeluarkannya kalsium otot
sehingga menimbulkan kelemahan konstruksi otot jantung yang mengakibatkan
menurunnya strok volume sehinnga aliran darah menurun. Apabila kalsium
dikeluarkan dari otot pembuluh darah akan menyebabkan konstriksi sehingga
terjadi vasokonstriksi dan meningkatkan tekanan darah.

3. WOC EKLAMPSIA

4. MANIFESTASI KLINIS
Eklampsia terjadi pada kehamilan 20 minggu atau lebih, yaitu : kejang-kejang atau
koma. Kejang dalam eklampsia ada 4 tingkat, antara lain:
a. Tingkat awal atau aura (invasi)
Berlangsung selama 30-35 detik, mata terpaku dan terbuka tanpa melihat
(pandangan kosong), kelopak mata dan tangan bergetar, kepala diputar ke kanan
dan ke kiri
b. Stadium kejang tonik
Seluruh otot badan menjadi kaku, wajah kaku, tangan menggenggam dan kaki
membengkok ke dalam, pernafasan berhenti, muka mulai kelihatan sianosis, lidah
dapat tergigit, berlangsng kira-kira 20-30 detik.
c. Stadium kejang klonik
Semua oto berkontraksi dan berulang-ulang dalam waktu yang cepat, mulut
terbuka dan menutup, keluar ludah berbusa, dan lidah dapat tergigit. Mata
melotot, muka kelihatan kongesti dan sianosis. Setelah berlangsung 1-2 menit
kejang klonik berhenti dan penderita tidak sadar, menarik nafas seperti
mendengkur.
d. Stadium koma
Lamanya ketidaksadaran ini beberapa menit sampai berjam-jam. Kadang antara
kesadaran timbul serangan baru dan akhirnya penderita tetap dalam keadaan
koma.
5. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Pada umumnya diagnosa pre eklampsia didasarkan atas adanya 2 dari trias gejala
utama. Uji diagnostik yang dilakukan pada pre eklampsia adalah:
a. Uji Diagnostik Dasar
Pengukuran tekanan darah, analisis protein dalam urine, pemeriksaan oedema,
pengukuran tinggi fundus uteri dan pemeriksaan funduskopi.
b. Uji Laboratorium Dasar:
 Evaluasi hematologik (hematokrit, jumlah trombosit, morfologi eritrosit
pada sediaan hapus darah tepi)
 Pemeriksaan fungsi hati (billirubiin, protein serum, aspartat amino
transferase, dan lain-lain)
 Pemeriksaan fungsi ginjal (ureum dan kreatinin).
c. Uji Untuk Meramalkan Hipertensi
 Roll over test
Cara memriksa : penderita tidur miring ke kiri kemudian tensi diukur
diastolik. Kemudian tidur telentang, segera ukur tensi, ulangi 5 menit,
setelah itu bedakan diastole tidur miring dan telentang. Hasil pemeriksaan:
ROT (+) jika perbedaan >15 mmHg, ROT (-) jika perbedaan <15 mmHg.
 Pemberian infus angiotensin II
 Mean Arterial Pressure (MAP)
Tekanan Sistole + 2 Tekanan Diastole
3
Hasil (+) jika >85.

6. ALGORITMA

Bagan Penatalaksanaan Obstetrik Eklampsia menurut Safe Motherhood tahun


2000

Berlangsung selama 3
bulan kehamilan
ya
Pasien mengalami kejang
atau tidak sadar Dilatasi serviks lengkap
Eklampsia dan kepala di pelvis dan
tidak
a ekstraktor vakum tersedia
Riwayat kejang dalam 24 ya
jam terakhir ya tidak

