Anda di halaman 1dari 96

1

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang.

Waham merupakan keyakinan seseorang berdasarkan penelitian realistis


yang salah, keyakinan klien tidak konsisten dengam tingkat intelektual dan latar
belakang budaya( Keliat,2012). Waham adalah kepercayaan yang salah terhadap
objek dan tidak konsisten dengan latar belakang intelektual dan budaya
(Rawlins,2010).

Berdasarkan data riset kesehatan dasar ( Rikesdas,2013) juga melakukan


penelitian gangguan mental emosional pada penduduk Indonesia seperti pada
Riskesdas 2007, diketahui bahwa prevalensi gangguan mental emosional dan
ditunjukkan dengan gejala-gejala depresi dan kecemasan adalah sebesar 6% usia
15 tahun keatas atau sekitar 14 jutaorang, sedangkan prevalensi gangguan jiwa
berat, seperti schizophrenia adalah 1.7% per 1000 penduduk atau sekitar 400.000
orang, dan kombinasi dengan data pusdatin kemenkes dengan waktu yang
disesuaikan, prevalensi gangguan jiwa di Jawa Timur sebanyak 0.23% untuk usia
15 tahun keatas dan jumlah penduduk 24,089,433 orang berat dan lebih dari 1juta
orang di Jawa Timur mengalami gangguan mental emosional.

Faktor predisposisi antaralain adalah genetic: diturunkan adanya


abnormalitas perkembangan sistem syaraf yang berhubungan dengan respon
biologis yang maladaptive, neurotransmitter : abnormalitas pada dopamine
serotonik dan glutamate, virus : paparan virus influenza pada ttrimester
III,Psikologis : ibu pencemas, terlaku melindungi ayah tidak peduli. Faktor
presipitasi antara lain adalah stressor social budaya: stress dan kecemasan akan
meningkatkan bila terjadi penurunan stabilitas keluarga, faktor biokimia:
pemeliharaan tentang pengaruh dopamine dan memungkinkan juga orientasi
realita, faktor psikologi : intensitas kecemasan yang ekstrim akan berkurangnya
orientasi realita. Adanya gejala pemicu,proses pengolahan informasi yang
berlebihan, mekanisme penghantaran listrik.
2

Peran dan fungsi perawat sangatlah penting dalam hal pelaksanaan asuhan
keperawatan jiwa, unit pelayanan bina jiwa tiga aspek meliputi aspek promotif
yaitu memberikan penyuluhan kesehaatan khususnya kesehatan jiwa untuk
meningkatkan status kesehatan , aspek preventif (primer dan kuratif ) primer yaitu
dapat berhubungan dengan orientasi realita, kuratif yaitu memperhatian dan
mengatur klien untuk minum obat dan aspek rehabilitasi yaitu baik dokter,
perawat maupun keluarga agar lebih memperhatikan dalam perbaikan fisik dan
mental serta perawatan diri yang optimal.

1.2 Batasan Masalah.


Pada makalah seminar ini yang kami, kami menyajikan tentang “Asuhan
Keperawatan Jiwa pada Tn A dengan gangguan Proses Pikir Waham Kebesaran
di Ruang Cendrawasih RSJ dr Radjiman Wediodiningrat.
1.3 Tujuan
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum penulisan makalah ini adalah mahasiswa mampu untuk
pengalaman nyata dalam melaksanakan asuhan keperawatan jiwa pada klien
dengan gangguan proses pikir : waham kebesaran berdasarkan kasus nyata dengan
pendekatan proses keperawatan.
1.3.2 Tujuan Khusus.
Mahasiswa mampu untuk :
1) Melakukan pengkajian dengan tepat pada klien dengan gangguan proses pikir
: waham kebesaran di Ruang Cendrawasih RSJ dr Radjiman Wediodiningrat
Lawang
2) Mengidentifikasi diagnosa keperawatan pada Tn A dengan gangguan proses
pikir : waham kebesaran di RuangCendrawasih RSJ dr Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
3) Menyusun intervensi keperawatan pada Tn Adengan gangguan proses pikir :
waham kebesaran di Ruang Cendrawasih RSJ dr Radjiman Wediodiningrat
Lawang.
3

4) Melaksanakan implementasi keperawatan pada Tn A dengan gangguan proses


pikir waham kebeesaran di Ruang Cendrawasih RSJ dr Radjiman
Wediodiningrat Lawang.
5) Mengevaluasi implementasi keperawatan pada Tn A dengan gangguan proses
pikir waham kebesaran di Ruang Cendrawasih RSJ dr Radjiman
Wedyodiningrat.
6) Mendokumentasikan asuhan keperawatan pada Tn Adengan gangguan proses
pikir RSJ dr Wediodiingrat Lawang.
1.4 Manfaat
1) Bagi Mahasiswa
Mahasiswa bisa mengerti dan mengetahui tentang gangguan proses pikir: waham
kebesaran dan bagaimana cara melakukan asuhan keperawatan pada klien dengan
dengan gangguan proses pikir : waham kebesaran dan mahasiswa bisa
membandingkan antara teori dengan praktik, serta sebagai bentuk pengalaman
dan tri darma perguruan tinggi.
2) Bagi Perawat
Perawat bisa mengetahui lebih dalam lagi tentang gangguan proses pikir waham
kebesaran dan perawat dapat menerapkan teori-teori terbaru.
3) Bagi Institusi Perawat.
Bagi institusi pendidikan dapat menambah pengetahuan tentang gangguan proses
pikir : waham kebesaran kepada mahasiswa selanjutkan, serta dapat menambah
pustaka keilmuan sesuai dengan kemajuanilmu pengetahuan dan teknologi yang
ada saat ini.
4) Bagi RSJ dr Radjiman Wediodiningrat Lawang.
Bagi rumah sakit akan menambah teori baru dalam bidang keperawatanuyang
muncul dari para mahasiswa praktikkan, serta sebagai sarama evaluasi dari
pelayanan yang telah diterapkan selama ini.
4

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Masalah Utama


Gangguan proses pikir: waham

2.2 Proses terjadi masalah


Delusi (waham) adalah keyakinan seseorang dengan berdasarkan pada adanya
penilaian terhadap realitas yang salah dan keyakinan tersebut dipertahankan secara
kuat/terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan diluar diri pasien baik
secara sosial, budaya dan latar belakang agama (Boyd,1998). Biasanya
dikategorikan dengan non bizarre, maksudnya adalah adanya karakteristik
digambarkan dengan situasi yang mungkin yang dapat timbul dari kenyataan hidup
dan masuk akal dalam konteks latar belakang etnik dan budaya seseorang. Sebagai
contoh situasi kehidupan meliputi sesuatu yang diikuti, terpapar racun, atau infeksi,
dan sesuatu yang dicintai namun ada jarak atau ditipu oleh pasangan atau orang
yang mencintai. Untuk mendiagnosis adanya gangguan delusi, maka harus ada
karakteristik non bizarre kurang lebih satu bulan (APA, 1994 dalam Boyd,1998).

Hal ini dapat diakibatkan oleh adanya berbagai macam proses kehilangan yang
dialami seseorang didalam kehidupannya. Proses kehilangan ini merupakan suatu
stresor yang menyebabkan terjadinya stres pada individu. Apabila stres ini
berkepanjangan, maka dapat memicu adanga masalah gangguan jiwa dan salah satu
tandanya adalah waham (Modul MPKP & BC CMHN, 2006).

Waham merupakan gangguan dari isi pikir. Isi pikir merupakan bagian akhir
untuk pengkajian dari fungsi kognitif dan untuk mengevaluasi adanya delusi yang
dialami seseorang dengan schizoprenia. Pikiran adalah hasil dari suatu yang muncul
dari proses yang rumit yang mempengaruhi penyaringan dari stimulus internal dan
eksternal yang menggunaan suatu proses dari berbagai pengulangan atau feedback
dari otak. Pengenalan dari kompleksitas proses ini membantu perawat untuk
menghargai cara seseorang yang tak mau mundur dengan pertahanan keyakinan
dirinya. Ketidakmampuan dari otak untuk melakukan proses akurasi data dapat
5

menyebabkan adanya waham paranoid, waham kebesaran, waham agama, waham


nihilistik dan waham somatik.

Waham dapat terjadi karena adanya saling pengaruh antara fisiologi otak,
stimulus yang timbul dari lingkungan serta kerangka acuan yang dipakai individu
mengenai kehidupan. Waham dapat terjadi satu pikiran saja atau meliputi
keseluruhan dari proses kognitif (Stuart & Laraia, 2005). Dalam hal ini waham
dapat juga dilihat dari karakteristik kerusakan proses pikirnya, karena proses pikir
merupakan suatu cara atau bagaimana pasien mengekspresikan dirinya. Proses pikir
ini dapat diobservasi melalui pembicaraan secara verbal. Meliputi: sircumstansial,
flight of ideas, kehilangan asosiasi, neologisme, perseverasi, tangensial, blocking.

a. Faktor predisposisi.

Adalah faktor resiko yang mempengaruhi jenis dan jumlah sumber yang dapat
dibangkitkan oleh individu untuk mengatasi stress.

1) Faktor Biologi: perilaku berhubungan dengan respon neurobiologi yang


maladaptif. Adanya anomali dari otak: beberapa penelitian menunjukkan
bahwa ada keteraitan secara signifikan adanya pelebaran ukuran dari ventrikel
serebral dalam otak seseorang dengan schizoprenia. Dilatasi dari sulcus
cortikal dan fisura juga perlu diobservasi. Beberapa penelitian menunjukkan
juga adanya penurunan ukuran dari lobus temporal. Adanya abnormal serebral
asimetris, penurunan volume serebral, dan adanya perubahan massa otak.
Adanya neuropatologi: perubahan histologi dalam otak yaitu pada area sistem
limbik, thalamus, basal ganglia, hippocampus dan kortek frontal.

2) Faktor Biokimia

Dopamin hipotesis yaitu meningkatnya reseptor dopamin dalam otak. Atau


hipotesis biokimia lainnya yaitu abnormalitas dari neurotransmiter seperti:
norepineprine, serotonin, acetylcoline, dan GABA. Serta abnormalitas dari
neuroregulator seperti prostaglandins, endorpin.
6

3) Faktor Genetik

Gen apa yang berpengaruh dalam skizoprenia belum diketahui secara pasti.
Namun studi tentang kembar: rata-rata schizoprenia antar kembar monozygot
(identik)adalah 4 kali dibanding dengan kembar dizygot dan hampir 50 kali
pada populasi secara umum. Namun demikian diyakini bahwa interaksi dari
lingkungan juga mempengaruhi. Studi lainnya yaitu adopsi: dinyatakan bahwa
anak adopsi dari ibu yang schizoprenia maka akan berkembang menjadi sakit.

4) Faktor Fisiologi

Infeksi virus, abnormal dari anatomi dan struktur otak. Kondisi fisik otak
seperti epilepsi (biasanya pada lobus temporal), Hungtinton’s chorea, trauma
lahir, injury kepala waktu dewasa, alkoholisme, tumor serebral (biasanya
sistem limbik), kecelakaan pada serebrovaskuler, SLE, myxedema,
parkinsonism, dan penyakit Wilson’s .

5) Faktor Psikologis

Fokus pada hubungan antar anggota keluarga yang mengalami disfungsi


sistem keluarga.

b. Faktor Presipitasi

Yaitu stimulus yang dipersepsikan oleh individu sebagai tantangan,


ancaman/tuntutan yang memerlukan energi ekstra untuk koping.

1) Faktor Sosial-budaya

Faktor tingkat sosioekonomi yang rendah lebih banyak mengalami


schizoprenia dibanding pada tingkat sosioekonomi tinggi. Penjelasan dari hal
ini dapat menyebabkan schizoprenia meliputi kondisi kehidupan yang dalam
kemiskinan, seperti tidak adanya akomodasi, inadekuat nutrisi, tidak adanya
perawatan prenatal, sedikit sekali sumber untuk mengatasi situasi stres, dan
perasaan yang tidak berdaya untuk merubah gaya hidup dalam kemiskinan.

2) Kehidupan Penuh Stress.


7

c. Perilaku

Respon klien terhadap waham dapat berupa curiga, ketakutan, perasaan tidak
aman, gelisah dan bingung, prilaku merusak diri, kurang perhatian, tidak mampu
mengambil keputusan serta tidak dapat membedakan keadaan nyata dan tidak
nyata.

1) Ingatan: pelupa, tidak berminat, kurang patuh

2) Perhatian: kesulitan menyelesaikan tugas, kesulitan konsentrasi pada tugas

3) Bentuk dan isi pembicaraan: kesulitan mengkomunikasikan pikiran dan

perasaan

4) Pengambilan keputusan: kesulitan melakukan dan menjalankan aktivitas,

Pikiran konkrit: ketidakmampuan untuk menjalankan perintah multipel,


masalah dalam penglolaan waktu, kesulitan mengelola keuangan, penafsiran
kata-kata dan simbol secara harfiah

5) Isi Pikir: delusi

d. Sumber Koping

Sumber koping individual harus dikaji dengan pemahaman terhadap pengaruh


gangguan otak pada perilaku. Kekuatan dapat meliputi seperti modal intelegensia
atau kreativitas yang tinggi. Orang tua harus secara aktif mendidik anak-anak dan
dewasa muda tentang keterampilan koping karena mereka biasanya tidak hanya
belajar dari pengamatan. Sumber koping keluarga dapat berupa pengetahuan
tentang penyakit, finansial yang cukup, ketersediaan waktu dan tenaga, dan
kemampuan untuk memberikan dukungan secara berkesinambungan.

