Anda di halaman 1dari 10

KONSEP TEORI PENYAKIT MALARIA

”Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Ibu & Anak”

OLEH:

MARIA YUNITA DHIU

181111025

PROGRAM STUDI NERS FAKULTAS KESEHATAN

UNIVERSITAS CITRA BANGSA

KUPANG

2021
A. Definisi Malaria
Malaria merupakan infeksi parasit pada sel darah merah yang
disebabkan oleh suatu protozoa spesies plasmodium yang ditularkan ke
manusia melalui air liur nyamuk (Handayani wiwik, 2008).
Malaria adalah penyakit infeksi parasit yang di sebabkan oleh
plasmodium yang menyerang eritrosit dan ditandai dengan ditemukanya
bentuk aseksual didalam darah. Infeksi malaria memberikan gejala berupa demam,
menggigil, anemia dan splenomegali (Harijanto, 2009).
Malaria adalah suatu penyakit infeksi dengan demam berkala yang
disebabkan oleh parasit Plasmodium (termasuk protozoa) dan ditularkan oleh
nyamuk Anopheles betina (Zulkoni Akhsin, 2009).

B. Etiologi Malaria
Penyebab infeksi malaria ialah plasmodium, Plasmodium ini pada
manusia menginfeksi eritrosit (sel darah merah) dan mengalami pembiakan
aseksual di jaringan hati dan di eritrosit. Pembiakan seksual terjadi pada
tubuh nyamuk yaitu anopheles betina.
Genus Plasmodium merupakan penyebab penyakit malaria yang
mempunyai keunikan karena memiliki 2 hospes, yakni manusia sebagai
hospes intermediate dan nyamuk anopheles sebagai hospes definitif. Genus
plasmodium mempunyai 4 spesies penting dalam parasitologi medik, yaitu :
1. Plasmodium falcifarum (malaria tertiana maligna) menyebabkan malaria
tropika yang sering menyebabkan penyakit malaria berat/malaria otak
dengan kematian.
2. Plasmodium vivax penyebab malaria tertiana benigna.
3. Plasmodium malariae penyebab malaria kuartana.
4. Plasmodium ovale (malaria tertiana ovale), jenis ini jarang sekali
dijumpai, umumnya banyak di Afrika dan Pasifik Barat .
Selain di tularkan melalui gigitan nyamuk, malaria dapat menjangkiti
orang lain melalui bawaan lahir dari ibu ke anak, yang disebabkan karena
kelainan pada sawar plasenta yang menghalangi penularan infeksi vertikal.
Metode penularan lainya adalah melalui jarum suntik, yang banyak terjadi pada
pengguna narkoba suntik yang sering bertukar jarum secara tidak steril.
Model penularan infeksi yang terakhir adalah melalui tranfusi darah.
Disebutkan dalam literatur bahwa melalui metode ini, hanya akan terjadi siklus
eritrositer. Siklus hati tidak terjadi karena tidak melalui sporozoit yang
memerlukan siklus hati (Widoyono, 2008).

C. Tanda dan Gejala Malaria


Malaria mempunyai gambaran karakteristik demam periodik, anemia dan
splenomegali. Masa inkubasi bervariasi pada masing-masing plasmodium
Keluhan prodromal dapat terjadi sebelum terjadinya demam berupa : kelesuhan,
malaise, sakit kepala, merasa dingin di punggung, nyeri sendi dan tulang,
demam ringan, anoreksia (hilang nafsu makan), perut tidak enak, diare ringan dan
kadang-kadang merasa dingin. Keluhan prodromal sering terjadi pada
Plasmodium vivax dan ovale, sedang pada plasmodium falcifarum dan malariae
keluhan prodromal tidak jelas bahkan gejala dapat mendadak.
Gejala yang klasik yaitu terjadinya trias malaria serangan paroksimal secara
berurutan : periode dingin (15-60 menit) : mulai menggigil, penderita sering
membungkus diri dengan selimut atau sarung dan pada saat menggigil sering
seluruh badan bergetar dan gigi-gigi saling terantuk, diikuti dengan
meningkatnya temperatur, diikuti dengan periode panas : penderita muka
merah, nadi cepat, dan panas badan tetap tinggi beberapa jam, diikuti dengan
keadaan berkeringat ; kemudian periode berkeringat : penderita berkeringat
banyak dan temperatur turun, dan penderita merasa sehat. Trias malaria lebih
sering terjadi pada infeksi plasmodium vivax, pada plasmodium falcifarum
menggigil dapat berlangsung berat ataupun tidak ada. Periode tidak panas
berlangsung 12 jam pada plasmodium falcifarum, 36 jam pada plasmodium
vivax dan ovale, 60 jam pada plasmodium malariae.

