Anda di halaman 1dari 21

LAPORAN DISKUSI KELOMPOK CBS

SKENARIO IKGA 2 BLOK 8


“ Gigi-gigiku nanti tumbuhnya bagaimana ya? “

Kelompok G

KETUA : Mustika NIM : 165160107111016

SEKRETARIS : Devi Rahmawati NIM : 165160101111028

ANGGOTA : Sultanah Taufik Alkatiri NIM : 165160100111021

: Lyvia Christie NIM : 165160100111023

: Dwi Ervina Febrianti NIM : 165160101111006

: Masita NIM : 165160101111008

: Tsauri Qiami Laely NIM : 165160101111025

: Theresia Agatha NIM : 165160101111045

: Nurina Khansa Vashti NIM : 165160107111008

: Nadia Rafika NIM : 165160107111023

: Illyanda Fairuz Azzahra NIM : 165160107111025

CBL : Kamis, 17 Mei 2018


Pleno : Selasa, 22 Mei 2018
FASILITATOR : drg. Tubagus Agnizarridhlo

FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI


UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2018

1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa, karena
atas rahmat dan karunia-Nya sehingga laporan ini dapat diselesaikan. Kami ingin
menyampaikan ucapan terima kasih kepada drg. Tubagus Agnizarridhlo selaku
fasilitator sekaligus pembimbing dalam diskusi kelompok dan juga berbagai pihak
yang telah terlibat dalam pembuatan laporan ini. Menyadari bahwa di dalam laporan
ini terdapat kekurangan dan masih jauh dari kata sempurna, kami berharap adanya
kritik, saran, dan usulan demi perbaikan laporan yang telah kami buat di masa yang
akan datang. Semoga laporan diskusi kelompok ini dapat dipahami bagi pembaca.
Sekiranya laporan ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kata-kata yang
kurang berkenan. Kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan
di masa depan.

Malang, 19 Mei 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI

Cover ............................................................................................................... 1
Kata Pengantar ................................................................................................. 2
Daftar Isi .......................................................................................................... 3
I. Skenario .................................................................................................... 4
II. Problem Definition...................................................................................... 6
III. Brainstorming ............................................................................................ 6
Daftar Pustaka ................................................................................................21

3
ISI
I. SKENARIO
Seorang ibu membawa kedua anaknya, anak perempuan yang berusia 5 tahun dan
laki-laki yang berusia 10 tahun untuk periksa ke dokter gigi. Pemeriksaan pada anak
laki-laki menunjukkan maloklusi kelas III, dengan gigitan terbalik anterior dan
posterior, gigi berdesakan pada rahang atas, impaksi kaninus kanan dan kiri atas. Profil
cekung, dan pada masa gigi bercampur. Baik ayah maupun ibunya mempunyai profil
dan maloklusi yang serupa. Dokter gigi tersebut menjelaskan kepada ibunya bahwa :
gigi anaknya masih periode gigi bercampur sesuai dengan usianya. Dilihat dari
panoramiknya maka gigi anak tersebut komplit, tetapi gigi kaninus atasnya impaksi.
Anak tersebut mempunyai maloklusi skeletal kelas III kemungkinan karena faktor
heriditer dari orangtuanya, karenanya kemungkinan mandibulanya masih bisa
bertambah panjang dan memperparah gigitan silang anteriornya. Gigitan silang
posteriornya tidak akan terkoreksi dengan adanya pertumbuhan maksila, karena
pertumbuhan melebar maksila selesai paling awal. Dokter gigi tersebut
mengkonsultasikan anak tersebut ke dokter gigi spesialis ortodonti untuk mendapatkan
perawatan lebih lanjut. Anak kedua perempuan mengeluhkan gigi-gigi depannya
berlubang. Pemeriksaan menunjukkan gigi 51, 61, 62, dan 74 karies mencapai pulpa.
Gigi 16 dan 26 parsial erupsi, sedangkan gigi 36 dan 46 belum erupsi. Ibu khawatir gigi-
gigi anaknya tidak tumbuh karena banyak gigi yang berlubang parah. Dokter gigi
menjelaskan kondisi gigi-gigi anak tersebut.

Gambar 1. Foto Klinis pasien anak laki – laki

4
Gambar 2. Foto Panoramik & Sefalomteri pasien anak laki-laki

Pengukuran sefalometri : SNA = 78, SNB = 80, ANB = -2, U1 - SN = 110, L1 –


GoMe = 81

5
II. PROBLEM DEFINITION
Tugas :
1. Jelaskan tentang pola pertumbuhan dan perkembangan cranial vault dan
cranial base !
2. Jelaskan pola pertumbuhan dan perkembangan maksila arah vertikal, sagital
dan transversal !
3. Jelaskan pola pertumbuhan dan perkembangan mandibula arah vertikal,
sagital dan transversal, rotasi mandibular !
4. Waktu pertumbuhan maksila dan mandibula arah transversal, sagital,vertikal
dan percepatan pertumbuhan !
5. Jelaskan pertumbuhan jaringan lunak wajah !
6. Jelaskan tahap-tahap perkembangan gigi !
7. Jelaskan faktor – faktor yang mempengaruhi percepatan erupsi gigi !
8. Jelaskan faktor – fator yang mempengaruhi lambatnya erupsi gigi !
9. Jelaskan kronologi terbentuknya gigi sulung dan gigi permanen, mulai dari
tahap pembentukan jaringan kerasnya hingga akar tebentuk sempurna! (
Boleh dijelaskan dalam bentuk tabel )
10. Bagaimana mekanisme pergantian gigi sulung ke gigi permanen?

III. BRAINSTORMING

1. Pola pertumbuhan dan perkembangan cranial vault dan cranial


base
Cranial vault merupakan tulang yang mengelilingi permukaan atas dan luar
otak. Terdiri dari beberapa tulang pipih yaitu tulang frontalis, temporalis,
occipitalis dan parietalis. Berhubungan dengan pertumbuhan dan pelebaran
otak. Dibentuk dari intra membdanous bone formation (sekresi matriks tulang
dalam jaringan ikat) mayoritas pertumbuhannya terjadi pada sutura sutura
yang mengelilinginya.

Cranial base adalah dasar rongga otak yang memanjang dari foramen
seikum di anterior sampai basia di tulang ocipital di posterior. Basis cranial
merupakan perkembangan dari tulang rawan kondrokranium pada masa embrio
dan berubah menjadi tulang melewati osifikasi endokondral. Cranial base
merupakan dasar tulang di bawah otak yang memisahkan kranium dengan
muka. Terdiri dari tulang frontalis, etmoidalis, spenoidalis dan occipitalis.
Berbeda dengan ruang kranium, basis kranium awalnya berbentuk kartilago
kemudian bertransformasi menjadi tulang melalui osifikasi endokondral. Sisi
pertumbuhan yang paling penting pada basis cranium yaitu

6
1. Sikondrosis spenocipital : antara tuang spenoidalis dan ocipitalis
2. Sikondrosis interspenoid : antara kedua bagian tulang spenoid
3. Sikondrosis spenoetmoidal : antara tulang spenoidalis dan etmoidalis

pertumbuhan panjang, bentuknya dan sudut yang dibentuk oleh bagian anterior
dan posterior berpengaruh pada relasi maksila dan mandibula. Basis cranial yang
panjang berhubungan dengan relasi rahang kelas II sedangkan basis kranial
yang pendek berhubungan dengan relasi rahang kelas III

2. Pola pertumbuhan dan perkembangan maksila arah vertikal,


sagital dan transversal
Tulang maksila terhubung dengan beberapa diantaranya tulang
frontalis, zigomatik, dan sfenoid melalui sutura yang berisi jaringan ikat. Arah
sutura ini menyerong sehingga adanya pertumbuhan pada daerah sutura
menyebabkan maksila terdorong maju secara menyerong ke depan dan ke
bawah.
Maksila terhubung ke kranium dan basis kranium oleh sejumlah sutura. Yang
berbentuk oblik/miring dan kurang lebih paralel satu sama lain. Hal ini
memungkinkan reposisi maksila ke arah bawah dan depan sebagai akibat dari
pertumbuhan maksila. Proses remodelling pada maksila yang diakibatkan
deposisi dan resorpsi terlihat pada pertambahan ukuran, perubahan bentuk
tulang, serta perubahan hubungan fungsional.

Maksila tumbuh ke segala dimensi terutama adanya :


- Remodeling permukaan tulang
- Aposisi tulang pada sutura sekitar maksila
- Pergeseran secara pasif karena perubahan pada basis kranial.
Panjang maksila dalam jurusan vertikal bertambah karena
terbentuknya tulang alveolar yang menyangga gigi. Maksila yang bertambah
besar ukurannya menyebabkan rongga hidung juga bertambah besar
mencapai ukuran setengah ukuran dewasa pada usia kurang lebih 7 tahun.
Lengkung palatal bertambah dalam dengan adanya pertumbuhan prosesus
alveolaris.
Pertumbuhan maksila terjadi akibat :

 Deposisi tulang pada sutura-sutura disekitar maksila dan


menghubungkan maksila pada cranium dan cranial base
 Pergeseran pasif maksila dari artikulasinya dengan basis kranium

7
 Surface remodelling
 Pergeseran maksila kebawah diikuti dengan resorpsi tulang pada hidung
dan deposisi tulang pada palatum, sedangkan proc.alveolaris tumbuh
arah vertikal seiring dengan erupsinya gigi

Pola perkembangan maksila :

 Arah sagital dari translasinya maksila ke arah bawah dan mempengaruhi


pembentukan sutura-sutura.
 Arah vertikal pada maksila dari translasinya maksila ke arah depan yg
mempengaruhi proc.alveolaris dan posterior tuberositas maksilaris.
 Arah transversal di dapat dari pertumbuhan & perkembangan maksila yg
mempengaruhi lebar tengah wajah pada sutura palatina median

 Translasi dan deposisi maksila

3. Pola pertumbuhan dan perkembangan mandibula arah


vertikal, sagital dan transversal, rotasi mandibular
Terjadi karena :
● Pertumbuhan periosteal dan endochondral
● Terjadi pada kondilus dan bagian posterior ramus
Dalam pertumbuhannya mandibula mengalami translasi ke bawah dan
ke depan, dan tumbuh ke arah atas dan belakang

8
 Translasi dan deposisi mandibula

Mandibula tumbuh memanjang karena aposisi tulang baru pada bagian


posterior ramus, dan pengurangan tulang dari bagian anterior ramus
(vertikal). Arah pertumbuhan mandibula ke bawah dan ke depan.
Pertambahan panjang mandibula disebabkan adanya aposisi di sisi
posterior ramus dan terjadi resopsi di sisi anterior ramus.

● Pertumbuhan memanjang (sagital) terjadi karena aposisi periosteal


sepanjang pinggiran posterior ramus mandibula dan pengurangan tulang
pada bagian anteriornya
● Penambahan lebar (transversal) mandibula terjadi terutama karena
remodelling pada bagian posterior
● Rata rata pertumbuhan mandibula selesai ± 17 tahun pada perempuan
dan 2 tahun sesudahnya pada laki laki

ROTASI MANDIBULA SELAMA PERTUMBUHAN


Selain bergeser ke bawah dan ke depan, terjadi rotasi mandibula
selama pertumbuhan. Rotasi ini menunjukkan adanya ketidak
seimbangan pertumbuhan tinggi muka bagian anterior dan posterior.
 Bila pertumbuhan tinggi muka di bagian posterior lebih besar daripada
anterior => rotasi ke depan
 Bila pertumbuhan tinggi muka bagian anterior lebih besar daripada
posterior => rotasi ke belakang

9
Pertumbuhan dengan rotasi ke depan lebih umum daripada ke belakang.

Rotasi mandibula ke depan terjadi jika pertumbuhan wajah regio


posterior lebih banyak dari anterior.
Mengakibatkan :
● Sudut mandibula berkurang
● Tinggi muka anterior bawah berkurang
● Gigitan dalam

Rotasi mandibula ke belakang terjadi jika pertumbuhan wajah regio


anterior lebih banyak dari posterior.
Mengakibatkan :
● Sudut mandibula bertambah
● Tinggi muka anterior bawah bertambah
● Gigitan terbuka

4. Waktu pertumbuhan maksila dan mandibula arah transversal,


sagital,vertikal dan percepatan pertumbuhan
 Pertumbuhan transversal – sagital – vertikal
 Pertumbuhan transversal (melebar) hampir seluruhnya selesai sebelum
growth spurt.

10
 Pertumbuhan sagital (memanjang) : perempuan 14 – 15 tahun (2 – 3 tahun
setelah menstruasi pertama) dan laki-laki 17 – 18 tahun.
 Pertumbuhan vertikal berlangsung seumur hidup, mencapai ukuran dewasa
ketika: perempuan berumur belasan tahun dan laki-laki berumur 20
tahunan.
 Percepatan maksila dan mandibula:
- Growth spurt rahang kurang lebih sama dengan tinggi badan, meski
ada variasi
- Pada masa pubertas hampir bersamaan dengan percepatan
pertumbuhan tinggi badan; perempuan 12 tahun dan laki-laki 14 tahun
yang disebut prepubertal growth spurt.
- Pada perempuan dapat terjadi juvenille acceleration yg terjadi pada 1 –
2 tahun sebelum pubertas

Percepatan pertumbuhan ini mempunyai arti yang penting bagi ilmu


ortodonti dalam merencanakan perawatan untuk pasien karena dengan
memanfaatkan percepatan pertumbuhan perawatan ortodonti akan
mempunyai hasil lebih baik.

5. Pertumbuhan jaringan lunak wajah


Bibir :
 Tinggi bibir relatif pendek selama masa mixed dentition. Jarak bibir dalam
posisi istirahat berada pada posisi maksimal selama masa anak-anak dan
berkurang pada waktu remaja
 Ketebalan bibir mencapai ukuran maksimal pada waktu remaja dan
kemudian menipis
 Bentuk bibir bawah dapat menjadi pengarah insisiv bawah yang erupsi. Pada
pasien yang muka bagian anterior bawah yang pendek, bibir bawah dapat
mengarahkan insisiv atas yang sedang erupsi sehingga menjadikan
maloklusi kelas II divisi 2. Kadang-kadang bibir bawah mengarahkan insisiv
ke labial sehingga menjadikan maloklusi kelas II divisi 1.
Hidung :
 Pertumbuhan tulang hidung selesai sekitar usia 10 tahun, setelahnya
pertumbuhan hanya terjadi pada tulang rawan hidung dan jaringan
lunak. Akibatnya hidung lebih menonjol pada usia remaja terutama pada
laki-laki.
6. Tahap perkembangan gigi
Pertumbuhan dan Perkembangan Gigi Benih gigi mulai dibentuk sejak janin
berusia 7 minggu dan berasal dari lapisan ektodermal serta mesodermal.
Lapisan ektodermal berfungsi membentuk email dan odontoblast, sedangkan
mesodermal membentuk dentin, pulpa, semen, membran periodontal, dan

11
tulang alveolar. Pertumbuhan dan perkembangan gigi dibagi dalam tiga
tahap, yaitu perkembangan, kalsifikasi, dan erupsi.

 Tahap Perkembangan Gigi

Tahap perkembangan adalah sebagai berikut:

1. Inisiasi (bud stage)

Terbentuk dental lamina pada minggu ke-6 ectodermal epitel yang melapisi
konveks bagian atas perbatasan proses alveolar menjadi menebal dan terjadi
perkembangan di bagian mesoderm membentuk dental lamina. Karena
proses alveolar berbentuk U, lamina gigi juga berbentuk U

Inisiasi merupakan permulaan terbentuknya benih gigi dari epitel mulut. Sel-
sel tertentu pada lapisan basal dari epitel mulut berproliferasi lebih cepat
daripada sel sekitarnya. Hasilnya adalah lapisan epitel yang menebal di regio
bukal lengkung gigi dan meluas sampai seluruh bagian maksila dan
mandibula.

12
Gambar 1. Siklus hidup gigi. (A–D)Tahap perkembangan gigi. (A)Inisiasi
(bud stage), (B)Proliferasi (cap stage), (C)Histodiferensiasi,
Morfodiferensiasi (bell stage), (D)Aposisi dan dilanjut dengan tahap
kalsifikasi, (E)Sebelum erupsi, (F)Setelah erupsi, (G dan H) Atrisi, (I)
Resesi gingiva dan kehilangan jaringan pendukung sehingga terjadinya
eksfoliasi. Modified from Schour and Massler.

2. Proliferasi (cap stage)

Lapisan sel-sel mesenkim yang berada pada lapisan dalam mengalami proliferasi,
memadat, dan bervaskularisasi membentuk papila gigi yang kemudian membentuk
dentin dan pulpa pada tahap ini. Sel-sel mesenkim yang berada di sekeliling organ
gigi dan papila gigi memadat dan fibrous, disebut kantong gigi yang akan menjadi
sementum, membran periodontal, dan tulang alveolar.

13
Dimulai pada minggu ke-11 kehidupan IU. Masa neural mesenkim menginvasi tunas
gigi/enamel organ. Masing – masing tunas gigi berkembang pada laju yang berbeda
untuk membentuk 3 lapisan struktur epithel. Hasilnya, enamel organ menjadi
berbentuk tudung (topi/cap). Masa mesenkim yang menginvasi tunas gigi disebut
dental pappila yang nantinya akan membentuk dentin.

3. Histodiferensiasi (bell stage)

Terjadi diferensiasi seluler pada tahap ini. Sel-sel epitel email dalam (inner email
epithelium) menjadi semakin panjang dan silindris, disebut sebagai ameloblas yang
akan berdiferensiasi menjadi email dan sel-sel bagian tepi dari papila gigi menjadi
odontoblas yang akan berdiferensiasi menjadi dentin.

IV.

4. Morfodiferensiasi

Sel pembentuk gigi tersusun sedemikian rupa dan dipersiapkan untuk menghasilkan
bentuk dan ukuran gigi selanjutnya. Proses ini terjadi sebelum deposisi matriks
dimulai. Morfologi gigi dapat ditentukan bila epitel email bagian dalam tersusun
sedemikian rupa sehingga batas antara epitel email dan odontoblas merupakan
gambaran dentinoenamel junction yang akan terbentuk. Dentinoenamel junction
mempunyai sifat khusus yaitu bertindak sebagai pola pembentuk setiap macam gigi.

14
Terdapat deposit email dan matriks dentin pada daerah tempat sel-sel ameloblas
dan odontoblas yang akan menyempurnakan gigi sesuai dengan bentuk dan
ukurannya.

5. Aposisi

Terjadi pembentukan matriks keras gigi baik pada email, dentin, dan sementum.
Matriks email terbentuk dari sel-sel ameloblas yang bergerak ke arah tepi dan telah
terjadi proses kalsifikasi sekitar 25%-30%.

6. Tahap Kalsifikasi Gigi

Tahap kalsifikasi adalah suatu tahap pengendapan matriks dan garam-garam


kalsium. Kalsifikasi akan dimulai di dalam matriks yang sebelumnya telah mengalami
deposisi dengan jalan presipitasi dari satu bagian ke bagian lainnya dengan
penambahan lapis demi lapis. Gangguan pada tahap ini dapat menyebabkan
kelainan pada kekerasan gigi seperti Hipokalsifikasi. Tahap ini tidak sama pada
setiap individu, dipengaruhi oleh faktor genetik atau keturunan sehingga
mempengaruhi pola kalsifikasi, bentuk mahkota dan komposisi mineralisasi.

7. Faktor yang mempengaruhi percepatan erupsi gigi


 waktu erupsi gigi dipengaruhi oleh perkembangan tulang dan gigi, berat badan
dan tinggi badan, jenis kelamin, ekstraksi gigi, maloklusi (Sassouni, 1971)
 faktor lokal yang mempercepat erupsi gigi yaitu tumor, radang dan gigi-geligi
sebagai penyebab (Scruus, 1982)
 faktor sistemik yang dapat mempercepat erupsi gigi ialah, hiperfungsi dari
kelenjar endokrin seperti glandula hypophyse, glandula thyreodea, dan
glandula adrenal (Mokhtar, 1983)
 Neonatal teeth, adanya erupsi gigi pada bayi usia 0-2 minggu
 Adanya peningkatan hormon endokrin yang berlebihan
 Nutrisi seperti Ca, P, F, dan vitamin dalam diet
 Faktor lingkungan : Keadaan sosioekonomi keluarga , Anakanak dengan latar
belakang sosioekonomi yang lebih tinggi, kemunculan giginya lebih cepat
dibandingkan anak-anak dengan latar belakang sosioekonomi yang kurang
 Tingkat resorpsi akar gigi sulung

8. Fator yang mempengaruhi lambatnya erupsi gigi


 Kelainan kromosom : down syndrome, turner syndrom

15
 Trauma dan kematian pulpa
 Kista dentigerus
 faktor lokal yang dapat memperlambat erupsi gigi ialah, pembengkokan akar
abnormal, ankilosis, fusi, hiperodonsia, kehilangan prematur elemen-elemen
sulung, trauma gigi sulung dan letak benih yang salah (Seruus, 1982).
 faktor sistemik yang memperlambat erupsi gigi ialah, hipofungsi dari kelenjar
endokrin, malnutrisi, penyakit-penyakit seperti rachitis, syphilis, dan TBe tulang.
 Selain itu erupsi gigi dapat dipengaruhi oleh faktor-faktor, keturunan,
malnutrisi, hipofungsi atau hyperfungsi kelenjar endokrin dan persistensi gigi
sulung ( Davis, 1981 ~ Stewart, 1982)

9. Kronologi terbentuknya gigi sulung dan gigi permanen

16
10. Mekanisme pergantian gigi sulung ke gigi permanen
Tahap Erupsi

Erupsi merupakan istilah yang berasal dari bahasa Latin erumpere,


yang berarti menetaskan. Erupsi gigi adalah suatu proses pergeraka gigi
secara aksial yang dimulai dari tempat perkembangan gigi di dalam tulang
alveolar sampai akhirnya mencapai posisi fungsional di dalam rongga mulut.
Erupsi gigi merupakan suatu proses yang berkesinambungan dimulai dari
tahap pembentukkan gigi sampai gigi muncul ke rongga mulut. Menurut Lew
(1997, cit Primasari A, 1992), gigi dinyatakan erupsi jika mahkota telah
menembus gingiva dan tidak melebihi 3 mm di atas gingiva level dihitung
dari tonjol gigi atau dari tepi insisal.

Gerakan dalam proses erupsi gigi adalah ke arah vertikal selama


proses gigi berlangsung, gigi juga mengalami pergerakan miring, rotasi, dan
pergerakan ke arah mesial. Proses erupsi gigi permanen selain gigi molar
permanen, melibatkan gigi desidui, yaitu gigi desidui tanggal yang
digantikan oleh gigi permanen. Resorpsi tulang dan akar gigi desidui
mengawali pergantian gigi desidui oleh gigi permanennya. Resoprsi akar gigi
desidui dimulai di bagian akar gigi desidui yang paling dekat dengan benih
gigi permanen. Tahap awal erupsi gigi permanen akan menghasilkan

17
tekanan erupsi yang akan menyebabkan resorpsi akar gigi desidui. Namun,
folikel gigi dan retikulum stelata yang merupakan bagian dari komponen gigi
juga berperan dalam resorpsi akar gigi desidui.

Gambar 1 : Skema proses molekuler dan seluler saat

Inisiasi proses resorpsi akar gigi sulung

Pertumbuhan Tunas gigi permanen mendorong gigi sulung dari


bawah. Oleh karena gigi permanen tumbuh, akar gigi sulung atasnya diserap
oleh osteoklas. Erupsi gigi terjadi setelah formasi dan mineralisasi mahkota
terbentuk sempurna tetapi sebelum akar terbentuk sempurna. Pergerakan
gigi ke arah oklusal berhubungan dengan pertumbuhan jaringan ikat di
sekitar soket gigi. Proliferasi aktif dari ligamen periodontal akan
menghasilkan tekanan di sekitar kantung gigi yang mendorong gigi ke arah
oklusal. Tekanan erupsi pada tahap ini semakin bertambah seiring
meningkatnya permeabilitas vaskular di sekitar ligamen periodontal yang
memicu keluarnya cairan secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi
penumpukkan cairan di sekitar ligamen periodontal yang kemudian
menghasilkan tekanan erupsi.