Suatu evaluasi terhadap pilihan koping dan strategi seseorang. Individu dapat
mengatasi stress dan anxietas dengan menggunakan sumber koping dilingkungan.
Sumber koping tersebut sebagai modal untuk menyelesaikan masalah, dukungan
sosial dan keyakinan budaya, dapat membantu seseorang mengintegrasikan
8

pengalaman yang menimbulkan stress dan mengadopsi strategi koping yang


berhasil.

e. Mekanisme Koping

Tiap upaya yang diarahkan pada pelaksanaan stress, termasuk upaya penyelesaian
masalah langsung dan mekanisme pertahanan yang digunakan untuk melindungi
diri dari pengalaman yang menakutkan berhubungan dengan respon
neurobiologik, termasuk:

1) Regresi berhubungan dengan masalah proses informasi dan upaya untuk


menanggulangi ansietas, hanya mempunyai sedikit energi yang tertinggal
untuk aktivitas hidup sehari-hari.
2) Proyeksi sebagai upaya untuk menjelaskan kerancuan persepsi sebagai
tanggungjawab pada seseorang atau sesuatu
3) Menarik diri terkait dengan masalah membangun rasa percaya dan preokupasi
dengan pengalaman internal.
4) Koping keluarga biasanya denial dengan masalah yang dihadapi pasien.
f. Pohon masalah
Akibat Kerusakan komunikasi verbal Sindroma defisit perawatan

diri : mandi/kebersihan,

berpakaian/berhias

Masalah Utama Gangguan proses pikir : Intoleransi aktivitas

waham

Penyebab Gangguan konsep diri:

Harga diri rendah kronis


9

g. Masalah Keperawatan dan data yang perlu dikaji


 Gangguan proses pikir: waham......
Data Utama:

1. Adanya ide-ide yang salah


2. Ketidakmampuan untuk konsentrasi
3. Kewaspadaan yang berlebihan
4. Kelainan tentang perhatian (distraktibilitas)
5. Ketidaktepatan interpretasi lingkungan
6. Kelainan kemampuan pengambilan keputusan, menyelesaikan masalah,
alasan pemikiran abstrak atau konseptualisasi, berhitung
7. Perilaku sosial yang tidak sesuai: merefleksikan ketidaktepatan pemikiran
8. Ketidakmampuan mempercayai orang lain
9. Perasaan takut sampai panik
10. Kerusakan komunikasi verbal
Data Utama:

a. Tidak adanya asosiasi antara ide yang satu dan lainnya


b. Menggunakan kata-kata yang berarti simbolik untuk individu tersebut
(neologisme)
1. Menggunakan kata-kata yang tidak mempunyai arti, tidak berhubungan
atau bahasa gado-gado
2. Menggunakan kata-kata bersajak dengan bentuk kata yang tidak umum
(clang assocation) atau asosiasi gema
3. Pengulangan kata-kata yang didengar (ekolalia)
4. Menggunakan refleksi pikiran konkrit (ketidakmampuan untuk berpikir
abstrak)
5. Kontak mata kurang (tidak ada kontak maya atau tidak mau menatap
langsung pada lawan bicara)
 Harga diri rendah kronis:
 Menarik diri
 Menjadi sangat kritis atau menghakimi diri dan orang lain
10

 Ekspresi-ekpresi ketidak berdayaan


 Takut gagal
 Ketidak mampuan mengakui keberhasilan
 Hubungan interpersonal tidak memuaskan
 Pandangan yang negatif atau pesimistik
 Intoleransi aktivitas
 Sindroma defisit perawatan diri : mandi/kebersihan,
berpakaian/berhias.
1. Ketidakmampuan / menolak untuk membersihkan tubuh atau bagian-bagian
tubuh
2. Ketidak mampuan dan kurangnya minat dalam memilih pakaian yang sesuai
untuk dikenakan, berpakaian, merawat atau mempertahankan penampilan.
3. ketidakmampuan atau tidak adanya keinginan defikasi atau berkemih dengan
bantuan
h. Rencana Tindakan
Terapi Kemampuan S1 SP

Klien 1. Tujuan tindakan SP 1


a. Pasien dapat berorientasi kepada realitas secara bertahap
b. Pasien dapat memenuhi kebutuhan dasar
c. Pasien mampu berinteraksi dengan orang lain dan
lingkungan
d.Pasien menggunakan obat dengan prinsip 6 benar
2. Tindakan keperawatan
a. Membantu pasien berorientasi terhadap realitas:
Tidak mendukung atau membantah waham, yakinkan
SP 2
pasien berada dalam keadaan aman, observasi pengaruh
SP 3
waham terhadap aktovitas sehari-hari. Jika pasien terus
menerus membicarakan wahamnya dengarkan tanpa
memberikan dukungan atau menyangkal sampai pasien
11

berhenti membicarakannya. Berikan pujian bila


penampilan dan orientasi pasien sesuai dengan realitas.
b. Mendiskusikan kebutuhan psikologis/emosional yang
tidak terpenuhi sehingga menimbulkan kecemasan, rasa
takut dan marah.
c. Tingkatkan aktivitas yang dapat memenuhi kebutuhan
fisik dan emosional pasien
SP 1

d. Mendiskusikan tentang kemampuan positif yang dimiliki


e. Melatih menggunakan kemampuan yang dimiliki
f. Berdiskusi tentang obat yang diminum pasien
g. Melatih pasien melakukan minum obat yang benar
SP2
1. Tujuan Tindakan
a. Keluarga mampu mengidentifikasi waham pasien
b. Keluarga mampu memfasilitasi pasien untuk memenuhi
kebutuhan yang dipenuhi waham
c. Keluarga mampu mempertahankan program
pengobatan pasien secara optimal
2. Tindakan Keperawatan SP3
a. Diskusikan masalah yang dihadapi keluarga saat
merawat pasien di rumah
b. Diskusikan dengan keluarga tentang waham yang
dialami pasien
c. Diskusikan dengan keluarga tentang:
a. Cara merawat pasien waham di rumah
b. Follow up dan keteraturan
c. Lingkungan yang tepat untuk pasien.

Keluarga
12

d. Diskusikan dengan keluarga tentang obat pasien (nama


obat, dosis, frekuensi, efek samping, akibat penghentian
obat)
e. Diskusikan dengan keluarga kondisi pasien yang
memerlukan konsultasi segera
f. Latih cara merawat
g. Menyusun rencana pulang pasien bersama keluarga

Kelompok Terapi Aktivitas Kelompok SP4


Pasien

Terapi Kemampuan Spesialis (S 2) SP

Individu A. Terapi Kognitif

Sesi I : Mengungkapkan pikiran otomatis


a. Terapis mengidentifikasi masalah : ”what”, ”where”, SP1
”when”, ”who”.
b. Diskusikan sumber masalah
c. Diskusikan pikiran dan perasaan
d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi
kognitif
e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien

Sesi II : Mengungkapkan alasan


a. Diskusikan pikiran otomatis

b. Tanyakan penyebabnya

c. Beri respon terhadap pernyataan pasien


SP2
h. Tanyakan tindakan klien
13

i. Anjurkan pasien menuliskan perasaannya.

Sesi III : Tanggapan terhadap pikiran otomatis


a. Dorong pasien untuk memberikan pendapat
b. Berikan umpan balik
c. Dorong untuk mengungkapkan keinginan

d. Berikan persepsi perawat terhadap keinginan


SP3
e. Beri reinforcement posisif

f. Jelaskan metode 3 (tiga) kolom

g. Diskusikan cara menggunakan metode 3 kolom

h. Diskusikan cara menggunakan metode 3 (tiga) kolom

i. Anjurkan menuliskan pikiran otomatis dan cara


penyelesaian

Sesi IV : Menuliskan pikiran otomatis


a. Anjurkan klien untuk menuliskan pikiran

otomatisnya

b. Dorong klien untuk mengomentari tulisan

c. Beri respon dan umpan balik

d. Anjurkan untuk melakukan

SP 4
Sesi V : Penyelesaian masalah
a. Diskusikan kembali prinsip terapi 3 kolom

b. Tanyakan stressor/masalah baru dan respon

penyelesaian

c. Tanyakan kemampuan menanggapi pikiran otomatis


14

negatif

d. Beri reinforcement positif

Sesi VI : Manfaat tanggapan SP5

a. Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan


rasional
b. Beri umpan balik
c. Diskusikan manfaat tanggapan rasional
d. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
e. Tanyakan hambatan yang dialami
f. Beri persepsi perawat
g. Diskusikan cara mengatasi hambatan
h. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan
SP6
i. Beri reinforcement positif

Sesi VII : Mengungkapkan hasil


a.. Beri reinforcement positif dan pendapat perawat

b. Diskusikan manfaat yang dirasakan

c. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah

d. Berikan persepsi terhadap hambatan yang dihadapi

e. Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasi

f. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan

g. Beri reinforcement positif

Sesi VIII : Catatan harian


a. Tanyakan apakah selalu mengisi buku harian
b. Beri reinforcement positif SP7
c. Diskusikan manfaat buku harian
15

d. Anjurkan membuka buku harian bila menghadapi


masalah yang sama
e. Tanyakan kesulitan dan diskusikan cara penggunaan
yang efektif.

Sesi IX : Support system


a. Jelaskan pada keluarga tentang terapi kognitif
b. Libatkan keluarga

c. Diskusikan dengan keluarga kemampuan yang telah


dimuliki klien

d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan


SP8
menanggapi masalah klien

B. Terapi Prilaku
Kelompok Logoterapi

Keluarga Triangle Terapi

Sesi I : Mengenali dan mengekspresikan perasaan

a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan SP1


masalah yang terjadi pada klien.
b. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan
menanggapi masalah klien.
c. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah
yang dihadapi. Pada saat ini, terapis menggunakan
tehnik – tehnik komunikasi, misalnya; silence,
klarifikasi, focusing, sentuhan teraupetik dan lain –
lain
16

d. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap


masalah yang dihadapi klien tersebut.
e. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya
(kerugiannya) pada keluarga.

Sesi II : Menerima orang lain (klien)


a. Bersama klien dan keluarga menggali kelebihan
klien, dokumentasikan.
b. Mengajak keluarga untuk dapat menerima orang
lain dan lebih banyak memberi kepada orang lain
SP2
bukan tergantung kepada orang lain (anggota
keluarga)
c. Memberikan lingkungan yang aman bagi anak

Sesi III : Penyelesaian masalah


a. Terapis mengajak keluarga untuk merumuskan
hal- hal apa yang dapat keluarga lakukan dengan
kemampuannya dalam mengatasi masalah
tersebut.
b. Memberikan masukan apabila perlu (misalnya
keluarga belum mampu untuk memutuskan
sendiri)
c. Memberi kesempatan pada keluarga untuk
menjalankan kegiatan yang telah dirumuskan SP3

d. Memberi pujian kepada keluarga terhadap


rencana kegiatan yang telah dibuat
e. Menjelaskan pada keluarga bahwa kunci dari
keberhasilan terapis adalah tergantung dari
kedisiplinan klien dan keluarga sendiri.
17

Sesi IV : Mengungkapkan hasil

a. Beri reinforcement positif


b. Diskusikan manfaat yang diraakan
c. Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
d. Berikan persepsi terhadap ambaran yang dihadapi.
e. Diskusikan untuk mengatasi sesuai memampuan
f. Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan
g. Beri reinforcement positif

SP4

Keluarga Komunikasi Terapi

Komunitas A. ACT
B. Psycoeducation Therapy

Kelompok Stimulasi Perkembangan


Terapeutik
18

STRATEGI PELAKSANAAN
Untuk Klien

Masalah : Gangguan proses pikir:waham

Pertemuan : Ke 1

A. Proses Keperawatan
1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya adalah dukun yang bisa terbang. Klien
menguasai pembicaraan, sering berganti topik pembicaraan.
2. Diagnosa : Gangguan proses pikir : waham kebesaran
3. TUK :
a. Membina hubungan saling percaya
b. Mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi dan cara memnuhi
kebutuhan
c. Mempraktekkan pemenuhan kebutuhan yang tidak terpenuhi.

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan


Orientasi :

“ Assalamualaikum, Saya perawat yang akan merawat bapak. Nama Saya


fitri, senang dipanggil fitri. Nama lengkapnya siapa dan senang dipanggil
apa?”

“ Bagaimana perasaan bapak hari ini? Apa keluhan bapak saat ini”

“Baiklah, bagaimana kalau kita bercakap-cakap tentang apa yang bapak


rasakan sekarang? Di mana kita duduk? Di ruang tamu? Berapa lama?
Bagaimana kalau 30 ment?”

Kerja :

“ Saya mengerti bapak merasa bahwa bapak adalah dukun yang bisa terbang,
namun sulit bagi saya untuk mempercayai hal itu, karena setahu saya manusia
tidak dapat terbang. Apa bisa dilanjutkan pembicaraan yang terputus tadi ?”
19

”Kelihatannya bapak gelisah, coba ceritakan apa yang bapak rasakan saat
ini?” Oh...jadi selama ini bapak merasa takut nanti diatur-atur sama orang
lain dan merasa tidak punya hak untuk mengatur diri sendiri?”

”Siapa menurut bapak, orang yang sering mengatur-atur bapak itu?”Jadi


suami ya yang selama ini sering mengatur-atur bapak, juga bapak dan ibu
bapak ya, apa masih ada orang lain lagi?”

”Kalau menurut bapak sendiri, bapak inginnya seperti apa?”Oh..bagus kaau


bapak sudah punya rencana dan jadwal untuk diri sendiri?”Coba kita
tuliskan rencana dan jadwal itu ya bapak”

”Ya begitu..bagus sekali, jadi setiap hari bapak ingin ada kegiatan diluar
rumah karena bosan ya kalau dirumah terus”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah ngobrol sama suster?”

” Apa saja tadi yang sudah kita obrolkan?” Ya bagus..”

”Bagaimana kalau jadwal yang dibuat tadi coba dilakukan ya bapak, setuju
kan?”

“Bagaimana kalau kita bertemu 1 jam lagi untuk ngobrol tentang emampuan
yang pernah bapak miliki?”Mau dimana tempatnya?” Jam berapa ya
?”“Baiklah, sampai jumpa. Assalamu’alaikum”

Masalah : Gangguan proses pikir

Pertemuan : Ke 2

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya adalah dukun yang bisa terbang. Klien
menguasai pembicaraan, sering berganti topik pembicaraan.

2. Diagnosa : Gangguan proses pikir: waham kebesaran


20

3. TUK : Mengidentifikasi kemampuan positif pasien dan membantu


mempraktekkannya
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Orientasi :

“ Assalamualaikum bapak.

”Bagaimana perasaan bapak hari ini?Bagus!” Apakah bapak sudah


mengingat-ingat apa saja hobi atau kegemaran yang bapak miliki? Bagus
!”Bagaimana kalau kita bicarakan hobi itu sekarang?”Berapa lama mau
berbicaranya?” Baiklah 20 menit.” Mau dimana duduknya?

Kerja :

“Coba bapak ceritakan pada suster, apa saja hobinya?Suster catat ya,
bagus..terus apalagi?”

”Wah...rupanya bapak pandai menjahit baju ya, tidak semua orang bisa
menjahit baju lho”

”Bisa bapak ceritakan pada suster sejak kapan bapak bisa menjahit, siapa
dulu yang mengajarkannya?” Terus dimana pertamakali belajar menjahit?”

”Coba bapak peragakan bagaimana cara menjahit yang benar?” Wah bagus
sekali ya!”

”Coba kita buat jadwal untuk kemampuan bapak itu, berapa kali mau
melakukannya dalam sehari atau seminggu mau menjahitnya?”

”Apa yang bapak harapkan dari kemampuan bapak itu?” Masih ada tidak
hobi lainnya selain menjahit?”

Terminasi:

“Bagaimana perasaan bapak setelah berbicara sama suster tentang hobi dan
kemampuan bapak?”
21

” Setelah ini, coba bapak lakukan terus hobi menjahit sesuai dengan jadwal
yang telah dibuat tadi”.

