Anda di halaman 1dari 6

A.

Tindakan keperawatan spesifik pada lansia


Pelaksanaan tindakan merupakan langkah keempat dalam tahap proses
keperawatan dengan melaksanakan berbagai strategi keperawatan
(tindakan keperawatan), strategi ini terdapat dalam rencana tindakan
keperawatan. Tahap ini perawat harus mengetahui berbagai hal,
diantaranya bahaya-bahaya fisik dan pelindungan pada lansia, teknik
komunikasi, kemampuan dalam prosedur tindakan, pemahaman tentang
hak-hak dari lansia dan memahami tingkat perkembangan lansia.
Pelaksanaan tindakan gerontik diarahkan untuk mengoptimalkan kondisi
lansia agar mampu mandiri dan produktif.
1. Terapi kognitif
a. Definisi
Terapi kognitif merupakan terapi jangka pendek, terstruktur,
berorientasi, terhadap masalah saat ini, dan bersifat terapi individu.
Terapi kognitif akan lebih bermanfaat jika digabung dengan
pendekatan perilaku. Kemudian terapi ini disatukan dan di kenal
dengan terapi perilaku kognitif. Terapi ini memerlukan individu
sebagai agen yang berfikir aktif dan berinteraksi dengan dunianya.
Tugas perawat adalah secara aktif dan langsung membantu klien
mempertimbangkan kembali stressor dan mengidentifikasi pola
pemikiran atau keyakinan yang tidak akurat untuk mengatasi
masalah klien dari perspektif kognitif
b. tujuan terapi
1. Membantu klien dalam mengidentifikasi, menganalisis dan
menentang keakuratan kognisi negative klien.
2. Menjadikan atau melibatkan klien subjek terhadap realitas
3. Memodifikasi proses pemikiran yang salah dengan membantu
klien mengubah cara berfikir atau mengembangkan pola pikir
yang rasional
4. Membentuk kembali pikiran individu dengan menyangkal
asumsi yang maladaptive, pikiran yang mengganggu secara
otomatis, serta proses pikiran tidak logis yang dibesar-
besarkan. Berfokus pada ikiran individu yang menentukan sifat
fungsionalnya (Videbeck, 2008)
5. Menghilangkan sindrom depresi dan mencegah kekambuhan
dengan mengubah cara berfikir maladaptive dan otomatis.
Klien harus menyadari kesalahan cara berfikirnya. Kemudian
klien harus belajar cara merespon kesalahan tersebut dengan
cara yang lebih adaptif. Dengan presfektif kognitif, klien dilatih
untuk mengenal dan menghilangkan pikiran-pikiran dan
harapan-harapan negative. Cara lain adalah dengan membantu
klien mengidentifikasi kondisi negative, mencarikan
alternative, membuat skema, yang sudah ada menjadi fleksibel,
dan mencari kognisi perilaku yang baru dan lebih adaptif
6. Membantu menargetkan proses berfikir serta perilaku yang
menyebabkan dan mempertahankan panic dan kecemasan.
Dilakukan dengan cara penyuluhan klien, restrukturisasi
kognitif, pernafasan relaksasi terkendali, umpan balik biologi,
mempertanyakan bukti, memeriksa alternative, dan reframing
7. Menempatkan individu pada situasi yang biasanya memicu
perilaku gangguan obsessive kompulsif dan selanjutnya
mencegah responnya. Misalnya dengan cara pelimpahan atau
pencegahan respon, mengidentifikasi, dan merestrukturisasi
distorsi kognitif melalui psikoedukasi
8. Membantu individu mempelajari respon relaksasi, membentuk
hierarki situasi fobia, dan kemudian secara bertahap
dihadapkan pada situasinya sambil tetap mempertahankan
respon relaksasi misalnya dengan cara desensitisasi sistematis.
Restrukturisasi kognitif bertujuan untuk mengubah presepsi
klien terhadap situasi yang ditakutinya
9. Membantu individu memandang dirinya sebagai orang yang
berhasil bertahan hidup dan bukan sebagai korban, misalnya
dengan cara restrukturisasi kognitif
10. Membantu mengurangi gejala klien dengan restrukturisasi
system keyakinan yang salah
11. Membantu mengubah pemikiran individu dan menggunakan
latihan praktik untuk meningkatkan aktifitas sosialnya
12. Membentuk kembali perilaku dengan mengubah pesan-pesan
internal

