Klasifikasi
5. Manifestasi Klinik
1) Nyeri kuadran bawah terasa dan biasanya disertai dengan demam
ringan, mual, muntah dan hilangnya nafsu makan.
2) Nyeri tekan local pada titik McBurney bila dilakukan tekanan
3) Nyeri tekan lepas dijumpai.
4) Terdapat konstipasi atau diare.
5) Nyeri lumbal, bila appendiks melingkar di belakang sekum.
6) Nyeri defekasi, bila appendiks berada dekat rektal.
7) Nyeri kemih, jika ujung appendiks berada di dekat kandung kemih
atau ureter.
8) Pemeriksaan rektal positif jika ujung appendiks berada di ujung
pelvis.
9) Tanda Rovsing dengan melakukan palpasi kuadran kiri bawah
yang secara paradoksial menyebabkan nyeri kuadran kanan.
10) Apabila appendiks sudah ruptur, nyeri menjadi menyebar, disertai
abdomen terjadi akibat ileus paralitik.
11) Pada pasien lansia tanda dan gejala appendiks sangat bervariasi.
Pasien mungkin tidak mengalami gejala sampai terjadi ruptur
appendiks
Post operasi
3. INTERVENSI KEPERAWATAN
no Diagnosa Intervensi
keperawatan Rasional
PRE OPERASI NOC NIC
1 Nyeri akut Setelah dilakukan 1. Kaji tingkat nyeri, 1. Untuk mengetahui
berhubungan asuhan keperawatan, lokasi dan sejauh mana tingkat
dengan agen diharapkan nyeri karasteristik nyeri. nyeri dan merupakan
injuri biologi klien berkurang 2. Jelaskan pada indiaktor secara dini
(distensi dengan kriteria hasil pasien tentang untuk dapat
jaringan : penyebab nyeri memberikan
intestinal oleh Klien mampu 3. Ajarkan tehnik tindakan selanjutnya
inflamasi) mengontrol nyeri untuk pernafasan 2. Informasi yang tepat
(tahu penyebab diafragmatik dapat menurunkan
nyeri, mampu lambat / napas tingkat kecemasan
menggunakan dalam pasien dan
tehnik 4. Berikan aktivitas menambah
nonfarmakologi hiburan (ngobrol pengetahuan pasien
untuk dengan anggota tentang nyeri.
mengurangi keluarga) 3. Napas dalam dapat
nyeri, mencari 5. Observasi tanda- menghirup O2
bantuan) - tanda vital 4. secara adequate
Melaporkan 6. Kolaborasi dengan sehingga otot-otot
bahwa nyeri tim medis dalam menjadi relaksasi
berkurang pemberian sehingga dapat
dengan analgetik mengurangi rasa
menggunakan nyeri.
manajemen nyeri 5. Meningkatkan
- relaksasi dan dapat
Tanda vital meningkatkan
dalam rentang kemampuan
normal : TD kooping.
(systole 110- 6. Deteksi dini terhadap
130mmHg, perkembangan
diastole 70- kesehatan pasien.
90mmHg),
HR(60-
100x/menit), RR
(16-24x/menit),
suhu (36,5-37,5
C)
Klien tampak
rileks mampu
tidur/istirahat
2 Setelah dilakukan 1. Evaluasi tingkat 1. Ketakutan dapat
asuhan keperawatan, ansietas, catat terjadi karena nyeri
diharapkan verbal dan non hebat, penting pada
kecemasan klien verbal pasien. prosedur diagnostik
berkurang dengan 2. Jelaskan dan dan pembedahan.
kriteria hasil : persiapkan untuk 2. Dapat meringankan
Melaporkan tindakan ansietas terutama
ansietas menurun prosedur ketika pemeriksaan
sampai tingkat sebelum tersebut melibatkan
teratasi - dilakukan pembedahan.
Tampak rileks 3. Jadwalkan 3. Membatasi
istirahat adekuat kelemahan,
dan periode menghemat energi
menghentikan dan meningkatkan
tidur kemampuan koping
POST OPERASI
1 Nyeri Setelah dilakukan 1. Kaji skala nyeri 1. Berguna dalam
berhubungan asuhan keperawatan, lokasi, pengawasan dan
dengan agen diharapkan nyeri karakteristik dan keefesien obat,
injuri fisik (luka berkurang dengan laporkan kemajuan
insisi post kriteria hasil : perubahan nyeri penyembuhan,perub
operasi Melaporkan nyeri dengan tepat. ahan dan
appenditomi). berkurang 2. Monitor tanda- karakteristik nyeri.