”Kita akan ke ketemu lagi jam berapa”.Bagaimana kalau sebelum makan


siang?”Dikamar makan saja ya?”

”Nanti kita membicarakan tentang obat yang harus bapak minum, setuju
kan?”

”Baiklah bapak, sampai ketemu lagi...Assalamualikum...

Untuk Keluarga

Masalah : Gangguan proses pikir

Pertemuan : Ke 1

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya adalah dukun dan bisa terbang Klien
menguasai pembicaraan, sering berganti topik pembicaraan.

2. Diagnosa : gangguan pola pikir waham kebesaran


3. TUK : Mengidentifikasi masalah, mejelaskan proses terjadinya masalah,
dan obat pasien

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Orientasi :

“ Assalamualaikum Bapak/Ibu!”” Saya s, perawat yang merawat bapak”n A


/Ibu namanya siapa dan senang dipanggil apa?”

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu hari ini? Apa pendapat Bapak/Ibu tentang


Ibu tn A?”

“Hari ini kita akan membicarakani tentang apa masalah yang St sedang
alami dan bantuan apa yang bisa Bapak/Ibu bisa berikan.”

“Kita mau berbicara di mana? Bagaimana kalau di ruang wawancara?


22

“Berapa lama waktu Bapak/Ibu? Bagaimana kalau 30 menit”

Kerja :

“Bapak dan Ibu, Apa masalah yang Bapak/Ibu rasakan dalam merawat Tn
A?”

Apa saja yang sudah dilakukan di rumah?Dalam menghadapi sikap Tn A yang


sealu mengaku-ngaku dukun dan bisa terbang adalah merupakan gangguan
dalam proses berpikir.Untuk itu akan suster jelaskan sika dan cara
menghadapinya. Setiap kali Tn berkata bahwa ia adalah dukun, maka
Bapak/Ibu dapat mengatakan pertama:

”Kami mengerti Tn A merasa menjadi dukun, tapi sulit bagi kami untuk
mempercayainya karena setahu manusia tidak dapat terbang”

”Kedua: Bapak/Ibu harus sering memuji tn A jika ia melakukan hal-hal yang


baik”

”Ketiga: hal-hal ini sebaiknya dilakukan oleh seluruh keluarga yang memang
sering berinteraksi dengan Tn A’

”Bapak/Ibu dapat bercakap-cakap dengan Tn A tentang kebutuhan yang


diinginkan oleh St, misalnya: ”Bapak/Ibu percaya St punya kemampuan yang
diinginkan St, misalnya: ”Kami percaya St punya kemampuan dan keinginan.
Coba ceritakan pada kam, Tn A kan punya kemampuan....

”Keempat: Bagaimana kalau dicoba lagi sekarang?” Jika Tn A mau


mencoba maka berikan pujian

”Baka/Ibu, Tn A juga perlu minum obat ini, agar pikirannya menjadi tenang,
tidurnya juga menjadi tenang”Obatnya ada tiga macam: warna orange
namanya CPZ gunanya untuk agar tenang, dan yang putih namanya THP
gunanya untuk rileks, dan yang merah jambu namanya HLP gunanya agar
pikiran tenang. Dan semuanya ini harus diminum secara teratur 3 kali sehari,
mulai jam 7 pagi, jam 1 siang dan jam 7 malam. Jangan sampai dihentikan
23

ya Bapak/Ibu sebelum berkonsultasi dengan dokter karena dapat


menyebabkan St kambuh lagi. Terus St juga sudah membuat jadwal minum
obat, jika dia minum obat sesuai jamnya, segera diberikan pujian ya
Bapak/Ibu”.

Terminasi:

“Bagaimana perasaan Bapak/Ibu setelah kita bercakap-cakap tentang cara


merawat TnA di rumah?”

”Setelah ini coba Bapak/Ibu lakukan apa yang sudah saya jelaskan tadi ya,
setiap kali berkunjung ke rumah sakit”.

Bagaimana kalau dua hari lagi kita bertemu untuk mempraktekkan cara
tersebut secara langsung sesuai dengan apa yang sudah kita bicarakan tadi?”

Jam berapa bapak/ibu bisa datang ke rumah sakit ini lagi? Bagaimana
kalau jam 10.00. Baiklah, saya tunggu, Sampai jumpa. Wassalammualaikum

Kemampuan Spesialis (S2)

Kognitif Terapi

Sesi I : Ungkapkan pikiran otomatisnya.

Sesi II : Alasan

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi Klien mengatakan dirinya ingin menjadi jin, klien sering


menyendiri dan tidak mau berinteraksi dengan orang lain

2. Diagnosa : Gangguan proses pikir waham kebesaran

3. TUK :

a. Terapis mengidentifikasi masalah : ”what”, ”where”, ”when”, ”who”.


b. Diskusikan sumber masalah
c. Diskusikan pikiran dan perasaan
d. Catat pikiran otomatis, klasifikasikan dalam distorsi kognitif
24

e. Memberikan pujian terhadap keberhasilan klien


f. Diskusikan penyebab merasa tidak berguna
g. Menanyakan perasaan dan pikiran klien disaat dia merasa tidak berguna
h. Memberikan reinforcement positif.
B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Orientasi :

“ Assalamualaikum”

“Bagaimana perasaan Tn A hari ini?”

“Hari ini kita akan mempelajari cara untuk menghilangkan perasaan ingin
mejadi jin”.

”Sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”

“Berapa lama St mau ngobrol? Bagaimana kalau 30 menit?”

Kerja :

“ Apa yang menjadi masalah bagi Tn A sekarang ini? Mengapa perasaan


ngin menjadi jin itu muncul?Sejak kapan perasaan itu mulai muncul?

“ Apa yang terjadi sebelumnya sehingga Tn A merasa ngin menjadi jin?


”Bagaimana perasaan dan pikiran Tn A saat merasa tidak dihargai
tersebut?”(mencatat pikiran otomatis dan mengklasifikaikan dalam distorsi
kognitif).

“ Hal apa yang menyebabkan Tn A merasa ngin menjadi jin dan tindakan apa
yang biasanya dilakukan Tn A saat ngin menjadi jin?”

“ Baiklah Tn A, nanti bapak tulis perasaan yang paling bapak rasakan! Nanti
kita bahas apa yang bapak tuliskan.”

Terminasi:

“ Bagaimana perasaan bapak setelah kita ngobrol selama 30 menit ini?

“Coba bapak sebutkan lagi penyebab bapak merasa ngin menjadi jin.
25

“ Nanti tn A ingat-ingat lagi, jika ada hal lain yang menyebabkan munculnya
rasa ngin menjadi jin, sampaikan pada saya.

”Nanti kita akan mendiskusikan perasaan Tn A kembali dan belajar


bagaimana menghilangkan pikiran-pikiran negatif .

”Nanti dimana Tn A mau ngobrol lagi? Baiklah..

”Kira-kira kapan ? Jam berapa……..?

Triangle Terapi

Sesi I: Mengenali dan mengekspresikan perasaan

A. Proses Keperawatan

1. Kondisi : Klien mengatakan dirinya adalah dukun yang luar biasa karena
bisa menyembuhkan orang sakit

2. Diagnosa : Gangguan proses pikir waham kebesaran

3. TUK :

a. Menyampaikan pada keluarga kemungkinan masalah yang terjadi pada


klien.

d. Anjurkan keluarga untuk siap mendengarkan dan menanggapi masalah


klien.
e. Mempersilahkan klien untuk menceritakan masalah yang dihadapi.
Pada saat ini, terapis menggunakan tehnik – tehnik komunikasi,
misalnya; silence, klarifikasi, focusing, sentuhan teraupetik dan lain –
lain
f. Terapis menanyakan perasaan keluarga terhadap masalah yang
dihadapi klien tersebut.
g. Menanyakan efek dari masalah yang dialaminya (kerugiannya) pada
keluarga.
26

B. Strategi pelaksanaan tindakan keperawatan

Orientasi :

1. Salam terapeutik
“ Assalamualaikum”

2. Evaluasi / validasi
3. Bagaimana perasaan bapak dan ibu hari ini? Kontrak

a. Topik
” Sesuai dengan janji kita kemaren, hari ini kita akan membicarakan
tentang masalah yang dihadapi Tn A anak ibu

b. Tempat

“Dimana sebaiknya kita ngobrol? Bagaimana ditaman saja?”

c. Waktu

“Berapa lama ibu bisa? Gimana kalau 30 menit.”

Kerja :

” Baiklah bu, Tn sudah seminggu dirawat disini. Ibu tentu ingin supaya St
cepat sembuh dan segera kembali kerumah. Untuk itu kita bersama-sama
merawat St. Saya harap bukan untuk disini saja kita merawat Tn A, tetapi
juga jika Tn A sudah dirumah. Untuk itu tentu kita harus tahu apa yang
menjadi masalah bagi Tn A sehingga menyebabkan Tn A dirawat disini.
Bagaimana ?”

”Sekarang, Tn A silahkan menyampaikan apa yang sedang dirasakan kepada


kelarga .” ”Ya, terus……. ”

”Bagus, Tn A sudah berani menyampaikan masalah yang Tn A hadapi


kepada keluarga.”

” Nah, bagaimana perasaan ibu setelah mendengarkan masalah yang


dihadapi anak ibu?”
27

” Jika masalah ini kita biarkan buk, kira-kira apa yang akan terjadi pada
bapak? Bagus, ibu dapat memahaminya. Nah, kira-kira apa yang ibu
harapkan dengan pertemuan kita kali ini? Saya harap ibu dapat
menuliskannya pada lembaran harapan ini.”

Terminasi:

1. Evaluasi Subjektif

2. ” Bagaimana perasaan Tn A setelah menyampaikan masalah Tn A pada


keluarga Tn A ? Kalau ibu bagaimana perasaan ibu setelah kita ngobrol
selama 45 menit ini?

3. Evaluasi Objektif

“Bisa Tn A sebutkan lagi masalah yang bapak Hadapi?”

3. Rencana tindak lanjut

“ Jika ada lagi pikiran negatif atau pikiran positif yang Tn A rasakan
silahkan dicatat disini!”

4. Kontrak

a. Topik: Baiklah untuk pertemuan berikutnya kita akan membahas


tentang bagaimana ibu (keluarga) dapat menerima orang lain,
dalam hal ini adalah Tn A“.

b. Tempat : Nanti dimana kita maunya ngobrol lagi? Baiklah..nanti kita


bertemu disini lagi.

c. Waktu : “Bagaimana jika setengah jam lagi saya kesini lagi? Ibu
masih disini kah? Baiklah .
28

BAB 3
ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 PENGKAJIAN KEPERAWATAN KESEHATAN JIWA


Tanggal MRS : 06-12-2018
Tanggal Dirawat di Ruangan : 06-12-2018
Tanggal Pengkajian : Ruang Cendrawasih
1) IDENTITAS KLIEN
Nama : Tn.A
Umur : 10-06-1983
Alamat : Desa butuh Kediri
Pendidikan : SMA
Agama : Islam
Status : Menikah
Pekerjaan : Kuli
Jenis Kel : Laki-Laki
No.cm : 779xxxx
2) ALASAN MASUK
a. Data Primer
Pasien mengatakan jika dirinya adalah dukun dan juga mengatakan sakit jiwa
karena sudah memiliki tanda stress yaitu bicara sendiri dan menyendiri
b. Data Sekunder
Pasien kiriman dari dinsos, banyak diam, bicara sendiri dan sering tertunduk
dengan badan seperti kaku.
c. Keluhan Utama Saat Pengkajian
Pasien mengatakan ingin menjadi seorang jin dan mengatakan dirinya adalah
dukun dan menderita sakit jiwa. Klien juga mengatakan bisa terbang dan
menyembuhkan orang panas.
29

3) RIWAYAT PENYAKIT SEKARANG (FAKTOR PRESIPITASI)


Pasien dating pada tgl 06 Desember 2018 diantaroleh Dinsos Kediri karena pasien
sering terdiam, bicara sendiri, dan tertunduk dengan badan seperti kaku, tidak
ditemukan informasi mengenai upayayang sudah dilakukan. Selanjutnya pasien
segera dikirim ke IGD Rsj dan dirawat di Ruang Cendrawasih hingga saat ini.

4) RIWAYAT PENYAKIT DAHULU (FAKTOR PREDISPOSISI)


1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasalalu
a. Ya
b. Tidak
Jika Ya, Jelaskan kapan, tanda gejala/ keluhan :
Pasien tidak terkaji karena pasien berkomunikasi tidak nyambung dari data
sekunder tidak ditemui informasi mengenai gangguan jiwa dimasa lalu hanya
diketahui status pasien rawat ulang.
2. Faktor Penyebab/ Pendukung :
a. Riwayat Trauma
Usia Pelaku Korban Saksi
1. Aniaya fisik - - - -

2. Aniaya Seksual - - - -

3. Penolakan - - - -

4. Kekerasan - - - -
dalam keluarga

5. Tindakan - - - -
kriminal

Jelaskan :
- Pasien tidak terkaji karena pada saat pasien diajak
berkomunikasi pasien bicaranya tidak nyambung
- Dari data sekunder tidak didapatkan informasi mengenai
riwayat trauma.
30

Diagnosa Keperawatan :
b. Pernah melakukan upaya / percobaan / bunuh diri
Jelaskan :
- Pasien mengatakan tidak pernah melakukan bunuh diri karena
pasien meyakini adi reinkarnasi dewa.
- Dari data sekunder tidak ditemukan adanya informasi
mengenai percobaan bunuh diri.
c. Pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan (peristiwa
kegagalan, kematian, perpisahan).
Jika ada jelaskan :
- Pasien tidak terkaji karena pasien tidak nyambung saat diajak
berkomunikasi, namun klien sempat mengatakan kehabisan
uang untuk mengarap sawah dan diberi pil double L oleh
temannya.
- Dari data sekunder tidak didapatkan informasi mengenai
pengalaman masalalu yang tidak menyenangkan.
Diagnosa Keperawatan :
d. Pernah mengalami penyakit fisik ( termasuk gangguan tumbuh
kembang )
o Ya
o Tidak
Jika ya jelaskan :
- Pasien tidak dapat terkaji karena pasien berkomunikasi secara
tidak nyambung
- Dari data sekunder tidak didapatkan informasi mengenai
pengalaman penyakit fisik.