Tabel Manifestasi Klinis Infeksi Plasmodium

Plasmodium Masa Tipe panas Relaps Recru Manifestasi klinis


inkubasi (jam) densi
(hari)

Falcifarum 12 (9-14) 24,36,48 - + Gejala


gastrointestinal,
hemolisis,
anemia, ikterus,
splenomegali,
hepatomegali,
hemoglobinuria,
algid malaria,
gejala serebral,
edema paru,
hipoglikemia,
gangguan
kehamilan,
kematian

Vivax 13(12-17) 48 + - Gejala


gastrointestinal,
gangguan
kehamilan,anemia,
splenomegali.

Ovale 17(16-18) 48 + - Gejala


gastrointestinal,
anemia,
splenomegali.

Malariae 28(18-40) 72 - + Gejala


gastrointestinal,
Sindroma nefrotik,
splenomegali,
anemia jarang
terjadi.

Keterangan :
 Masa inkubasi : Masa antara masuknya sporozoit ke dalam tubuh hospes
sampai timbulnya gejala demam.
 Relapse atau rechute : ialah berulangnya gejala klinik atau parasitemia
yang lebih lama dari waktu diantara serangan periodik dari infeksi primer
yaitu setelah periode yang lama dari masa latent (sampai lima tahun),
biasanya karena infeksi tidak sembuh atau oleh bentuk luar eritrosit (hati)
pada malaria vivax atau ovale (plasmodium berdiam dalam hati : hipnozoit).
 Serangan primer : yaitu keadaan mulai dari akhir masa inkubasi dan
mulai terjadi serangan paroksimal yang terdiri daridingin/menggigil, panas
dan berkeringat. Serangan paroksimal ini dapat pendek atau panjang
tergantung dari perbanyakan parasit dan keadaan immunitas penderita.
 Periode latent : yaitu periode tanpa gejala dan tanpa parasitemia selama
terjadinya infeksi malaria. Biasanya terjadi diantara dua keadaaan
paroksimal.
 Recrudescense : yaitu berulangnya gejala klinik dan parasitemia dalam
masa 8 minggu sesudah berakhirnya serangan primer. Recrudescense dapat
terjadi berupa berulangnya gejala klinik sesudah periode laten dari serangan
primer (Harijanto, 2009).
D. Patofisiologi Malaria