c. Indikasi terapi
Terapi kognitif efektif untuk sejumlah kondisi psikiatri yang lazim,
terutama:
1. Depresi (ringan sampai sedang)
2. Gangguan panik dan gangguan cemas menyeluruh atau
kecemasan
3. Individu yang mengalami stress emosional
4. Gangguan obsesif kompulsif (obsessive compulsive disorder)
yang sering terjadi pada orang dewasa dan memiliki respon
terhadap terapi perilaku dan antidepresan jarang terjadi pada
awal masa anak-anak, meskipun kompulsi terisolasi sering
terjadi
5. Gangguan fobia (misalnya agoraphobia, fobia social, fobia
spesifik)
6. Gangguan stress pasca trauma (post traumatic stress disorder)
7. Gangguan makan
8. Gangguan mood
9. Gangguan psikoseksual
10. Mengurangi kemungkinan kekambuhan berikutnya
d. teknik pelaksanaan terapi
1. Mendukung klien untuk mengidentifikasi kognisi atau area
berpikir dan keyakinan yang menyebabkannnya khawatir
2. Mengguanakan teknik pertanyaan Socratic yaitu meminta klien
untuk menggambarkan, menjelaskan, dan menegaskan pikiran
negative yang merendahkan dirinya. Dengan demikian klien
mulai melihat bahwa asumsi tersebut tidak logis dan tidak
rasional
3. Mengidentifikasi interpretasi yang lebih realistis mengenai diri
sendiri, nilai diri dan dunia. Dengan demikian klien
membentuk nilai dan keyakinan baru dan distress emosional
menjadi hilang.
Terapi kognitif dipraktekkan diluar sesi terapi dan menjadi
modal utama dalam mengubah gejala. Terapi berlangsung
lebih kurang 12-16 sesi yang terdiri atas 3 fase:
1) Fase awal (sesi 1-4)
a. Membentuk hubungan terapeutik dengan klien
b. Mengajarkan klien tentang bentuk kognitif yang salah
serta pengaruhnya terhadap emosi dan fisik
c. Menentukan tujuan terapi
d. Mengajarkan klien untuk mengevaluasi pikiran-pikiran
yang otomatis
2) Fase pertengahan (sesi 5-12)
a. Mengubah secara berangsur-angsur kepercayaan yang
salah
b. Membantu klien mengenal akar kepercayaan diri. Klien
diminta mempraktekkan keterampilan berespon
terhadap hal-hal yang menimbulkan depresi dan
memodifikasinya.
3) Fase akhir (sesi 13-16)
a. Menyiapkan klien untuk terminasi dan memprediksi
situasi beresiko tinggi yang relevan untuk terjadinya
kekambuhan.
b. Mengonsolidasikan pembelajaran melalui tugas-tugas
terapi sendiri

Strategi pendekatan terapi kognitif, antara lain:

