Anda di halaman 1dari 8

Anthrax disebabkan oleh bakteri Bacillus anthracis yang merupakan bakteri gram positif non motil dan

berspora. Di bawah mikroskop tampak terlihat seperti barisan batang panjang dengan ujung-ujungnya
siku, sementara di dalam tubuh inang, Bacillus anthracis tidak terlihat rantai panjang, biasanya tersusun
secara tunggal atau pendek serta melindungi dirinya dalam kapsul, dan akan membentuk spora segera
setelah berhubungan dengan udara bebas karena spora diketahui dapat bertahan hidup bertahun-
tahun di dalam tanah yang cocok dan bisa menjadi sumber penularan pada hewan dan manusia.
Antraks atau anthrax adalah penyakit menular akut dan sangat mematikan yang
disebabkan bakteri Bacillus anthracis dalam bentuknya yang paling ganas. Antraks
paling sering menyerang herbivora-herbivora liar dan yang telah dijinakkan.Penyakit ini
bersifat zoonosis yang berarti dapat ditularkan dari hewan ke manusia, namun tidak dapat
ditularkan antara sesama manusia.

Penularan
Manusia dapat terinfeksi bila kontak dengan hewan yang terkena anthrax, dapat
melalui daging, tulang, kulit, maupun kotoran. Meskipun begitu, hingga kini belum ada
kasus manusia tertular melalui sentuhan atau kontak dengan orang
yang mengidap antraks.

Antraks biasa ditularkan kepada manusia disebabkan pengeksposan


kepada hewan yang sakit atau hasil ternakan seperti kulit dan daging, atau memakan
daging hewan yang tertular antraks. Selain itu, penularan juga dapat terjadi bila seseorang
menghirup spora dari produk hewan yang sakit misalnya kulit atau bulu yang
dikeringkan..

Gejala Penyakit Anthrax Pada Manusia


Gejala yang terjadi saat menderita penyakit anthrax tergantung kepada jenis penyakit
anthrax yang dideritanya.

1. Cutaneous anthrax. Gejalanya berupa benjolan yang awalnya kecil dan kemudian
membesar. Benjolan ini bisa sangat gatal. Masa inkubasinya (masa yang
dibutuhkan dari sejak masuk hingga menjadi penyakit) adalah sekitar 5 -7 hari.
Lalu, benjolan menjadi terisi cairan dengan diameter 1-3 cm. Lama-kelamaan,
benjolan berair ini akan membentuk luka seperti lecet dengan bagian pinggiran
yang kemerah-merahan. Di hari ke-7 hingga ke-10 terjadi pembengkakan kelenjar
getah bening; sakit kepala; dan demam. (95% kasus)
2. Inhalational anthrax. Gejalanya pertama muncul di hri ke-1 sampai hari ke-7.
Akan tetapi menghilang setelah 60 hari. Gejala yang terjadi pada inhalational
anthrax biasa adalah berupa flu, sakit tenggorokan, demam, dan sakit otot.
Adapun untuk inhalational anthrax yang tidak biasa (membahayakan), gejala bisa
ditambah dengan sesak napas dan demam tinggi. Kematian bisa terjadi dalam 24-
36 jam setelah gejala berkembang.
3. Gastrointestinal anthrax. Gejala terjadi di hari ke-1 sampai ke-6 yang berupa
kerusakan/borok lambung; borok lidah dan tonsil; sakit tenggorokan; hilang selera
makan; muntah-muntah; dan demam. Gejala ini bisa ditambah dengan sakit
bagian perut; muntah darah; dan berak darah. Dalam 2 hingga 4 hari; cairan akan
mengisi rongga perut. Kematian akan terjadi di hari ke-2 sampai hari ke-5.
4. Oropharyngeal anthrax. Gejala yang terjadi berupa demam; pembengkakan
kelenjar getah bening di leher; sakit tenggorokan yang berat; susah menelan; serta
sakit lambung dan lidah
Gejala Penyakit Anthrax Pada Hewan
1. Perakut (sangat cepat) terjadi sangat mendadak dan segera mengikuti kematian,
sesak napas, gemetar, kemudian hewan rebah kadang terdapat gejala kejang. Pada
sapi kambing dan domba mungkin terjadi kematian yang mendadak tanpa
menimbulkan gejala penyakit terlebih dahulu.
2. Bersifat akut (cepat) pada sapi, kambing, domba dan kuda : demam (suhu tubuh
mencapai 41,50C), gelisa, sesak napas, kejang, dan diikuti kematian, kadang
sesaat sebelum kematian kelaur darah kehitaman yang tidak membeku dari lubang
kumlo (lubang hidung, mulut, telinga, anus dan alat kelamin). Pada kuda dapat
terjadi nyeri perut (kolik) diare berdarah, bengkak daerah leher dada, perut bagian
bawah dan alat kelamin bagian luar.

Merupakan penyakit utama herbivora, sedangkan manusia dan karnivora merupakan hospes
insidential. Infeksi anthrax pada manusia bersifat sporadis dan jarang terjadi disebagian besar
negara maju. Ia merupakan penyakit akibat kerja (occupational disease) utama para pekerja yang
memproses kulit, bulu (terutama kambing) tulang, produk tulang dan wol, dokter hewan dan
pekerja pertanian, pekerja yang menangani binatang liar (wildlife) dan mengenai mereka yang
menangani binatang sakit. Anthrax pada manusia endemis di wilayah pertanian, dimana didaerah
itu kejadian anthrax pada binatang sangat umum ditemukan ; ini termasuk negara-negara di
Amerika Tengah dan Selatan, Bagian Selatan dan Timur, Asia, Afrika. Munculnya daerah baru infeksi
anthrax pada hewan ternak bisa terjadi melalui import makanan ternak yang mengandung tulang
yang terkontaminasi. Kejadian bencana alam seperti banjir bisa memicu timbulnya epizootik.
Antrhax di anggap sebagai alat yang sangat potensial untuk bioterorisme dan “biowarfare” (perang
dengan menggunakan senjata biologis), pada saat terjadi perang biologis, anthrax dapat muncul
sebagai kejadian yang secara epidemiologis sangat luar biasa.

Cara pencegaha dan pengawasan


a. Pencegahan ;
 Berikan imunisasi kepada orang dengan risiko tinggi dengan vaksin cell-free yang disiapkan dari
filtrat kultur yang mengandung antigen protektif (tersedia di AS dari “Bioport corporation”, 3500
N. Martin Luther King, Jr. Boulevard, Lansing MI 48909). Terbukti bahwa vaksin ini efektif
mencegah anthrax kulit dan pernapasan.; direkomendasikan untuk diberikan kepada petugas
labororatorium yang secara rutin bekerja dengan B. anthracis dan para pekerja yang menangani
bahan industri mentah yang potensial terkontaminasi. Vaksin ini juga dapat digunakan untuk
melindungi personil militer yang terpajan senjata perang biologis.
 Beri penyuluhan kepada para pekerja yang menangani bahan-bahan yang potensial terkontaminasi
anthrax sebagai penular anthrax, sebaiknya para pekerja menjaga kulit agar tidak lecet dan
menjaga kebersihan perorangan.
 Membersihkan debu dan membuat ventilasi yang baik di tempat-tempat kerja pada industri
berbahaya; terutama yang menangani bahan mentah. Selalu melakukan supervisi medis pada
para pekerja dan melakukan perawatan spesifik pada luka dikulit. Pekerja sebaiknya
menggunakan baju pelindung dan tersedia fasilitas yang baik untuk mencuci tangan dan pakaian
dan mengganti sesudah kerja. Tempatkan ruang makan jauh dari tempat kerja. Uap formaldehid
digunakan untuk disinfeksi pabrik tekstil yang terkontaminasi anthrax.
 Lakukan pencucian secara menyeluruh, disinfeksi atau sterilkan bulu, wol dan tulang atau bagian
dari tubuh binatang lainnya yang akan dijadikan pakan ternak sebelum diproses.
 Kulit binatang yang terpajan anthrax jangan di jual. Bangkai binatang yang terpajan anthrax
jangan digunakan sebagai bahan pakan ternak.
 Jika dicurigai terkena anthrax, jangan melakukan nekropsi pada binatang tersebut. Jika ingin
mengambil sampel darah untuk kultur lakukan secara aseptis. Hindari kontaminasi tempat
pengambilan sampel. Jika nekrospi dilakukan dengan tidak hati-hati, sterilkan seluruh bahan dan
alat yang dipakai dengan otoklaf, insinerator atau dilakukan disinfeksi dan fumigasi dengan
bahan kimia.
Karena spora anthrax bisa hidup selama berpuluh-puluh tahun jika bangkai dikubur, maka teknik
pemusnahan yang paling baik adalah membakar bangkai binatang tersebut dengan suhu tinggi
(insinerasi) di tempat binatang itu mati atau dengan mengangkut bangkai tersebut ke tempat
insenerator, hati-hati agar tidak terjadi kontaminasi sepanjang jalan menuju insenerator. Jika cara
ini tidak memungkinkan, kuburlah dalam-dalam bangkai binatang itu di tempat binatang itu
mati; jangan dibakar di lapangan terbuka. Tanah yang terkontaminasi dengan bangkai atau
kotoran binatang didekontaminasi dengan lye 5% atau kalsium oksida anhydrous (quicklime).
Bangkai yang dikubur dalam-dalam sebaiknya di taburi dengan quicklime.
 Awasi dengan ketat buangan air limbah dari tempat yang menangani binatang-binatang yang
potensial terkontaminasi anthrax dan limbah dari pabrik yang menghasilkan produk bulu, wol,
tulang atau kulit yang mungkin terkontaminasi.
 Berikan Imunisasi sedini mungkin dan lakukan imunisasi ulang setiap tahun kepada semua hewan
yang berisiko terkena anthrax. Obati hewan yang menunjukkan gejala anthrax dengan penisilin
atau tetrasiklin, berikan imunisasi sesudah terapi dihentikan. Hewan ini sebaiknya tidak
disembelih hingga beberapa bulan setelah sembuh. Pengobatan sebagai pengganti imunisasi
dapat diberikan kepada hewan yang terpajan sumber infeksi, seperti terpajan dengan makanan
ternak komersiil yang terkontaminasi.

muveteriner.com/gejala-klinis-anthrax/
Karakteristik
Ciri-ciri bakteri Leptospira antara lain berbentuk spiral, dapat hidup di airtawar selama satu
bulan, bersifat patogen dan saprofitik. Spesies Leptospira yangmampu menyebabkan
penyakit (patogen) bagi manusia adalah Leptospirainterrogans.Leptospirosis disebabkan
bakteri pathogen berbentuk spiral termasuk genusLeptospira, famili leptospiraceae dan ordo
spirochaetales. Spiroseta berbentuk bergulung-gulung tipis, motil, obligat, dan berkembang
pelan secara anaerob. Setiapspesies leptospira terbagi menjadi puluhan serogrup dan
terbagi lagi menjadi puluhan,bahkan ratusan serovar. Saat ini, Leptospira interrogans yang
bersifat patogen telahdikenal lebih dari 200 serovar. Jasad renik ini biasanya hidup di dalam
ginjal host dandikeluarkan melalui air kencing (urin) saat berkemih. Host tersebut antara
lain tikus,babi, kambing, domba, kuda, anjing, kucing, kelelawar, tupai dan landak

Infeksi yang muncul biasanya terjadi ketika kulit manusia rusak atau selaput lendir yang terkena air
atau tanah telah terkontaminasi dengan urine dari hewan yang terinfeksi.

Gejala-gejala dari penyakit leptospirosis ini adalah:


- Demam
- Sakit kuning
- Kulit mengalami pendarahan
- Menggigil
- Nyeri otot
- Sakit perut
- Diare.

Penyakit leptospirosis biasanya ditularkan ketika air yang telah terkontaminasi dengan urine hewan
seperti tikus yang terinfeksi mengalami kontak langsung dengan membran mukosa atau kulit lecet
pada manusia.

Terlebih lagi di Indonesia pada saat kondisi lingkungan sedang mengalami banjir. Maka penyakit
leptospirosis ditularkan melalui tikus yang muncul pada saat musim hujan.

Setelah berada di dalam tubuh bakteri spirochete bergerak melalui sistem peredaran darah dan
menginfeksi semua jaringan yang pada akhirnya menetap di ginjal dan di dalam urine selama
berminggu-minggu setelah infeksi.

Penularan penyakit leptospirosis dapat ditularkan melalui air, urine, serta dari orang ke orang
terutama yang terserang penyakit ini.

Sebenarnya, penularan penyakit leptospirosis dapat dikendalikan dengan mengenakan pakaian


pelindung yang untuk menghindari lesi kulit, menghindari dampak dari hewan yang mati dan cairan
tubuh hewan tersebut.

dengan salah satu faktor resiko, antara lain pekerjaan petani di sawah, buruh potong tebu, pernah
membuang bangkai tikus, dan bekerja di sungai (sebagai penambang pasir, atau mengambil air
dari sungai untuk menyiram tanaman). Manusia yang berisiko tertular adalah para pekerja yang
berhubungan dengan hewan liar dan peliharaan, seperti peternak, petani, petugas laboratorium
hewan dan bahkan tentara. Wanita dan anak di perkotaan sering terinfeksi setelah berenang dan
piknik di luar rumah. Orang yang hobi berenang juga sering terkena penyakit ini. Jenis pekerjaan
merupakan faktor risiko penting dalam kejadian penyakit leptospirosis. Jenis pekerjaan yang
berisiko terjangkit leptospirosis antara lain: petani, dokter hewan, pekerja pemotong
hewan,pekerja pengontrol tikus, tukang sampah, pekerja selokan, buruh tambang, tentara,
pembersih septic tank dan pekerjaan yang selalu kontak dengan binatang.
Faktor risiko leptospirosis akibat pekerjaan yang ditemukan pertama kali adalah buruh tambang.
Pekerja-pekerja selokan, parit/saluran air, petani yang bekerja di sawah, ladang-ladang tebu,
pekerja tambang, petugas survei di hutan belantara, mereka yang dalam aktivitas pekerjaan selalu
kontak dengan urin berbagai binatang seperti dokter hewan, mantri hewan, penjagal di rumah
potong, atau para pekerja laboratorium, merupakan orang-orang yang berisiko tinggi untuk
mendapat leptospirosis. Dari beberapa penelitian juga menyebutkan bahwa pekerjaan sangat
berpengaruh pada kejadian leptospirosis.
Pekerjaan yang berhubungan dengan sampah mempunyai risiko 2 kali lebih tinggi terkena
leptospirosis; kontak dengan air selokan mempunyai risiko 3 kali lebih tinggi terkena
leptospirosis; kontak dengan air banjir mempunyai risiko 3 kali lebih tinggi terkena leptospirosis;
kontak dengan lumpur mempunyai risiko 3 kali lebih tinggi terkena leptospirosis
(Speelman,1998; Priyanto, 2008).

Bakteri leptospira dapat masuk melalui mata, hidung, mulut, atau luka terbuka pada
kulit, terutama jika Anda sering menghabiskan waktu berada di area, baik air maupun
tanah, yang terkontaminasi bakteri ini. Waspadai juga infeksi bakteri leptospira ketika
Anda melakukan kegiatan di luar ruangan seperti berkemah dan memancing atau
berkunjung ke daerah yang sedang menghadapi epidemi leptospirosis.

Bakteri ini juga dapat menyebar melalui gigitan hewan atau cairan tubuh lain (kecuali
ludah) dan ketika meminum air yang terkontaminasi, misalnya sehabis banjir atau ketika
melakukan olahraga yang berhubungan dengan air. Hewan piaraan jarang menjadi
penyebab menyebarnya leptospirosis walau terdapat juga kasus leptospirosis yang
disebarkan oleh tikus piaraan.

Kasus penyebaran leptospirosis juga jarang disebarkan oleh sesama manusia walau
masih mungkin terjadi melalui hubungan seksual atau melalui ASI dari ibu yang
terinfeksi bakteri ini kepada bayi

. Pencegahan
Menurut Saroso (2003) pencegahan penularan kuman leptospirosis dapat dilakukan melalui tiga jalur
yang meliputi:

1. Jalur sumber infeksi

a. Melakukan tindakan isolasi atau membunuh hewan yang terinfeksi.

b. Memberikan antibiotik pada hewan yang terinfeksi, seperti penisilin, ampisilin,


atau dihydrostreptomycin, agar tidak menjadi karier kuman leptospira. Dosis dan cara pemberian
berbeda-beda, tergantung jenis hewan yang terinfeksi.

