Anda di halaman 1dari 29

Malaria

Nursyifa Dewi Afifah - 4151171443


Perseptor:
dr. HadiYusuf., SpPD-KPTI
 Penyakit malaria merupakan penyakit yang disebabkan oleh
infeksi parasite plasmodium di dalam eritrosit dan biasanya
disertai dengan gejala demam.
Definisi  Ditularkan oleh nyamuk Anopheles sp.
 Biasanya menyerang daerah yang mempunyai banyak genangan
air sebagai tempat perkembangbiakan nyamuk Anopheles sp
seperti persawahan, pantai, perbukitan dan pinggiran hutan.
Epidemiologi

 Gambar Peta Distribusi Malaria.


 Biru, daerah dimana malaria tidak ditemukan, telah berhasil dieradikasi atau tidak
pernah ada.
 Kuning, daerah dengan risiko rendah.
 Merah, daerah dimana transmisi terjadi.
Di Indonesia, dikenal 4 macam (spesies) parasit:
 Plasmodium falciparum malaria tropikana
 Plasmodium vivax malaria tertiana
Etiologi  Plasmodium malariae malaria quartana
 Plasmodium ovale malaria ovale
 Malaria asimptomatik
 Ditemukan parasite dalam darah tanpa disertai gejala/keluhan

 Malaria tanpa komplikasi


 Ditemukan parasite bentuk aseksual dengan gejala klinis malaria

 Malaria berat
 Umumnya disebabkan oleh P. falciparum (Pernicious manifestations)
 Disertai adanya komplikasi
Klasifikasi  Penurunan kesadaran (GCS <15), hiperpireksia (>40°C rektal),
konjungtiva pucat, telapak tangan pucat, icterus (>3mg%), oliguria, urin
warna hitam (black water fever), kejang, lemah badan (tidak bisa
duduk/berjalan)

 Malaria bentuk khusus


 Pada kehamilan
 Dengan HIV/AIDS
 Pada traveler
 Disebabkan karena transfuse darah
Penyakit yang  Sindrom Splenomegali Tropik (SST)
 Peningkatan IgM, Splenomegali >10 cm bac, penurunan besar limpa
Berhubungan setelah 3 bulan kemoprofilaksis

dengan  Sindroma Nefrotik

Malaria  Limfoma Burkitt


Masa Tipe
Tipe Malaria inkubasi panas Relaps Rekurensi Manifestasi
(hari) (jam)

Dapat menggigil berat, 12 jam fase tidak


Malaria tropika
panas, Gejala GIT, hemolisis, anemis, ikterus,
(plasmodium 12 (9-12) 24,36,48 - +
hemoglobinuria, syok, edema paru,
falciparum)
hipoglikemia, ggn kehamilan, kematian

Malaria tertiana
13 (12-17) -> Gejala trias malaria paling menonjol, Anemia
(plasmodium 48 ++ --
12 bulan kronik, splenomegali, ruptur limpa
vivax)

Malaria ovale Sama dengan vivax.


(plasmodium 17 (16-18) 48 ++ -- Penyebab malaria paling ringan dan sering
ovale) sembuh spontan tanpa perlu pengobatan.