Diagnosa Keperawatan :
31

e. Riwayat penggunaan NAPZA


Pasien mengatakan pernah diberi pil double oleh temannya akan
tetapi dari data sekunder tidak didapatkan informasi penggunaan
NAPZA.
Diagnosa Keperawatan :
3. Upaya yang telah dilakukan terkait kondisi diatas dan hasilnya :
Jelaskan :
Pasien tidak dapat terkaji karena pasien berkomunikasi inkoheren sehingga
tidak dapat terkaji mengenai upaya yang sudah dilakukan.
Diagnosa Keperawatan :

4. Riwayat Penyakit Keluarga


Anggota keluarga yang gangguan jiwa ?
o Ada
o Tidak
Jika ada :
Hubungan keleuarga :

Gejala :

Riwayat pengobatan :
Diagnosa Keeperawatan:

5) PENGKAJIAN PSIKOSOSIAL (Sebelum dan sesudah sakit)


1. Genogram :
32

Keterangan :

Laki- Laki

Perempuan

Ada Hubungan

Pasien

Garis Keturunan

Jelaskan :

 Pola Asuh : klien mengatakan jika dirinya di asuh oleh dewa karena dirinya lahir
dari bumi.
 Pola komunikasi : klien mengatakan bahwa tidak ada masalah jika dirinya
berkomunikasi dengan keluarga.
 Pola pengambilan keputusan : klien mengatakan tidak mampu mengambil
keputusan sehingga klien menurut orang lain namun tidak disebutkan siapa yang
membantunya dalam mengambil keputusan.
Diagnosa Keperawatan :
2. Konsep Diri
a. Citra tubuh :
Klien mengatakan tidak ada bagian tubuh yang tidak disukai bahkan
klien mengatakan sangat menyukai hidungnya karena seperti orang
belanda.
b. Identitas :
Klien mengatakan bahwa dirinya adalah seorang dukun yang dapat
menyembuhkan orang sakit, bisa terbang, serta pasien adalah
reinkanarsi dari dewa yang lahir dari bumi klien selalu tampak
melakukan gerakan pertapaan dan duduk diam memegang bunga serta
komat kamit.
33

c. Peran :
Klien mengatakan dirinya ingin menjadi jin supaya dapat menghilang
dan perannya sebagai dukun adalah dapat menyembuhkan orang sakit
dan memberi jimat keselamatan dengan cara dirinya bertapa.
d. Ideal diri :
Klien mengatakan dirinya ingin menjadi jin supaya dapat menghitung
dan ingin terus bertapa supaya banyak mendapatkan jimat
keselamatan.
e. Harga diri :
Klien mengatakan bahwa dirinya sangat luar biasa karena memiliki
kemampuan menjadi dukun da bisa terbang karena menurut klien tidak
ada manusia yang berenkarnasi dari dewa seperti dirinya.
Diagnosa Keperawatan : Gangguan Konsep diri Harga diri rendah.
3. Hubungan Sosial
a. Orang yang berarti/ terdekat
 Dirumah : klien mengatakan orang yang terdekat adalah istri dan
anaknya.
 Di Rumah sakit : klien mengatakan yang paling dekat adalah jin.
b. Peran serta dalam kegiatan kelompok/ masyarakat dan hubungan
social
 Dirumah : klien mengatakan tidak pernah mengikuti kegiatan
karena terlalu sering mencuri ayam.
 Di Rumah sakit : klien mengatakan ikut bekerjasama
membersikan ruangan.
c. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain.
Klien kesulitan berinteraksi dengan orang lain karena cara bicara yang
inkoheren dan kacau kepada semua orang.
Diagnosa keperawatan :
4. Spiritual
a. Nilai dan Keyakinan
34

Klien mengatakan agamanya hindu sedangkan agama klien adalah


islam . klien meyakini jika dirinya adalah reinkarnasi dewa dan lahir
dari bumi.
b. Kegiatan ibadah
Klien tampak memperlihatkan ibadah layaknya orang hindu tapi juga
sering melakukan gerakan sholat kadang sering melakukan gerakan
sholat kadang sering melakukan gerakan sholat campur gerakan
sembah yang hindu dan khatolik.
Diagnosa keperawatan : Gangguan Spritual

6) PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan umum
Baik,GCS 446, Kesadaran compos mentis
2. Kesadaran (kuantitas)
Kesadaran compos mentis gcs 446
3. Tanda vita :
TD : 110/80 mmHg
N : 103x/mnt
S : 360C
RR : 20x/mnt
4. Ukur
BB : 55 kg
TB : 155 cm
5. Keluhan fisik:
Jelaskan :
Klien tidak mengungkapkan keluhan fisik yang terjadi.
Diagnosa Keperawatan :
35

7) STATUS MENTAL
1. Penampilan ( Penampilan usia, cara berpakaian, kebersihan)
Jelaskan:
Klien berpenampilan dengan menggunakan pakaian kadang terbalik, kadang
berpenampilan rapi, baju sesuai, gigi terlihat kuning, bau kurang sedap, kuku
terlihat kotor, kaki kotor, karena klien tidak mau memakai sandal.
Diagnosa Keperawatan : Defisit perawatan diri
2. Pembicaraan (frekuensi, volume,jumlah, karakter )
Jelaskan :
- Klien berbicara dengan frekuensi berulang-ulang dengan topic/ perkataan
yang sama. Berbicara dengan volume yang sedang, misalnya klien terus
bertanya pada perawat bagaimana bertapa di Rahim.
- Klien sering mengulang-ngulang pembicaraan kacau, berbelit-belit namun
tidak sampai tujuan ( Tangensial ).
3. Aktifitas motorik/ psikomotor
Kelambatan :
o Hipokinesia , hipoaktifitas
o Katalepsi
o Sub stupor katatonik
o Fleksibiltasserea
Jelaskan :
Pasien tidak menunjukkan keterlambatan dalam beraktivitas, pasien
tampak beraktifitas secara normal.
Peningkatan :
Hiperkinesia, hiperaktifitas Grimace

Stereotipi Otomatisma

Gaduh Gelisah katatonik Negativisme

Mannarism Reaksikonversi

Katapleksi Tremor
36

Tik Verbigerasi

Ekhopraxia Berjalan Kaku

Command automatism Kompulsi

Jelaskan :

Klien megalami verbigerasi yaitu mengulang-ulang jawaban saat diberi


pertanyaan namun jawaban tersebut tidak ada hubungannya / tidak
nyambung dengan pertanyaannya. Hal ini selalu dialami oleh klien saat
diberi pertanyaan.

Diagnosa Keperawatan :

4. Mood dan Afek


a. Mood
Depresi Khawatir
Ketakutan Anhedonia
Euforia Kesepian
Lain –lain .

Jelaskan :

- Klien tidak mengalami gangguan mood misalnya depresi, ketakutan,


euphoria dll. Klien tampak memiliki mood yang baik .
- Klien tidak mengungkapkan sedih kecewa dll.
b. Afek

√ Sesuai

o Tidak sesuai
o Tumpul/ dangkal/ datar
o Labil
37

Jelaskan :

Afek yang dimiliki klien sesuai, jadi jika pasien bahagia maka akan
tertawa/ tersenyum pada saat klien mengungkapkan hal yang sedih maka
raut muka terlihat sedih.

Diagnosa Keperawatan :

5. Interaksi Selama Wawancara


o Bermusuhan
o Tidak kooperatif
o Mudah tersinggung
o Kontak mata kurang
o Defensive
o Curiga
Jelaskan :
Pasien berinteraksi selama wawancara kooperatif dan terdapat kontak mata,
sikap dari pasien saat diajak wawancara mendengarkan pertanyaan dengan
sangat tertarik dan menjawab dengan santai walaupun jawabannya tidak
nyambung.

Diagnosa Keperawatan :

6. Persepsi Sensorik
a. Halusinasi

√ Pendengaran

o Penglihatan
o Perabaan
o Pengecapan
o Penciuman
b. Ilusi
o Ada

√ Tidak ada
38

Jelaskan :

- Klien mengatakan jika mendengar bisikan-bisikan dari Nabi


Muhammad isi bisikannya adalah memberi doa keselamatan. Pastikan
tsb muncul saat klien sedang sendirian.
- Klien tampak memegangi telinga kemudian berbicara sendiri.

Diagnosa Keperawatan : Gangguan persepsi sensori halusinasi


pendengaran

7. Proses Pikir
a. Arus pikir.
o Koheren
o Sirkumtansial
o Tangensial
o Inkoheren
o Asosiasi longgar
o Flight of idea
o Blocking

√ Longorhoc

o Clang Association
o Afasia

√ Perseverasi

o Neologisme
o Main kata-kata
o Lain – lain
Jelaskan :
Klien mengatakan suatu hal dengan berbelit-belit tapi tidak sampai tujuan
pembicaraan, sering bicara secara bertubi-tubi mengenai hal magic selain
itu klien menceritakan suatu ide secara berlebihan yang sering dikatakan
adalah hal magic dan pendukunan.
39

b. Isi pikir
o Obsesif
o Ekstasi
o Fantasi
o Alienasi
o Pikiran bunuh diri
o Preokupasi
o Pikiran isolasi social
o Ide yang terkait
o Pikian rendah diri
o Pesimisme
Pikiran magis
o Pikiran curiga
o Fobia, sebutkan......
Waham
o Agama
o Spmatik/hipokondria
Kebesaran
o Kejar/curiga
o Nihilistik
o Dosa
o Sisip pikir
o Siar pikir
o Kontrol pikir
o Lain-lain
Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa dirinya dukun dan dapat menyembuhkan
orang lain. Klien sering mengatakan mengenai hal-hal magis secara
berulang-ulang, klien tampak memperagakan gerakan pertapaan dan
semedi.
40

c. Bentuk pikir:
o Realistik
Non realistic
o Dereistik
Otistik
Jelaskan:
Bentuk pikir dari pasien adalah non realistik dubuktikan dengan pasien
mengatakan isa terbang dan bentuk pikir waham kebesaran yaitu
menjadi dukun.
Diagnosa Keperawatan: gangguan proses pikir waham kebesaran
8. Kesadaran
o Orientasi (waktu, tempat, orang)
Jelaskan:
Klien menyadari orientasi tempat dimana saat wawancara berada diruang
cendrawasih RSJ Lawang, pasien menyadari orang-orang disekitar, akan
tetapi pasien tidak menyadari pukul berapa saat berinteraksi hanya
mengetahui bahwa siang hari.
o Meninggi
o Menurun
o Kesadaran berubah
o Hipnosa
o Confusion
o Sedasi
o Stupor
Jelaskan:
Kesadaran pasien adalah kesadaran penuh dengan GCS 456, pasien
terorientasi dengan baik tidak ada kebingungan ataupun kesadaran yang
berubah-ubah.
Diagnosa Keperawatan:
9. Memori
Gangguan daya ingat jangka panjang (>1 bualan )
41

Gangguan daya ingat jangka menengah (24 jam-≤1 bulan)


Gangguan daya ingat jangka pendek (kurun waktu 10 detik sampai 15
menit)
Jelaskan:
Pada saat klien ditanya beberapa hal yang terjadi dalam kurun waktu >1
bulan klien tampak kebingungan dan menyatakan lupa. Pada saat klien
ditanya mengenai kejadian 24 jam-≤1 bulan klien juga tampak kebingungan
dan menjawab dengan jawaban inkoheren. Klien juga tidak dapat
mengingat jangka pendek dibuktikan pada saat ngobrol berulang kali
bertanya apa yang barusan dibicarakan/dilakukan.
Diagnosa Keperawatan:
10. Tingkat konsentrasi dan berhitung
a. Konsentrasi
o Mudah beralih
o Tidak mampu berkonsentrasi
Jelaskan:
Pada saat klien diajak wawancara klien hanya mampu berkonsentrasi
pada satu orang saja, saat dipanggil orang lain klien tidak
menghiraukan sama sekali dan pandangan mata tetap pada orang
yang mengajaknya berkomunikasi.
b. Berhitung
Jelaskan:
Pada saat pasien diminta berhitung pasien menghitung dengan tepat,
akan tetapi mudah lupa jika diminta menjumlahkan perhitungan
sederhana.
Diagnosa Keperawatan:
11. Kemampuan penilaian
o Gangguan ringan
o Gangguan bermakna
Jelaskan:
42

Pasien tidak terkaji karena pada saat diminta menilai sesuatu jawaban
pasien tidak nyambung dengan permintaan.
Diagnosa Keperawatan:
12. Daya Tilik Diri
o Menginkari penyakit yang diderita
o Menyalahkan hal-hal diluar dirinya
Jelaskan:
Pasien tidak mengikari bahwa dirinya sakit jiwa akan tetapi pasien tidak
mengetahui penyebab dari sakit jiwanya.
Diagnosa Keperawatan:
8) KEBUTUHAN PERSIAPAN PULANG
1. Kemampuan klien memenuhi kebutuhan
o Perawatan kesehatan
o Transportasi
o Tempat tinggal
o Keuangan dan kebutuhan lainnya
Jelaskan:
Klien pada saat ini belum mampu memenuhi kebutuhannya salah satu
kebutuhan ADLnya. Klien jarang membersihkan dirinya dengan baik, namun
pada saat ini klien diikut sertakan dalam kegiatan rehabilitasi guna
memberikan ketrampilan saat klien pulang.
2. Kegiatan hidup sehari-hari
a. Perawatan diri
1) Mandi
Jelaskan:
Klien mandi secara teratur tapi cara mandi kadang kurang tepat, klien
tampak masih kotor bagian tangan dan kaki selain itu pasien tidak pernah
gosok gigi terlihat giginya kuning.
2) Berpakaian, berhias dan berdandan
Jelaskan:
43

Cara berpakain klien sudah sesuai namun kadang masih terbalik, klien
juga tidak mau memakai sendal jepit dan kerah baju kadang jarang
dipakai rapi.
3) Makan
Jelaskan:
Klien makan dengan baik tidak ada gangguan saat makan, sebelum
makan klien cuci tangan terlebih dahulu, pasien makan menggunakan
sendok makan dengan tangan kanan dan segera membereskan piring dan
gelasnya jika sudah selesai.
4) Toileting (BAK, BAB)
Jelaskan:
Klien BAK dan BAB dikamar mandi, tidak pernah BAK/BAB
disembarang tempat.
Diagnosa Keperawatan:
b. Nutrisi
1. Berapa frekuensi makan dan frekuensi kudapan dalam sehari.
Klien makan 3x sehari habis 1 porsi penuh.
2. Bagaimana nafsu makannya
Nafsu makan sangat baik selalu habis disetiap makan.
3. Bagaimana berat badannya
Berat badannya dalam batas normal 55kg dengan TB 155kg dan mendapat
skor IMT 22,9.
Diagnosa Keperawatan:
c. Tidur
1) Istirahat dan tidur
Tidur siang, lama: klien tidak pernah tidur siang
Tidur malam, lama: 07:00 s/d 05:00
Aktifitas sebelum/sesudah tidur: tidak ada
Jelaskan:
Klien tampak jarang tidur siang. Pada siang hari klien tampak
beraktifitas diluar ruangan misalnya berinteraksi dengan pasien
44

lainnya/duduk terdiam. Klien memulai tidur malamnya ± jam 7 malam


dan bangun sekitar 05:00 pagi, tidak ada gangguan pada pola tidurnya.
2) Gangguan tidur
o Insomnia
o Hipersomnia
o Parasomnia
o Lain-lain
Jelaskan:
Klien tampak tidak mengalami gangguan tidur maupun istirahat, klien
tampak tertidur pulas.
Diagnosa Keperawatan:
3. Kemampuan lain-lain
o Mengantisipasi kebutuhan hidup
Klien mengatakan untuk kebutuhan hidupnya, klien akan bekerja sawah
dan menjadi dukun.
o Membuat keputusan berdasarkan keinginannya
Klien tidak terkaji karena klien tampak tidak dapat memutuskan
berdasarkan keinginan, klien juga tampak dibimbing saat mengambil
keputusan tindakan.
o Mengatur penggunaan obat dan melakukan pemeriksaan kesehatannya
sendiri.
Klien mengatakan minum obat jika hanya disuruh dan bingung mengenai
kontrol.
Diagnosa Keperawatan: Resiko Ketidakberdayaan
4. Sistem pendukung
YA TIDAK
Keluarga
Terapis
Teman Sejawat
Kelompok Sosial
45

Jelaskan:

Klien tidak pernah dikunjungi oleh keluarga selama ± 1 minggu sebelumnya juga
tidak pernah di kunjungi. Selama ini klien tinggal di dinsos kediri, klien lebih
dekat dengan perawat, teman dan kelompok sosialnya sehingga dukungan yang
diperoleh dari mereka.