Pasang ekstraktor vakum Rawat semi-prone

Lahirkan bayi secepat Bersihkan jalan nafas


mungkin
Obat-obatan anti-konvulsan
+ obat antihipertensi jika
tekanan darah diastoliknya
Obat-obatan anti- di atas 110 mmHg
konvulsan + obat
antihipertensi jika Rujuk ke Rumah Sakit
tekanan darah bersama perawat dan set
diastoliknya di atas 110 partus, oksigen, spatel
mmHg lidah, bengkok/baskom
7. PENATALAKSANAAN
Tujuan utama pengobatan eklampsia adalah mengehntikan berulangnya serangan
kejang dan mengakhiri kehamilan secepatnya dengan cara yang aman setelah keadaan
ibu mengizinkan.
Pertolongan yang diberikan jika timbul kejang ialah mempertahankan jalan
pernapasan bebas, menghindarkan tergigitnya lidah, pemberian oksigen dan menjaga
agar penderita tidak mengalami trauma. Untuk menjaga jangan sampai terjadi kejang
berulang dapat diberikan beberapa obat, misalnya:
 Sodium pentobal
Menghentikan kejang, diberikan secara intravena dengan dosis inisial
sebanyak 0,2-0,3 gram secara perlahan-lahan.
 Sulfas magnesicus
Mengurangi kepekatan saraf pusat pada hubungan neuromuscular tanpa
mempengaruhi bagian lain dari susunan saraf. Obat ini menyebabkan
vasodilatasi, menurunkan tekanan darah, meningkatkan diuresis, dan
menambah aliran darah ke uterus. Dosis inisial yang diberikan ialah 8gr dalam
larutan 40% secara Intra Muscular, selanjutnya tiap 6 jam 4gr dengan syarat
bahwa refleks patella masih positif, pernapasan 16x/menit atau lebih, diuresis
harus melebihi 600ml/hari. Selain Intra Muscular dapat diberikan secara
Intravena dengan dosis inisial yang diberikan adalah 4gr 40% MgSO4 dalam
larutan 10 ml intravena secara perlahan-lahan, diikuti 8gr IM dan selalu
disediakan kalsium gluakons 1gr dalam 10 ml sebagai antidotum.
 Lytic cocktail
Terdiri atas petidin 100 mg, klorpromazin 100 mg, dan prometazin 50 mg
dilarutkan dalam glukosa 5% 500ml dan diberikan secara infus intravena.
Jumlah tetesan disesuaikan dengan keadaan dan tensi penderita. Oleh karena
itu, tensi dan nadi diukur tiap 5 menit dalam waktu setengah jam pertama dan
bila keadaan sudah stabil, pengukuran dapat dijarangkan sesuai keadaan
penderita. Sebelum diberikan obat penenang yang cukup maka penderita
eklampsia harus dihindarkan dari semua rangsangan yang dapat menimbulkan
kejang seperti keributan, injeksi atau pemeriksaan dalam.
Sedangkan menurut Adi (2014) penatalaksanaan eklampsia adalah:

1) Tujuan
Memerlukan tindakan yang segera dengan tujuan berikut:
 Ketika eklampsia masih iminem, lakukanlah tindakan untuk mencegahnya
 Stabilisasi kondisi ibu
 Pengendalian serangan kejang
 Pengendalian hipertensi
 Melahirkan bayi
 Pencegahan serangan kejang berikutnya
2) Stabilisasi kondisi ibu
Langkah yang harus dilakukan:
 Memastikan patensi jalan napas
 Pemasangan infus
 Pemindahan pasien
 pemeriksaan
3) Obat-obatan
 Sedasi
 Monitoring MgSO4
 Obat alternatif
 Obat untuk hipertensi
 Antibiotik
 Monitoring janin
4) Melahirkan bayi.