Malaria Rekrudensi menetap hinga 50 tahun,


Quartana splenomegali, limpa jarang ruptur, sindroma
28 (18-40) 72 - +
(plasmodium nefrotik.
malariae) Fase tidak demam sekitar 60 jam
Siklus Hidup
Malaria
Vektor Nyamuk
(Anopheles sp.)
 Family : Culicidae
 Genus : Anopheles
 Spesies : Anopheles sp.
 Habitat: danau, genangan air,
persawahan, kolam, parit
 Jarak terbang: 0,5 – 3 km
 Daratan rendah
 Arus air ↑ atau ↓
 Sinar matahari: teduh atau
terbuka
1. Cara alamiah : melalui gigitan nyamuk anopheles
2. Penularan bukan alamiah, dibagi atas :
 Bawaan, terjadi penularana pada bayi baru lahir melalui tali
pusat/plasenta dari ibu yang menderita malaria.
 Mekanik, terjadi melalui transfusi darah/ jarum suntik. Banyak
Cara Penularan terjadi pada morphinis yang menggunakan jarum suntik yang tidak
steril.
 Oral, pernah dibuktikan pada ayam (Plasmodium gallinassium),
burung dara (Plasmodium relection) dan monyet (Plasmodium
knowlesi).
• Faktor pejamu (Host):
• Imunitas
 Sitokin proinflamasi
• Faktor Parasit:  Genetik
 Kecepatan multiplikasi  Umur kehamilan pada
 Cara invasi wanita
 Sitoadherens
• Faktor sosial dan geografi:
Faktor Risiko  Roseting
• Akses mendapat
 Polimorfisme antogenik
pengobatan
 Variasi anti-genic
(PfEMP1) • Faktor budaya dan
 Toksin malaria ekonomi
• Intensitas transmisi
nyamuk
 Keluhan utama : demam, menggigil, dapat disertai sakit kepala,
mual, muntah, diare dan nyeri otot atau pegal-pegal.
 Riwayat berkunjung dan bermalam 1-4 minggu yang lalu ke
Diagnosis daerah endemik malaria.
Malaria  Riwayat tinggal didaerah endemik malaria.
(Anamnesis)  Riwayat sakit malaria.
 Riwayat minum obat malaria satu bulan terakhir.
 Riwayat mendapat transfusi darah.
Diagnosis  Suhu: ≥ 37,5 °C (axilla)
Malaria  Kepala: Konjungtiva anemis +/+

(Pemeriksaan  Abdomen: splenomegaly, hepatomegaly


 Telapak tangan anemis +/+
Fisik)
Menggigil

Demam
Demam Demam

Berkeringat

Trias
Malaria

Splenomegali Anemia
 Gejala prodormal : Malaise, mialgia, sefalgia, atralgia, anoreksia,
diare ringan.
 Berdasarkan tipe demam, dapat terjadi demam periodic atau
intermitten dengan diantara periode demam tersebut tidak
telihat tanda ataupun gejala yang dirasakan.
Gejala Klinis  Demam dapat terbagi dalam 3 periode, yaitu :
 Periode dingin (cold stage) (15-60 menit) : pasien menggigil
 Periode panas (hot stage) : demam tinggi, muka memerah, nadi
cepat.
 Periode berkeringat (sweating stage) : periode terkahir, pasien tiba
tiba berkeringat seluruh tubuh
Patofisiologi
Patofisiologi
1. Pemeriksaan Tetes Darah untuk Malaria
Tetes darah tebal (infeksi/tidak)
 Merupakan cara terbaik untuk menemukan parasit malaria.
 Cara: 3 tetes darah diratakan → keringkan, hemolysis dengan, warnai
dengan Giemsa 5-10 menit
 Pemeriksaan dengan menggunakan mikroskop pembesaran 1000 kali,
diperiksa 100 lapang pandang.
 Hasil: leukosit dan plasmodium. Negatif, bila setelah diperiksa 200 lp
Pemeriksaan dengan pembesaran 1000x tidak ditemukan parasite.

Penunjang Tetes darah tipis (stadium/jenis)


 Digunakan untuk identifikasi jenis plasmodium.
 Cara: buat ADT, fiksasi methanol 3 menit, warnai dengan Giemsa 5-10 menit
 Hasil: parasite dalam eritrosit
+ : 1-10 parasite/100 lpk
++ : 11-100 parasite/100 lpk
+++ : 1-10 parasite/1 lpb
++++ : >10 parasite/1 lpb
2. Rapid Test
Antigen Histidine Rich Protein II  spesifik untuk identifikasi P.
falciparum
Antigen Plamodium Lactase Dehydrogenase  membedakan infeksi
P. falciparum atau P. vivax.

3. Tes Serologi
Pemeriksaan Berguna untuk mendeteksi adanya antibodi spesifik terhadap malaria
Penunjang atau dalam keadaan parasit dalam jumlah sangat minimal. Terdapat
beberapa metode antara lain indirect haemagglutination test, immuno-
precipitation techniquest, ELISA test, radio-immunoassay.

4. Pemeriksaan PCR (Polymerase Chain Reaction)


Pemeriksaan ini sangat peka dan waktu yang dipakai cukup cepat.
Tetapi tes ini baru dipakai sebagai sarana penelitian dan belum untuk
pemeriksaan rutin.
 Non Farmakalogi
 Istirahat
 Nutrisi berbasis makro dan mikronutrien
Tatalaksana
 Farmakologi
Malaria  Lini I: Dihidroartemisinin – Piperakuin (DHP) + Primakuin, atau
Artesunat + Amodiakuin + Primakuin
 Lini II: Kina + Doksisiklin atau Tetrasiklin + Primakuin
 Dihdroartemisinin (2-4 mg/kgbb) + Piperakuin (16-32 mg/kgbb)
Fixed Dose Combination (FDC) 1 tablet mengandung 40 mg
dihydroartemisinin dan 320 mg piperaquin.

 Primakuin
ES : anemia hemolitik pada pasien yang mengalami defisiensi
enzim G6PD. Dosis tinggi dapat menyebabkan spasme usus dan
gangguan lambung.
KI : lupus erimatosus dan artritis reumatoid
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
6-10 11-17 18-30 31-40 41-59
≤ 5 kg ≥60kg
kg kg kg kg kg
Hari Jenis Obat
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun
1-3 DHP ¼ ½ 1 1½ 2 3 4
1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1
Jumlah tablet perhari menurut berat badan
Hari Jenis Obat ≤5 6-10 11-17 18-30 31-40 41-49 50-59 ≥60
kg kg kg kg kg kg kg kg
0-1 2-11 1-4 5-9 10-14 ≥15 ≥15 ≥15
bulan bulan tahun tahun tahun tahun tahun tahun
Artesunat ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4
1-3
Amodiakuin ¼ ½ 1 1½ 2 3 4 4

1-14 Primakuin - - ¼ ½ ¾ 1 1 1
 Malaria dengan komplikasi
Indikasi Rawat  Malaria kongenital pada bayi
Inap  Hiperparasitemia (Parasitemia > 5 %)
 Malaria serebral: kejang, koma ± 30 menit setelah kejang
 Anemia berat
 Gagal Ginjal Akut (urin <400 cc/hari)
 Edema paru atau ARDS (Adult Respiratory Distress Syndrome)
 Hipoglikemia: kadar gula darah <40mg%
 Gagal sirkulasi atau syok
Komplikasi  Perdarahan spontan dari hidung, gusi, traktus digestivus, dan atau
disertai kelainan laboratorik adanya gangguan koagulasi
intravaskuler
 Kejang berulang lebih dari 2x dalam 24 jam setelah pendinginan
pada hipertermia
 Makroskopik hemoglobinuria oleh karena infeksi malaria akut
bukan karena obat anti malaria pada kekurangan Glukosa 6
Phospat Dehidrogenase (G6PD)
 Mencegah gigitan vektor.
 Membunuh nyamuk dengan insektisida.
 Tidur dengan menggunakan kelambu.
 Menghilangkan kesempatan nyamuk berkembang biak dengan
menguras, menutup, dan mendaur ulang.
Pencegahan  Kemoprofilaksis
 Pemberian obat anti malaria (doksisiklin, primakuin, dll) untuk
tujuan profilaksis ini masih diteruskan sampai 1 bulan meninggalkan
daerah endemis.
 Doksisiklin 100 mg/hari, selama 1-2 hari.
 Quo ad Vitam: dubia ad bonam
Prognosis  Quo ad Functionam: dubia ad bonam
Terimakasih 

Anda mungkin juga menyukai