Diagnosa Keperawatan:

9) MEKANISME KOPING
Jelaskan:
Klien tidak terkaji mengenai apa yang dilakukan ketika klien sedang menghadapi
masalah, namun klien mengatakan lebih ingin bersemedi dan bertapa. Klien
tampak sering menyendiri dengan melakukan gerakan semedi.
Diagnosa Keperawatan: Koping individu inefektif

10) MASALAH PSIKOSOSIAL DAN LINGKUNGAN


o Masalah dengan lingkungan kelompok, spesifiknya
Jelaskan:
Klien mengatakan tidak ada masalah dengan dukungan kelompok karena
menurutnya orang lain menjadi segan dengan dirinya.
o Masalah berhubungan dengan lingkungan, spesifiknya
Jelaskan:
Klien jarang bergaul dengan lingkungannya karena klien pernah mencuri
ayam 6 kali.
o Masalah dengan pendidikan, spesifiknya
Jelaskan:
Klien mengatakan sekolah sampai SMP, kemudian klien berhenti sekolah dan
ingin berguru supaya mendapat ilmu gaib.
o Masalah dengan pekerjaan, spesifiknya
Jelaskan:
Klien mengatakan ingin menggarap sawah dan menjadi dukung saja
o Masalah dengan perumahan, spesifiknya
46

Jelaskan:
Klien mengatakan tinggal bersama anak dan istrinya namun kemarin klien
mengatakan menjadi gelandangan dijalan
o Masalah dengan ekonomi, spesifiknya
Jelaskan:
Klien mengatakan tidak punya uang karena tidak dapat menggarap sawah
o Masalah dengan pelayanan kesehatan, spesifiknya
Jelaskan:
Klien mengatakan jika dirinya merasa pusing klien segera mencari doa
keselamatan yang dibisikan oleh malaikat Jibril dan Nabi Muhammad
o Masalah lainnya, spesifiknya
Jelaskan:
Tidak ada
Diagnosa Keperawatan:
11) ASKEP PENGETAHUAN
Apakah klien mempunyai masalah yang berkaitan dengan pengetahuan yang
kurang tentang suatu hal?
Bagaimana pengetahuan klien/keluarga saat ini tentang penyakit/gangguan
jiwa, perawatan dan pelaksanaannya faktor yang memperberat masalah
(presipitasi), obat-obatan atau lainnya. Apakah perlu diberikan tambahan
pengetahuan yang berkaitan dengan spesifiknya masalah tsb.
o Penyakit gangguan jiwa
o Sistem pendukung
o Faktor presipitasi
o Penatalaksanaan
o Lain-lain, jelaskan
Jelaskan:
Klien mengatakan bahwa dirinya gila dan mengatakan tanda stress ada 2
menyendiri dan berbicara sendiri namun klien tidak mengetahui penyebab dan
cara menghilangkan dan menyembuhkan, koien juga tidak tahu masalah obat,
klien minum obat jika hanya disuruh.
47

Diagnosa Keperawatan: kurang pengetahuan

12) ASKEP MEDIS


1. Diagnosa Medis:
F.20 ( Schizopheria, Hebiphrenik)
2. Diagnosa Multi Axis
Axis I : F.20
Axis II :
Axis III :
Axis IV :
Axis V :
3. Terapi Medis
 Risperidone 2 mg 1-0-1
Indikasi:
Anti psikotik golongan 2: gejala negatif seperti afek/alam perasaan yang
tumpul, mendatar, menarik diri, melamun, pendiam, sulit bicara dan
pergaulan sosial yang kurang.
 Khlorpromazin 100 mg 0-0-1
Indikasi:
Obat untuk menangani gejala psikosis pada skizophrenio selain uantuk
mengetahui gejala psikosis, chlorpromazin juga digunakan untuk
menangani mual, muntah dan cegukan yang tak kunjung berhenti.
48

13) ANALISA DATA


NO DATA DIAGNOSA KEPARAWATAN
1 DS: Gangguan Konsep Diri Harga Diri
Klien mengatakan bahwa dirinya sangat luar biasa Rendah
karena memiliki kemampuan menjadi dukun dan bisa
terbang.
DO:
Klien tampak percaya diri pada saat mengungkapkan
dirinya dukun dan bisa terbang adalah kemampuannya
yang luar biasa.
2 DS: Defisit Perawatan Diri
Klien mengatakan sering mandi tapi tidak sikat gigi
DO:
- Klien berpakaian sering terbalik, gigi terlihat
kuning dan bau mulut tidak sedap
- Kuku, kaki dan tangan kotor
3 DS: Kerusakan Komunikasi Verbal
Klien menanyakan bagaimana perawat bertapa
didalam rahim
DO:
Klien berbicara dengan topik/hal yang sama berulang-
ulang dan pembicaraan kacau, berbelit-belit namun
tidak sampai tujuan (tangensial).
4 DS: Gangguan Persepsi Sensori:
Halusinasi Pendengaran
49

Klien mengatakan bahwa dirinya mendapat bisikan


dari Nabi Muhammad pada saat sendiri, isi bisikan
adalah doa keselamatan
DO:
Klien tampak memegangi telinganya kemudian
berbicara sendiri
5 DS: Gangguan Proses Pikir: Waham
Klien mengatakan bahwa dirinya dukun, bisa Kebesaran
menyembuhkan orang sakit dan dapat terbang
DO:
- Klien tampak memeragakan gerakan pertapaan
dan semedi
- Klien berulang-ulang mengatakan dirinya bisa
terbang
6 DS: Resiko Ketidakberdayaan
Klien mengatakan minum obat jika hanya disuruh dan
bingung tentang kontrol
DO:
Klien tampak selalu di bimbing jika mengambil
keputusan untuk bertindak
7 DS: Koping Individu Inefektif
Klien mengatakan lebih ingin bersemedi dan bertapa
saat masalah
DO:
Klien tampak sering menyendiri dengan melakukan
gerakan semedi
8 DS: Kurang Pengetahuan
Klien mengatakan bahwa dirinya gila namun tidak
tahu penyebab dan cara menyembuhkannya
DO:
50

Klien tampak bingung saat ditanya obat dan minum


obat saat disuruh saja.

14) DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan konsep diri harga diri rendah
2. Defisit perawatan diri
3. Kerusakan komunikasi verbal
4. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
5. Gangguan proses pikir waham kebesaran
6. Resiko ketidakberdayaan
7. Koping individu inefektif
8. Kurang pengetahuan
15) POHON MASALAH

effect Kerusakan Komunikasi Verbal

Core problem Gangguan proses pikir: waham kebesaran

Causa Gangguan konsep diri harga diri rendah (HDR)

Faktor predisposisi Koping individu inefektif

16) PRIORITAS DIAGNOSA KEPERAWATAN


1. Gangguan isi pikir waham kebesaran
2. Gangguan konsep diri harga diri rendah (HDR)
3. Kerusakan komunikasi verbal
4. Gangguan persepsi sensori halusinasi pendengaran
51

RENCANA TINDAKAN KEPERAWATAN

KLIEN DENGAN GANGGUAN PROSES PIKIR: WAHAM

Nama Klien : Tn A DX Medis : F.20

No CM : 779xxx Ruangan : Cendrawasih.

No Dx Perencanaan
Tgl
Dx Keperawatan Tujuan Kriteria Evaluasi Intervensi

05/3/19 1 Gangguan proses TUM: Klien dapat 1.1. Setelah 3 x interaksi klien: 1.1. Bina hubungan saling percaya dengan
pikir: Waham … mengontrol o Mau menerima klien:
wahamnya kehadiran perawat di Beri salam
sampingnya.
 Perkenalkan diri, tanyakan nama serta
o Mengatakan mau
nama panggilan yang disukai.
TUK: menerima bantuan
 Jelaskan tujuan interaksi
perawat
1. Klien dapat  Yakinkan klien dalam keadaan aman
o Tidak menunjukkan
membina dan perawat siap menolong dan
tanda-tanda curiga
hubungan saling mendampinginya
o Mengijinkan duduk
percaya dengan  Yakinkan bahwa kerahasiaan klien
disamping
perawat akan tetap terjaga
 Tunjukkan sikap terbuka dan jujur
 Perhatikan kebutuhan dasar dan beri
bantuan untuk memenuhinya
05/3/19 1 2. Klien dapat 2.1 Setelah 3 x interaksi 1. Bantu klien untuk mengungkapkan
mengidentifikasi klien : perasaan dan pikirannya.
52

perasaan yang o Klien menceritakan  Diskusikan dengan klien pengalaman


muncul secara ide-ide dan yang dialami selama ini termasuk
berulang dalam perasaan yang hubungan dengan orang yang berarti,
pikiran klien. muncul secara lingkungan kerja, sekolah, dsb.
berulang dalam  Dengarkan pernyataan klien dengan
pikirannya. empati tanpa mendukung / menentang
pernyataan wahamnya.
 Katakan perawat dapat memahami apa
yang diceritakan klien.
06/3/19 1 3. Klien dapat 3.1 Setelah 3 x interaksi klien : 3. Bantu klien untuk mengidentifikasi
mengidentifikasi kebutuhan yang tidak terpenuhi serta
o Dapat menyebutkan
stressor / kejadian yang menjadi factor pencetus
kejadian-kejadian sesuai
pencetus wahamnya.
dengan urutan waktu
wahamnya.  Diskusikan dengan klien tentang
serta harapan / kebutuhan
(Triggers Factor) kejadian-kejadian traumatik yang
dasar yang tidak
menimbulkan rasa takut, ansietas
terpenuhi seperti : Harga
maupun perasaan tidak dihargai.
diri, rasa aman dsb.
 Diskusikan kebutuhan/harapan yang
o Dapat menyebutkan
belum terpenuhi.
hubungan antara kejadian
 Diskusikan dengan klien cara-cara
traumatis/kebutuhan
mengatasi kebutuhan yang tidak
tidak terpenuhi dengan
terpenuhi dan kejadian yang
wahamnya.
traumatis.
 Diskusikan dengan klien apakah ada
halusinasi yang meningkatkan
pikiran / perasaan yang terkait
wahamnya.
53

 Diskusikan dengan klien antara


kejadian-kejadian tersebut dengan
wahamnya.
06/3/19 1 4. Klien dapat 4. Setelah3 x interaksi klien: 4. Bantu klien mengidentifikasi
mengidentifikasi menyebutkan perbedaan keyakinannya yang salah tentang situasi
wahamnya pengalaman nyata dengan yang nyata (bila klien sudah siap)
pengalaman wahamnya.  Diskusikan dengan klien pengalaman
wahamnya tanpa berargumentasi
 Katakan kepada klien akan keraguan
perawat terhadap pernyataan klien
 Diskusikan dengan klien respon
perasaan terhadap wahamnya
 Diskusikan frekuensi, intensitas dan
durasi terjadinya waham
 Bantu klien membedakan situasi nyata
dengan situasi yang dipersepsikan
salah oleh klien
06/3/19 1 5. Klien dapat 5. Setelah 3 x interaksi :  Diskusikan dengan klien pengalaman-
mengidentifikasi Klien menjelaskan pengalaman yang tidak menguntungkan
konsekuensi dari gangguan fungsi hidup sebagai akibat dari wahamnya seperti :
wahamnya sehari-hari yang diakibatkan  Hambatan dalam berinteraksi
ide-ide / fikirannya yang dengan keluarga
tidak sesuai dengan  Hambatan dalam berinteraksi
kenyataan seperti : dengan orang lain
 Hambatan dalam melakukan
o Hubungan dengan
aktivitas sehari-hari
keluarga
 Perubahan dalam prestasi kerja /
o Hubungan dengan
sekolah
orang lain
54

o Aktivitas sehari-hari  Ajak klien melihat bahwa waham


o Pekerjaan tersebut adalah masalah yang
o Sekolah membutuhkan bantuan dari orang lain
o Prestasi, dsb  Diskusikan dengan klien orang/tempat ia
minta bantuan apabila wahamnya timbul
/ sulit dikendalikan.

7/3/19 1 6. Klien dapat 6. Setelah 3 x interaksi klien :  Diskusikan hobi/aktivitas yang disukainya.
melakukan Klien melakukan aktivitas  Anjurkan klien memilih dan melakukan
teknik distraksi yang konstruktif sesuai aktivitas yang membutuhkan perhatian dan
sebagai cara dengan minatnya yang dapat ketrampilan fisik
menghentikan mengalihkan fokus klien  Ikut sertakan klien dalam aktivitas fisik
pikiran yang dari wahamnya. yang membutuhkan perhatian sebagai
terpusat pada pengisi waktu luang.
wahamnya  Libatkan klien dalam TAK orientasi realita
 Bicara dengan klien topik-topik yang nyata
 Anjurkan klien untuk bertanggung jawab
secara peronal dalam
mempertahankan/menungkatkan kesehatan
dan pemulihannya.
 Beri penghargaan bagi setiap upaya klien
yang positif
7. Klien mendapat .1. Setelah X interaksi 7.1. Diskusikan pentingnya peran serta
dukungan Keluarga dapat menjelaskan keluarga sebagai pendukung untuk
keluarga. tentang : mengatasi waham.
o Pengertian waham
7.2.Diskusikan potensi keluarga untuk
o Tanda dan gejala
membantu klien mengatasi waham.
waham
55

o Penyebab dan akibat 7.3.Jelaskan pada keluarga tentang :


waham
 Pengertian waham
o Cara merawat klien
 Tanda dan gejala waham
waham
 Penyebab dan akibat waham
7.2 Setelah ... X interaksi
 Cara merawat klien waham
keluarga dapat
7.4. Latih keluarga cara merawat waham.
mempraktekkan cara
merawat klien waham. 7.5. Tanyakan perasaan keluarga setelah
mencoba cara yang dilatihkan

7.6. Beri pujian kepada keluarga atas


keterlibatannya merawat klien di rumah
sakit.