Melalui aliran darah, nyamuk anopheles betina menginokulasi


sporozoit ke dalam tubuh manusia. Sporozoit menginfeksi sel hati,
berkembang biak menjadi skizon. Lalu pecah dan mengeluarkan merozoit (p.
Vivax, dan p.ovale memiliki stadium dorman. (hipnozoit) berdiam dalam hati
dan dapat kambuh kembali untuk menginvasi kembali dalam darah beberapa
minggu atau satu tahun kemudian) sesudah memperbanyak diri dalam hati ini
(exo-erythrocytic schizogony). Selanjutnya parasit memasuki perkembang
biakan secara aseksual dalam eritrosit (erythrocytic schizogony). Merozoit
mengifeksi sel darah merah. Stadium ring, trofozoit matur selanjutnya
menjadi skizon, yang akan menghasilkan merozoit.
Beberapa parasit berubah menjadi bentuk stadium sexual erythrocytic
(gametosit). Pada stadium parasit dalam darah muncul gejala klinis penyakit ini.
Gametosit, jantan (mikrogametosit) dan betina (makrogametosit), masuk
nyamuk dalam tubuh nyamuk anopheles melalui darah yang terhisap. Dalam
tubuh nyamuk, parasit memperbanyak diri dengan cara sporogonic cycle. Di
dalam tubuh nyamuk, mikrogamet melakukan penetrasi ke makrogamet untuk
menghailkan zigot. Zigot bergerak dan memanjang (ookinet. Keluar dari dinding
lambung nyamuk untuk berkembang menjadi ookista. Ookista tumbuh, matang
dan mengeluarkan sporozoit. Selanjutnya hidup berdiam dalam pada kelenjar liur
nyamuk. Sporozoit siap diinokulasikan ke tubuh manusia lainnya dan kembali
melangsungkan siklus hidupnya (Muslim, 2009).
E. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan ini bertujuan untuk mengetahui kondisi umum penderita,
meliputi pemeriksaan kadar hemoglobin, hematokrit, jumlah leukosit, eritrosit,
dan trombosit. Bisa juga dilakukan pemeriksaan kimia darah (gula darah,
SGOT, SGPT) serta pemeriksaan rontgen dan USG untuk melihat apakah
terjadi pembesaran hati dan limpa dan pemeriksaan lainya sesuai indikasi
(Widoyono, 2008).
F. Penatalaksanaan Malaria
1. Penatalaksanaan Keperawatan
a. Pemantauan tanda-tanda vital (TD, nadi, pernafasan,dan suhu).
b. Cairan dan elektrolit
Pemberian cairan merupakan bagian yang penting dalam penanganan
malaria, biasanya diberikan cairan 1500-2000 cc/hari apalagi bila sudah
terjadi malaria berat. Pemberian cairan yang tidak adekuat akan
menyebabkan timbulnya nekrosis tubuler akut. Sebaliknya pemberian
cairan yang berlebihan dapat menyebabkan udema paru. Cairan yang
biasa digunakan adalah dextrose 5% untuk menghindari hipoglikemi
khususnya pada pemberian kina. Bila dapat diukur kadar elektrolit
(natrium), dipertimbangkan pemberian NaCl bila diperlukan.
c. Nutrisi
Pada pasien malaria makanan biasa atau makanan lunak. Diit lunak
yang diberikan mengandung protein, energy dan zat gizi lainnya.
Makanan yang diberikan dalam bentuk mudah dicerna , rendah serat dan
tidak mengandung bumbu yang tajam.
d. Eliminasi
Pada pasien malaria biasanya tidak mengalami gangguan eliminasi tapi
pada malaria berat terjadi gangguan eliminasi BAK yaitu hemoglobinuria
dan gangguan eliminasi BAB yaitu diare.
e. Aktifitas dan istirahat
Malaria biasa tidak perlu istirahat mutlak hanya aktivitas yang dibatasi,
mengatur posisi yang nyaman bagi pasien.
f. Bila terjadi anemia diberi tranfusi darah.
g. Memberikan kompres hangat pada pasien (hindari kompres alcohol dan
air es) dan bila pasien menggigil berikan selimut.
2. Penatalaksanaan non medis
a. Menggunakan kelambu pada waktu tidur.
b. Mengolesi tubuh dengan obat anti gigitan nyamuk.
c. Menggunakan pembasmi serangga.
d. Memasang kawat kasa pada jendela dan ventilasi. Letak tempat tinggal
diusahakan jauh dari kandang ternak.
e. Mencegah penderita malaria dari gigitan nyamuk agar infeksi tidak
menyebar lebih jauh.
f. Membersihkan tempat hinggap atau istirahat nyamuk dan memberantas
sarang nyamuk.
g. Hindari keadaan rumah yang lembab, gelap, kotor dan pakaian yang
bergantungan serta genangan air.
h. Membunuh jentik nyamuk dengan menyemprotkan obati anti atau
menebarkan ikan pemakan jentik.
i. Melestarikan hutan bakau sebagai habitat ikan di rawa-rawa sepanjang
pantai (Irianto, 2011)
3. Penatalaksanaan medis
Berdasarkan suseptibilitas (rentan) berbagai stadium parasit malaria
terhadap obat malaria, maka obat malaria dibagi lima golongan, yaitu :
a. Skizontisida jaringan primer, proguanil, pirimetamin dapat membasmi
parasit praeritrosit, sehingga mencegah masuknya parasit ke dalam
eritrosit; digunakan sebagai profilaksis kausal.
b. Skizontisida jaringan sekunder; primakuin dapat membasmi parasit daur
eksoeritrosit dan bentuk-bentuk jaringan plasmodium vivax dan ovale
dan digunakan untuk pengobatan radikal infeksi ini bagi anti relaps.
c. Skizontisida darah;membasmi parasit yang berhubungan dengan penyakit
akut disertai gejala klinik. Skizontisida dapat mencapai penyembuhan
klinis suprasif bagi keempat spesies plasmodium. Skizontisida darah
juga membunuh bentuk eritrosit stadium seksual plasmodium vivax,
ovale dan malariae. Skizontisida darah yang ampuh adalah kina,
klorokuin, dan amodiakuin, sedangkan yang efeknya terbatas adalah
proguanil dan pirimetamin.
d. Gametositosida: menghancurkan semua stadium seksual, termasuk
stadium gametosit plasmodium falcifarum, juga mempengaruhi
perkembangan parasit malaria dalam nyamuk Anopheles betina.
Beberapa obat gametositosida bersifat sporontosida. Primakuin adalah
gametositosida untuk keempat spesies, sedang kina, klorokuin, dan
amodiakuin adalah gametositosida untuk plasmodium vivax, ovale dan
malariae.
e. Sporontosida: mencegah atau menghambat gametosit dalam darah
untuk membentuk ookista dan sporozoit dalam nyamuk Anopheles.
Obat ini mencegah transmisi penyakit malaria dan disebut juga obat
anti sporogonik. Obat-obatan yang termasuk dalam golongan ini ialah
primakuin dan poquanil.

DAFTAR PUSTAKA

Sucipto, Cecep Dani. (2017). Manual Lengkap Malaria. Jakarta : EGC

Robbins. (2007). Buku ajar : Patologi. Jakarta : EGC

Smeltzer, dkk. (2012) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta:

EGC

Anda mungkin juga menyukai