8. DIAGNOSIS KEPERAWATAN
a. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan
nafas: sekresi tertahan
b. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme regulasi
c. Resiko cedera pada janin berhubungan dengan tidak adekuatnya perfusi darah
ke plasenta
9. INTERVENSI KEPERAWATAN
No. Diagnosa Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi
1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas NOC : 1. Airway Suction:
berhubungan dengan obstruksi jalan  Respiratory status : Ventilation  Pastikan kebutuhan oral/tracheal
nafas: sekresi tertahan ditandai  Respiratory status : Airway Patency sutioning
dengan: Kriteria Hasil:  Auskultasi suara nafas sebelum dan
DS: dispneu  Mendemonstrasikan batuk efektif dan sesudah suctioning
DO: suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis  Informasikan kepada klien dan
Suara nafas tambahan (ronchi) dan dispneu (mampu mengeluarkan keluarga tentang suctioning
Orthopneu sputum, mampu bernafas dengan mudah,  Berikan O2 dengan menggunakan nasal
Sianosis tidak ada pursed lips) untuk memfasilitasi suction nasotrakeal
Kesulitan berbicara  Menunjukkan jalan nafas yang paten  Monitor status oksigenasi pasien
Gelisah (klien tidak meraasa tercekik, irama dan  Hentikan suction dan berikan oksigen
Batuk tidak efektif atau tidak ada frekuensi nafas dalam rentang normal, apabila pasien menunjukkan
Perubahan frekuensi dan irama nafas tidak ada suara nafas abnormal) bradikardi, peningkatan saturasi O2,dll
 Mampu mengidentifikasi dan mencegah 2. Airway Mangement
faktor yang dapat menghambat jalan nafas  Buka jalan nafas, gunakan teknik chin
lift atau jaw thrust bila perlu
 Posisikan pasien untuk memaksimalkan
ventilasi
 Identifikasi pasien perlunya
pemasangan alat bantu jalan nafas
buatan
 Pasang mayo bila perlu
 Lakukan fisioterapi dada jika perlu
 Keluarkan sekret dengan batuk atau
suction
 Auskultasi suara nafas, catat adanya
suara tambahan
 Lakukan suction pada mayo
 Berikan bronkodilator bila perlu
 Berikan pelembab udara kassa basah
NaCl lembab
 Atur intake untuk cairan
mengoptimalkan keseimbangan
 Monitor respirasi dan status O2.
2. Kelebihan volume cairan Kelebihan volume cairan teratasi yang 1. Manajemen cairan dengan aktivitas:
berhubungan dengan gangguan dibuktikan dengan: a. Jaga intake/asupan yang akurat dan
mekanisme regulasi ditandai dengan: 1. Keseimbangan cairan dengan kriteria catat output
DS: hasil: b. Kaji lokasi dan luasnya edema
Pasien mengeluh adanya a. Intake dan output seimbang c. Monitor hasil laboratorium yang
pembengkakan pada kaki (edema), b. Turgor kulit elastis relevan dengan retensi cairan (pantau
jari tangan dan pada wajah terutama c. Berat badan stabil kadar protein dalam urine)
kelopak mata 2. Pengetahuan: Manajemen Hipertensi 2. Manajemen hipervolemia dengan
DO: a. Mengetahui efek terapeutik obat yang aktivitas:
TD > 140/90 mmHg diberikan a. Timbang berat badan tiap hari dengan
DJJ tidak terdengar b. Memiliki pengetahuan tentang waktu yang sama
Proteinuria pemantauan tekanan darah b. Monitor edema perifer
c. Pengetahuan tentang strategi c. Reposisi pasien dengan edema
mengelola stress dependen secara teratur
d. Mengetahui pentingnya mematuhi d. Tingkatkan intgritas kulit (mencegah
pengobatan gesekan, hindari kelembaban yang
berlebihan) pada pasien edema
dependen.
3. Resiko cedera pada janin NOC : NIC : Eelectronical fetal monitoring :
berhubungan dengan tidak Fetal status: antepartum Antepartum
adekuatnya perfusi darah ke plasenta Dengan indikator: a. Istirahatkan ibu
DJJ 120-160 b. Anjurkan ibu agar tidur miring ke kiri
Frekuensi perpindahan janin c. Periksa TTV ibu
Nonstress test d. Kaji status janin sebelumnya
e. Periksa TD Ibu dan DJJ sebelum
memulai monitor keadaan janin
f. Berikan informasi maternal tentang tes
antepartum : nonstress test
g. Beri obat hipertensi setelah kolaborasi
dengan dokter.

REFERENSI :

Heller, Luz. 1988. Gawat Darurat Ginekologi dan Obstetri. Jakrta : EGC
Safe Motherhood. 2001. Modul Eklampsia ̶ Materi Pendidikan Kebidanan. Jakarta: EGC.

Sukrisno, Adi. 2014. Instant Access Ilmu Kebidanan. Pamulang: Binarupa Aksara Publisher

Manuaba, I.B.G., LA. Chandranita Manuaba, dan I.B.G. Fajar Manuaba. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai