Anda di halaman 1dari 25

1

CASE PRESENTASION SESSION

Nama : An. Reyhan Putra Taufano


Umur : 8 tahun
Tanggal Pemeriksaan : 17 Mei 2018
Alamat : Yon Arhanud RI 3
Pekerjaan : pelajar

Keluhan utama : gatal pada telinga kanan


Anamnesis Khusus :
Pasien mengeluhkan gatal pada telinga kanan sejak 3 minggu yang lalu,
keluhan seperti ini pernah terjadi sekitar 3-4 bulan yang lalu. Keluhan gatal pada
telinga kanan berlangsung secara terus menerus sehingga aktivitas pasien
terganggu dan menjadi sulit tidur karena sering terbangun pada malam hari. Selain
keluhan gatal pada telinga kanan yang dirasakan pasien, pasien juga mengeluhkan
rasa tidak nyaman pada telinga kanannya seperti rasa penuh pada telinga.
Terkadang pasien merasakan nyeri pada telinga kanannya, dan adanya penurunan
pendengaran diakui oleh pasien. Pasien sering memegang telinga kanannya dan
merasakan seperti adanya cairan di dalamnya.
Riwayat kemasukkan benda asing ke dalam telinga disangkal pasien,
Adanya rasa nyeri yang hebat pada telinga disangkal. Adanya benjolan pada
sekitar telinga dan terdapatnya cairan/sekret yang berbau disangkal pasien. Pasien
juga menyangkal adanya lesi kulit yang berair di daerah muka sekitar liang
telinga, dan lumpuhnya sebagian otot wajah disangkal oleh pasien. Keluarnya
cairan yang berbau, rasa nyeri pada telinga, dan pusing berputar disangkal oleh
pasien. Menurut pasien ia tidak mengalami telinga berdenging, sakit kepala atau
batuk pilek, serta nyeri menelan saat ini.
Pasien mengaku jika dirinya sering mengorek telinganya dengan
menggunakan cutton bud dan terkadan mengorek telinganya menggunakan jari
tangan. Pasien sering mengikuti aktivitas berenang yang diadakan sekolahnya
setiap 1-2 kali per bulan.
2

Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Pasien belum pernah menjalani


operasi pada telinga, ataupun hidung dan tenggorokan pasien. Pasien tidak
menderita darah tinggi, kencing manis. Pasien tidak memiliki riwayat alergi
makanan, obat-obatan, tidak pernah mengalami bersin bersin di pagi hari atau saat
terkena debu. Tidak ada riwayat alergi dan keluhan serupa di keluarga.

Status Generalis :
Keadaan Umum :
Kesadaran : Compos Mentis, Kesan Sakit : Sakit Ringan
Tanda Vital : Tekanan Darah : -
Nadi : 112 x/menit r.e.i.c
Respirasi : 25 x/menit
Suhu : 36,7oC
Status Lokalis :
ADS :
Bagian Kelainan Auris Dextra Auris Sinistra
Preaurikular Fistula Tidak ada Tidak ada
Kista Brakhialis Tidak ada Tidak ada
Tragus Assesorius Tidak ada Tidak ada
Abses kista brakhialis Tidak ada Tidak ada
Parotitis Tidak ada Tidak ada
Tumor parotis Tidak ada Tidak ada
Hematom Tidak ada Tidak ada
Laserasi Tidak ada Tidak ada
Tidak ada Tidak ada
Aurikular Mikrotia Tidak ada Tidak ada
Makrotia Tidak ada Tidak ada
Anotia Tidak ada Tidak ada
Perikondritis Tidak ada Tidak ada
Melanoma Tidak ada Tidak ada
3

Basal cell carcinoma Tidak ada Tidak ada


Hematom aurikula Tidak ada Tidak ada
Retroaurikular Abses subkutan Tidak ada Tidak ada
Mastoiditis Tidak ada Tidak ada
Battle sign Tidak ada Tidak ada
Otoskopi CAE hiperemis Tenang
Serumen Tidak ada Tidak ada
Sekret Sekret putih Tidak ada
Massa Edema (+) Tidak ada
Membran Intak/perforasi Intak Intak
timpani Refleks cahaya (+) arah jam 5 (+) arah jam 7

Gambar membran timpani :

AD AS

AD AS
Tes suara Jarak 1 m: mendengar normal Jarak 1 m: mendengar bisikan
Tes Rinne negatif Positif
Tes Weber Lateralisasi ke telinga yang sakit
Tes Swabach memanjang Sama dengan pemeriksa
Kesan Tuli konduktif ringan auris dektra

Hidung luar
Bentuk Simetris
4

Deformitas -
Krepitasi -
Inflamasi -

Cavum nasi :
Dextra Sinistra
Vestibulum Nasi Tenang Tenang
Mukosa cavum nasi Tenang Tenang
Sekret - -
Massa/benda asing - -
Konka inferior Eutrofi Eutrofi
Konka Media Eutrofi Eutrofi
Septum Deviasi (-)
Pasase udara (+) (+)

Gambar rinoskopi anterior

Transiluminasi :
4 4
4 4

Pemeriksaan Orofaring
Mulut Trismus (-)
Mukosa Tenang
5

Lidah Atrofi (-)


Palatum durum Tidak ada kelainan
Gigi geligi 7654321 1234567
7654321 1234567
Uvula Simetris, normal
Halitosis Tidak ada
Tonsil Mukosa Tenang
Besar T1-T1
Kripta Tidak melebar/tidak
melebar
Detritus Tidak ada/tidak ada
Faring Mukosa Tenang
Granula -
Post nasal drip -
Refleks muntah +

Rinoskopi Posterior Sekret (-)


Koana Terbuka/ terbuka
Muara Tuba Eustachius Terbuka/ terbuka
Torus Tubarius Tenang/ tenang
Fossa Rosenmuller Tenang/ tenang

Laringoskopi Indirek
Laring Epiglotis Tenang, massa (-)
Kartilago arytenoid Tenang/ tenang
Plica aryepiglotica Tenang/ tenang
Plica vokalis Simetris, massa -/-,
tenang/ tenang
Rima glotis terbuka
Cincin trakea di tengah
6

Pemeriksaan Maksilofasial
Bentuk : Simetris
Parese Nervus Cranialis : Tidak ada

Sinus paranasal
Sinus Frontalis : Nyeri tekan -/-, Nyeri ketok -/-
Sinus maksilaris : Nyeri tekan -/-, Nyeri ketok -/-
Sinus Ethmoidalis : Nyeri tekan -/-, Nyeri ketok -/-
Allergic salute (-), allergic crease (-), allergic shinner (-/-)

Leher
KGB : Tidak teraba
Massa : Tidak ada

RESUME

KU: gatal pada telinga kanan


Pasien anak laki-laki usia 8 tahun mengeluh telinga kanan terada gatal sejak
3 minggu yang lalu. Keluhan seperti ini pernah terjadi sekitar 3-4 bulan yang lalu.
telinga kanan pasien terasa gatal terus menerus sehingga mengganggu tidur
pasien. Keluhan telinga gatal juga disertai dengan adanya rasa penuhpada telinga
kanan, kadang terarsa nyeri dan penurunan pendengaran. Pasien sering mengorek
telinga kanannya dengan cutton bud dan adanya riwayat aktivitas berenang
sebelumnya. Pasien belum pernah mengobati keluhannya sebelumnya. Riwayat
7

adanya rasa nyeri yang hebat dan adanya benjolan di sekitar telinga (-). Riwayat
telinga berdenging, demam, batuk, pilek, nyeri menelan saat ini (-), riwayat
operasi pada telingam hidung, dan tenggorokan (-). Riwayat hipertensi (-),
kencing manis (-), riwayat alergi (-), riwayat keluhan serupa dan alergi pada
keluarga (-).

Status Generalis : Dalam batas normal


Status Lokalis :
CAE : Mukosa hiperemis/ tenang
Sekret putih/ -
Serumen -/-
Edema +/-
Membran timpani : Intak /intak
Reflex cahaya +/+

Diagnosis Banding :
1. Otomikosis Auris Dekstra
2. Otitis eksterna difus Auris Dekstra

Pemeriksaan Penunjang : Swab sekret telinga dan KOH 10%


Audiometri

Diagnosis Kerja : Otomikosis Auris Dekstra


8

CASE OVERVIEW
Anamnesis Analisis
Anak laki-laki usia 8 tahun Identitas pasien

KU: DD/ Otomikosis, otitis eksterna e.c


Gatal pada telinga kanan fungi

keluhan seperti ini pernah terjadi sekitar 3-4 Adanya riwayat keluhan gatal pada
bulan yang lalu. telinga sebelumnya

Keluhan gatal pada telinga kanan Infeksi jamur di liang telinga


berlangsung secara terus menerus sehingga
aktivitas pasien terganggu dan menjadi sulit
tidur karena sering terbangun pada malam
hari.
Selain keluhan gatal pada telinga kanan yang Gejala yang umumnya ditemukan
dirasakan pasien, pasien juga mengeluhkan pada otomikosis.
rasa tidak nyaman pada telinga kanannya Cairan  adanya sekret berwarna
seperti rasa penuh pada telinga. Terkadang putih di CAE
pasien merasakan nyeri pada telinga
kanannya, dan adanya penurunan
pendengaran diakui oleh pasien. Pasien sering
memegang telinga kanannya dan merasakan
seperti adanya cairan di dalamnya.
Riwayat kemasukkan benda asing ke Singkirkan DD otitis eksterna
dalam telinga disangkal pasien. akibat adanya benda asing di liang
telinga.
9

Adanya rasa nyeri yang hebat pada telinga Singkirkan DD otitis eksterna
disangkal. Adanya benjolan pada sekitar difusa
telinga dan terdapatnya cairan/sekret yang
berbau disangkal pasien.
Pasien juga menyangkal adanya lesi kulit Singkirkan DD herpes zoster otikus
yang berair di daerah muka sekitar liang
telinga, dan lumpuhnya sebagian otot wajah
disangkal oleh pasien.
Keluarnya cairan yang berbau, rasa nyeri Singkirkan DD infeksi jamur yang
pada telinga, dan pusing berputar disangkal dapat berkembang pada otitis media
oleh pasien. supuratif kronik
Menurut pasien ia tidak mengalami telinga Singkirkan DD OMA
berdenging, sakit kepala atau batuk pilek,
serta nyeri menelan saat ini.

Pasien mengaku jika dirinya sering mengorek Faktor predisposisi otomikosis 


telinganya dengan menggunakan cutton bud trauma local  memudahkan
dan terkadang mengorek telinganya infeksi, pertumbuhan dan
menggunakan jari tangan. proliferasi jamur.

Pasien sering mengikuti aktivitas berenang Faktor predisposisi otomikosis 


yang diadakan sekolahnya setiap 1-2 kali per kelembaban tinggi  memudahkan
bulan. pertumbuhan & proliferasi jamur
dalam liang telinga
Pasien belum pernah berobat sebelumnya. Riwayat pengobatan

Pasien belum pernah menjalani operasi pada Tidak ada Riwayat operasi
telinga, ataupun hidung dan tenggorokan
pasien.
10

Pasien tidak menderita darah tinggi, kencing Riwayat penyakit


manis.

Pasien tidak memiliki riwayat alergi Tidak ada riwayat alergi


makanan, obat-obatan, tidak pernah
mengalami bersin bersin di pagi hari atau saat
terkena debu.
Tidak ada riwayat alergi dan keluhan serupa Riwayat atopi di keluarga
di keluarga.

Pemeriksaan fisik Analisis


Status generalis Dalam batas normal

Status Lokalis: Tanda otomikosis


CAE: Mukosa hiperemis/ tenang, Sekret
putih/ -,Serumen -/-, Edema +/-
Membrane timpani: Intak /intak, Reflex Tanda otomikosis
cahaya +/+

Diagnosis Banding :
1. Otomikosis Auris Dekstra
2. Otitis eksterna difus Auris dekstra

Pemeriksaan Penunjang : swab sekret telinga dan KOH 10%


Audiometri

Diagnosis Kerja : Otomikosis Auris Dekstra


11

CONCEPT MAP

Basic Science Etiologi Faktor Risiko


- Anatomi dan fisiologi Infeksi Jamur: -Faktor sistemik
telinga luar - Aspergilus -Faktor lingkungan
- Mikrobiologi jamur - Pityrosporum

Patofisiologi
- Etiologi : Infeksi Jamur
- Sign & Symtom: Rasa gatal di liang telinga, tetapi
sering pula tanpa keluhan.
Faktor Risiko Infeksi Jamur  Gatal

Penatalaksanaan Komplikasi
- Nonfarmakologi : - Perforasi Membran Timpani
Pembersihan liang telinga - Otitis Media Serosa
- Farmakologi :
Obat anti jamur topikal

Prognosis
- Quo ad Vitam : Ad bonam
- Quo ad Functionam : Ad Bonam
- Qua ad Sanationam : Dubia ad Malam

BHP
- Medical indication - Quality of life
- Patient preference - Contextual Feature
12

BASIC SCIENCE
Anatomi dan Fisiologi Telinga Luar
Daun telinga terletak di kedua sisi kepala, merupakan lipatan kulit dengan
dasarnya terdiri dari tulang rawan yang juga ikut membentuk liang telinga bagian
luar. Hanya cuping telinga atau lobulus yang tidak mempunyai tulang rawan,
tetapi terdiri dari jaringan lemak dan jaringan fibros. 10,24,30 Permukaan lateral
daun telinga mempunyai tonjolan dan daerah yang datar.Tepi daun telinga yang
melengkung disebut heliks.Pada bagian postero-superiornya terdapat tonjolan
kecil yang disebut tuberkulum telinga (Darwin’tubercle). Pada bagian anterior
heliks terdapat lengkungan disebut anteheliks. Bagian superior anteheliks
membentuk dua buah krura antiheliks,dan bagian dikedua krura ini disebut fosa
triangulari. Di atas kedua krura ini terdapat fosa skafa. Di depan anteheliks
terdapat konka ,yang terdiri atas bagian yaitu simba konka ,yang merupakan
bagian antero superior konka yang ditutupi oleh krus heliks dan kavum konka
yang terletak dibawahnya berseberangan dengan konka dan terletak dibawah krus
heliks terdapat tonjolan kecil berbentuk segi tiga tumpulan yang disebut tragus.
Bagian diseberang tragus dan terletak pada batas bawah anteheliks disebut
antitragus. Tragus dan antitragus dipisahkan oleh celah intertragus. Lobulus
merupakan bagian daun yang terletak dibawah anteheliks yang tidak mempunyai
tulang rawan dan terdiri dari jaringan ikat dan jaringan lemak. Di permukaan
posterior daun telinga terdapat juga tonjolan dan cekungan yang namanya sesuai
dengan anatoni yang membentuknya yaitu sulkus heliks,sulkus krus heliks,fosa
antiheliks,eminensia konka dan eminensia skafa. Rangka tulang rawan daun
telinga dibentuk oleh lempengan fibrokartilago elastik. Tulang rawan tidak
terbentuk pada lobulus dan bagian daun telinga diantara krus heliks dan tulang
rawan daun telinga ini ditutupi oleh kulit dan hububungkan dengan sekitar nya
oleh ligametum dan otot-otot. Tulang rawan daun telinga berhubungan dengan
tulang rawan liang telinga melalui bagian yang disebut isthmus pada permukaan
posterior perlekatannya tidak terlalu erat karena ada lapisan lemak supdermis
yang tipis. Kulit daun telinga oleh rambut-rambut halus yang mempunyai kelenjar
sebasea pada akarnya. Kelenjar ini banyak terdapat dikonka dan fosa skafa.1,2,3
13

Liang telinga luar yang sering disebut meatus, merupakan suatu struktur
berbentuk “S“ yang panjang kira-kira 2,5 cm, membentang dari konka telinga
sampai membran timpani. Disebabkan kedudukan membran timpani miring
menyebabkan liang telinga bagian belakang atas lebih pendek kira-kira 6 mm dari
dinding anterior inferior. Bagian lateral liang telinga adalah tulang rawan meluas
kira-kira ½ panjang liang telinga. Bagian tulang rawan liang telinga luar sedikit
mengarah keatas dan kebelakang dan bagian sedikit kebawah dan kedepan.
Penarikan daun telinga kearah belakang atas luar, akan membuat liang telinga
cenderung lurus sehingga memungkinkan terlihatnya membran timpani pada
kebanyakan liang telinga. Dinding depan, dasar dan sebagian dinding belakang
dari liang telinga dibentuk oleh tulang rawan yang mana terbentuk penyempitan
depan bawah. Bagian superior dan posterior dibentuk oleh jaringan ikat padat
yang mana berlanjut dengan prosteum dari bagian tulang liang telinga. Liang
telinga bagian tulang rawan adalah sangat lentur dan fleksibel sebagian akibat
adanya dua atau tiga celah tegal lurus dari santrorini pada dinding tulang rawan.
Pada liang telinga bagian tulang ada bagian daerah cemb ungyang bervariasi dari
dinding anterior dan inferior tepat dimedial persambungan antara bagian tulang
dan disebut ishmus. Sesudah ishmus, dasar liang telinga menurun tajam bawah
dan kemudian menaik keatas kearah persambungan pinggir inferior anulus
timpanikus, membentuk lekukan yang disebut resensus tuimpanikus inferior sudut
yang dibentuk dinding anterior dengan membran timpani juga bermakna
kepentingan klinis dari resesus ini adalah dapat menjadi tempat penumpukan
keratin atau serumen yang mana dapat bertindak sebaga sumber infeksi. Dinding
anterior liang telinga kearah medial berdekatan dengan sendi temporomandibular
dan ke lateral dengan kelenjar parotis. Dinding inferior liang telinga juga
berhubungan erat dengan kelenjar parotis. Dehisensis pada liang telinga bagian
tulang rawan (fissure of Santorini) memungkinkan infeksi meluas dari liang
telinga luar kedalam parotis dan sebaiknya pada ujung medial dinding superior
liang telinga bagian tulang membentuk lempengan tulang berbentuk baji yang
disebut tepi timpani dari tulang temporal, yang mana memisahkan lumen liang
telinga dari epitimpani. Dinding superior liang telinga bagian tulang, disebelah
14

medial terpisah dari epitimpani oleh lempengan tulang baji kearah lateral suatu
lempengan tulang lebih tebal memisahkan liang telinga dari fossa krani medial.
Dinding posterior liang telinga bagian tulang terpisah dari sel udara mastoid oleh
suatu tulang tipis. Bentuk dari daun telinga dan liang telinga luar menyebabkan
benda asing serangga dan air sulit memasuki liang telinga bagian tulang dan
mencapai membran timpani orifisium dan liang telinga luar yang kecil dari
tumpang tindih antara tragus dan antitragus merupakan garis pertahanan pertama
terhadap kontaminasi dari liang telinga dan trauma membran timpani. Garis
pertahanan kedua dibentuk oleh tumpukan massa serumen yang menolak air, yang
mengisi sebagian liang telinga bagian tulang rawan tepat dimedial orifisium liang
telinga. Garis pertahanan ketiga rawan dan bagian tulang liang telinga, hal ini
sering lebih terbentuk oleh dinding liang telinga yang cembung. Penyempitan ini
membuat sulitnya serumen menumpuk atau benda asing memasuki lumen liang
telinga bagian tulang dan membran timpani.1,2,4

Gambar 1. Anatomi telinga luar

Liang telinga sebenarnya mempunyai lapisan kulit yang sama dengan lapisan
kulit pada bagian tubuh lainnya yaitu dilapisi epitel skuamosa. Kulit liang telinga
merupakan lanjutan kulit daun telinga dan kedalam meluas menjadi lapisan luar
15

membran timpani. Lapisan kulit liang telinga luar lebih tebal pada bagian tulanga
rawan dari pada bagian tulang. Pada liang telinga rulang rawan tebalnya 0,5 – 1
mm, terdiri dari lapisan empidermis dengan papillanya, dermis dan subkutan
merekat dengan perikondrium. Lapisan kulit liang telinga bagian tulang
mempunyai yang lebih tipis, tebalnya kira-kira 0,2 mm, tidak mengandung
papilla, melekat erat dengan periosteum tanpa lapisan subkutan, berlanjut menjadi
lapisan luar dari membran timpani dan menutupi sutura antara tulang timpani dan
tulang skuama kulit ini tidak mengandung kelenjar dan rambut. Epidermis dari
laing telinga bagian tulang rawan biasanya terdri dari 4 lapis yaitu sel basal,
skuamosa, sel granuler dan lapisan tanduk.2,4
Folikel rambut banyak terdapat pada 1/3 bagian luar liang telinga tetapi
pendek tersebar secara tidak teratur dan tidak begitu banyak pada 2/3 liang telinga
bagian tulang rawan. Pada liang telinga bagian tulang, rambut-rambutnya halus
dan kadang-kadang terdapat kelenjar pada dinding posterior dan superior.1,4
Kelenjar sebasea pada telinga berkembang baik pada daerah konka, ukuran
diameternya 0,5 -2,2 mm. Kelenjar ini banyak terdapat pada liang telinga luar
bagian tulang rawan, dimana kelenjar ini berhubungan dengan rambut. Pada
bagian luar liang telnga bagian tulang rawan, kelenjar sebasea menjadi lebh kecil,
berkurang jumlahnya dan lebih jarang atau tidak ada sama sekali pada kulit liang
telinga bagian tulang Kelenjar sebasea terletak secara berkelompok pada bagian
superficial kulit. Sekresi kelenjar ini merupakan sekresi berminyak, lalu
dieksresikan dalam kanalis folikularis dan keluar kepermukaan kulit. Kelenjar
apokrin terutama terletak pada dinding liang telinga superior dan inferior.kelenjar-
kelenjar ini terletak pada sepertiga tengah dan bawah dari kulit dan ukurannya
berkisar 0,5-2,0mm. seperti kelenjar sebasea ,kelenjar apokrin terbentuk dari local
dari pembungkus luar akar folikel rambut.kelenjar –kelenjar ini dapat dibagi
kedalam 3 bagian , yaitu bagian sekresi, saluran sekresi didalam kulit dan saluran
termilal atau komponen saluran epidermal. Apabila sampai dipermukaan
epidermis, sekret kelenjar ini sebagian masuk folikel rambut dan sebagian lagi
kepermukaan bebas liang telinga, secara perlahan-lahan akan mengering dan
berbentuk setengah padat dan berwarna menjadi lebih gelap.1,2,4
16

Vaskularisasi Telinga Luar


Arteri-arteri dari daun telinga dan liang telinga luar berasal dari cabang
temporal superfisial dan aurikular posterior dari arteri karotis eksternal.
Permukaan anterior telinga dan bagian luar liang telinga didarahi oleh cabang
aurikular anterior dari arteri temporalis superfisial. Suatu cabang dari arteri
aurikular posterior mendarahi permukaan posterior telinga. Banyak dijumpai
anastomosis diantara cabang-cabang dari arteri ini. Pendarahan kebagian lebih
dalam dari liang telinga luar dan permukaan luar membrana timpani adalah oleh
cabang aurikular dalam arteri maksilaris interna. Vena telinga bagian anterior,
posterior dan bagian dalam umumnya bermuara ke vena jugularis eksterna dan
vena mastoid. Akan tetapi, beberapa vena telinga mengalir kedalam vena
temporalis superficial dan vena aurikularis posterior. Beberapa cabang yang lebih
kecil dari arteri-arteri dan vena-vena menembus jaringan ikat padat yang
menjembatani bagian yang kurang tulang rawannya. Sebagaian cabang lainnya
melewati fisura Santorini pada dinding tulang rawan anterior dan jaringan ikat
fibrosa yang mempersatukan tulang rawan dengan bagian tulang liang telinga.
Pembuluh-pembuluh ini kemudian bercabang dan beranastomisis pada selaput
membrane laing telinga dan membentuk jaringan vascular kutaneus dalam,
dibagian dalam perikondrium. Sejumlah besar cabang-cabang arteri menaik tegak
lurus ke papilla dermis ke dalam daerah cabang-cabang arteri dari lekukan kapiler.
Lekukan-lekukan ini mengalir kedalam pleksus venous dan selanjutnya kedalam
jaringan venosus diatas perikondrum. Satu arteriol tunggal mendarahi tubulus
sekretorius dan kebanyakan saluran kelenjar apokrin, selanjutnya memisahkan diri
menjadi kapiler yang sangat banyak, yang bergabung kedalam dua atau lebih
kumpalan vennula.1,2,3
Persarafan Telinga Luar
Persarafan telinga luar bervariasi berupa tumpang tindih antara saraf-saraf
kutaneus dan kranial. Cabang aurikular temporalis dari bagian ketiga saraf
trigeminus (N.V) mensarafi permukaan anterolateral permukaan telinga, dinding
anterior dan superior liang telinga dan sekmen depan membrana timpani.
Permukaan posteromedial daun telinga dan lobulus dipersarafin oleh pleksus
17

servikal saraf aurikularis mayor. Cabang aurikularis dari saraf fasialis (N.VII),
glosfaringeus (N.IX) dan vagus (N.X) menyebar kedaerah konka dan cabang-
cabang saraf ini mempersarafi dinding posterior dan inferior liang telinga dan
segmen posterior dan inferior membrana timpani.2

Gambar 2. Persarafan Telinga

Mikrobiologi
Mikrobiologi Aspergillus sp
Aspergillus sp adalah salah satu jenis mikroorganisme yang termasuk jamur
dan termasuk dalam mikroorganisme eukariotik. Secara mikroskopis, Aspergillus
sp dicirikan sebagai hifa bersepta dan bercabang, konidiofora muncul dari foot
cell (miselium yang bengkak dan berdinding tebal) membawa stigmata dan akan
tumbuh konidia yang membentuk rantai berwarna hijau, coklat, atau hitam.
Aspergillus sp secara makroskopis mempunyai hifa fertil yang muncul di
permukaan dan hifa vegetatif di bawah permukaan. Jamur tumbuh membentuk
18

koloni mold berserabut, cembung, serta koloni yang berwarna hijau kelabu, hijau
coklat, hitam, dan putih. warna koloni dipengaruhi oleh warna spora.5
Mikrobiologi Pityrosporum
Pityrosporum, atau dikenal juga dengan nama lain Malassezia fufur
merupakan jamur berbentuk coccal dengan dinding sel tebal dan multilaminar,
biasanya bersel satu tetapi dapat membentuk hifa ketika mereka menjadi patogen.
M. furfur membutuhkan asam lemak dari kulit manusia untuk bertahan hidup dan
juga sebagai sumber karbon. Asam lemak ini harus berupa asam lemak rantai
sedang atau panjang. Molekul penting yang diproduksi oleh Malassezia furfur
adalah triptofan aminotransferase, yang mengubah L-tryptophan menjadi
indolepyruvatedengan mentransfer gugus amino. Juga diproduksi Β-Glucosidase,
yang memungkinkan Malassezia furfur untuk membebaskan glukosa dengan
memecah selulosa. Ini memungkinkan M. furfur untuk menghancurkan dinding
sel mikroorganisme lain pada sel-sel kulit yang membunuh organisme. M. furfur
memproduksi berbagai molekul sitokin, kemokin, dan adhesi. Sitokinin
membantu mengatur respon inflamasi dari inang, kemokin membantu pergerakan
sel langsung, dan molekul adhesi membantu Malassezia furfur menempel pada
lapisan epitel.5
19

PATOFISILOGI

Faktor lingkungan
Kebiasaan perubahan cuaca Infeksi telinga
Berenang
mengorek telinga panas kronik

Serumen << , suasana


Suasana telinga
telinga dari asam
lembab
menjadi basa

Memudahkan pertumbuhan jamur

Invasi Jamur dalam CAE

Menumpuk,
menutupi CAE Respon Inflamasi

Pertumnbuhan >> Penurunan


menekan MT pendengaran Pengeluaran sitokin

Perforasi
Histamin
Vasodilatasi

Gatal
Edema

Nyeri Penekanan syaraf sekitar


20

FAKTOR RISIKO
Faktor risiko terjadinya otomikosis meliputi:5
- Lingkungan lembab dan panas
- Kebiasaan mengorek telinga
- Berenang karena masuknya air ke telinga terus menerus dapat
menciptakan suasana lembab dalam telinga
- Otomikosis sering dijumpai pada penderita yang menjalani operasi
mastoid rongga terbuka dan orang yang memakai alat bantu dengar

GEJALA KLINIS
Gejala yang muncul pada otomikosis umumnya berupa rasa gatal, rasa penuh
di telinga atau bahkan tanpa gejala. Sedangkan tanda yang ditemukan pada
otomikosis berupa Pada pemeriksaan liang telinga, tampak massa putih keabu-
abuan, menyempit, lapisan seperti kertas basah berbintik-bintik mengisi liang
telinga. Konidiofor dari infeksi aspergilus niger akan tampak sebagai bintik-
bintik hitam pada debris atau sebagai filamen-filamen yang menonjol di dinding
liang telinga.5,6

Gambar 3. Gambaran CAE pada otomikosis

EPIDEMIOLOGI

Kejadian otomikosis banyak ditemukan di daerah iklim tropis dan subtropics


yang keadaan lingkungannya lembab. Dari total kasus otitis eksterna terdapat
prevalensi otomikosis sebanyak 9%-22%. Distribusi otomikosis juga dapat
21

dikaitkan dengan musim, contohnya pada negara-negara yang memiliki empat


musim diagnosis otitis eksterna yang disebabkan oleh jamur sering ditegakkan
pada saat berakhirnya musim panas karena terdapat tingkat kelembaban
lingkungan yang tinggi.6,7

KOMPLIKASI
Komplikasi dari otomikosis yang pernah dilaporkan adalah perforasi dari
membran timpani dan otitis media serosa, tetapi hal tersebut sangat jarang terjadi,
dan cenderung sembuh dengan pengobatan. Patofisiologi dari perforasi membran
timpani mungkin berhubungan dengan nekrosis avaskular dari membran timpani
sebagai akibat dari trombosis pada pembuluh darah. Angka insiden terjadinya
perforasi membran yang dilaporkan dari berbagai penelitian berkisar antara 12-
16% dari seluruh kasus otomikosis. Tidak terdapat gejala dini untuk memprediksi
terjadinya perforasi tersebut, keterlibatan membran timpani sepertinya merupakan
konsekuensi inokulasi jamur pada aspek medial dari telinga luar ataupun
merupakan ekstensi langsung infeksi tersebut dari kulit sekitarnya.5,8,9

PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan KOH dapat dilakukan dengan cara mengambil specimen dari
secret telinga yang terinfeksi jamur. Spesimen diteteskan 1-2 tetes larutan KOH
10% pada kaca objek dan tutup dengan kaca penutup. Biarkan kurang lebih 15
menit. Pada pemeriksaan KOH dapat diamati gambaran hifa dan spora jamur.
Contohnya pada Aspergillus sp. akan tampak hifa yang berhialin, berseptum, dan
lebarnya beragam dan bercabang.6,10
Pada pemeriksaan biakan atau kultur, spesimen juga dapat diambil dari secret
pada liang telinga. Spesimen yang telah diambil dibiakkan pada media
Sabouraud’s Dexstrose Agar dan diinkubasi pada suhu 25-37 derajat. Koloni akan
tumbuh kurang lebih satu minggu berupa koloni filament berwarna putih.6,10
22

PENATALAKSANAAN
Prinsip penatalaksanaan pada pasien otomikosis adalah pengangkatan jamur
dari liang telinga, menjaga agar liang telinga tetap kering, pemberian obat anti
jamur, serta menghilangkan faktor risiko. Pada kasus-kasus otomikosis penting
untuk mengetahui jenis agen penyebab infeksi tersebut sehingga terapi yang tepat
dapat diberikan.11,12
Non-farmakologi:
Pasien dapat diedukasi agar tidak mengorek telinga baik dengan korek telinga
ataupun jari dan menjaga kelembaban dan pH normal seperti tidak menggunakan
obat steroid dan antibiotic berlebihan pada kanalis auditorius eksternus. Tindakan
pembersihan liang telinga juga perlu dilakukan untuk mengangkat jamur dan
menjaga liang telinga agar tetap kering karena jamur banyak tumbuh pada
lingkungan yang lembab. Pembersihan telinga bias dilakukan dengan berbagai
macam cara antara lain dengan lidi kapas atau kapas yang dililitkan pada
aplikator, pengait serumen, atau suction.11,13
Farmakologi:
Terapi efektif pada pasien dengan otomikosis adalah kombinasi antara
pembersihan debris dan anti jamur topikal. Pengobatan sistemik tidak
direkomendasikan, kecuali pada kasus invasive otisis (akut atau kronis) eksterna
maligna dengan komplikasi mastoiditis atau meningitis atau keduanya.
Kebanyakan pasien berhasil dengan pengobatan topikal. Keuntungan dari
digunakannya anti jamur topikal adalah aplikasi lokal dan konsentrasi yang
diinginkan dari obat pada permukaan kulit akan dicapai dalam waktu singkat
setelah aplikasi karena langsung digunakan pada sumber infeksi. 11,12
Sediaan anti jamur dapat dibagi menjadi tipe spesifik dan non spesifik. Anti
jamur non spesifik termasuk larutan asam dan dehydrating solution seperti asam
asetat 2% yang digunakan untuk menjaga pH telinga tetap asam atau gentian
violet sebagai solusi konsentrat yang rendah (1%) dalam air dapat digunakan
untuk mengobati otomikosis karena merupakan pewarna anilin dengan antiseptic,
antiinflamasi, antibakteri dan antijamur. Studi yang sebelumnya melaporkan
tingkan efisien pengobatan ini hingga 80%.11,12
23

Terapi anti jamur spesifik terdiri dari:


1. Nystatin sebagai antibiotic makrolida poliena yang menghambat sintesis
sterol pada membrane sitoplasma. Banyak cetakan dan ragi yang sensitive
terhadap Nystatin termasuk spesies Candida. Keuntungan dari Nystatin
adalah tidak terserap utuh dalam kulit. Nystatin dapat diresepkan dalam
bentuk krim, salep atau bubuk dengan tingkat keberhasilan hingga 50-
80%.
2. Azoles adalah agen sintetis yang mengurangi konsentrasi ergosterol
merupakan sterol penting dalam membran sitoplasma normal. Golongan
azol topikal yang paling banyak digunakan adalah Klotrimazole yang
menjadi salah satu agen terapi yang paling efektif dalam otomikosis
dengan efektifitas mencapai 95-100%. Klotrimazole memiliki efek
bakterisid dan merupakan keuntungan bila terdapat infeksi campuran dari
bakteri dan jamur. Ketokonazole dan Flukonazole memiliki aktivitas
spektrum yang luas. Efektifitas Ketokonazole mencapai 95-100% terhadap
sepsis Aspergillus dan Candida. Sediaan yang sering adalah krim 2%.
Flukonazole topikal telah dilaporkan efektif dalam 90% kasus. Krim
Mikonazole 2% juga telah menunjukkan tingkat keberhasilan hingga 90%.

Terapi otomikosis dengan anti jamur membutuhkan waktu kurang lebih 3


minggu untuk mencegah rekurensi. Terapi berkelanjutan diberikan walaupun
pasien sudah bebas dari gejala. Pemberian terapi anti jamur topikal pada pasien
dengan membrane timpani yang intak dapat menggunakan formulasi anti jamur
antara lain salep, gel, atau krim. Namun pada kasus membrane timpani yang
perforasi obat-obat ini tidak boleh digunakan karena partikel kecil dari krim,
salep, atau gel dapat menyebabkan peradangan, dengan perkembangan jaringan
granulasi di telinga tengah. Obat topikal anti jamur yang soluble (obat tetes
telinga atau strip kasa diresapi dengan solution) sebagai pengobatan membrane
timpani perforasi sangat dianjurkan.11,14
Hal yang harus dipertimbangkan agar tepat memilih obat anti jamur topikal
antara lain larut dalam air, risiko rendah ototoksik, efek alergi rendah setelah
24

pemberian berulang dan obat anti mikotik spektrum luas dengan efek local yang
baik terhadap ragi dan jamur.11,14