c. Mengurangi populasi tikus dengan beberapa cara seperti penggunaan racun tikus, pemasangan
jebakan, penggunaan rondentisida dan predator ronden.

d. Meniadakan akses tikus ke lingkungan pemukiman, makanan dan air minum dengan membangun
gudang penyimpanan makanan atau hasil pertanian, sumber penampungan air, dan perkarangan yang
kedap tikus, dan dengan membuang sisa makanan serta sampah jauh dari jangkauan tikus.

e. Mencengah tikus dan hewan liar lain tinggal di habitat manusia dengan memelihara lingkungan
bersih, membuang sampah, memangkas rumput dan semak berlukar, menjaga sanitasi, khususnya
dengan membangun sarana pembuangan limbah dan kamar mandi yang baik, dan menyediakan air
minum yang bersih.

f. Melakukan vaksinasi hewan ternak dan hewan peliharaan.

g. Membuang kotoran hewan peliharaan. Sadakimian rupa sehinnga tidak menimbulkan kontaminasi,
misalnya dengan pemberian desinfektan.

2. Jalur penularan

Penularan dapat dicegah dengan:

a. Memakai pelindung kerja (sepatu, sarung tangan, pelindung mata, apron, masker).

b. Mencuci luka dengan cairan antiseptik, dan ditutup dengan plester kedap air.

c. Mencuci atau mandi dengan sabun antiseptik setelah terpajan percikan urin, tanah, dan air yang
terkontaminasi.

d. Menumbuhkan kesadara terhadap potensi resiko dan metode untuk mencegah atau mengurangi
pajanan misalnya dengan mewaspadai percikan atau aerosol, tidak menyentuh bangkai hewan, janin,
plasenta, organ (ginjal, kandung kemih) dengan tangan telanjang, dan jangn menolong persalinan hewan
tanpa sarung tangan.

e. Mengenakan sarung tangan saat melakukan tindakan higienik saat kontak dengan urin hewan, cuci
tangan setelah selesai dan waspada terhadap kemungkinan terinfeksi saat merawat hewan yang sakit.
f. Melakukan desinfektan daerah yang terkontaminasi, dengan membersihkan lantai kandang, rumah
potong hewan dan lain-lain.

g. Melindungi sanitasi air minum penduduk dengan pengolalaan air minum yang baik, filtrasi dan
korinasi untuk mencengah infeksi kuman leptospira.

h. Menurunkan PH air sawah menjadi asam dengan pemakaian pupuk aau bahan-bahan kimia sehingga
jumlah dan virulensi kuman leptospira berkurang.

i. Memberikan peringatan kepada masyarakat mengenai air kolam, genagan air dan sungai yang telah
atau diduga terkontaminasi kuman leptospira.

j. Manajemen ternak yang baik.

3. Jalur pejamu manusia

a. Menumbuhkan sikap waspada

Diperlukan pendekatan penting pada masyarakat umum dan kelompok resiko tinggi terinfeksi kuman
leptospira. Masyarakat perlu mengetahui aspek penyakit leptospira, cara-cara menghindari pajanan dan
segera ke sarana kesehatan bila di duga terinfeksi kuman leptospira.

b. Melakukan upaya edukasi

Dalam upaya promotif, untuk menghindari leptospirosis dilakukan dengan cara-cara edukasi yang
meliputi:

1) Memberikan selembaran kepada klinik kesehatan, departemen pertanian, institusi militer, dan lain-
lain. Di dalamnya diuraikan mengenai penyakit leptospirosis, kriteria menengakkan diagnosis, terapi dan
cara mencengah pajanan. Dicatumkan pula nomor televon yang dapat dihubungi untuk informasi lebih
lanjut.

2) Melakukan penyebaran informasi.

Infeksi dalam bentuk subakut tidak begitu memperlihatkan gejala klinis, sedangkan pada
infeksi akut ditandai dengan
gejala sepsis, radangginjal interstisial, anemia hemolitik, radang hati dan keguguran. [2].
Leptospirosis pada hewan biasanya subklinis [5]. Dalam keadaan ini, penderita tidak menunjukkan
gejala klinis penyakit

Anda mungkin juga menyukai