18
Teori mekanisme erupsi gigi dapat dibagi dalam 2 kelompok, yaitu :

1. Gigi didorong atau didesak keluar sebagai hasil dari kekuatan yang
dihasilkan dari bawah dan disekitarnya, seperti pertumbuhan tulang
alveolar, akar, tekanan darah atau tekanan cairan dalam jaringan
(proliferasi).
2. Gigi mungkin keluar sebagai hasil dari tarikan jaringan penghubung di
sekitar ligamen periodontal. Pergerakan gigi ke arah oklusal berhubungan
dengan pertumbuhan jaringan ikat di sekitar soket gigi. Proliferasi aktif dari
ligamen periodontal akan menghasilkan tekanan di sekitar kantung gigi yang
mendorong gigi ke arah oklusal. Tekanan erupsi pada tahap ini semakin
bertambah seiring meningkatnya permeabilitas vaskular di Universitas
Sumatera Utarasekitar ligamen periodontal yang memicu keluarnya cairan
secara difus dari dinding vaskular sehingga terjadi penumpukkan cairan di
sekitar ligamen periodontal yang kemudian menghasilkan tekanan erupsi.
Faktor lain yang juga berperan dalam menggerakkan gigi ke arah oklusal
pada tahap ini adalah perpanjangan dari pulpa, di mana pulpa yang sedang
berkembang pesat ke arah apikal dapat menghasilkan kekuatan untuk
mendorong mahkota ke arah oklusal.

19
Tahap Fungsional/Tahap Oklusal

Tahap ini dimulai sejak gigi difungsikan dan berakhir ketika gigi
telah tanggal dan berlangsung bertahun-tahun. Selama tahap ini gigi
bergerak ke arah oklusal, mesial, dan proksimal. Pergerakan gigi pada tahap
ini bertujuan untuk mengimbangi kehilangan substansi gigi yang terpakai
selama berfungsi sehingga oklusi dan titik kontak proksimal dipertahankan.
Pada tahap ini, tulang alveolar masih mengalami pertumbuhan terutama
pada bagian soket gigi sebelah distal. Demikian halnya dengan sementum
pada akar gigi yang menimbulkan interpretasi bahwa bergeraknya gigi ke
arah oklusal dan proksimal pada tahap ini berhubungan dengan
pertumbuhan tulang alveolar dan sementum. Interpretasi ini tidak benar,
pertumbuhan tulang alveolar dan sementum bukanlah penyebab
bergeraknya gigi tetapi pertumbuhan tulang alveolar dan sementum yang
terjadi merupakan hasil dari pergerakan gigi. Pergerakan gigi pada tahap
fungsional sama dengan pada tahap prafungsional, tetapi proliferasi ligamen
periodontal berjalan lambat.

20
DAFTAR PUSTAKA

Avery, James. 2006. Essentials of Oral Histology and Embryology 2nd edition. London:
Elsevier Mosby.

Almonaitiene, R., Balciuniene, I., et al. 2010. Factors Influencing Permanent Teeth
Eruption: Part One-General Factor. Baltic Dental and Maxillofacial Journal, 12 (3):
67-72.

Moyers, R. E. Handbook of Orthodontics. Chicago: Year Book Medical Publisher. p. 111-


121, 2001

Vieira-Andrade,et al. Inflammatory Root Resorptionin Primary Molars : Prevalence and


Associated Factors. Braz Oral Rez . 2012 Jul- Aug; 26(4):335-40

Profit WR, Fields HW & Sarver DM : Contemporary Orthodontics, 4th ed, Moeby Year
Book, St. Louis, 2007, 3-22.

Leslie P. Gartner, Hiatt James .L, 2014. Color Atlas and Text of Histology 6th ed.,
Philadelphia: Lippincott Williams & Wilkins.

21

Anda mungkin juga menyukai