PROGNOSIS
Prognosis otomikosis baik, namun penanganan dan pemantauan penyakit ini
mmebutuhkan waktu yang lama sehingga terkadang meimbulkan rasa frustasi dan
ketidaksabaran pada pasien , terutama apabila pasien memilikio factor
predisposisi tertentu, seperti penyakit diabetes mellitus, pasien yang tidak
kooperatif, atau keadaan imunokompromis yang memudahkan terjadinya
rekurensi.
Quo ad vitam : ad bonam
Quo ad functionam : ad bonam
Quo ad sanationam: dubia ad malam

BIOETIKA HUMANIORA
Aspek Bioetik dan Humaniora :
1. Medical Indication: Dokter diharapkan mampu menegakkan diagnosis
otomikosis pada pasien melalui anamnesis, pemeriksaan fisik serta
pemeriksaan penunjang yang diperlukan. Hal tersebut sesuai dengan KDM
Beneficence.
2. Quality of Life : Dokter diharapkan mampu menilai prognosis pasien tersebut,
dimana apabila pasien dapat menghindari faktor predisposisi dan dilakukan
penatalaksanaaan yang baik maka prognosis penyakit pasien akan baik. Hal
tersebut sesuai dengan KDM Nonmaleficence.
3. Patient Preferences : Dokter diharapkan mampu menghargai hak-hak pasien.
Hal tersebut sesuai dengan KDM Autonomi.
4. Contextual Features : Dokter diharapkan memahami keragaman sosial budaya
pasien serta kepercayaan pasien yang dapat mempengaruhi keputusan pasien.
Hal tersebut sesuai dengan KDM Justice.
25

DAFTAR PUSTAKA

1. Austin DF. Anatomi dan Embriologi. Dalam : Balengger JJ. Penyakit Telinga,
Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leher. Jilid II, Edisi 13. Alih Bahasa : Staf Ahli
THT RSCM, FKUL Jakarta; Bina Rupa Aksara, 1997: 105 - 7.
2. Moore GF. Anatomi and Embriology of The Ear. Dalam : Lee KJ. Text Book of
Otolaryngology and Head and Neck Surgery. Elsivier, 1998: 1 - 26.
3. Liston SL. Embriologi, Anatomi dan Fisiologi Telinga. Dalam : Boies, Buku Ajar
Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, ed 6. Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya,
Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta., 1994: 27 - 33.
4. Wright A. Anatomy and Ultrastructure of the Human Ear, Basic Science, Dalam :
Scott- Brown's Otolaryngology, 6"' ed, Vol I, Oxford ; Butterworth-Heinemann Ltd,
International Editions : 1/1/1 - /11.
5. Goe F Brooks dkk, Mikrobiologi Kedokteran; Jawetz, Melnick & Adleberg’s
Medical Microbiology, Edisi 23, 2004; 320.
6. Bailey BJ : Head and Neck Surgery Otolaryngology. Vol 11, Philadephia ; J.B.
Lippicont Company, 1993: 1542 - 55.
7. Balenger JJ. Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, Kepala dan Leber, Jilid II, Edisi
13. Alih Bahasa : Staf Ahli THT RSCM, FKUI, Jakarta ; Bina Rupa Aksara, 1997:
338 - 48.
8. Boies. Penyakit Telinga Luar. Buku Ajar Penyakit Telinga, Hidung, Tenggorokan, ed
6, Alih Bahasa Dr. Caroline Wijaya, Penerbit Buku Kedokteran, EGC, Jakarta,1994:
78 - 80.
9. Becker W, Nauman H.H, Rudolf C. Ear, Nose and Throat Diseases, 2th ed, New
York; Thieme Medical Publishers Inc, 1994: 71-3.
10. Vennewald, I., Nat, R., Klemm E. Otomycosis: diagnosis and treatment. Clinics in
Dermatology 2010; 28: 202-211
11. Munguia R, Daniel SJ, 2008. Ototopical antifungals and otomycosis. International
Journal of Pediatric Otorhinolaryngology 2008; 72:453-459
12. Khan MA, Alzolibani AA. Otomycosis with perforated tympanic membrane.
International journal of health science. 2012;6(1):73-77
13. Lee KJ. Otolaryngology and Head Neck Surgery, New York ; Elsevier, 1989:20 - 3,
67 - 9.
14. Ballantyne J, Groves J. Disease of the Ear, Nose and Throat. 4t' Ed,
London;Butterworths,. 1979 : 1 - 65.

Anda mungkin juga menyukai

  • VeR Perlukaan
    VeR Perlukaan
    Dokumen2 halaman
    VeR Perlukaan
    Nursyifa Dewi Afifah
    Belum ada peringkat
  • Skizofrenia Leaflet
    Skizofrenia Leaflet
    Dokumen2 halaman
    Skizofrenia Leaflet
    Nursyifa Dewi Afifah
    Belum ada peringkat
  • Teratoma
    Teratoma
    Dokumen28 halaman
    Teratoma
    Nursyifa Dewi Afifah
    Belum ada peringkat
  • Malaria
    Malaria
    Dokumen29 halaman
    Malaria
    Nursyifa Dewi Afifah
    Belum ada peringkat
  • Sesak Napas
    Sesak Napas
    Dokumen19 halaman
    Sesak Napas
    Nursyifa Dewi Afifah
    Belum ada peringkat