a. Menghilangkan pikiran otomatis


b. Menguji pikiran otomatis
c. Mengidentifikasi asumsi maladaktif
d. Menguji validitas asumsi maladaktif
2. Terapi Aktifitas Kelompok
a. Definisi
Terapi aktivitas pada lansia sebagai individu/kelompok dengan
indikasi tertentu. Terapi aktivitas kelompok (TAK) merupakan
terapi yang dilakukan atas kelompok penderita bersama-sama
dengan berdiskusi satu sama lain yang dipimpin atau diarahkan
oleh seseorang terapis.
b. Tujuan dari terapi aktivitas kelompok :
a. Mengembangkan stimulasi persepsi,
b. Mengembangkan stimulasi sensoris,
c. Mengembangkan orientasi realitas,
d. Mengembangkan sosialisasi.
c. Jenis Terapi Aktivitas Kelompok pada Lansia
1) Stimulasi Sensori (Musik)
Musik dapat berfungsi sebagai ungkapan perhatian, kualitas
dari musik yang memiliki andil terhadap fungsi-fungsi dalam
pengungkapan perhatian terletak pada struktur dan urutan
matematis yang dimiliki. Lansia dilatih dengan mendengarkan
musik terutama musik yang disenangi.
2) Stimulasi Persepsi
Klien dilatih mempersepsikan stimulus yang disediakan atau
stimulus yang pernah dialami. Proses ini diharapkan
mengembangkan respon lansia terhadap berbagai stimulus
dalam kehidupan dan menjadi adaptif. Aktifitas berupa
stimulus dan persepsi. Stimulus yang disediakan: seperti
membaca majalah, menonton acara televisie. Stimulus dari
pengalaman masa lalu yang menghasilkan proses persepsi
lansia yang mal adaptif atau destruktif, misalnya kemarahan
dan kebencian.
3) Orientasi Realitas
Lansia diorientasikan pada kenyataan yang ada disekitar klien,
yaitu diri sendiri, orang lain yang ada disekeliling klien atau
orang yang dekat dengan klien, dan lingkungan yang pernah
mempunyai hubungan dengan klien. Demikian pula dengan
orientasi waktu saat ini, waktu yang lalu, dan rencana ke depan.
Aktifitasnya dapat berupa : orientasi orang, waktu, tempat,
benda yang ada disekitar dan semua kondisi nyata.
4) Sosialisasi
Klien dibantu untuk melakukan sosialisasi dengan individu
yang ada disekitar klien. Sosialisasi dapat pula dilakukan
secara bertahap dari interpersonal (satu per satu), kelompok,
dan massa. Aktifitas dapat berupa latihan sosialisasi dalam
kelompok.

d. Tahap Terapi Aktivitas Kelompok


1) Pre kelompok
Dimulai dengan membuat tujuan, merencanakan, siapa yang
menjadi pemimpin, anggota, dimana, kapan kegiatan kelompok
tersebut dilaksanakan, proses evaluasi pada anggota dan
kelompok, menjelaskan sumber-sumber yang diperlukan
kelompok (biaya dan keuangan jika memungkinkan, proyektor
dan lain-lain).
2) Fase awal
Pada fase ini terdapat 3 kemungkinan tahapan yang terjadi,
yaitu orientasi, konflik atau kebersamaan.
3) Orientasi.
Anggota mulai mengembangkan system sosial masing –
masing, dan leader mulai menunjukkan rencana terapi dan
mengambil kontak dengan anggota.
4) Konflik
Merupakan masa sulit dalam proses kelompok, anggota mulai
memikirkan siapa yang berkuasa dalam kelompok, bagaimana
peran anggota, tugasnya dan saling ketergantungan yang akan
terjadi.
5) Fase kerja
Pada tahap ini kelompok sudah menjadi tim. Perasaan positif
dan nengatif dikoreksi dengan hubungan saling percaya yang
telah dibina, bekerjasama untuk mencapai tujuan yang telah
disepakati, kecemasan menurun, kelompok lebih stabil dan
realistik, mengeksplorasikan lebih jauh sesuai dengan tujuan
dan tugas kelompok, dan penyelesaian masalah yang kreatif.
6) Fase terminasi
Ada dua jenis terminasi (akhir dan sementara). Anggota
kelompok mungkin mengalami terminasi premature, tidak
sukses atau sukses.

Sumber : http://bppsdmk.kemkes.go.id/pusdiksdmk/wp-
content/uploads/2017/08/Keperawatan-Gerontik-
Komprehensif.pdf

https://www.scribd.com/doc/220914777/Terapi-Kognitif-Pada-
Lansia

Anda mungkin juga menyukai