13/3/19 1 8. Klien dapat 8.1 Setelah 3 x interaksi klien  Diskusikan dengan klien tentang
memanfaatkan menyebutkan; manfaat dan kerugian tidak minum
obat dengan  Manfaat minum obat obat, nama , warna, dosis, cara , efek
baik.
 Kerugian tidak minum terapi dan efek samping penggunan obat
obat
 Nama,warna,dosis,  Pantau klien saat penggunaan obat
efek terapi dan efek Beri pujian jika klien menggunakan
samping obat obat dengan benar
8.2.Setelah ……..x interaksi
klien mendemontrasikan
 Diskusikan akibat berhenti minum obat
penggunaan obat dgn
tanpa konsultasi dengan dokter
benar
56

8.3.Setelah ….x interaksi  Anjurkan klien untuk konsultasi


klien menyebutkan akibat kepada dokter/perawat jika terjadi hal
berhenti minum obat – hal yang tidak di inginkan .
tanpa konsultasi dokter
57

IMPLEMENTASI HASIL ASUHAN KEPERAWATAN


TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI
1. Bina Hubungan Saling Percaya  S
2. Bantu klien untuk mengungkapkan - Klien menjawab sapa dari perawat.”
perasaan dan pikiran Selamat pagi mbak”
3. Bantu klien untuk mngidentifikasi - Klien mengatakan kabarnya baik. “
kebutuhan yang belum terpenuhi kabarnya saya baik”
4. Serta kejadian yang menjadi faktor - Klien menjawab tidak ada keluhan.”
pencetus wahamnya Tidak ada mbak “
5. Bantu klien mengidentifikasi - Klien mengatakan jika dirinya adalah
keyakinanyang salah tentang situasi dukun. “ saya adalah dukun yang
yang nyata bisa terbang dan menyembuhkan
6. Bantu klien mendiskusikan dengan klien orang panas.”
pengalaman yang tidak menguntungkan - Klien mengatakan ingin menjadi ji. “
sebagai akibat dari wahamnya. saya ingin menjadi jin “
- Klien mengatakan suka bertapa.”
Saya suka bertapa mbak “
- Klien mengatakan adalah reikarnasi
sehingga dirinya punya kekuatan
magis.
 O
- Klien berinteraksi dengan pandangan
melotot.
- Klien berkomunikasi secara tidak
nyabung
- Klien berBSHP dengan baik.
- Klien sering menunjukkan gerakan
bertapa.
 A
- TUK yang Terlaksna 1&2
- TUK yang belum terlaksana 3,4 &5
 P
Ulangi TUK 3,4&5
58

TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


1) Mendiskusikan hobi /  S
- klien enjawab aktivitas yang disukainya
aktivitas yang disukainya. adalah berjoget
2) Menganjurkan memilih dan - klien menjelaskan kegiatan rehabilitasi
melakukan aktivitas yang dan menyukainya
-klien mengatakan bahwa dirinya bisa
membutuhkan perhatian berhitung
dan ketrampilan fisik.  O
- Klien tampak aktif dalam
melakukan rehabilitasi
- Klien tampak aktif membantu
teman-temannya membersihkan
ruangan
- Klien dapat berhitung sederhana
jika dijumlahkan klien tampak
bingung
- Klien melakukan tindakan masih
kurang tepat sehingga butuh di
bombing.
 A
-TUK yang terlaksana
TUK 1,2 dan 3
- TUK yang belum terlaksana
TUK 4,5,6,& 7
 P
Ulangi TUK 4.5.6&&
59

TINDAKAN KEPERAWATAN EVALUASI


1) Mendiskusikan dengan  S
- klien mengatakan tidak tahu kenapa
klien untung manfaat harus minum obat
dan kerugian tidak -klien mengatakan untungan minum obat
adalah biar sembuh
minum obat. - klien mengatakan kerugian tidak minum
obat adaah kumat
2) Memantau klien saat -klien tidak tahu akibat jika berhenti
penggunaan obat minum obat tanpa konsultasi dahulu
 O
3) Mendiskusikan akibat - Klien tampak bingung saat
ditanya penggunaan obat
berhenti minum obat - Klien tampak atuh dberi obat dan
tanpa konsultasi dengan langsung diminum
- Klien tampak tidak tahu kerugian
dokter. jika tidak minum obat
 A
-TUK yang terlaksana
TUK 1,2,3
 P
Semua SP sudah tterlaksana dengan baik,
evaluasi SP
60

FORMAT
ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien : Tn A Nama Mahasiswa : SAFITRI


Status interaksi perawat – kien : SP1 Tanggal : 5 MARET 2019
Lingkungan : Ruang Cendrawasih Bangsal : cendrawasih
Deskripsi Klien : waham kebesaran
Tujuan (Berorientasi pada klien) : untuk BSHP dan mendiskusikan mengenai waham

KAMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT


KOMUNIKASI VERBAL RASIONAL
VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
P: Selamat pagi pak A P: Menghampiri klien .Perawat optimis Tn A Wajah klien tersenyumlebar Dengan mengungkapkan
dengan wajah ramah dapat menerima saat diajak berkenalan salam diharapkan klien mau
berinteraksi dengan baik, berkenalan dengan perawat

K: Melihat perawat Klien mendekat dan


K: Selamat pagi mbak dengan ekspresi memperkenalkan dengan
tersenyum perawat

P: Peerkenalkan nama saya P: Perawat Berharap klien mau Klien menjawab dan Dengan memperkenalkan diri
safitri mahasiwa memperkenalkan dengan menerima perkenalan menanggapi perawat diharapkan BHSP seterusnya
keperawatan yang praktik di ramah dengan baik dengan ramah
ruangan ini 3 minggu
61

K: iya mbak K: klien menanggapi


dengan tersenyum

P: Kalau booleh tahu P: menanyakan dengan berharap klien mampu Klien menjawab dengan Dengan memberi pertanyaan
sejarang identitas bapak penuh perhatian berterus terang dengan percaya diri terbuka diharapkan pasien
sekarang sebagai apa ? identitas dapat bercerita

K: klien menjawab
K: klien menjawab dirinya dengan tersenyum dan
adalah dukun percaya diri

P: bagaimana ceritanya P: Menanyakan dengan Berharap klien menjawab Klien menjawab dengan Dengan memberi pertanyaan
bapak berfikir mengenai penuh perhatian dengan jujuf percaya diri terbuka diharapkan klien
menjadi dukun maubercerita

K: klien menjawab
K: klien menjawab karena dengan penuh semangat
sering bertapa
62

FORMAT
ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien : Tn A Nama Mahasiswa : SAFITRI


Status interaksi perawat – kien : SP2 Tanggal : 11 MARET 2019
Lingkungan : Ruang Cendrawasih Bangsal : cendrawasih
Deskripsi Klien : waham kebesaran
Tujuan (Berorientasi pada klien) : untuk melatih pasien berlatih berdistraksi mengontrol wahamnya

KAMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT


KOMUNIKASI VERBAL RASIONAL
VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
P: Bagaimana kabar bapak P: Perawat menanyakan Perawat berharap klien Wajah klien tersenyum Dengan menanayakan kabar
hari ini ? dengan ramah mejawab kabar beserta lebar saat ditanya kabarnya diaharpkan klien dapat
perasaan saat itu, bercerita keadaa saat ini

K: Baik mbak K: Klien menjawab


dengan ramah

P: Aktivitas apa yang sudah P: Perawat menanyakan Perawat berharap klien Klien menjawab dan Dengan menanyakan
bapak lakukan hari ini ? dengan penuh perhatian menceritakan aktivitas menanggapi perawat aktivitasnya dapat diketahui
yang sudah dilakukan dengan ramah sejauh mana klien
berdistraksi dg melakukan
K: iya bersemedi mbak K: klien menanggapi aktivitas
dengan tersenyum
63

P: bagaiamana jika bapak P: perawat mengajak Perawat berharap klien Klien tampak bersemangat Dengan mengajak terapi
nanti membantu dengan penuh perhatian berdistraksi dengan terapi saat diajak bekerjasama aktivitas pasien dapat
membersihkan ruangan aktivitas berdistraksi dengan baik
setelah makan ?

K: boleh mbak K: klien menjawab


dengan semangat

P: Bagus sekali bapak P: Menanyakan dengan Perawat berharap dengan Klien ampak bahagia saat Dengan memuji klien lebih
sekarang sangat rajin penuh empati memuji klien lebih dipuji semngat
semngat

K: hehe K: klien menjawab


dengan ertawa
64

FORMAT
ANALISA PROSES INTERAKSI

Inisial klien : Tn A Nama Mahasiswa : SAFITRI


Status interaksi perawat – kien : SP3 Tanggal : 13 MARET 2019
Lingkungan : Ruang Cendrawasih Bangsal : cendrawasih
Deskripsi Klien : waham kebesaran
Tujuan (Berorientasi pada klien) : untuk mendiskusikan penggunaan obat bagi pasien

KAMUNIKASI NON ANALISA BERPUSAT ANALISA BERPUSAT


KOMUNIKASI VERBAL RASIONAL
VERBAL PADA PERAWAT PADA KLIEN
P: Apakah bapak mengerti P: Perawat menanyakan .Perawat berharap Klien menjawab tidak tahu Dengan menanyakan hal tsb
kenapa harus minum obat? dengan pebuh empati mengetahui sejauh mana dengan penuh penasaran untuk mengetahui sejauh
pemahaman klien mana klien paham tentang
terhadap obat obat
K: tidak tahu K: klien menjawab
dengan penasaran

P: Apakah bapak megetahui P: Perawat menanyakan Perawat berharap jawaban Klien menjawab ngan Dengan menanyakan hal
keuntungan minu obat yang dengan penuh empati kilen menunjukkan percaya diri tersebut untuk mengetahui
teratur ? pemahaman klien sejauh mana klien paham
mengenai pentingnya pentingnya obat
minum obat
65

K: iya cepat sembuh. K: klien enjawab dengan


percaya diri

P: Apakah bapak P: perawat dengan penuh Perawat berharap jawaban Klien menjawab ngan Dengan menanyakan hal
mengetahui kerugian jika empati kilen menunjukkan percaya diri tersebut untuk mengetahui
tidak minum obat ? pemahaman klien sejauh mana klien
mengenai kerugian tidak pemahaman pentingnya obat
minum obat

K: klien menjawab
K: nanti kumat mbak dengan penasaran
66

FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Selasa / tanggal 05 Maret 2019
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :Klien mengatakan bisa terbang dan ingin menjadi jin
DO :Klien berbicara inkoheren dan tidak sesuai dengan realitas.
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Proses pikir : waham kebesaran
3. Tujuan Khusus ( TUK ) SP1
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang
dalam pikiran klien.
3) Klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya.
4) Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi wahamnya.
4. Tindakan Keperawatan
1) Bina Hubungan Saling Percaya
2) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran
3) Bantu klien untuk mngidentifikasi kebutuhan yang belum terpenuhi
Serta kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya
4) Bantu klien mengidentifikasi keyakinanyang salah tentang situasi
yang nyata
5) Bantu klien mendiskusikan dengan klien pengalaman yang tidak
menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN.
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak A, perkenalkan nama saya safitri mahasiswa
perawat dari Stikes maharani malang yang praktik di ruangan ini
selama 3 minggu dan akan merawat bapak.”
67

2. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak sekarang ? berarti keinginan bapak
adalah menjadi jin karena ingin mendapat kekuatan bisa terbang ya
pak ? dan bapak sebagai dukun ya ?”
3. Kontrak
Bagaimana jika saya dan baapk berbincang-bincang sebentar
mengenai perasaan bapak saat ini kurang ebih 15menitan di meja
ruangan ini ya ?
b. Fase kerja
“Apakah ada yang dikeluhkan atau ditanyakan sebelum kita berbincang
pak ?”
“Pak A, bisa saya tahu sekarang identitas bapak adalah sebagai apa, baik
alamat, keluarga, hobi atau mungkin keinginan bapak sekarang apa ?”
“Bagaiaman bapak berfikir jika bapak adalah seorang dukun ?”
c. Fase Terminasi
1. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subjektif klien :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan
saya ?”
“ apakah bapak sudah memahami perasaan dan keinginan bapak
sekarang ini ?”
 Evaluasi subjektif ( Perawat )
Klien berinteraksi dengan kooperatif, kontak mata (+), bicara
klien inkoheren.
2. Rencana tindak lanjut.
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang mengenai
kemampuan bapak ?”
3. Kontrak yang akan datang.
“Bagaimana jika besok pagi sekitar jam 9 pagi kita berbincang-
bincang mengenai kemampuan yang bapak miliki di ruangan ini saja
pak ?”
68

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn A Ruang Cendrawasih NO RM: 779XXX

No Tanggal Implementasi Keperawatan EVALUASI


dx & jam
1 5/3/2019 1. Bina Hubungan Saling  S
Percaya - Klien menjawab sapa
2. Bantu klien untuk dari perawat.” Selamat
mengungkapkan perasaan pagi mbak”
dan pikiran - Klien mengatakan
3. Bantu klien untuk kabarnya baik. “
mngidentifikasi kebutuhan kabarnya saya baik”
yang belum terpenuhi. Serta - Klien menjawab tidak
kejadian yang menjadi ada keluhan.” Tidak ada
faktor pencetus wahamnya mbak “
4. Bantu klien - Klien mengatakan jika
mengidentifikasi dirinya adalah dukun. “
keyakinanyang salah saya adalah dukun yang
tentang situasi yang nyata bisa terbang dan
5. Bantu klien mendiskusikan menyembuhkan orang
dengan klien pengalaman panas.”
yang tidak menguntungkan - Klien mengatakan ingin
sebagai akibat dari menjadi ji. “ saya ingin
wahamnya. menjadi jin “
- Klien mengatakan suka
bertapa.” Saya suka
bertapa mbak “
- Klien mengatakan
adalah reikarnasi
sehingga dirinya punya
kekuatan magis.
 O
69

- Klien berinteraksi
dengan pandangan
melotot.
- Klien berkomunikasi
secara tidak nyabung
- Klien berBSHP dengan
baik.
- Klien sering
menunjukkan gerakan
bertapa.
 A
- TUK yang Terlaksna
1&2
- TUK yang belum
terlaksana 3,4 &5
 P
Ulangi TUK 3,4&5
70

FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Rabu / tanggal 06 Maret 2019
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :Klien mengatakan dirinya adalah jin secara berulang-ulang.
DO :Klien tampak menyendiri dan melakukan gerakan bertapa.
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Proses pikir : waham kebesaran
3. Tujuan Khusus ( TUK ) SP1
1) Klien dapat membina hubungan saling percaya
2) Klien dapat mengidentifikasi perasaan yang muncul secara
berulang dalam pikiran klien.
3) Klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya.
4) Klien dapat mengidentifikasi konsekuensi wahamnya.
4. Tindakan Keperawatan
1) Bina Hubungan Saling Percaya
2) Bantu klien untuk mengungkapkan perasaan dan pikiran
3) Bantu klien untuk mngidentifikasi kebutuhan yang belum
terpenuhi
4) Serta kejadian yang menjadi faktor pencetus wahamnya
5) Bantu klien mengidentifikasi keyakinanyang salah tentang
situasi yang nyata
6) Bantu klien mendiskusikan dengan klien pengalaman yang tidak
menguntungkan sebagai akibat dari wahamnya.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN.
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak A, masih ingatkan bapak dengan saya ? silahkan
coba bapak sebutkan nama saya ?.”
71

2. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak sekarang ?”
“apakah bapak sekarang sudah paham mengenai keyakinan yang
salah dan hal yang tidak menguntungkan ?”
3. Kontrak
Bagaimana jika saya dan bapak ngobrol sebentar mengenai perasaan
bapak saat ini kurang ebih 15menitan di meja ruangan ini ya ?

b Fase kerja

“saya mengerti jika bapak adalah seorang dukun tapi berat bagi saya
mempercayai karena pada kenyataan tidak ada bukinya”
“bapak mengatakan jika bapak dapat terbang , sekarang coba bapak
fikirkan apakah bapak dapat terbang sekarang?
c. Fase Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subjektif klien :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dengan
saya ?”
“ apakah bapak sudah memahami tentang suatu keyakinan yang
tidak sesuai dengan kenyataan?”
 Evaluasi subjektif ( Perawat )
Klien berinteraksi dengan kooperatif, kontak mata (+), bicara
klien inkoheren serta tidak mudah beralih.
d. Rencana tindak lanjut.
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang mengenai
kemampuan bapak ?”
f. Kontrak yang akan datang.
“Bagaimana jika besok pagi sekitar jam 9 pagi kita berbincang-
bincang mengenai aktivitas yang bapak sukai dan dapat bapak
lakukan di ruangan ini saja pak ?”
72

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn A Ruang Cendrawasih NO RM: 779XXX

No Tanggal Implementasi Keperawatan EVALUASI


dx & jam
1 6/3/2019 1) Bina Hubungan  S
Saling Percaya - klien mengatakan bahwa
2) Bantu klien untuk dirinya bisa terbang dahulutapi
mengungkapkan sekarang tidak
perasaan dan - klien mengatakan dirinya
pikiran hanya bisa bertapa saja
3) Bantu klien untuk  O
mngidentifikasi - Klien tampak
kebutuhan yang memperagakan gerakan
belum terpenuhi tapa
Serta kejadian - Klien tampak bingung
yang menjadi saat diminta
faktor pencetus membuktikanbahwa
wahamnya dirinya bisa terbang
4) Bantu klien  A
mengidentifikasi -TUK yang terlaksana
keyakinanyang TUK 1,2,3,4,5
salah tentang  P
situasi yang nyata Lanjut SP2
5) Bantu klien
mendiskusikan
dengan klien
pengalaman yang
tidak
menguntungkan
73

sebagai akibat
dari wahamnya.
74

FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Kamis / tanggal 07 Maret 2019
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :Klien mengatakan berulang-ulang dirinya dapat membuat mantra.
DO :
- Klien tampak merenung
- Klien tampak beraktivitas positif misalnya bersih-bersih.
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Proses pikir : waham kebesaran
3. Tujuan Khusus ( TUK ) SP2
1) Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan
pikiran yang erpusat pada wahamnya.
4. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan hobi / aktivitas yang disukainya.
2) Menganjurkan memilih dan melakukan aktivitas yang membutuhkan
perhatian dan ketrampilan fisik.
3) Mengikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan
perhatian sebagai pengisi waktu luang.
4) Libatkan klien dalam TAK orientasi realita
5) Bicara dengan klien mengenai topic topic yang nyata
6) Anjurkan klien bertanggung jawab secara personal dalam
mempertahankan kesehatan
7) Beri penghargaan bagi setiap tindakan klien yang positif.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN.
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
75

“Selamat pagi pak A, masih ingatkan bapak dengan saya ? silahkan


coba bapak sebutkan nama saya ?, wah bagus sekali bapak masih
mengingat nama saya”
g. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak sekarang ?”
“aktivitas apa saja yangsudah bapak lakukan hari ini? ?”
h. Kontrak
Bagaimana jika saya dan bapak ngobrol sebentar mengenai aktivitas
yang dapat bapak lakukan saat ini kurang lebih 15menitan di meja
ruangan ini ya ?
2. Fase kerja
“apa saja yang biasa bapak lakukan?”
“Aktivitas apa saja yang bapak sukai ?”
“Bagaimana jika kita hari belajar berhitung dan membersihkan ruangan
secara bersama- sama ?”
3. Fase Terminasi
i. Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subjektif klien :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dan
melakukan aktivitas bersama dengan saya ?”
 Evaluasi subjektif ( Perawat )
Klien berinteraksi dengan kooperatif, kontak mata (+), bicara
klien inkoheren serta tidak mudah beralih.klien beraktivitas
dengan penuhsemngat namun beberapa tindakannya kurang
tepat sehingga perlu dibimbing.
j. Rencana tindak lanjut.
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang mengenai
aktivitas yang dapat bapak lakukan ?”
k. Kontrak yang akan datang.
“Bagaimana jika besok pagi sekitar jam 9 pagi kita berbincang-
bincang mengenai aktivitas yang dapat bapak sukai dan dapat
bapak lakukan di ruangan ini saja pak ?”
76

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn A Ruang Cendrawasih NO RM: 779XXX

No Tanggal Implementasi Keperawatan EVALUASI


dx & jam
1 7/3/2019 3) Mendiskusikan hobi /  S
aktivitas yang - klien enjawab aktivitas yang
disukainya. disukainya adalah berjoget
4) Menganjurkan - klien menjelaskan kegiatan
memilih dan rehabilitasi dan menyukainya
melakukan aktivitas -klien mengatakan bahwa
yang membutuhkan dirinya bisa berhitung
perhatian dan  O
ketrampilan fisik. - Klien tampak aktif
dalam melakukan
rehabilitasi
- Klien tampak aktif
membantu teman-
temannya membersihkan
ruangan
- Klien dapat berhitung
sederhana jika
dijumlahkan klien
tampak bingung
- Klien melakukan
tindakan masih kurang
tepat sehingga butuh di
bombing.
 A
-TUK yang terlaksana
TUK 1,2 dan 3
77

- TUK yang belum


terlaksana
TUK 4,5,6,& 7
 P
Ulangi TUK 4.5.6&&
78

FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Sabtu / tanggal 09 Maret 2019
A. Proses Keperawatan
5. Kondisi Klien
DS :Klien mengatakan lahir dari bumi dan seorang jin secara berulang-
ulang.
DO :
- Klien tampak beraktivitas menyapu dan mengepel namun cara
beraktivitas kurang tepat.
6. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Proses pikir : waham kebesaran
7. Tujuan Khusus ( TUK ) SP2
1) Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan
pikiran yang terpusat pada wahamnya.
8. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan hobi / aktivitas yang disukainya.
2) Menganjurkan memilih dan melakukan aktivitas yang
membutuhkan perhatian dan ketrampilan fisik.
3) Mengikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang membutuhkan
perhatian sebagai pengisi waktu luang.
4) Libatkan klien dalam TAK orientasi realita
5) Bicara dengan klien mengenai topic topic yang nyata
6) Anjurkan klien bertanggung jawab secara personal dalam
mempertahankan kesehatan
7) Beri penghargaan bagi setiap tindakan klien yang positif.
C. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN.
a. Fase Orientasi
1) Salam Terapeutik
79

“Selamat pagi pak A, masih ingatkan bapak dengan saya ? silahkan


coba bapak sebutkan nama saya ?, wah bagus sekali bapak masih
mengingat nama saya.
2) Evaluasi / validasi
“Bagaimana kabar bapak hari ini ?”
“aktivitas apa saja yang sudah bapak lakukan hari ini? ?”
3) Kontrak
Bagaimana jika saya dan bapak ngobrol sebentar mengenai aktivitas
yang dapat bapak lakukan saat ini kurang lebih 15menitan di meja
ruangan ini ya ?
b. Fase kerja
“apa saja yang biasa bapak lakukan?”
“Aktivitas apa saja yang bapak sukai ?”
“bagaiaman jika setiap selesai makan kita bersama-sama selalu
membersihkan ruangan ini ?”
“ wah bagus sekali bapak sangat rajin “
c. Fase Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subjektif klien :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dan
melakukan aktivitas bersama dengan saya ?”
 Evaluasi subjektif ( Perawat )
Klien berinteraksi dengan kooperatif, kontak mata (+), bicara
klien inkoheren serta tidak mudah beralih.klien beraktivitas
dengan penuhsemngat namun beberapa tindakannya kurang
tepat sehingga perlu dibimbing.
d. Rencana tindak lanjut.
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang mengenai
aktivitas yang dapat bapak lakukan ?”
80

e. Kontrak yang akan datang.


“Bagaimana jika besok pagi sekitar jam 9 pagi kita berbincang-
bincang mengenai aktivitas yang dapat bapak sukai dan dapat
bapak lakukan di ruangan ini saja pak ?”
81

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn A Ruang Cendrawasih NO RM: 779XXX

No Tanggal Implementasi Keperawatan EVALUASI


dx & jam
1 9/3/2019 1. Mengikut sertakan klien  S
dalam aktivitas fisik yang - klien menjawab aktivitas yang
membutuhkan perhatian disukainya adalah sepakbola
sebagai pengisi waktu dan membersihkan ruangan
luang. - klien menjelaskan ara
2. Libatkan klien dalam membersihkan ruangan
TAK orientasi realita menyapu dan mengepel.
3. Bicara dengan klien  O
mengenai topic topic - Klien tampak membantu
yang nyata membersihkan lantai
4. Anjurkan klien nyapu setelah makan
bertanggung jawab dengan semangat.
secara personal dalam - Klien tampak aktif
mempertahankan membantu teman-
kesehatan temannya membersihkan
5. Beri penghargaan bagi ruangan
setiap tindakan klien - Klien melakukan
yang positif. tindakan masih kurang
tepat sehingga butuh di
bombing.
 A
-TUK yang terlaksana
TUK 1,2,3,4,5 dan 6
 P
Ulangi TUK 1-6
82

FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Selasa / tanggal 13 Maret 2019
A. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :Klien mengatakan jika menjadi dukun tidak menghasilkan uang.
DO :
- Klien tampak beraktivitas bersama teman-temannya
- klien tampak melakukan gerakan sholat pada saat klien diam.
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Proses pikir : waham kebesaran
3. Tujuan Khusus ( TUK ) SP3
1) Klien dapat memanfaatkan obat dengan baik
4. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan dengan klien untung manfaat dan kerugian tidak
minum obat.
2) Memantau klien saat penggunaan obat
3) Mendiskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan
dokter.
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN.
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
“Selamat pagi pak A, masih ingatkan bapak dengan saya ? silahkan
coba bapak sebutkan nama saya ?, wah bagus sekali bapak masih
mengingat nama saya”
2. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak sekarang ?”
“apakah bapak sudah minum obat? ”
“ apakah paham dengan keuntungan minum obat ?”
83

3. Kontrak
Bagaimana jika saya dan bapak ngobrol sebentar mengenai
penggunaan obat dan keuntungan minum obat teratur saat ini kurang
lebih 15menitan di meja ruangan ini ya ?
b. Fase kerja
“apakah tahu alasan bapak harus minum obat teratur?”
“berapa kali bapak minum obat dalam sehari?”
“ apakah bapak mengetahui keuntungan jika bapak patuh minum obat
?”
“ apakah bapak mengetahui kerugian jika berhenti minum obat tanpa
bilang dokter dahulu ?”
c. Fase Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subjektif klien :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang
mengenai obat bersama dengan saya ?”
 Evaluasi subjektif ( Perawat )
Klien berinteraksi dengan kooperatif, kontak mata (+), bicara
klien inkoheren serta tidak mudah beralih.klien tampak bingung
saat ditanya mengenai keuntungan dan kerugian minum obat.
d. Rencana tindak lanjut.
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang mengenai
penggunaan obat ?”
e. Kontrak yang akan datang.
“Bagaimana jika besok pagi sekitar jam 9 pagi kita berbincang-
bincang mengenai penggunaan obat di ruangan ini saja pak ?”
84

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn A Ruang Cendrawasih NO RM: 779XXX

No Tanggal Implementasi Keperawatan EVALUASI


dx & jam
1 13/3/2019 4) Mendiskusikan  S
dengan klien - klien mengatakan tidak tahu
untung manfaat kenapa harus minum obat
dan kerugian -klien mengatakan untungan
tidak minum minum obat adalah biar
obat. sembuh
5) Memantau klien - klien mengatakan kerugian
saat penggunaan tidak minum obat adaah kumat
obat -klien tidak tahu akibat jika
6) Mendiskusikan berhenti minum obat tanpa
akibat berhenti konsultasi dahulu
minum obat tanpa  O
konsultasi dengan - Klien tampak bingung
dokter. saat ditanya
penggunaan obat
- Klien tampak atuh
dberi obat dan langsung
diminum
- Klien tampak tidak
tahu kerugian jika tidak
minum obat
 A
-TUK yang terlaksana
TUK 1,2,3
 P
Semua SP sudah tterlaksana
dengan baik, evaluasi SP
85

FORMAT
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERAWATAN
( Dibuat setiap kali sebelum interaksi / pertemuan dengan klien )
Hari Senin / tanggal 11 Maret 2019
a. Proses Keperawatan
1. Kondisi Klien
DS :Klien mengatakan berulang-ulang dirinya adalah dukun.
DO :
- Klien tampak beraktivitas menyapu dan mengepel namun caranya
masih kurang tepat sehingga butuh bimbingan..
2. Diagnosa Keperawatan :
Gangguan Proses pikir : waham kebesaran
3. Tujuan Khusus ( TUK ) SP2
2) Klien dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan
pikiran yang erpusat pada wahamnya.
4. Tindakan Keperawatan
1) Mendiskusikan hobi / aktivitas yang disukainya.
2) Menganjurkan memilih dan melakukan aktivitas yang
membutuhkan perhatian dan ketrampilan fisik.
3) Mengikut sertakan klien dalam aktivitas fisik yang
membutuhkan perhatian sebagai pengisi waktu luang.
4) Libatkan klien dalam TAK orientasi realita
5) Bicara dengan klien mengenai topic topic yang nyata
6) Anjurkan klien bertanggung jawab secara personal dalam
mempertahankan kesehatan
7) Beri penghargaan bagi setiap tindakan klien yang positif
B. STRATEGI KOMUNIKASI DALAM PELAKSANAAN TINDAKAN
KEPERAWATAN.
a. Fase Orientasi
1. Salam Terapeutik
86

“Selamat pagi pak A, masih ingatkan bapak dengan saya ? silahkan


coba bapak sebutkan nama saya ?, wah bagus sekali bapak masih
mengingat nama saya”
2. Evaluasi / validasi
“Bagaimana perasaan bapak sekarang ?”
“aktivitas apa saja yangsudah bapak lakukan hari ini? ?”
3. Kontrak
Bagaimana jika saya dan bapak ngobrol sebentar mengenai aktivitas
yang dapat bapak lakukan saat ini kurang lebih 15menitan di meja
ruangan ini ya ?
b. Fase kerja
“hari ini apa saja yang bapak lakukan direhab pak?”
“Aktivitas apa saja yang bapak sudah lakukan hari ini?”
c. Fase Terminasi
Evaluasi respon klien terhadap tindakan keperawatan
 Evaluasi Subjektif klien :
“Bagaimana perasaan bapak setelah berbincang-bincang dan
melakukan aktivitas bersama dengan saya ?”
 Evaluasi subjektif ( Perawat )
Klien berinteraksi dengan kooperatif, kontak mata (+), bicara
klien inkoheren serta tidak mudah beralih.klien beraktivitas
dengan penuhsemngat namun beberapa tindakannya kurang
tepat sehingga perlu dibimbing.
d. Rencana tindak lanjut.
“Bagaimana jika besok kita berbincang-bincang mengenai
aktivitas yang dapat bapak lakukan ?”
e. Kontrak yang akan datang.
“Bagaimana jika besok pagi sekitar jam 9 pagi kita berbincang-
bincang mengenai aktivitas yang dapat bapak sukai dan dapat
bapak lakukan di ruangan ini saja pak ?”
87

IMPLEMENTASI DAN EVALUASI

Nama : Tn A Ruang Cendrawasih NO RM: 779XXX

No Tanggal Implementasi Keperawatan EVALUASI


dx & jam
1 11/3/2019 a. Mendiskusikan  S
hobi / aktivitas - klien menjawab mengikuti
yang disukainya. rehabilitasi membuat baki
b. Menganjurkan klien yang bagian menggosok.
memilih dan - klien mengatakan bersih-
melakukan bersih dengan teman-temannya
aktivitas yang -klien mengatakan juga
membutuhkan melakukan pertapaan
perhatian dan  O
ketrampilan fisik. - Klien tampak aktif
c. Mengikut dalam melakukan
sertakan klien rehabilitasi
dalam aktivitas - Klien tampak aktif
fisik yang membantu teman-
membutuhkan temannya
perhatian sebagai membersihkan ruangan
pengisi waktu - Klien tampak
luang. melakukan gerakan
d. Libatkan klien sholat pada saat klien
dalam TAK diam.
orientasi realita  A
e. Bicara dengan -TUK yang terlaksana
klien mengenai TUK 1,2,3 4,5,6,& 7
topic topic yang  P
nyata Lanjut SP3
f. Anjurkan klien Klien dapat memanfaatkan
bertanggung obat dengan baik.
88

jawab secara
personal dalam
mempertahankan
kesehatan
g. Beri penghargaan
bagi setiap
tindakan klien
yang positif
.
89

BAB 4

PEMBAHASAN

FAKTOR FAKTA TEORI


Presipitasi Pasien MRS pada tanggal 6- Menurut teori faktor
12-2018, menurut data presipitasi waham salah
sekunder alasan pasien masuk satunya adalah stress
ke RSJ karena sering berbicara lingkungan, secara
sendiri, banyak terdiam badan biologis menetapkan
seperti kaku. Klien sempat ambang toleransi
mengungkapkan bahwa terhadap stress yang
dirinya pernah diberi pil double berinteraksi dengan
L oleh temannya dan sering stressor lingkungan
mencuri ayam untuk menentukan
terjadinya gangguan
perilaku
Opini Menurut penulis fakta yang ditunjukkan oleh kasus yaitu
kemungkinan klien mengalami waham karena adanya
stress lingkungan yang menyebabkan terjadinya gangguan
pola pikir dan perilaku. Dalam hal ini sangat sulit untuk
menghilangkan waham yang diderita klien namun cara
yang lain dapat dilakukan dengan cara melatih klien
berdistraksi misalnya memberikan motivasi dan
bimbingan klien beraktivitas yang mampu dilakukan dan
mengorientasikan sesuai dengan realita yang ada.
Sehingga klien dapat memahami bahwa keyakinan dan
pemikirannya adalah hal yang tidak sesuai dengan
kenyataan yang ada.
Predisposisi Pada data primer klien tidak Menurut teori faktor
terkaji pernah mengalami predisposisi waham
gagguan jiwa sebelumnya salah satunya adalah
ataupun adanya keluarga yag faktor psikologi yaitu
90

menderita ganggan jiwa. Klien hubungan yang tidak


berbicara berbelit belit namun harmonis, peran
tidak sampai tujuan bertentangan, kegagalan
(tangensial), namunklien dalam memerankan diri
sempat mengatakan pernah dapat menimbulkan
diberi pil double L oleh ansietas dan berakhir
temannya karena klien dengan pengingkaran
kehabisan uang untuk terhadap kenyataan
menggarap sawah.
Sedangkan dari data sekunder
tidak didapatkan informasi
mengenai riwayat trauma ,
penggunaan napza dll.
Opini Menurut peneliti fakta yang ditunjukkan klien
kemungkinan pernah megalami kecemasan pada hal ini
terjadi karena faktor psikologi, kemungkinan klien tiak
mampu kecemasanannya sehingga klien mengingkari
perannya dan mulai berfikir tidak realistis
Sign & Symptomp - Pada saat didinsos Tanda dan gejala waham
didapatkan data jika kebesaran adalah
klien berbicara sendiri, keyakinan terhadap
banyak terdiam dan suatu yang diyakininya
badan layaknya kaku namun tidak sesuai
- Di rumah sakit klien realita secara berulang-
selalu mengatakan ulang.
berulang-ulang dirinya
sebagai dukun dan Contoh : “ pasien selalu
ingin menjadi jin serta berbicara mengenai
klien sering kebesarannya menajdi
memeragakan gerakan dukun, bisa terbang dan
bertapa dan bersemedi bisa mnyembuhkan
serta kadang-kadang orang sakit serta ingin
91

melakukan gerakan menjadi jin supaya


sholat namun di dirinya bisa menghilang”
campur gerakan
sembahyang hindu dan
katolik.
Opini Menurut penulis fakta yang terjadi pada kasus sama
dengan yang ada pada teori yang didapatkan. Pada teori
dijelaskan tanda dan gejala keyakinan terhadap suatu
kebesaran secara berlebihandan diucapkan secara
berulang-ulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan dan
fakta yang ditemukan pada kasus pada saat dirumah sakit
klien ingin menjadi jin

PEMBAHASAN OBAT YANG DIBERIKAN PADA PASIEN WAHAM

Pada Tn A obat yang diberikan adalah:

Peroral :

1) Risperidon 2mg 1-0-1


 Fungsi : untuk menangani gangguan mental dengangejala psikosis,
seperti skizofrenia atau gangguan bipolar, untuk mengembalikan
keseimbangan senyawa alami otak.
 Dosis: Dosis awal 2mg/hari, bisa ditingkatkan menjadi 4mg perhari
pada hari ke-2. Obat bisa diberikan sehari sekali atau dibagi menjadi
2 jadwal konsumsi.
o Dosis perawatan 4-6mg/hari
o Dosis maksimal adalah 16mg/hari.
 Efek samping : Insomnia, gelisah, pusing, sakit kepala,
impotensi,mual dan muntah.
2) Klorpromazin 100mg 0-0-1
 Fungsi : obat yang bekerja dengan menstabilkan senyawa alami
otak. Obat ini dapat digunakan untuk menangani berbagai gangguan
mental, seperti skizofrenia, perilaku agresif yang membahayakan
92

orang lain, kecemasan dan kegelisahan yang parah, serta autism


pada anak-anak. Selain masalah mental, klorpromazin juga
digunakan untuk menangani mual dan muntah yang dialami oleh
pengidap penyakit serius. Serta meredakan cegukan yang tidak
kunjung berhenti.
 Dosis
Jenis Kondisi Dosis Mg/ Hari
Gangguan mental 75mg ( dosis awal )
( Skizofrenia perilaku agresif 300-1000 ( dosis selanjutnya)
dan kecemasan )
Cegukan yang tak kunjung 75-200
berhenti
Mual dan Muntah pada 45-150
penyakit yang serius

 Efek samping : klopromazin yaitu pusing atau sakit kepala,


mengantuk, pandangan kabur, mulut kering, mual, tremor, gelisah,
insomnia, gangguan menstruasi, detak jantung cepat dan diare.

PEMBAHASAN SPTK

SPTK yang telah dilakukan pada Tn A dilaksanakan pada tanggal 5-13 Maret 2019
dengan rincian sebagai berikut :

1) Pada Hari Selasa, 5 Maret 2019: pada kllien dilakukan SP1 dengan tujuan
yaitu klien dapat membina hubungan saling percaya, klien dapat
mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam pikiran
klien, klien dapat mengidentifikasi stressor / pencetus wahamnya serta klien
dapat mengidentifikasi konsekuensi wahamnya.hasil dari SP1 adalah klien
dapat melakukan hubungan saling percaya dengan perawat dan dapat
mengidentifikasi perasaan yang muncul secara berulang dalam fikirannya.
Untuk intervensi yang dilakukan pada hari selanjutnya yaitu pada hari rabu
tanggal 6 maret 2019 yaitu tentang kllien dapat mengidentifikasi stressor /
93

pencetus wahamnya dan klien dapat mengidentifikasi konsekuensi


wahamnya.
2) Hari Kamis, 7 Maret 2019, pada klien dilakukan SP2 dengan tujuan klien
dapat melakukan teknik distraksi sebagai cara menghentikan pikiran
terpusat pada wahamnya. Pada hari ini klien mampu melaksanakan SP2
yaitu berdistraksi dengan cara melakukan aktivitas yang dapat dilakukan
olehnya misalnya ikut membersihkan ruangan dan berinteraksi dengan
teman-temannya. Akan tetapi SP2 ini diulangi lagi pada hari sabtu tanggal
9 maret 2019 dan senin tanggal 11 maret 2019 untuk memberikan dan
membiasakan pasien beraktivitas dengan baik dan teratur.
3) Pada hari sabtu tanggal 13 Maret, pada klien dilakukan SP3 dengan tujuan
klien dapat memanfaatkan obat dengan baik. Pada hari ini klien mampu
mengetahui keuntungan minum obat secara teratur dan kerugian jika putus
obat tanpa berkonsultasi dengan dokter, sebelumnya klien pada saat ditanya
mengenai manfaat minum obat klien dapat menjawab supaya tidak kambuh
lagi.
94

BAB 5
PENUTUP
5.1 KESIMPULAN
Sesuai dengan penjelasan pada bab sebelumnya , dapat disimpulkan
bahwa :
a. Waham adalah suatu keyakinan yang salah yang dipertahankan secara
kuat / terus menerus namun tidak sesuai dengan kenyataan
b. Waham disebabkan oleh faktor presipitasi dan predisposisi:
 Faktor presipitasi salah satunya adalah stress lingkungan, secara
biologis menetapkan ambang toleransi terhadap stress yang
berinteraksi dengan stressor lingkungan untuk menentukan
terjadinya gangguan perilaku.
 Faktor predisposisi yang menyebabkan waham salah satunya adalah
faktor psikologi yaitu hubungan yang tidak harmonis peran ganda/
bertantangan , dapat menimbulkan ansietas dan berakhir dengan
pengingkaran terhadap kenyataan.
c. Tanda dan gejala yang dapat ditemukan pada pasien dengan waham
kebesaran seperti meyakini terahadaop suatu ekyakinan tang tidak
realistis.
Contoh: pasien meyakini bahwa dirinya adalah dukun yang bisa
menyembuhkan orang sakit dan bisa terbang, pasien berbicara hal
tersebut dengan berulang-ulang.
5.2 SARAN

Untuk pengembangan dari laporan asuhan keperawatan ini, masih jauh dari
sempurna maka dari itu saran dan kritik dari pembaca sangat dibutuhkan
untuk membuat laporan ini menjadi lebih baik, adapun manfaat laporanini
dapat dijadikan masukan untuk :

a. Bagi Mahasiwa
Diharapkan mahasiswa dapat mengerti dan mengetahui gangguan
proses pikir: waham kebesaran dan bagaimana cara melakukan asuhan
keperawatan pada pasien gangguan proses pikir waham kebesaran.
95

b. Bagi Perawat
Perawat dapat mengetahui lebih dalam lagi tentang gangguan proses
pikir waham kebesaran. Dan perawat dapat menerapkan teori terbaru
c. Bagi Institusi Pendidikan
Bagi institusi pendidikan dapat menambah pengetahuan tentang
gangguan proses pikir waham kebesaran kepada mahasiswa
selanjutnya, serta dapat menambah pustaka keilmuan sesuai dengan
kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang ada saat ini.
d. Bagi RSJ dr Radjiman Wediodiningrat Lawang
Bagi Rumah sakit akan menambah teori baru dalam bidang
keperawatan yang mucul dari para mahasiswa praktikan, serta sebagai
sarana evaluasi dari pelayanan yang telah diterapkan selama ini.
96

DAFTAR PUSTAKA
Herdman, T.Heather,2018. NANDA-I diagnosis keperawatan: definisi dan
klasifikasi 2018-2020 ed 11, Jakarta: ECG.
Cerpenito, Lynda Juall, 1997. Diagnosa Keperawatan:buku saku Ed.6. Jakarta:
ECG
Kelliat, Anna, 2009. Model Praktik Keperawatan Professional Jiwa, Jakarta :
ECG.
Yosep Iyus, 2007. Buku Ajar Keperawatan Jiwa Dan Advance Mental Health
Nursing. Bandung: PT Revika Aditama.
Prabowo Eko, 2014. Konsep dan Aplikasi Asuhan Keperaaaatan Jiwa.
Yogyakarta: Nuhamedika.
Kusumawati Farida,2010. Buku Ajar Keperawatan Jiwa. Jakarta: Salemba
Medika,

Anda mungkin juga menyukai