Klien tampak tanda vital 2. Deteksi dini
rileks 3. Pertahankan terhadap
Dapat tidur istirahat dengan perkembangan
dengan tepat posisi semi kesehatan pasien.
Tanda-tanda vital powler. Dorong 3. Menghilangkan
dalam batas ambulasi dini. tegangan abdomen
normal : TD 4. Berikan aktivitas yang bertambah
(systole 110- hiburan. dengan posisi
130mmHg, Kolaborasi tim terlentang.
diastole 70- dokter dalam 4. Meningkatkan
90mmHg), pemberian kormolisasi fungsi
HR(60- analgetika organ.
100x/menit), RR 5. Meningkatkan
(16-24x/menit), relaksasi.
suhu (36,5-37,5 Menghilangkan
C) nyeri.
2 Resiko infeksi Setelah dilakukan 1. Kaji adanya 1. Dugaan adanya
berhubungan asuhan keperawatan tanda-tanda infeksi
dengan tindakan diharapkan infeksi infeksi pada area 2. Dugaan adanya
invasif (insisi dapat diatasi dengan insisi infeksi/terjadinya
post kriteria hasil : 2. Monitor tanda- sepsis, abses,
pembedahan). Klien bebas dari tanda vital. peritonitis
tanda-tanda Perhatikan 3. Mencegah transmisi
infeksi - demam, penyakit virus ke
Menunjukkan menggigil, orang lain.
kemampuan berkeringat, 4. Mencegah meluas
untuk mencegah perubahan dan membatasi
timbulnya infeksi mental penyebaran
Nilai leukosit 3. Lakukan teknik organisme infektif/
(4,5-11ribu/ul isolasi untuk kontaminasi silang.
infeksi enterik, 5. Menurunkan resiko
termasuk cuci terpajan.
angan efektif. 6. Terapi ditunjukkan
4. Pertahankan pada bakteri anaerob
teknik aseptik dan hasil aerob gra
ketat pada negatif
perawatan luka
insisi /terbuka,
bersihkan dengan
betadine.
5. Awasi/batasi
pengunjung dan
siap kebutuhan.
6. Kolaborasi tim
medis dalam
pemberian
antibiotik
3 Intoleransi Setelah dilakukan 1. Ganti pakaian 1. Untuk melindungi
aktivita b.d asuhan keperawatan yang kotor klien dari kuman dan
nyeri post op diharapkan dengan yang meningkatkan rasa
kebersihan klien bersih. nyaman -
dapat dipertahankan 2. Berikan Hynege
dengan kriteria hasil: Edukasipada 2. Agar klien dan
klien bebas dari klien dan keluarga dapat
bau badan keluarganya termotivasi untuk
klien tampak tentang menjaga personal
bersih pentingnya hygiene. -
ADLs klien dapat kebersihan diri.
mandiri atau 3. Berikan pujian 3. Agar klien merasa
dengan bantua pada klien tersanjung dan lebih
tentang kooperatif dalam
kebersihannya. kebersihan -
4. Bimbing
keluarga klien 4. Agar keterampilan
memandikan / dapat diterapkan -
menyeka pasien
5. Bersihkan dan 5. Klien merasa nyaman
atur posisi serta dengan tenun yang
tempat tidur bersih serta mencegah
klien terjadinya infeksi
4 kurang Setelah dilakukan 1. kaji ulang 1. Memberikan
pengetahuan asuhan keperawatan pembatasan informasi pada
tentang kondisi diharapkan aktivitas pasien untuk
prognosis dan pengetahuan pascaoperasi merencanakan
kebutuhan bertambah dengan 2. Anjuran kembali rutinitas
pengobatan b.d kriteria hasil : menggunakan biasa tanpa
kurang menyatakan laksatif/pelembe menimbulkan
informasi pemahaman k feses ringan masalah.
proses penyakit bila perlu dan 2. Membantu kembali
dan pengobatan hindari enema ke fungsi usus
berpartisipasi 3. Diskusikan semula mencegah
dalam program perawatan insisi, ngejan saat defekasi
pengobata termasuk 3. Pemahaman
mengamati meningkatkan kerja
balutan, sama dengan terapi,
pembatasan meningkatkan
mandi, dan penyembuhan
kembali ke 4. Upaya intervensi
dokter untuk menurunkan resiko
mengangkat komplikasi
jahitan/pengikat lambatnya
4. Identifikasi penyembuhan
gejala yang peritonitis
memerlukan
evaluasi medic,
contoh
peningkatan
nyeri
edema/eritema
luka, adanya
drainase, demam
DAFTAR PUSTAKA